Share

Apakah itu Kamu, Mas?

Penulis: lasminuryani92
last update Terakhir Diperbarui: 2022-02-14 12:40:33

Mendengar ucapan Bian, Riana terlihat kaget sama sepertiku, namun ia segera menyunggingkan senyum indahnya.

"Kamu anak yang manis dan baik sayang," jawab Riana menanggapi, "kalian akan jadi teman yang saling menguatkan." Lanjutnya.

Aku melihat kebaikan dan kasih sayang yang dipancarkan Riana. Ia sosok wanita yang baik, seandainya ia bukan wanita yang menempati hati suamiku. Kami pasti akan sangat dekat.

Aku menitipkan Bian pada Riana dan meninggalkan mereka sebentar karena ada hal yang harus diselesaikan di cafe.

Riana setuju dan berkata agar aku tidak khawatir, di cafe ada seorang wanita yang membuat keributan, menumpahkan makanan pada wanita lain yang lebih awal datang dengan seorang pria.

"Kamu sudah gila, hah!" sentak sang pria.

"Kamu yang gila Mas, bermain wanita di belakangku. Kamu lupa aku baru saja melahirkan anakmu!" teriaknya, meraih rambut wanita itu, menjambaknya hingga oleng.

Semua tamu memandang, tidak sedikit yang berbisik dan ikut-ikutan mengumpat. Seolah mereka tahu permasalahan yang sebenarnya.

"Hentikan Hani, kalau tidak, aku akan memukulmu!" Ancam sang pria.

"Pukul Mas, pukul! aku sudah tidak punya harga lagi di depan wanita murahan ini!" teriak wanita yang dipanggil Hani. Berusaha terus menggapai wanita lain untuk menjambaknya lagi.

Aku segera menghampiri keduanya sebelum keributan ini semakin runyam dan mengarah pada main fisik. Aku berdiri di antara kedua wanita itu memandangi mereka bergantian.

"Sudah, tolong hentikan! jangan buat keributan di sini. Kalian bisa membicarakannya baik-baik," pintaku berusaha melerai.

"Tidak ada yang perlu dibicarakan lagi, dia harus diberi pelajaran!" pekik wanita itu sembari mendorongku menjauh.

Tubuhku yang belum siap tentu saja terpelanting cukup jauh hingga membentur meja. Hani, hanya melirikku sebentar, lalu bersiap untuk membuat serangan pada wanita itu lagi.

"Hani! kamu sudah keterlaluan!" Tangan sang pria melayang hendak memukul wanitanya.

"Jangan lakukan itu!" Tubuhku refleks maju kembali untuk menghentikannya. Tapi, laki-laki itu sudah tidak bisa mengontrol amarah, tangannya melayangkan pukulan. Aku memejamkan mata, saat tangan besarnya semakin mendekat.

Brugh! Riana mendorong laki-laki itu hingga tersungkur.

"Beraninya kamu main tangan pada wanita. Dia istrimu, perempuan yang menaruhkan nyawanya untuk melahirkan anakmu! Begitu mudah tanganmu menghukumnya, padahal kamu sendiri yang menyalakan api."

"Pergi sekarang sebelum aku buat laporan kamu telah berbuat kegaduhan di tempat umum!" ucap Riana tegas.

Aku sampai melongo melihat tingkahnya, dia yang begitu lembut, senyumnya yang tidak pernah lepas kini begitu terlihat garang dan berani.

Sang pria pergi bersama wanita yang datang bersamanya. Pelayanku yang syok melihat pemandangan ini memintaku duduk, sedangkan Hani langsung pergi.

"Kamu tidak apa-apa?" ucap Riana.

"Tidak, aku hanya kaget," jawabku pelan. Masih ngos-ngosan. Entah kenapa aku seperti merasakan posisi Hani saat ini. Di khianati, lalu di salahkan, begitu kejam suaminya.

"Terimakasih telah menolongku, Riana."

"Anggap saja kita impas, ini sebagai ucapan terimakasih karena telah membuat keceriaan di hati Zain," jawabnya pelan.

Rini mengantarku ke ruangan, sedangkan Zain dan Bian menengok ke luar, bertanya banyak hal pada Riana. Dengan sabar wanita itu menasehati mereka.

Aku duduk untuk menenangkan diri di sofa, tiba-tiba melihat layar ponsel Riana yang tertinggal di atas meja masih menyala. Sepertinya ia lupa mengeluarkan aplikasi yang sedang dilihatnya.

