"Kau pernah melihatnya? Dimana?" tanya Emma penasaran."Entahlah aku tidak bisa mengingatnya, tapi sepertinya wajahnya tidak asing. Apakah dia pernah bermain film atau meliris album?" tanya Alice mencoba mengingat dimana dia pernah bertemu Ethan."Aku tidak yakin, tapi sepertinya tidak. Nanti aku akan menanyakan kepadanya. Apa mungkin kau pernah bertemu dia di restoran tempat kau bekerja saat dia kesana menemani bosnya?""Mungkin saja," jawab Alice tidak yakin."Sudahlah, tidak usah berusaha terlalu keras untuk mengingatnya. Sebaiknya aku pergi bersamanya," ucap Emma sambil menarik tangan Alice."Uh, sekarang aku tidak khawatir lagi tapi iri melihatmu bisa memandangi wajah sesempurna itu setiap hari," guman Alice pelan. Emma tertawa mendengar kata-kata Alice."Tuan, aku titipkan sahabatku padamu. Tolong jaga dia baik-baik," ucap Alice dengan sangat sopan kepada Ethan.Emma tertawa mendengar permintaan Alice, namun Ethan mengangguk dengan sopan dan menjawab dengan serius."Saya akan m
"Lea? Apa yang kau lakukan disini?" tanya Ethan tampak sangat terkejut."Apakah ibumu tidak memberitahu kalau aku adalah teman kencan butamu?" tanya wanita cantik dengan pakaian mewah itu."Tapi-""Duduklah dulu, mari berbicara sebentar," ajak wanita itu sambil menarik lengan Ethan.Ethan segera menepis tangan wanita bernama Lea itu, lalu duduk dengan enggan."Lea, untuk apa kau melakukan semua ini? Bukankah ini akan berbahaya untuk karirmu?" tanya Ethan menyindir Lea. "Ethan, sepertinya kau masih marah karena masa lalu kita. Waktu itu aku masih terlalu muda dan ambisius, mengapa kau terus mengingatnya?""Aku sudah tidak marah. Hanya penasaran saja, saat ini kau adalah Lea sang diva, untuk apa kau melakukan kencan buta denganku?" tanya Ethan dingin."Aku merindukanmu, merindukan kita. Aku berpikir kencan buta ini akan menjadi momen yang pas untuk kita menjadi dekat lagi," jawab Lea yang sama sekali tidak terganggu dengan sikap dingin Ethan."Setelah delapan tahun? Kau tiba-tiba merin
"Nona, bos setuju dengan lamaran anda. Anda bisa bekerja di perusahaan milik bos saya," ucap Tony sambil tersenyum."Benarkah? Terima kasih Tuan Tony. Lalu kapan saya bisa mulai bekerja?""Untuk itu nanti akan saya kabari lagi. Kalau begitu saya permisi dulu, saya akan segera mengirimkan informasi berkaitan dengan pekerjaan anda."Emma menutup pintu sambil tersenyum. Dia senang akhirnya memiliki kegiatan di luar rumah yang mungkin akan membuat rasa takutnya berkurang daripada tinggal sendirian.Emma memeriksa bungkusan yang dibawa Tony. Ternyata itu adalah set makan siang. Emma merasa seperti dikurung di penjara. Meski tempatnya lebih mewah dan makanannya lebih enak, namun tetap saja rasanya tidak nyaman.***Tony menjemput Ethan di pabrik milik salah satu anak perusahaan Atlantis Group. Meskipun dia merupakan Presdir EN Company, namun dia juga masih bekerja di Atlantis Grup. Ayahnya setuju untuk tidak mencampuri urusannya di EN Company selama dia tetap bekerja di perusahaan ayahnya.
