Ethan menatap Sweety dengan mata melotot."Ya Emma, apa kau memanggilku?" tanya Ethan dengan suara setenang mungkin.Sweety yang mendengar nama Emma terkejut dan langsung menutup mulut dengan kedua tangannya."Apa aku mendengar seseorang memanggil Tuan Ethan dan meminta tandatangan?" tanya Emma bingung."Itu-"Emma memotong perkataan Ethan."Jangan katakan kalau ... kau dan pemilik EN Company sama-sama bernama Ethan?" tanya Emma tidak percaya.Ethan cukup terkejut namun lega dengan kesimpulan yang dibuat oleh Emma."Ah, bagaimana kau bisa tahu?" tanya Ethan berpura-pura."Tadi aku baru memeriksa informasi tentang EN Company di internet. Apa kau tahu kalau nama pemimpinnya tertulis E. Logan Navarro? Aku cukup penasaran apa kepanjangan dari huruf E, tapi tidak dapat menemukannya. Mendengar seseorang memanggil Tuan Ethan dengan sangat sopan dan hormat, aku yakin itu pasti bos mu," jelas Emma terdengar sangat bangga dengan kepintarannya.Ethan tersenyum karena cukup kaget dengan kepolosan
Sudah seminggu Emma bekerja di EN Company. Dia merasa sangat bersemangat namun juga kelelahan. Beban pekerjaan yang dia miliki benar-benar berbeda dengan perusahaan sebelumnya, untung gajinya juga berbeda jauh. Hari ini Emma berencana mengambil gambar lokasi proyek. Dia ingin menyelesaikan pekerjaannya hari ini, karena besok akhir minggu dan dia ingin bersantai di rumah. Dia harus pergi sendirian ke bukit yang terletak cukup jauh dari kota. Emma yakin semua orang terlalu sibuk dan tidak bisa menemaninya."Jose, aku akan pergi ke bukit siang ini, mengambil foto lokasi proyek kita untuk dimasukkan ke dalam video promosi yang aku buat," ucap Emma kepada Jose."Apakah bukitnya jauh?" tanya Jose yang tidak mengenal Calamba karena dia berasal dari ibukota."Apa kau tahu hutan pinus yang berada di belakang proyek yang kita kerjakan?"Jose mengangguk."Dia berada di situ," jawab Emma sambil tersenyum."Itu cukup jauh. Apa kau akan pergi sendirian kesana?" "Apa kau mau menemaniku?" Jose ter
"Halo Emma," ucap pria yang berpakaian serba hitam, menggunakan masker dan topi hitam dengan tenang, kali ini dia memegang pisau di tangannya.Emma mengenali suara itu. Dia adalah pria yang mendorongnya di malam perayaan ulang tahun Calamba."Siapa kau sebenarnya? Mengapa menutupi wajahmu?" teriak Emma panik sambil melangkah mundur dengan perlahan.Pria itu lagi-lagi tidak menjawab dan hanya berjalan mendekati Emma yang semakin ketakutan. Namun belajar dari pengalamannya, sebelum jarak mereka terlalu dekat dan Emma kesulitan melarikan diri. Maka Emma segera meletakkan tasnya dan membalikkan tubuhnya lalu lari sekencang-kencangnya ke arah hutan pinus.Pria itu juga ikut berlari mengejar Emma. Namun Emma yang mengenal hutan pinus itu segera menghilang di dalam hutan."Emma, dimana kau? Keluarlah!" panggil pria itu dengan suara mengejek.Mendengar suara pria itu, sekilas Emma teringat akan seseorang. Namun dia terlalu panik untuk memikirkannya. Emma bersembunyi di semak-semak yang besar