Jelas terbaca itu adalah aplikasi e-mail dan dia sedang membaca pesan.

Dari :

Rian_Putra_Anggara

Riana aku mohon, jangan menghilang lagi seperti ini. Banyak hal yang ingin aku tanyakan padamu.

Sekali kali saja, biarkan aku menemuimu.

_____

Itu adalah nama suamiku, lelaki yang telah merebut hatiku sejak kedatangannya ke rumah untuk melamarku sebagai istrinya.

Pertemuan singkat kami mampu merebut satu-satu cinta yang kumiliki, setelah janjinya di depan penghulu kukira aku akan jadi ratu di hatinya ternyata hanya selir di bagian hati yang lain.

Mas Rian tidak berhenti mengirim pesan, tapi kulihat Riana hanya membaca tanpa membalas.

Apakah dia akan terus kuat meskipun Mas Rian gencar mendekatinya?

Perempuan mana yang tidak akan luluh jika dicintai dengan sepenuh hati?

"Di mana Halwa?" tanya Riana pada pelayan kasir.

"Di ruangan Mbak."

 Suara langkah kaki membuatku segera menyimpan ponsel itu kembali.

"Halwa, aku harus segera pergi," ucapnya jalan tergesa.

"Oh ya." Aku menoleh.

"Di mana Bian?"

"Masih di depan, mereka merengut karena masih ingin bermain."

"Kenapa kamu terburu-buru?"

"Ada seseorang yang ingin aku temui," jawabnya. Aku memicingkan mata, melihatnya yang tertegun di depan layar ponsel sebelum memasukkannya ke dalam tas.

Apa Riana akan menemui Mas Rian?

"Aku pergi dulu ya." Tanganya meraih tubuhku, kami berpelukan dan ia melempar senyum, melambaikan tangannya.

Tak lama Bian datang, wajahnya merengut sedih. Aku sudah bersiap untuk keluar.

"Sayang, bisa tunggu sebentar, mamah harus menyusul Tante Riana, ada yang lupa mamah sampaikan padanya," ucapku.

"Aku ikut, Mah."

"Enggak sayang, kamu tunggu di sini. Apakah kamu mau menitip pesan pada Zain?" tanyaku mencoba mengobati.

"Baiklah, tanyakan padanya kapan dia akan main ke rumah?"

Aku menelan ludah kasar, menatap dan mengusap rambutnya.

"Baiklah, nanti mamah sampaikan jika bertemu."

Bergegas aku mengikuti Riana, ia masih berjalan dari parkiran ke jalan utama, menunggu taksi dan menaikinya.

Aku mengikuti mereka dari belakang. Taksi yang ditumpangi Riana berhenti di pinggir jalan, lalu seseorang datang menjemput Zain. Sedangkan ia kembali melanjutkan perjalanan dan berhenti di sebuah Resto.

Riana memilih bangku kosong dan terlihat menunggu seseorang. Tidak lama, seorang lelaki datang dari arah sebaliknya, belum terlihat jelas wajahnya, tetapi style pakaiannya mirip dengan Mas Rian.

"Permisi Mbak," ucap seseorang yang akan masuk ke dalam Resto. Ternyata aku berdiri di tempat yang tidak tepat dan menghalangi pengunjung yang lewat.

Aku bergeser dengan hati yang bergemuruh hebat, apakah itu benar-benar suamiku?

Kaki melangkah dengan sendirinya, mendekat untuk memastikan apakah itu sungguh Mas Rian. Lelaki itu sampai di meja Riana, berdiri sejenak membelakangiku. Aku tidak ingat warna baju apa yang dikenakan Mas Rian tadi pagi. Tapi, gaya pakaian dan rambut itu benar-benar mirip Mas Rian.

"Mbak, tolong jangan menghalangi jalan." Seorang pengunjung kembali menegur. Aku hanya sedikit mengangguk sebagai permintaan maaf dan terus memperhatikan keduanya.

Lelaki itu menarik kursi dan hendak duduk, setelah itu semuanya akan nampak jelas. Namun, tiba-tiba seseorang yang ada di meja lain membuka daftar menu hingga menghalangi wajahnya.

Aku tidak bisa terus ke depan karena bisa ketahuan, sabar menunggu sampai konsumen meja lain selesai memesan. Namun, tiba-tiba inderaku menangkap sesuatu, aku merasakan ada lesatan belati yang menancap ulu hati, sakit, perih, seperti luka yang dilumuri perasan jeruk nipis, ia mengeliat kesakitan, saat dengan jelas kulihat lelaki itu menggenggam tangan Riana. 

