Emma menatap Ethan dengan mata membesar. Ethan membalas tatapan Emma dengan senyum lembut. "Wah, kekasihmu tampan sekali!" seru wanita lain sambil tertawa senang. Emma benar-benar putus asa karena tahu kali ini dia tidak akan lolos dari gerombolan pemangsa gosip ini. 'Ethan bodoh!' maki Emma dalam hati. "Anak muda, dari mana asalmu? Apa kau seorang mahasiswa di Universitas Calamba?" tanya wanita termuda di antara mereka. "Apa wajahku terlihat seperti mahasiswa?" tanya Ethan sambil tersenyum manis. "Ya, kau terlihat sangat tampan dan muda. Aku menduga kau berumur 22 tahun," jawab wanita itu malu-malu. "Nyonya, anda benar-benar berlebihan. 22 tahun? Apa anda tidak melihat keriput di wajahnya? Aku hampir memanggilnya paman, ketika kami baru pertama kali bertemu," sahut Emma yang merasa tersinggung karena para wanita itu menduga dirinya lebih tua dari Ethan. Mendengar kata-kata Emma semua orang tertawa mereka pikir Emma hanya bercanda. "Apa kalian mau makan?" tanya salah satu wan
"Mengapa kau harus melakukan itu, Emma?" tanya Ethan mulai marah."Ini adalah tanah kelahiranku. Kewajibanku melindunginya dari orang-orang yang akan merusaknya!" tegas Emma tidak peduli dengan nada suara Ethan."Lalu apa kau tidak peduli dengan keuntungan yang akan didapat oleh tanah kelahiranmu ini? Oleh orang-orang yang kesejahteraannya akan meningkat karena pembangunan itu?" tanya Ethan mencoba mempengaruhi Emma."Keuntungan? Apa menurutmu mereka mau, tanah tempat mereka hidup dijadikan tempat perzinahan?" "Darimana kau tahu hotel itu akan dijadikan tempat perzinahan? Kalau orang mau melakukan hal itu, maka hotel bukan satu-satunya tempat! Apa di Calamba tidak ada prostitusi? Apa tidak ada yang berzinah disini? Apa hanya orang-orang suci yang hidup disini?" bentak Ethan tidak tahan lagi dengan Emma yang sangat keras kepala.Emma menatap Ethan dengan tajam. Dia tidak suka dengan kata-kata Ethan tapi tidak dapat membantahnya."Kau benar-benar anjing penjaga yang setia. Pantas saja
Emma dan Ethan baru saja tiba di alun-alun ketika sekelompok wanita meneriaki mereka."Itu Emma dan kekasihnya!""Hei, kalian berdua, cepat ke sini!" panggil wanita keriting yang tadi mereka temui di rumah makan.Emma dan Ethan segera berjalan ke arah para wanita itu."Selamat malam nyonya. Kami mau menemui kepala desa, tadi dia meminta bantuan kami," ucap Emma sopan."Dia sudah memberitahu kalau kalian akan datang membantu. Sekarang kalian berdua tolong bantu kami untuk membereskan semua meja ini. Acaranya akan mulai setengah jam lagi," perintah Nyonya pemilik rumah makan.Mereka segera bergerak dengan cepat. Ethan lega karena sebenarnya tidak terlalu banyak hal yang harus mereka lakukan, sebagian besar sudah dibereskan oleh para warga. Dia masih tidak mengerti mengapa Emma merasa sangat tertekan datang ke acara ini, padahal Ethan merasa baik-baik saja.Kepala desa mulai menyalakan mikrofon dan memberitahu semua warga yang hadir bahwa acara akan segera dimulai."Bersiaplah!" ucap Emm