Ethan segera masuk ke kamarnya dan melanjutkan pembicaraannya dengan Lea. Dia tidak ingin Emma mendengarnya. Sementara Emma melanjutkan makan meski sudah kehilangan selera makannya. "Sepertinya mereka memang benar-benar memiliki hubungan. Siapa aku ini bila dibandingkan dengan Lea sang diva? Emma, Emma kau memang gadis pemimpi!" guman Lea sambil menatap pintu kamar Ethan. "Apa pembicaraan kita kemarin kurang jelas? Sudah aku katakan jangan pernah lagi muncul di hadapanku!" tegas Ethan dengan kesal. "Ethan, dengarkan aku dulu. Aku menghubungimu bukan untuk masalah pribadi, namun masalah pekerjaan," ucap Lea cepat sebelum Ethan menutup teleponnya. "Kau bisa menghubungi sekretarisku untuk masalah pekerjaan. Aku tidak mau membicarakan pekerjaan di saat aku sedang beristirahat!" "Jadi, sekarang kau sudah berubah? Seingatku kau adalah penggila kerja. Kau bahkan masih bekerja saat kita sedang berkencan dulu," jawab Lea sambil tertawa kecil. "Aku tidak perlu menjelaskan apapun kepadam
"Apa ini?" tanya Emma bingung, karena tidak ada apa-apa di layar telepon genggam Hazel."Oh aku pasti tidak sengaja mematikannya, tunggu sebentar," ucap Hazel, membuat Emma kembali panik.Bagaimana kalau ternyata kekasih Lea adalah Ethan. Apa yang harus dia lakukan bila itu benar?"Ini dia fotonya," seru Hazel sambil memperlihatkannya kepada Emma.Emma menatap foto itu dengan seksama. Dia tidak mengenali pria yang bersama Lea, karena yang terlihat hanya kepala bagian belakangnya. Selain itu tubuhnya tertutupi oleh tumbuhan dan pria itu menggunakan topi. Tapi Lea terlihat jelas karena dia sedang menatap pria itu sambil tersenyum, jadi wajahnya terlihat sebagian."Bagaimana kita bisa mengenali pacarnya kalau yang terlihat hanya kepala bagian belakangnya?" keluh Leon setelah melihat foto itu."Mereka pasti sangat berhati-hati karena takut dikenali. Apalagi kabarnya pacar Lea adalah anak salah satu pria terkaya di negeri ini, dia juga memiliki perusahaannya sendiri. Jadi pasti mereka seng
"Apa yang kau lakukan?" seru Emma yang sangat terkejut dengan pernyataan Ethan."Jangan dengarkan dia. Saya akan mengosongkan rumah itu hari ini dan menyerahkan semua kuncinya kepada anda. Kami permisi," ucap Emma lalu segera menarik tangan Ethan keluar dari penginapan."Apa kau sudah gila? Darimana kau akan mendapatkan uang untuk membayar rumahku dua kali lipat?" bentak Emma kesal.Ethan diam, dia menyadari kesalahannya. Seharusnya dia tidak terbawa emosi tadi. Hampir saja dia ketahuan oleh Emma."Lebih baik sekarang bantu aku untuk mengosongkan rumah itu," ucap Emma sambil membalikkan tubuhnya.Ethan segera menarik tangan Emma sebelum gadis itu melangkah."Apa kau akan diam saja? Apa kau tidak sedih kehilangan rumah tempat kau bertumbuh?" tanya Ethan tidak percaya.Emma membalikkan tubuhnya dan melepaskan genggaman Ethan."Tentu saja aku sedih, marah dan sangat membenci pamanku. Tapi Ethan, apakah membeli kembali rumah ini dengan harga dua kali lipat akan membuat perasaanku lebih ba