'Mas,' lirihku memejamkan mata.

"Hal, sedang apa kamu di sini?" Suara itu ... aku mendongak.

Bersambung....

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
apakah dg memendam masalah bisa selesai sendiri? klu sdh tau kenapa mesti berpura2. mau otw menuju janda
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • CINTA SUAMIKU UNTUK WANITA LAIN   Kamu sudah banyak barbohong, Mas!

    "Mas," gumamku lagi tak percaya. Kedua bulu alisnya yang terbal menyatu seperti ulat bulu. Tubuhnya yang tinggi berdiri tepat di hadapanku."Apa yang terjadi?""Tidak." Gelengku cepat."Ini sungguh kamu kan, Mas?" Kali ini bukan hanya bulu alisnya yang menyatu, dahinya pun ikut berkerut."Dari mana kamu, Mas?""Aku?""Iya, Mas, dari mana?""Dari gedung sebelah, ada rapat.""Oh, ya," jawabku menggaruk kepala yang tidak gatal."Kamu mau makan?" tanyanya, setelah ia menyadari kami berdiri di depan resto saat ini."Nggak." Aku kembali menggeleng. Memegangi wajahnya yang akan melihat ke dalam restoran."Mas bisa menemani sebentar jika kamu ingin makan," ucapnya lagi hendak berbalik badan. Sigap aku segera mengalungkan tangan ke lehernya. Melirik ke arah r

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-18
  • CINTA SUAMIKU UNTUK WANITA LAIN   Di dalam Figura Foto (1)

    Mendengar kebohongan Mas Rian aku enggan menanggapi, membiarkannya berbicara sendiri."Bu, kerusakannya cukup parah, mobil harus kami bawa ke bengkel," seorang petugas derek tiba-tiba memberitahu."Oh begitu.""Terus ke rumah Kakeknya gimana Mah? Papah juga nggak datang," ucap Bian terdengar sedih.Aku memeluk Bian, mengikuti petugas derek untuk melihat kerusakan ban mobil."Mamah juga bingung sayang," jawabku pelan. Sungguh Mas Rian benar-benar tega membiarkan kami terlantar di jalanan seperti ini dan dia lebih mementingkan bertemu dengan wanita yang sangat ingin ditemuinya itu."Halwa."Seseorang memanggil dari arah samping. Aku segera menoleh."Radit, kok bisa di sini?""Kebetulan lewat, perasaan kenal, jadi aku memutuskan untuk turun," jelasnya sembari melihat mobilku yang sedang berusaha di angkat petugas derek."Kenapa mobilnya?" tanyanya lagi."Aku hilang fokus, mobil oleng masuk gorong-g

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-30
  • CINTA SUAMIKU UNTUK WANITA LAIN   Di dalam Figura Foto (2)

    Sampai di rumah ayah dan ibu mertua, kami disambut dengan bahagia oleh mereka.Kebahagiaan itu terpancar jelas dari wajah ayah menyambut kedatangan Bian. Sedangkan aku mengobrol bersama ibu dan Sindi."Ibu sangat senang kamu datang," ucap ibu berkali-kali, matanya hampir berkaca-kaca saat melihat Bian tumbuh sehat dan ceria."Meski ...." Ucapannya terjeda. Aku tahu, ibu pasti mengharapkan Mas Rian datang."Besok, Mas Rian akan datang untuk menjemput Bu," jawabku membesarkan hatinya."Untuk apa? kalau dia datang hanya untuk sekedar menjemput dan langsung pergi," ucap Ibu lagi. Nampak terlihat kekecewaan dari raut wajahnya."Ini sudah malam Bu, biarkan Mbak Halwa beristirahat." Sindi menimpali, mengelus lengan ibunya."Ya sudah, kamu istirahat ya." Ibu akhirnya keluar dari kamar. Aku tidur di kamar Mas Rian saat ia masih di rumah ini, masih nampak rapi dan terurus."Mbak kasian sama Ibu, ia pasti sangat merindukan anaknya.