"Sepertinya anda menerima laporan palsu, Tuan," jawab Emma sambil tersenyum sinis, lalu menarik Ethan untuk meninggalkan pria tua yang tampak marah itu."Emma!" bentak pria itu dengan suara menggelegar.Emma membalikkan badannya lalu menatap pria tua itu tanpa minat."Aku bersyukur kau dan Oliver putus, karena kau benar-benar tidak memiliki sopan santun!" hina pria tua itu sambil menatap Emma dengan kebencian."Saya juga bersyukur karena tidak jadi memiliki mertua seperti anda," balas Emma lalu segera meninggalkan tempat itu dengan cepat."Apa dia ayah dari mantan pacarmu?" tanya Ethan setelah mereka berjalan dengan santai dan Emma tampak lebih tenang.Emma menggangguk pelan sambil terus menatap ke depan. Dia adalah wanita yang berani dan menggebu-gebu. Meski begitu dia selalu menghormati warga senior dan tidak pernah memiliki keberanian untuk melawan mereka. Tapi entah bagaimana, setiap kali Ethan ada di sisinya, Emma seperti memiliki keberanian yang ajaib untuk membalas orang-orang
"Aah!" teriak Emma yang tidak percaya dengan apa yang dia rasakan terhadap Ethan."Mungkin ini cuma perasaan sementara yang muncul karena aku baru saja kehilangan ibuku, lalu aku bertemu dengan Oliver dan aku dikhianati oleh paman Mike. Dia datang memberikan perhatian yang aku butuhkan jadi aku merasa senang!" ucap Emma kepada dirinya sendiri. "Ditambah lagi dia cukup tampan. Bukan, dia bukan cukup tampan. Tapi dia adalah pria paling tampan yang pernah aku temui di dalam hidupku," guman Emma lalu kembali menyadari kalau dia sedang membayangkan Ethan dengan perasaan berbunga-bunga."Emma berhenti! Dia dan kau terlalu berbeda. Bahkan pria seperi Oliver saja mencampakkanmu, apalagi pria dengan penampilan sesempurna Ethan. Emma kau harus berhenti!" perintah Emma kepada dirinya sendiri.Emma melemparkan tubuhnya ke atas ranjang dan mencoba untuk tidur, namun bayangan Ethan yang sedang membersihkan lukanya kembali melintas. Emma segera menutupi kepalanya dengan bantal dan memaksa dirinya u
"Tapi kenapa, Tuan?" tanya Tony bingung. Ethan diam. Dia tidak tahu apa rencana Emma hingga melamar pekerjaan ke perusahaannya. Tapi yang dia tahu Emma menolak pembangunan hotel di Calamba. Ethan curiga Emma sengaja melamar ke EN Company untuk menghancurkan proyeknya dari dalam. "Karena mungkin saja dia punya niat terselubung," jawab Ethan setelah berpikir sebentar. "Maaf Tuan, tapi sepertinya Nona Emma tidak memiliki niat jahat. Menurut saya dia sangat membutuhkan pekerjaan ini. Dia tampak putus asa ketika datang dan langsung bersemangat ketika saya mengatakan dia pasti diterima," ucap Tony yang untuk pertama kalinya mencoba membantah perintah bosnya. "Apa kau merasa lebih tahu dari aku?" Ethan tidak suka dengan jawaban Tony, meski dia mendengarkan dengan seksama. "Tidak Tuan, saya tidak merasa seperti itu. Saya akan segera mengatakan kepada Nona Emma bahwa dia tidak bisa diterima disini. Maafkan saya, Tuan." Ethan diam lalu tiba-tiba menghentikan Tony. "Tidak, jangan kataka
Ethan menatap Sweety dengan mata melotot."Ya Emma, apa kau memanggilku?" tanya Ethan dengan suara setenang mungkin.Sweety yang mendengar nama Emma terkejut dan langsung menutup mulut dengan kedua tangannya."Apa aku mendengar seseorang memanggil Tuan Ethan dan meminta tandatangan?" tanya Emma bingung."Itu-"Emma memotong perkataan Ethan."Jangan katakan kalau ... kau dan pemilik EN Company sama-sama bernama Ethan?" tanya Emma tidak percaya.Ethan cukup terkejut namun lega dengan kesimpulan yang dibuat oleh Emma."Ah, bagaimana kau bisa tahu?" tanya Ethan berpura-pura."Tadi aku baru memeriksa informasi tentang EN Company di internet. Apa kau tahu kalau nama pemimpinnya tertulis E. Logan Navarro? Aku cukup penasaran apa kepanjangan dari huruf E, tapi tidak dapat menemukannya. Mendengar seseorang memanggil Tuan Ethan dengan sangat sopan dan hormat, aku yakin itu pasti bos mu," jelas Emma terdengar sangat bangga dengan kepintarannya.Ethan tersenyum karena cukup kaget dengan kepolosan