Ethan yang tidak menduga tindakan Emma itu langsung mematung karena terkejut. Matanya membesar karena tidak menyangka Emma akan mengecup bibirnya begitu tiba-tiba.Emma melepaskan ciumannya lalu menatap Ethan."Maafkan aku," bisik Emma sangat pelan. Ethan mendeham berusaha menenangkan pikirannya dan bersikap seolah-olah dia tidak terpengaruh dengan kecupan bibir Emma."Maaf Oliver, aku bukannya sok suci. Aku hanya tidak suka disentuh oleh pria dengan wajah dan hati sepertimu. Tapi untuk pria setampan dan sebaik Ethan, apapun akan kuberikan termasuk tubuh dan jiwaku," ucap Emma dengan senyum kebencian, lalu menarik tangan Ethan dan meninggalkan kedua orang yang paling dibenci Emma itu."Brengsek kau Emma!" teriak Oliver hingga semua orang yang berada disekitar mereka mendengarnya.Emma tetap berjalan dengan kepala terangkat dan dada membusung sambil terus menarik lengan Ethan. Dia sama sekali tidak berhenti hingga mereka tiba di depan mobil Ethan.Ethan juga tidak mengatakan sepatah k
Emma terbangun sebelum alarmnya berbunyi. Semalam dia tidur dengan nyenyak meskipun Ethan tidak memainkan gitar. Mungkin karena perutnya kenyang karena makanan lezat yang dimasak Ethan.Emma segera mandi, lalu keluar dari kamarnya. Dia berharap pagi ini dia bisa kembali bertemu Ethan dan sarapan bersama. Tapi ternyata tidak ada seorangpun disana. Meja makan pun kosong."Apa dia masih tidur?" tanya Emma sambil berjalan mendekati kamar Ethan.Dia menempelkan telinganya ke pintu kamar Ethan, tapi tidak terdengar suara apapun dari sana."Kemana dia pergi sepagi ini, di hari libur?" tanya Emma sambil menjatuhkan tubuhnya ke atas sofa.Tiba-tiba telepon genggam Emma berbunyi saat dia sedang melamun memikirkan apa yang sedang dilakukan oleh Ethan."Selamat pagi, Nona," sapa Tony dengan sopan."Selamat pagi," jawab Emma tidak kalah sopan."Nona, saya punya kabar baik untuk anda. Atlantis Grup menyediakan tempat tinggal gratis untuk anak perusahaannya. Tempat nona bekerja termasuk di dalamnya.
Emma kembali ke rumah sakit saat malam. Dia benar, keadaan sekarang sudah sepi jadi Emma bisa dengan leluasa menemui Ethan. Dia masuk ke dalam kamar Ethan dan sangat bahagia begitu melihat Ethan yang sedang duduk sambil bersandar tersenyum padanya."Apa kau benar baik-baik saja?" tanya Emma sambil berlari ke arah Ethan."Aku baik-baik saja, tapi aku merindukanmu. Mengapa kau baru datang sekarang?""Tadi banyak sekali orang yang ingin menemuimu. Karena itu aku menunggu mereka pulang, agar bisa berduaan denganmu," jawab Emma sambil tersenyum menggoda.Emma melihat sekelilingnya."Mengapa kau sendirian? Apa tidak ada orang yang menjagamu di sini?" "Aku akan pindah malam ini, Tony sedang mengurusnya dan kedua orangtuaku menunggu di rumah sakit Atlantis.""Malam ini?" tanya Emma terkejut."Ya, kau cukup beruntung karena masih sempat bertemu denganku," goda Ethan.Tidak lama kemudian Tony masuk bersama rombongan paramedis. Mereka memindahkan Ethan ke kursi roda dan membawanya."Tuan Tony,
"Keluarga pasien Ethan," panggil perawat dari pintu masuk UGD.Emma segera berdiri dan mendekati perawat, karena kedua orangtua Ethan belum datang. Hazel sudah pulang duluan agar dapat mengistirahatkan kakinya dan Tony sedang menghubungi rumah sakit milik Atlantis meminta mereka untuk mengurus kepindahan Ethan kesana."Ya, saya," jawab Emma."Ada beberapa tindakan yang harus kami lakukan namun membutuhkan izin dari dari keluarga. Apakah anda istrinya?" tanya sang perawat.Emma menggelengkan kepala."Adiknya?"Emma kembali menggeleng."Sepupu? Ibu? Tante?" tanya perawat lagi.Emma terus menggeleng sambil menangis."Kalau begitu anda tidak bisa menandatangani surat ini. Saya mohon, tolong hubungi keluarganya dan minta mereka datang untuk menandatanganinya, kami akan menunggu," ucap sang perawat kepada Emma.Emma benar-benar putus asa dia sedang berbalik ketika melihat ayah dan ibu Ethan berlari ke arahnya."Itu! Itu ayah dan ibunya!" seru Emma senang.Jonathan dan Vivi segera mendekati