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-30
  • CINTA SUAMIKU UNTUK WANITA LAIN   Hadiah di Waktu Tak Tepat (1)

    "Ini hanya masa lalu," ucapnya pelan. Mengumpulkan lembaran foto itu dan menyimpannya di atas nakas.Ia berjalan mendekat, duduk di ujung tempat tidur.Aku masih diam, menyembunyikan tangisku dalam sunyi."Hei, sudahlah, itu hanya foto lama yang lupa aku buang," lanjutnya lagi, beringsut mendekat."Lepaskan!" Aku menepis tangannya yang mencoba menyentuh lengan."Bukankah sudah kubilang jangan ke rumah ini," ujarnya lantang tak ingin menerima penolakan.Aku terbangun dan menatapnya, "Kenapa? agar aku tidak tahu kelakuanmu?""Kelakuan apa? sudah kukatakan foto itu hanya masa lalu.""Masa lalu yang sengaja Mas simpan dengan baik di hati dan kamar ini?" jawabku memalingkan wajah."Aku hanya lupa membuangnya Halwa, itu saja," belanya lagi."Heum! lupa." Aku berdecak.

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-31
  • CINTA SUAMIKU UNTUK WANITA LAIN   Hadiah di Waktu Tak Tepat (2)

    Deru suara mobil terdengar di halaman, aku segera membawa Bian keluar."Hentikan Halwa!" Tanganya mencoba meraih."Ayo sayang kita pulang," ajakku pada Bian."Kamu mau pulang? mari pulang sama Mas, bukan sama orang lain." Tangan Mas Rian menarik lengan Bian."Mamah," rengek Bian mencoba menolak."Lepaskan Bian Mas, dia kesakitan!""Aku tidak akan melepaskan kalian."Aku kembali menghampiri, menatap bola matanya."Kalau begitu lupakan Riana, dan cintai aku!" ucapku menekan."Aku tidak bisa.""Heum. Egois kamu Mas!" Kutarik Bian dan melangkah lebar menuju mobil Radit."Halwa, kamu mash istriku!" cegatnya lagi."Tinggalkan dia! jangan ikut campur urusan keluargaku," sentak mas Rian pada Radit agar ia kembali.Radit ya

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-31
  • CINTA SUAMIKU UNTUK WANITA LAIN   Siapa yang Sebenarnya Egois? (1)

    Aku menengok celah pintu, Mas Rian dan ayah duduk berhadapan di ruang tamu. Mereka terlihat sedang berbicara serius, aku ingin mendengarnya meski samar."Berkacalah dari masalalu, jangan lakukan kesalahan yang sama," ujar ayah menerawang."Aku tidak akan melakukan kesalahan kalau ayah tidak bersikeras melarangku saat itu," jawab Mas Rian tegas."Pelankan suaramu Rian! Hargai perasaan istrimu saat ini. Apakah memiliki dua anak tidak cukup mampu membuatmu berubah?" tanya ayah. Aku semakin menajamkan pendengaran, mendengar suara ayah yang semakin pelan."Kami harus menanggung akibat keegoisan ayah, dan Riana yang paling menderita," bela Mas Rian seakan kebencian masalalu itu tidak pernah lenyap."Apa yang membuatnya menderita? dia menikah dan bahagia. Kamu saja yang terlalu berpikir dangkal sampai tidak bisa melihat orang di sampingmu yang setia memberi kebahagiaan.

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-02
  • CINTA SUAMIKU UNTUK WANITA LAIN   Siapa yang Sebenarnya Egois? (2)

    Pagi-pagi Sindi membangunkanku, aku segera membuka mata dan terjaga. Malu sekali jika aku bangun kesiangan di rumah mertua."Mbak ...," sapa Sindi, mengelus pelan."Ini sudah siang kah?" jawabku segera terbangun.Jam masih menunjukkan pukul 02.00 malam, aku mengucek mata takut salah lihat."Ini masih malam Mbak," jawab Sindi pelan."Ada apa?" tanyaku setelah sadar kalau Sindi membangunkanku malam-malam seperti ini."Mas Rian belum pulang, apakah Mbak tahu kemana dia?" tanyanya."Belum pulang? Mbak kira Mas Rian hanya keluar dari kamar dan ada di rumah," jawabku sembari beringsut."Tidak Mbak. Semenjak keluar dari kamar, Mas Rian pergi dan belum kembali. Sindi takut kalau ...." Ucapan Sindi terjeda."Kalau apa?" tanyaku penasaran.Sesaat Sindi menerawang dan bergidik ngeri.

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-02
  • CINTA SUAMIKU UNTUK WANITA LAIN   Enyahlah dari Hidupku!

