Share

3. Kenyataan Pahit

“Lalu bagaimana, Tuan?”

Aldric memiliki prosedur pengamanan pada dirinya sendiri. Ia tidak ingin terjebak pada hubungan satu malam. Oleh sebab itu, asistennya selalu melakukan sesuatu yang mereka sebut sebagai operasi pembersihan.

“Seperti biasa?” tanya Marvin memastikan.

“Iya. Lakukan seperti biasa.” Aldric menjawab sambil memakai pakaiannya di depan Marvin.

“Baik. Saya siapkan sebentar.” Marvin kemudian keluar dari kamar Aldric.

Kini Aldric sudah berpakaian lengkap. Kemeja biru muda yang menonjolkan otot lengan, dada dan perutnya bersanding dengan celana panjang navy. Ia memunguti pakaian Sandra yang tercecer dan mengumpulkannya di sisi ranjang.

Nama perancang terkenal di negaranya, Jenny Packham tersemat pada bagian dalam gaun. “Hmm … wanita dengan selera busana yang bagus, dan mahal,” ucap Aldric pelan.

Usai menaruh dress tersebut di atas ranjang, ia kembali naik ke ranjang dan berbaring miring di samping Sandra. Napasnya sedikit tertahan saat melihat banyak bercak darah di seprei. Saat bangun, wanita cantik ini pasti akan merasakan nyeri. Ia akan menangis dan menyalahkan Aldric. Bahkan mungkin akan merengek sambil meminta pertanggungjawabannya. Sesuatu yang klise, pikir Aldric.

Tak lama, Sandra menggeliat dan membuka matanya. “Mmmm ….”

Ia mengerjap-ngerjap bingung dan langsung terduduk.

“Mau aku antar ke kamar mandi?” tawar Aldric.

Sandra menoleh. Dadanya berdebar kencang. Ada apa ini? Ia ada di mana? Dengan cepat ia mengumpulkan kesadaran. Ia tersentak mendapati tubuhnya yang tanpa busana. Tanpa menjawab, Sandra bergegas turun dari ranjang sambil membawa selimut untuk menutupi tubuhnya.

“Ahh … a-aduh,” rintih Sandra sambil memegangi perut bagian bawahnya.

“Sini. Aku bantu.” Tangan Aldric terjulur ke depan Sandra tetapi wanita itu dengan cepat menggeleng.

Dengan menahan nyeri, Sandra berusaha berjalan, mengambil pakaiannya, masuk ke kamar mandi dan merutuki diri sendiri.

Ia bercermin, memandang bagian tubuh dengan beberapa tanda merah.

‘Sial! Ternyata semalam bukan mimpi,’ sesal Sandra dalam hati.

***

Marvin telah kembali ke dalam kamar dengan satu tas koper uang dan berkas di tangan.

“Cukup?” tanya Marvin memperlihatkan tumpukan uang pada Aldric. Uang yang disiapkan untuk menutup mulut Sandra.

Aldric melirik pada koper yang terbuka dan mengangguk cepat. Ia membaca berkas yang telah disiapkan Marvin. Berkas perjanjian yang harus Sandra tanda tangani agar ia tidak membocorkan kebersamaan mereka semalam kepada media. Selain itu, agar wanita yang bersamanya semalam itu tidak menuntutnya dengan berbagai macam alasan.

Pintu kamar mandi terbuka. Sandra keluar dengan gaun Jenny Packham-nya semalam. Wajah cantiknya terlihat datar. Rambut panjangnya kini tergerai indah dan rapi. Aldric ingat, rambut itu sempat berantakan karena ulahnya semalam.

Sandra berjalan pelan, mengambil tas tangan dan menjinjing heels. Ketika berada di depan Aldric dan Marvin, Sandra membungkukkan tubuhnya.

“Maafkan aku. Aku pamit.” Tanpa menatap Aldric dan Marvin, Sandra mundur satu langkah, membalik cepat tubuhnya dan segera menghilang di balik pintu.

Baru kali ini ada seorang wanita yang pergi dengan cepat setelah tidur dengannya. Alih-alih merengek dan meminta pertanggungjawaban, wanita ini malah mengucapkan kata maaf dan pergi. Seolah-olah apa yang Aldric lakukan semalam sama sekali tidak berkesan. Oleh karena itu, sungguh pengusaha kaya raya itu merasa terhina.

Karena terkejut, Aldric hanya terdiam menatap punggung Sandra yang menjauh dengan berkas di tangan yang sejak tadi telah siap ia sodorkan. Aldric bahkan menahan tubuh Marvin yang akan mengejar Sandra.

“Biarkan dia pergi,” perintah Aldric sambil memberikan berkas perjanjian pada Marvin.

Setelah mendengar titah bosnya, Marvin hanya menghela napas panjang. Ia bergegas membereskan kekacauan di ranjang Aldric; memunguti baju-baju Tuannya dan membuka seprei yang bernoda darah segar. Lalu ia mondar-mandir di sekitar ranjang seperti mencari sesuatu, bahkan melongok pada tempat sampah di pojok ruangan.

“Cari apa?” Aldric menatap heran pada asistennya.

“Di mana anda buang pengamannya, Tuan?” tanya Marvin.

“Oh, itu, aku tidak sempat memakainya semalam,” ucap Aldric santai.

“Apa? Tuan tidak memakai pengaman semalam?”

Komen (6)
goodnovel comment avatar
sutrisni sutrisni
serius bagus bngt cerita nya lnjut
goodnovel comment avatar
Irmawati Baco
lanjut woi
goodnovel comment avatar
FR3Y GG
sayang bgt uang sekoper gak diambil...wakakaks
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status