Ethan yang juga melihat bayangan Andry segera menarik tubuh Emma. Tony segera berbalik lalu menendang Andry dengan sangat keras hingga Andry terjatuh dan batu yang dia pegang menimpa kakinya sendiri."Brengsek!" maki Ethan melepaskan Emma dan hendak menendang wajah Andry."Jangan! Berhenti!" teriak Emma menghentikan Ethan lalu segera mendekap tubuh Ethan kembali.Ethan diam menatap kepala Emma yang tersandar di dadanya yang naik turun, karena menahan emosi. Lalu dia melirik Tony dan memberi kode agar Tony membereskan masalah Andry. Tony mengangguk dengan cepat, menendang batu yang masih berada di atas kaki Andry lalu menarik pria itu agar berdiri. Andry berdiri dengan terpaksa sambil meringis karena kesakitan.Tony menariknya dengan keras lalu memaksanya tengkurap di tanah. Emma menyaksikan semua yang dilakukan Tony. "Apa yang dia lakukan?" tanya Emma sambil menatap Ethan, namun Ethan tidak menjawab.Tony mengeluarkan tali dari bagasi mobil lalu mengikat tangan Andry, kemudian kembal
"Emma," guman Ethan lalu segera berlari ke dalam rumah.Dia menyaksikan Williams yang sedang berdiri di hadapan Emma yang sedang dipegangi oleh dua orang pria. Ethan bisa melihat pipi Emma yang merah entah bekas tamparan atau pukulan."Apa yang kalian lakukan disini?" teriak Ethan langsung mendorong Williams hingga pria tua itu terjatuh. Kedua pria yang sedang memegangi Emma segera berlari dan berusaha menolong Williams. "Usir dia!" perintah Williams dengan suara berat sambil menunjuk ke arah Ethan. Kedua pria itu langsung menyerang Ethan, namun Ethan bukan pria sembarangan. Dia memiliki ban hitam karate, dia juga mempelajari judo dan kendo. Ethan juga pernah berlatih tinju dengan petinju profesional dan sempat beberapa kali bertarung di ring, sebelum ketahuan ibunya yang menghentikan semua pertarungannya.Kedua anak buah Williams yang hanya mengandalkan keberanian itu tentu saja jatuh dengan sangat mudah. Ethan bahkan tidak memerlukan terlalu banyak gerakan untuk menjatuhkan kedua
"Apa?" tanya Emma terkejut."Hanya untuk sementara sampai Williams dan antek-anteknya dibereskan oleh polisi!" tegas Ethan sebelum Emma melanjutkan perkataannya."Sudah aku katakan, polisi tidak akan pernah bisa membereskannya. Kalau menunggu itu terjadi maka aku tidak akan pernah bisa kembali ke Calamba," jawab Emma putus asa.Emma tidak tahu bagaimana lagi caranya memberitahu Ethan bahwa dia Calamba, Williams adalah penguasa. "Ini bukan ibukota, ini hanya kota kecil dengan penduduk yang saling terikat satu dengan yang lain," lanjut Emma dengan mata berkaca-kaca."Tenanglah, aku tahu Williams berkuasa di Calamba karena itu aku akan meminta bantuan kantor polisi pusat. Jadi jangan khawatir, aku akan membereskannya," sahut Ethan mengerti kekhawatiran yang muncul di pikiran Emma."Baiklah, aku berharap kau berhasil membuat Williams membayar semua perbuatan jahatnya," ucap Emma pelan."Jadi ... kapan aku-" lanjut Emma.Ethan langsung memotong perkataan Emma."Hari ini juga. Kita akan ke
"Mama tidak boleh melakukannya. Aku mendirikan EN Company tanpa menggunakan sepeserpun uang kalian. Aku membangunnya sendiri, jadi mama tidak boleh menghancurkannya apapun alasannya," balas Ethan sambil menutup kopernya. "Tidak menggunakan sepeserpun uang kami? Jadi maksudmu kau memiliki kecerdasan yang ada sekarang itu karena sejak kecil kau bisa menyekolahkan dirimu sendiri? Kau bisa berdiri tegak seperti ini karena sejak dilahirkan kau memberi makan dirimu sendiri? Kau-" "Baiklah, baiklah. Aku tahu ada andil mama dan papa disana. Tapi kali ini, aku benar-benar tidak bisa datang ke kencan buta yang mama atur. Bagaimana kalau lain waktu, mamaku yang cantik? Aku pasti akan menyediakan waktu," bujuk Ethan sambil merangkul pundak ibunya. "Lepaskan, mama tidak akan termakan rayuannmu. Kau selalu membuat alasan untuk menolak semua kencan buta yang mama atur. Kau tahu mama tidak akan melakukan semua ini, seandainya kau segera menikah, tahun ini kau akan berusia 30 tahun, apa lagi yang ka