Sudah seminggu Emma bekerja di EN Company. Dia merasa sangat bersemangat namun juga kelelahan. Beban pekerjaan yang dia miliki benar-benar berbeda dengan perusahaan sebelumnya, untung gajinya juga berbeda jauh. Hari ini Emma berencana mengambil gambar lokasi proyek. Dia ingin menyelesaikan pekerjaannya hari ini, karena besok akhir minggu dan dia ingin bersantai di rumah. Dia harus pergi sendirian ke bukit yang terletak cukup jauh dari kota. Emma yakin semua orang terlalu sibuk dan tidak bisa menemaninya."Jose, aku akan pergi ke bukit siang ini, mengambil foto lokasi proyek kita untuk dimasukkan ke dalam video promosi yang aku buat," ucap Emma kepada Jose."Apakah bukitnya jauh?" tanya Jose yang tidak mengenal Calamba karena dia berasal dari ibukota."Apa kau tahu hutan pinus yang berada di belakang proyek yang kita kerjakan?"Jose mengangguk."Dia berada di situ," jawab Emma sambil tersenyum."Itu cukup jauh. Apa kau akan pergi sendirian kesana?" "Apa kau mau menemaniku?" Jose ter
Emma kembali ke rumah sakit saat malam. Dia benar, keadaan sekarang sudah sepi jadi Emma bisa dengan leluasa menemui Ethan. Dia masuk ke dalam kamar Ethan dan sangat bahagia begitu melihat Ethan yang sedang duduk sambil bersandar tersenyum padanya."Apa kau benar baik-baik saja?" tanya Emma sambil berlari ke arah Ethan."Aku baik-baik saja, tapi aku merindukanmu. Mengapa kau baru datang sekarang?""Tadi banyak sekali orang yang ingin menemuimu. Karena itu aku menunggu mereka pulang, agar bisa berduaan denganmu," jawab Emma sambil tersenyum menggoda.Emma melihat sekelilingnya."Mengapa kau sendirian? Apa tidak ada orang yang menjagamu di sini?" "Aku akan pindah malam ini, Tony sedang mengurusnya dan kedua orangtuaku menunggu di rumah sakit Atlantis.""Malam ini?" tanya Emma terkejut."Ya, kau cukup beruntung karena masih sempat bertemu denganku," goda Ethan.Tidak lama kemudian Tony masuk bersama rombongan paramedis. Mereka memindahkan Ethan ke kursi roda dan membawanya."Tuan Tony,
"Keluarga pasien Ethan," panggil perawat dari pintu masuk UGD.Emma segera berdiri dan mendekati perawat, karena kedua orangtua Ethan belum datang. Hazel sudah pulang duluan agar dapat mengistirahatkan kakinya dan Tony sedang menghubungi rumah sakit milik Atlantis meminta mereka untuk mengurus kepindahan Ethan kesana."Ya, saya," jawab Emma."Ada beberapa tindakan yang harus kami lakukan namun membutuhkan izin dari dari keluarga. Apakah anda istrinya?" tanya sang perawat.Emma menggelengkan kepala."Adiknya?"Emma kembali menggeleng."Sepupu? Ibu? Tante?" tanya perawat lagi.Emma terus menggeleng sambil menangis."Kalau begitu anda tidak bisa menandatangani surat ini. Saya mohon, tolong hubungi keluarganya dan minta mereka datang untuk menandatanganinya, kami akan menunggu," ucap sang perawat kepada Emma.Emma benar-benar putus asa dia sedang berbalik ketika melihat ayah dan ibu Ethan berlari ke arahnya."Itu! Itu ayah dan ibunya!" seru Emma senang.Jonathan dan Vivi segera mendekati