[Aku harus kembali ke ibukota karena ada hal mendesak yang harus aku kerjakan. Aku sudah meminta Tony untuk mengurus kalian berdua.]Emma membaca pesan yang dikirimkan Ethan kepadanya. Dia bisa merasakan ada yang berubah dari cara Ethan bicara dengannya meski hanya melalui pesan. Meski berusaha tetap memberikan perhatiannya, tapi seperti ada jarak yang diciptakan oleh pria itu."Ada apa?" tanya Hazel melihat perubahan wajah Emma."Ethan pulang duluan ke ibukota, karena ada pekerjaan mendesak," jawab Emma berpura-pura baik-baik saja."Apa benar karena pekerjaan, atau dia menghindarimu karena kejadian semalam?""Tidak mungkin. Kami bicara baik-baik dan dia sangat bisa menerima penjelasanku. Aku yakin dia benar-benar bekerja," jawab Emma yang sebenarnya juga tidak yakin.Sebenarnya Emma ingin tetap berada di Calamba dan berencana membiarkan Tony dan Hazel pulang berdua saja. Namun Hazel mengancam tidak akan ke rumah sakit kalau bukan Emma yang menemaninya. Gadis itu sangat takut disuntik
Ethan berdiri mematung dengan tangan yang masih menggenggam sebuah cincin berlian di dalam kantongnya."Apa maksudmu?" tanya Ethan bingung dan berusaha keras mencerna maksud perkataan Emma."Mengapa kau tidak mau menikah denganku? Apa kau tidak mencintaiku?" lanjut Ethan mulai sedikit kecewa.Emma menghela napas dalam sambil menatap Ethan sungguh-sungguh."Aku sangat mencintaimu dan kau tahu itu. Tapi ... pernikahan adalah hal lain, dan aku belum siap untuk menjalaninya," jawab Emma sambil berdiri hingga berhadapan dengan Ethan."Apa kau ragu kepadaku? Kau takut tidak akan bahagia bila menikah denganku?""Ethan, ini sama sekali tidak seperti yang kau duga. Bukannya aku tidak percaya kepadamu, aku hanya belum siap menjalani pernikahan," jawab Emma hampir putus asa karena melihat wajah kecewa Ethan."Bagaimana kalau aku memberimu pilihan menikah atau kita putus?" tanya Ethan dengan wajah serius.Emma menatap Ethan dengan tatapan tidak percaya, lalu kembali duduk. Dia tidak menyangka Eth
Tony berdiri mematung begitu pintu dibanting oleh Hazel."Apa? Apa yang sudah aku lakukan?" gumamnya pelan. Dia meremas rambutnya dengan keras, karena menyesali kebodohannya. Dia sangat menyukai Hazel, bahkan dia jatuh cinta pada pandangan pertama kepada gadis itu.Dia mencari tahu semua tentang Hazel dan itu membuatnya semakin menyukai gadis itu. Tapi dia juga sadar akan kedudukannya dan merasa tidak percaya diri mendekati Hazel.Pada saat Hazel mengatakan kalau dia menyukai Tony, pria itu hampir pingsan. Dia tidak menyangka kalau Hazel juga akan menyukainya. Tapi sistem pertahanan diri yang dia miliki, membuatnya mengeluarkan reaksi yang bertolak belakang dengan yang dia rasakan.Kini, dia mengulanginya lagi. Dia kembali mengatakan hal yang tidak dia maksud karena ketakutan. "Aku harus bagaimana sekarang?" Tony menghela napas dalam dengan penuh penyesalan, lalu tiba-tiba teringat kalau Emma dan Ethan belum kembali, jadi Hazel pasti tidak punya tempat menginap. Tony segera keluar