    "Mah, Papah kemana?" Lamunanku tiba-tiba pudar saat Bian berjalan lugu sambil mengucek kedua matanya.Aku menghampiri dan memeluknya, menyugar rambutnya yang lepek karena keringat."Papah ...," ucapku terjeda, aku berpikir bagaimana cara menjelaskan agar Bian mengerti."Papah sakit sayang, tanganya terluka," jawabku terbata."Apakah Papah tidak hati-hati saat main pisau?" tanyanya lagi polos."Ya, sepertinya seperti itu.""Mamah nggak bohong kan?" Wajah Bian sudah menatap wajahku penuh selidik. Aku sampai canggung dibuatnya."Nggak sayang, nanti kita tengok ayah ya," ucapku lagi meyakinkan. Pertengkaran kami kemarin pasti membuatnya trauma. Apalagi saat bangun ia tidak melihat Papahnya.Tepat pukul 10.00 pagi, aku, Bian, Ibu dan Sindi pergi ke Rumah Sakit untuk menjenguk Mas Rian.Di sana sudah ad

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-02

Bab terbaru

  • CINTA SUAMIKU UNTUK WANITA LAIN   Berdamai dengan Masa Lalu

    "Sudah bersih aja nih pengantin baru," goda Ibu saat aku menghampirinya di dapur.Aku hanya tersenyum kecut alias asem. Malam pertama yang gagal maning itu membuatku sedikit kurang mood."Ibu, pagi-pagi udah sibuk di dapur, nggak lelah?" tanyaku, sembari mengambil apel dan memotongnya dadu."Sudah biasa ibu menyiapkan makan sendiri, Hal," jawabnya sembari menyodorkan hasil masakannya pagi ini.Aku melihat banyak makanan yang sudah ibu siapkan, menunya persis sama seperti yang sering dimasak Radit. Buah kelapa jatuh tidak jauh dari pohonnya, keahlian memasak Radit sudah pasti di turunkan dari Ibu."Pagi semua?" sapa Radit bersama anak laki-lakinya.Aku dan ibu saling melirik dan menyipitkan mata. Lihatlah mereka, dari mulai gaya rambut sampai gaya pakaian hampir sama, udah kaya kembar beda usia."Berdoa nggak keramasnya?" tanya ibu tiba-tiba.Aku yang masih memotong buah-buahan hampir saja terpeleset pisau. Lalu, berbalik ke arah ibu.Ibu berdiri di depan Radit sekarang, saat kuperhat

  • CINTA SUAMIKU UNTUK WANITA LAIN   Gagal Maning

    Brugh! Aku menoleh, Bian menjatuhkan tubuhnya di atas kasur, tangan dan kakinya terlentang berusaha memenuhi ranjang."Bian mau bobo di sini," ujarnya.Aku menyipitkan mata, entah apa maksudnya karena dari pertama pindah ke rumah ini, tidak pernah sekali pun Bian meminta tidur di kamar ini.Tanganku yang sedang mengganti popok Khawla segera berhenti, meminta suster untuk meneruskannya."Apakah Bian lelah?" tanyaku.Dia mengangguk. Ini sudah pukul 21.00 namun tamu yang datang ke pernikahan kami masih saja ada. Radit bahkan belum terlihat, ia masih sibuk melayani tamu."Kenapa Bian mau tidur di kamar Mamah?" tanyaku penasaran."Papah, pasti tidur di sini kan Mah? jadi Bian mau tidur sama Papah," jawabnya polos."Ouh ...." Aku mengangguk.Ikut duduk di samping ranjang dan menatap bola mata Bian yang memandangku tanpa berkedip."Jadi, bukan mau tidur sama Mamah ya?" tanyaku lagi.Wajahnya menggeleng cepat."Baiklah," ucapku, hendak beranjak.Brugh! Suara itu membuatku terkejut.Saat meno