[Aku harus kembali ke ibukota karena ada hal mendesak yang harus aku kerjakan. Aku sudah meminta Tony untuk mengurus kalian berdua.]Emma membaca pesan yang dikirimkan Ethan kepadanya. Dia bisa merasakan ada yang berubah dari cara Ethan bicara dengannya meski hanya melalui pesan. Meski berusaha tetap memberikan perhatiannya, tapi seperti ada jarak yang diciptakan oleh pria itu."Ada apa?" tanya Hazel melihat perubahan wajah Emma."Ethan pulang duluan ke ibukota, karena ada pekerjaan mendesak," jawab Emma berpura-pura baik-baik saja."Apa benar karena pekerjaan, atau dia menghindarimu karena kejadian semalam?""Tidak mungkin. Kami bicara baik-baik dan dia sangat bisa menerima penjelasanku. Aku yakin dia benar-benar bekerja," jawab Emma yang sebenarnya juga tidak yakin.Sebenarnya Emma ingin tetap berada di Calamba dan berencana membiarkan Tony dan Hazel pulang berdua saja. Namun Hazel mengancam tidak akan ke rumah sakit kalau bukan Emma yang menemaninya. Gadis itu sangat takut disuntik
Ethan berdiri mematung dengan tangan yang masih menggenggam sebuah cincin berlian di dalam kantongnya."Apa maksudmu?" tanya Ethan bingung dan berusaha keras mencerna maksud perkataan Emma."Mengapa kau tidak mau menikah denganku? Apa kau tidak mencintaiku?" lanjut Ethan mulai sedikit kecewa.Emma menghela napas dalam sambil menatap Ethan sungguh-sungguh."Aku sangat mencintaimu dan kau tahu itu. Tapi ... pernikahan adalah hal lain, dan aku belum siap untuk menjalaninya," jawab Emma sambil berdiri hingga berhadapan dengan Ethan."Apa kau ragu kepadaku? Kau takut tidak akan bahagia bila menikah denganku?""Ethan, ini sama sekali tidak seperti yang kau duga. Bukannya aku tidak percaya kepadamu, aku hanya belum siap menjalani pernikahan," jawab Emma hampir putus asa karena melihat wajah kecewa Ethan."Bagaimana kalau aku memberimu pilihan menikah atau kita putus?" tanya Ethan dengan wajah serius.Emma menatap Ethan dengan tatapan tidak percaya, lalu kembali duduk. Dia tidak menyangka Eth
Tony berdiri mematung begitu pintu dibanting oleh Hazel."Apa? Apa yang sudah aku lakukan?" gumamnya pelan. Dia meremas rambutnya dengan keras, karena menyesali kebodohannya. Dia sangat menyukai Hazel, bahkan dia jatuh cinta pada pandangan pertama kepada gadis itu.Dia mencari tahu semua tentang Hazel dan itu membuatnya semakin menyukai gadis itu. Tapi dia juga sadar akan kedudukannya dan merasa tidak percaya diri mendekati Hazel.Pada saat Hazel mengatakan kalau dia menyukai Tony, pria itu hampir pingsan. Dia tidak menyangka kalau Hazel juga akan menyukainya. Tapi sistem pertahanan diri yang dia miliki, membuatnya mengeluarkan reaksi yang bertolak belakang dengan yang dia rasakan.Kini, dia mengulanginya lagi. Dia kembali mengatakan hal yang tidak dia maksud karena ketakutan. "Aku harus bagaimana sekarang?" Tony menghela napas dalam dengan penuh penyesalan, lalu tiba-tiba teringat kalau Emma dan Ethan belum kembali, jadi Hazel pasti tidak punya tempat menginap. Tony segera keluar
Tony menatap Hazel yang berlari begitu cepat. Dia tidak mengerti mengapa Hazel tiba-tiba mengamuk dan meninggalkannya. Setelah beberapa saat, Tony menyadari gadis itu berlari tanpa tujuan dan dia pasti akan tersesat.Tony segera mengejar Hazel, tapi dia sudah menghilang. Tony mulai merasa khawatir dan mencari Hazel dengan panik. Tiba-tiba dia mendengar suara minta tolong dan segera berlari ke arah suara itu. Tony terkejut ketika melihat Hazel duduk di tanah sambil menangis."Nona Hazel, anda tidak apa-apa?" tanya Tony khawatir dan langsung berjongkok mendekati Hazel.Hazel yang ketakutan dan kesakitan langsung memeluk Tony dan menangis dengan kuat."Ayo, kita kembali ke penginapan," ajak Tony sambil melepaskan dekapan Hazel yang masih menangis."Kakiku sakit, aku tidak bisa berdiri," jawab Hazel sambil menangis.Tony kembali berjongkok."Letakkan tangan anda di leher saya," perintah Tony lalu langsung mengangkat tubuh Hazel seperti mengangkat seorang bayi.Hazel begitu terkejut hingga