Tony menatap Hazel yang berlari begitu cepat. Dia tidak mengerti mengapa Hazel tiba-tiba mengamuk dan meninggalkannya. Setelah beberapa saat, Tony menyadari gadis itu berlari tanpa tujuan dan dia pasti akan tersesat.Tony segera mengejar Hazel, tapi dia sudah menghilang. Tony mulai merasa khawatir dan mencari Hazel dengan panik. Tiba-tiba dia mendengar suara minta tolong dan segera berlari ke arah suara itu. Tony terkejut ketika melihat Hazel duduk di tanah sambil menangis."Nona Hazel, anda tidak apa-apa?" tanya Tony khawatir dan langsung berjongkok mendekati Hazel.Hazel yang ketakutan dan kesakitan langsung memeluk Tony dan menangis dengan kuat."Ayo, kita kembali ke penginapan," ajak Tony sambil melepaskan dekapan Hazel yang masih menangis."Kakiku sakit, aku tidak bisa berdiri," jawab Hazel sambil menangis.Tony kembali berjongkok."Letakkan tangan anda di leher saya," perintah Tony lalu langsung mengangkat tubuh Hazel seperti mengangkat seorang bayi.Hazel begitu terkejut hingga
"Maksudmu kau akan berpisah dengan Ethan?" tanya Hazel kaget. Emma tersenyum lalu menjawab dengan tenang."Tentu saja tidak. Aku sudah katakan aku sangat mencintainya dan tidak mungkin hidup tanpa dirinya.""Lalu apa maksudmu kau akan pindah ke Calamba? Sementara sudah jelas kehidupan Ethan ada di ibukota."Emma menghela napas panjang, lalu mengembuskannya. Dia tidak menjawab Hazel dan malah mengalihkan pembicaraan."Sudahlah, itu hanya rencanaku. Sekarang katakan padaku, bagaimana dengan kau dan Tony?"Hazel mendengus lalu memajukan bibirnya begitu mendengar nama Tony. Emma tersenyum, dia lega karena pembicaraan tentang dia dan Ethan akhirnya berhenti."Entahlah, aku tidak peduli. Aku sedang berusaha melupakannya.""Mengapa? Kalian bahkan belum memulai apa-apa, kenapa langsung berakhir?" "Emma, kau tahu aku menurunkan harga diriku hingga ke tanah dengan menyatakan perasaanku kepadanya. Tapi dia malah mengkritikku karena mengungkapkan rasa sukaku kepadanya, dan hingga hari ini dia sa
Emma menghela napas sambil menatap punggung Lea. Dia yang dulunya adalah penggemar berat Lea, berubah menjadi musuh sang diva dan berakhir menjadi orang asing yang saling memaafkan kemudian melupakan.Setelah menunggu beberapa saat, Emma bangkit dan keluar dari kafe itu. Kini dia tidak punya tujuan. Pulang ke rumah hanya akan membuatnya meringkuk kembali di atas tempat tidur, tapi dia tidak punya tujuan lain, selain pulang atau ke Calamba."Emma!" teriak Hazel yang sangat terkejut karena bertemu Emma di tempat yang tidak dia duga."Hazel, apa yang kau lakukan disini? Bukankah ini masih jam kerja?""Aku baru selesai menemui klien di restoran itu," jawab Hazel sambil menunjuk sebuah restorang yang tidak begitu jauh."Kau sendiri apa yang kau lakukan disini?""Aku baru saja bertemu Lea.""Apa? Untuk apa kau menemui wanita itu? Apa yang dia katakan? Apa dia mengatakan hal-hal yang buruk kepadamu?" cecar Hazel yang tidak suka kepada Lea."Jangan khawatir, kami hanya menyelesaikan apa yang
"Lea? Ada apa?" tanya Emma sambil duduk dengan wajah tegang."Apa kita bisa bertemu?" tanya Lea pelan."Sekarang?" "Ya, kalau kau tidak keberatan. Kalau kau sibuk aku bisa menemuimu siang, sore atau malam hari nanti," jawab Lea membuat Emma mengernyitkan dahi."Mengapa kau ingin bertemu? Setahuku tidak ada urusan apapun lagi diantara kita.""Ada yang ingin aku bicarakan. Jangan khawatir aku tidak akan menyerangmu. Kau tentukan saja dimana tempat yang membuatmu nyaman untuk kita bertemu," jawab Lea tenang."Aku ... Aku akan menghubungimu," sahut Emma lalu segera mematikan teleponnya.Emma menatap layar teleponnya sambil menyipitkan mata."Aku hanya ingin tidur seharian dan menenangkan tubuhku. Mengapa hal itupun tidak bisa kudapatkan? Mengapa kau harus bertemu denganku? Dan bodohnya, mengapa aku tidak langsung menolakmu?" gumam Emma sambil meletakkan teleponnya dan menutup wajahnya dengan kedua tangan.Emma memikirkan beberapa saat lalu mengirimkan pesan kepada Lea.[Mari bertemu sian