  • CINTA SUAMIKU UNTUK WANITA LAIN   Hari Bahagia2

    Ayah menatap kami sesaat, lalu berjalan mendekat.Hatiku sudah tidak karuan, keringat dingin menjalar ke tangan. Radit memegang tanganku yang bergetar."Tenanglah," ucapnya pelan.Ayah berhenti di hadapanku sekarang, berdiri dan menatap. Aku dan Radit ikut berdiri untuk menghormatinya. Mata itu menatap lekat, mencoba menyelami perasaanku saat ini."Nak," sapanya.Hatiku bergemuruh, entah kapan sapaan itu terucap dari bibirnya. Bahkan ketika aku terpukul akan kepergian ibu, ayah tidak pernah menyapaku sehangat ini."Selama kamu ada, entah kapan aku pernah menjadi seorang ayah untukmu.Keterpaksaan ayah menikahi ibumu membuatku terpaksa harus menerimamu juga. Ayah tidak pernah berencana untuk memiliki anak dari ibumu karena pernikahan kami hanya untuk sementata. Namun takdir berkata lain, kamu tiba-tiba lahir dan membuatku terpaksa bertahan dengan pernikahan itu.Kebaikan dan ketulusan Dinda yang diturunkannya padamu, tidak membuatku lantas bisa menerima kalian, hingga aku benar-benar p

  • CINTA SUAMIKU UNTUK WANITA LAIN   Hari Bahagia

    "Dit.""Heum."Radit yang sedang memegang ponsel berbalik melihatku, matanya seolah terpesona dan takjub. Aku berjalan anggun memakai gaun putih mendekatinya."Bagaimana?" tanyaku malu-malu. Pipi terasa panas, bisa kuperkirakan ia memerah saat ini. Aku segera menundukkan wajah saat tatapan Radit membuatnya semakin merona."Eits."Ponsel yang dipegang Radit hampir saja jatuh, ia tersenyum kecut dan segera mengantonginya.Tatapannya begitu beda, ia nampak seperti orang yang baru saja melihatku setelah begitu lama kami tidak bertemu, entah apa yang ada dalam pandangannya saat ini.Wajahku semakin tertunduk malu, kenapa dia memandangku seperti itu?Radit menghela napas bahagia hingga terdengar suara yang tidak bisa disembunyikannya.Ia berdiri kikuk menghampiri. Mengangkat wajahku lembut."Bagaimana kamu bisa secantik ini Halwa?" ucapnya dengan mata berkaca-kaca."Aku serasa menemukan Halwa 8 tahun yang lalu, saat jiwaku remuk karena mimpi menikahimu lenyap tergerus penyesalan.Tidak ada

  • CINTA SUAMIKU UNTUK WANITA LAIN   Pasca Dirumahkan

    "Kenapa kamu sudah pulang, Mas?" Suara Sarah_istri Bagus yang dinikahinya 13 tahun yang lalu terdengar menggema dari ruangan tv.Melihat suaminya yang hanya menundukkan kepala tanpa merespon membuat Sarah geram."Mas, kau jangan coba-coba mulai males ya bekerja!" sentaknya.Ia bangkit dari duduk, meninggalka film kesukaannya dan menghentakkan kaki di lantai. Menghampiri Bagus yang masih berjalan menunduk tanpa merespon."Mas!" Tangannya membalikan tubuh Bagus kasar.Bagus berbalik, wajahnya sayu dan lelah, dasi di kemejanya sudah melonggar dan berantakan."Ada apa Mas?"Mata Sarah mulai menyelidik, melihat wajah suaminya yang tak biasa."Ada apa Mas, katakan!"Sarah menggoncang-goncangkan tubuh suaminya kasar.Mata Bagus mendelik melihat istrinya. "Hentikan Sarah! ini semua salahmu!"Bagus melempar sebuah amplop surat yang sudah dibuka. Sarah yang melihat itu segera memungutnya.'Surat Pemberhentian Kerja?' gumam Sarah."Bagaimana bisa Mas? Kamu melakukam kesalahan apa?" sentak Sara

  • CINTA SUAMIKU UNTUK WANITA LAIN   Sentilan untuk Ayah

    [Kamu tidak bisa menikah tanpa wali, Halwa,] teriak ayah.[Orang yang mati tidak bisa menjadi wali. Ayahku sudah mati. Raganya yang dirasuki iblis tidak bisa menjadi wali!]Tubuhku bergetar dengan tangan yang terjuntai, Radit bergeming dari depan pintu.Braakk! ponsel yang kupegang jatuh dengan sendirinya.Tubuhku seperti batu yang berjalan, kaku dan dingin. Berjalan perlahan menuju balkon. Sebenarnya aku ingin meraung-raung saat ini, menumpahkan marah yang tak terbendung, tapi mengingat ada orang lain di kamar, aku malu melakukannya."Suster, bisa tolong bawa Khawla ke kamar Bian sebentar," pinta Radit."Iya Pak."Aku mendengar pintu kamar tertutup bersama dengan suara langkah kaki yang mendekat."Masuklah, Hal."Tangan Radit menelukup di pundak, air mataku sudah jatuh dalam diam, hanya pundak yang terasa naik turun. Pegangannya melebar hingga merangkul dari belakang, mengajakku untuk masuk."Banyak orang yang melihatmu di sini," lirihnya.Aku menurut dan mengikutinya masuk, menjatuh