"Maksudmu kau akan berpisah dengan Ethan?" tanya Hazel kaget. Emma tersenyum lalu menjawab dengan tenang."Tentu saja tidak. Aku sudah katakan aku sangat mencintainya dan tidak mungkin hidup tanpa dirinya.""Lalu apa maksudmu kau akan pindah ke Calamba? Sementara sudah jelas kehidupan Ethan ada di ibukota."Emma menghela napas panjang, lalu mengembuskannya. Dia tidak menjawab Hazel dan malah mengalihkan pembicaraan."Sudahlah, itu hanya rencanaku. Sekarang katakan padaku, bagaimana dengan kau dan Tony?"Hazel mendengus lalu memajukan bibirnya begitu mendengar nama Tony. Emma tersenyum, dia lega karena pembicaraan tentang dia dan Ethan akhirnya berhenti."Entahlah, aku tidak peduli. Aku sedang berusaha melupakannya.""Mengapa? Kalian bahkan belum memulai apa-apa, kenapa langsung berakhir?" "Emma, kau tahu aku menurunkan harga diriku hingga ke tanah dengan menyatakan perasaanku kepadanya. Tapi dia malah mengkritikku karena mengungkapkan rasa sukaku kepadanya, dan hingga hari ini dia sa
Emma menghela napas sambil menatap punggung Lea. Dia yang dulunya adalah penggemar berat Lea, berubah menjadi musuh sang diva dan berakhir menjadi orang asing yang saling memaafkan kemudian melupakan.Setelah menunggu beberapa saat, Emma bangkit dan keluar dari kafe itu. Kini dia tidak punya tujuan. Pulang ke rumah hanya akan membuatnya meringkuk kembali di atas tempat tidur, tapi dia tidak punya tujuan lain, selain pulang atau ke Calamba."Emma!" teriak Hazel yang sangat terkejut karena bertemu Emma di tempat yang tidak dia duga."Hazel, apa yang kau lakukan disini? Bukankah ini masih jam kerja?""Aku baru selesai menemui klien di restoran itu," jawab Hazel sambil menunjuk sebuah restorang yang tidak begitu jauh."Kau sendiri apa yang kau lakukan disini?""Aku baru saja bertemu Lea.""Apa? Untuk apa kau menemui wanita itu? Apa yang dia katakan? Apa dia mengatakan hal-hal yang buruk kepadamu?" cecar Hazel yang tidak suka kepada Lea."Jangan khawatir, kami hanya menyelesaikan apa yang
"Lea? Ada apa?" tanya Emma sambil duduk dengan wajah tegang."Apa kita bisa bertemu?" tanya Lea pelan."Sekarang?" "Ya, kalau kau tidak keberatan. Kalau kau sibuk aku bisa menemuimu siang, sore atau malam hari nanti," jawab Lea membuat Emma mengernyitkan dahi."Mengapa kau ingin bertemu? Setahuku tidak ada urusan apapun lagi diantara kita.""Ada yang ingin aku bicarakan. Jangan khawatir aku tidak akan menyerangmu. Kau tentukan saja dimana tempat yang membuatmu nyaman untuk kita bertemu," jawab Lea tenang."Aku ... Aku akan menghubungimu," sahut Emma lalu segera mematikan teleponnya.Emma menatap layar teleponnya sambil menyipitkan mata."Aku hanya ingin tidur seharian dan menenangkan tubuhku. Mengapa hal itupun tidak bisa kudapatkan? Mengapa kau harus bertemu denganku? Dan bodohnya, mengapa aku tidak langsung menolakmu?" gumam Emma sambil meletakkan teleponnya dan menutup wajahnya dengan kedua tangan.Emma memikirkan beberapa saat lalu mengirimkan pesan kepada Lea.[Mari bertemu sian