"Kau pernah melihatnya? Dimana?" tanya Emma penasaran."Entahlah aku tidak bisa mengingatnya, tapi sepertinya wajahnya tidak asing. Apakah dia pernah bermain film atau meliris album?" tanya Alice mencoba mengingat dimana dia pernah bertemu Ethan."Aku tidak yakin, tapi sepertinya tidak. Nanti aku akan menanyakan kepadanya. Apa mungkin kau pernah bertemu dia di restoran tempat kau bekerja saat dia kesana menemani bosnya?""Mungkin saja," jawab Alice tidak yakin."Sudahlah, tidak usah berusaha terlalu keras untuk mengingatnya. Sebaiknya aku pergi bersamanya," ucap Emma sambil menarik tangan Alice."Uh, sekarang aku tidak khawatir lagi tapi iri melihatmu bisa memandangi wajah sesempurna itu setiap hari," guman Alice pelan. Emma tertawa mendengar kata-kata Alice."Tuan, aku titipkan sahabatku padamu. Tolong jaga dia baik-baik," ucap Alice dengan sangat sopan kepada Ethan.Emma tertawa mendengar permintaan Alice, namun Ethan mengangguk dengan sopan dan menjawab dengan serius."Saya akan m
Emma kembali ke rumah sakit saat malam. Dia benar, keadaan sekarang sudah sepi jadi Emma bisa dengan leluasa menemui Ethan. Dia masuk ke dalam kamar Ethan dan sangat bahagia begitu melihat Ethan yang sedang duduk sambil bersandar tersenyum padanya."Apa kau benar baik-baik saja?" tanya Emma sambil berlari ke arah Ethan."Aku baik-baik saja, tapi aku merindukanmu. Mengapa kau baru datang sekarang?""Tadi banyak sekali orang yang ingin menemuimu. Karena itu aku menunggu mereka pulang, agar bisa berduaan denganmu," jawab Emma sambil tersenyum menggoda.Emma melihat sekelilingnya."Mengapa kau sendirian? Apa tidak ada orang yang menjagamu di sini?" "Aku akan pindah malam ini, Tony sedang mengurusnya dan kedua orangtuaku menunggu di rumah sakit Atlantis.""Malam ini?" tanya Emma terkejut."Ya, kau cukup beruntung karena masih sempat bertemu denganku," goda Ethan.Tidak lama kemudian Tony masuk bersama rombongan paramedis. Mereka memindahkan Ethan ke kursi roda dan membawanya."Tuan Tony,
"Keluarga pasien Ethan," panggil perawat dari pintu masuk UGD.Emma segera berdiri dan mendekati perawat, karena kedua orangtua Ethan belum datang. Hazel sudah pulang duluan agar dapat mengistirahatkan kakinya dan Tony sedang menghubungi rumah sakit milik Atlantis meminta mereka untuk mengurus kepindahan Ethan kesana."Ya, saya," jawab Emma."Ada beberapa tindakan yang harus kami lakukan namun membutuhkan izin dari dari keluarga. Apakah anda istrinya?" tanya sang perawat.Emma menggelengkan kepala."Adiknya?"Emma kembali menggeleng."Sepupu? Ibu? Tante?" tanya perawat lagi.Emma terus menggeleng sambil menangis."Kalau begitu anda tidak bisa menandatangani surat ini. Saya mohon, tolong hubungi keluarganya dan minta mereka datang untuk menandatanganinya, kami akan menunggu," ucap sang perawat kepada Emma.Emma benar-benar putus asa dia sedang berbalik ketika melihat ayah dan ibu Ethan berlari ke arahnya."Itu! Itu ayah dan ibunya!" seru Emma senang.Jonathan dan Vivi segera mendekati