  • CINTA SUAMIKU UNTUK WANITA LAIN   Pesan dari Ayah

    Mataku menerawang jauh keluar, melihat pepohonan yang nampak bergerak padahal mobil kami lah yang meluncur di aspal.Semenjak kapan ayah berubah begitu dingin? Sebelumnya, saat ibu masih ada meski jarang berbicara ayah tidak sedingin dan secuek itu padaku, tapi semenjak ibu pergi dan ia memutuskan untuk menikah lagi. Mulailah hubungan kami menjadi renggang, apalagi saat aku menikah, kami seperti orang asing di belahan dunia yang berbeda."Ibu punya tabungan, simpanlah ini," ucapnya sembari menyodorkan sebuah amplop."Hubungi orang yang ada di kartu itu, ia adalah teman Ibu di sana. Kamu bisa belajar usaha dan membiayai hidup sendiri. Mungkin saja setelah ini ayah ....""Kenapa ayah, Bu?"Sesaat ibu diam, lalu menggeleng pelan."Kamu harus jadi wanita mandiri, ibu tidak bisa memberi apapun hanya ini sebagai bekalmu. Jangan sampai kamu menjualnya, sebisa mungkin tetap bisa menghasilkan uang sendiri meski kamu menikah nanti," paparnya.Aku ingat betul kesedihan itu, setelah ibu benar-ben

  • CINTA SUAMIKU UNTUK WANITA LAIN   Bertemu Ayahku

    Kami sangat bahagia setelah menceritakan semua pada ibu. Beliau sungguh luar biasa. Wanita yang begitu tangguh di luar dan lembut di dalam. Membesarkan anak laki-lakinya sendirian hingga menjadi seorang pria bertanggung jawab dan penyayang. Itu tidak mudah, kebanyakan anak korban perceraian akan menjadi brutal dan haus kasih sayang hingga melampiskannya di jalanan.Aku akan mengikuti jejaknya, bagaimana beliau memperlakukan dan membimbing anaknya hingga seperti Radit sekarang. Bian harus seperti Papahnya meski tidak ada darah yang mengalir ketubuh itu, cinta Radit akan membentuk karakternya menjadi laki-laki yang kuat, bertanggung jawab dan berani, serta memiliki jiwa lembut dan penyayang di dalam hatinya."Sudah siap?"Radit menjegal di pintu, memperhatikan aku yang masih ragu untuk pergi."Hei ... kita harus pergi. Tanpa ayah kita tidak bisa menikah."Lelaki itu berjalan masuk dan menghampiriku yang masih duduk di meja rias. Tangannya menelukungkup di pundak menatap wajahku melalui

  • CINTA SUAMIKU UNTUK WANITA LAIN   Restu Ibu

    Aku berjalan perlahan mengelilingi kamar besar yang Radit sediakan untukku dan Khawla, semuanya nampak baru dan tertata rapih. Begitu sempat ia menyiapkan ini semua. Pria itu benar-benar telah memikirkannya dengan matang, menyambut kedatangan kami dengan hangat.Sesekali aku melihat Khawla mengeliat, menangis sebentar kemudian terlelap. Nampaknya ia sangat senang dengan kamarnya, semenjak datang Khawla selalu menyamankan dirinya dan tertidur lelap. Hanya terbangun saat lapar, atau pun saat popoknya basah.Bayi empat hari itu sungguh sudah tahu di mana ia merasa nyaman dengan lingkungannya."Mamah ...."Bian mengucek matanya di depan pintu."Sayang, kok belum tidur sih?"Anak lelaki itu berjalan masuk dan duduk di atas ranjang. Bibirnya mengkerucut nampak kesal."Ada apa sih jagoan Mamah?" Usapku pada rambutnya. Wajahnya semakin dibuat merengut.Tidak biasanya Bian merajuk seperti ini, pasti ada sesuatu."Hei, Mamah kan nggak paham kalau Bian tidak berbicara," pancingku menatap wajahn

DMCA.com Protection Status