[Aku harus kembali ke ibukota karena ada hal mendesak yang harus aku kerjakan. Aku sudah meminta Tony untuk mengurus kalian berdua.]Emma membaca pesan yang dikirimkan Ethan kepadanya. Dia bisa merasakan ada yang berubah dari cara Ethan bicara dengannya meski hanya melalui pesan. Meski berusaha tetap memberikan perhatiannya, tapi seperti ada jarak yang diciptakan oleh pria itu."Ada apa?" tanya Hazel melihat perubahan wajah Emma."Ethan pulang duluan ke ibukota, karena ada pekerjaan mendesak," jawab Emma berpura-pura baik-baik saja."Apa benar karena pekerjaan, atau dia menghindarimu karena kejadian semalam?""Tidak mungkin. Kami bicara baik-baik dan dia sangat bisa menerima penjelasanku. Aku yakin dia benar-benar bekerja," jawab Emma yang sebenarnya juga tidak yakin.Sebenarnya Emma ingin tetap berada di Calamba dan berencana membiarkan Tony dan Hazel pulang berdua saja. Namun Hazel mengancam tidak akan ke rumah sakit kalau bukan Emma yang menemaninya. Gadis itu sangat takut disuntik
Ethan berdiri mematung dengan tangan yang masih menggenggam sebuah cincin berlian di dalam kantongnya."Apa maksudmu?" tanya Ethan bingung dan berusaha keras mencerna maksud perkataan Emma."Mengapa kau tidak mau menikah denganku? Apa kau tidak mencintaiku?" lanjut Ethan mulai sedikit kecewa.Emma menghela napas dalam sambil menatap Ethan sungguh-sungguh."Aku sangat mencintaimu dan kau tahu itu. Tapi ... pernikahan adalah hal lain, dan aku belum siap untuk menjalaninya," jawab Emma sambil berdiri hingga berhadapan dengan Ethan."Apa kau ragu kepadaku? Kau takut tidak akan bahagia bila menikah denganku?""Ethan, ini sama sekali tidak seperti yang kau duga. Bukannya aku tidak percaya kepadamu, aku hanya belum siap menjalani pernikahan," jawab Emma hampir putus asa karena melihat wajah kecewa Ethan."Bagaimana kalau aku memberimu pilihan menikah atau kita putus?" tanya Ethan dengan wajah serius.Emma menatap Ethan dengan tatapan tidak percaya, lalu kembali duduk. Dia tidak menyangka Eth
Tony berdiri mematung begitu pintu dibanting oleh Hazel."Apa? Apa yang sudah aku lakukan?" gumamnya pelan. Dia meremas rambutnya dengan keras, karena menyesali kebodohannya. Dia sangat menyukai Hazel, bahkan dia jatuh cinta pada pandangan pertama kepada gadis itu.Dia mencari tahu semua tentang Hazel dan itu membuatnya semakin menyukai gadis itu. Tapi dia juga sadar akan kedudukannya dan merasa tidak percaya diri mendekati Hazel.Pada saat Hazel mengatakan kalau dia menyukai Tony, pria itu hampir pingsan. Dia tidak menyangka kalau Hazel juga akan menyukainya. Tapi sistem pertahanan diri yang dia miliki, membuatnya mengeluarkan reaksi yang bertolak belakang dengan yang dia rasakan.Kini, dia mengulanginya lagi. Dia kembali mengatakan hal yang tidak dia maksud karena ketakutan. "Aku harus bagaimana sekarang?" Tony menghela napas dalam dengan penuh penyesalan, lalu tiba-tiba teringat kalau Emma dan Ethan belum kembali, jadi Hazel pasti tidak punya tempat menginap. Tony segera keluar
Tony menatap Hazel yang berlari begitu cepat. Dia tidak mengerti mengapa Hazel tiba-tiba mengamuk dan meninggalkannya. Setelah beberapa saat, Tony menyadari gadis itu berlari tanpa tujuan dan dia pasti akan tersesat.Tony segera mengejar Hazel, tapi dia sudah menghilang. Tony mulai merasa khawatir dan mencari Hazel dengan panik. Tiba-tiba dia mendengar suara minta tolong dan segera berlari ke arah suara itu. Tony terkejut ketika melihat Hazel duduk di tanah sambil menangis."Nona Hazel, anda tidak apa-apa?" tanya Tony khawatir dan langsung berjongkok mendekati Hazel.Hazel yang ketakutan dan kesakitan langsung memeluk Tony dan menangis dengan kuat."Ayo, kita kembali ke penginapan," ajak Tony sambil melepaskan dekapan Hazel yang masih menangis."Kakiku sakit, aku tidak bisa berdiri," jawab Hazel sambil menangis.Tony kembali berjongkok."Letakkan tangan anda di leher saya," perintah Tony lalu langsung mengangkat tubuh Hazel seperti mengangkat seorang bayi.Hazel begitu terkejut hingga
"Maksudmu kau akan berpisah dengan Ethan?" tanya Hazel kaget. Emma tersenyum lalu menjawab dengan tenang."Tentu saja tidak. Aku sudah katakan aku sangat mencintainya dan tidak mungkin hidup tanpa dirinya.""Lalu apa maksudmu kau akan pindah ke Calamba? Sementara sudah jelas kehidupan Ethan ada di ibukota."Emma menghela napas panjang, lalu mengembuskannya. Dia tidak menjawab Hazel dan malah mengalihkan pembicaraan."Sudahlah, itu hanya rencanaku. Sekarang katakan padaku, bagaimana dengan kau dan Tony?"Hazel mendengus lalu memajukan bibirnya begitu mendengar nama Tony. Emma tersenyum, dia lega karena pembicaraan tentang dia dan Ethan akhirnya berhenti."Entahlah, aku tidak peduli. Aku sedang berusaha melupakannya.""Mengapa? Kalian bahkan belum memulai apa-apa, kenapa langsung berakhir?" "Emma, kau tahu aku menurunkan harga diriku hingga ke tanah dengan menyatakan perasaanku kepadanya. Tapi dia malah mengkritikku karena mengungkapkan rasa sukaku kepadanya, dan hingga hari ini dia sa
Emma menghela napas sambil menatap punggung Lea. Dia yang dulunya adalah penggemar berat Lea, berubah menjadi musuh sang diva dan berakhir menjadi orang asing yang saling memaafkan kemudian melupakan.Setelah menunggu beberapa saat, Emma bangkit dan keluar dari kafe itu. Kini dia tidak punya tujuan. Pulang ke rumah hanya akan membuatnya meringkuk kembali di atas tempat tidur, tapi dia tidak punya tujuan lain, selain pulang atau ke Calamba."Emma!" teriak Hazel yang sangat terkejut karena bertemu Emma di tempat yang tidak dia duga."Hazel, apa yang kau lakukan disini? Bukankah ini masih jam kerja?""Aku baru selesai menemui klien di restoran itu," jawab Hazel sambil menunjuk sebuah restorang yang tidak begitu jauh."Kau sendiri apa yang kau lakukan disini?""Aku baru saja bertemu Lea.""Apa? Untuk apa kau menemui wanita itu? Apa yang dia katakan? Apa dia mengatakan hal-hal yang buruk kepadamu?" cecar Hazel yang tidak suka kepada Lea."Jangan khawatir, kami hanya menyelesaikan apa yang
"Lea? Ada apa?" tanya Emma sambil duduk dengan wajah tegang."Apa kita bisa bertemu?" tanya Lea pelan."Sekarang?" "Ya, kalau kau tidak keberatan. Kalau kau sibuk aku bisa menemuimu siang, sore atau malam hari nanti," jawab Lea membuat Emma mengernyitkan dahi."Mengapa kau ingin bertemu? Setahuku tidak ada urusan apapun lagi diantara kita.""Ada yang ingin aku bicarakan. Jangan khawatir aku tidak akan menyerangmu. Kau tentukan saja dimana tempat yang membuatmu nyaman untuk kita bertemu," jawab Lea tenang."Aku ... Aku akan menghubungimu," sahut Emma lalu segera mematikan teleponnya.Emma menatap layar teleponnya sambil menyipitkan mata."Aku hanya ingin tidur seharian dan menenangkan tubuhku. Mengapa hal itupun tidak bisa kudapatkan? Mengapa kau harus bertemu denganku? Dan bodohnya, mengapa aku tidak langsung menolakmu?" gumam Emma sambil meletakkan teleponnya dan menutup wajahnya dengan kedua tangan.Emma memikirkan beberapa saat lalu mengirimkan pesan kepada Lea.[Mari bertemu sian