“Di sini restorannya?” tanya Alonso saat mereka tiba di pintu masuk sebuah bangunan.“Benar, Tuan.” Marvin keluar dari mobil. Kevin sudah lebih dulu keluar dan membukakan pintu untuk Alonso.Ketiganya berjalan masuk ke dalam restoran yang cukup ramai. Untung saja, Kevin sudah memesan tempat, sehingga mereka mendapat kursi dan meja yang lebih private. Alonso menatap sekelilingnya.“Apa di etalase itu makanan Padang?” Alonso menunjuk pada etalase di pojok ruangan.“Betul, Tuan. Tetapi, nanti semua makanan itu akan dihidangkan di meja kita.”Alonso mengerutkan kening tak mengerti. Tetapi, ia memilih tidak bertanya lebih lanjut. Sekali lagi, matanya menatap interior restoran yang kental dengan budaya Indonesia.“Apa putraku pernah ke Padang?”Marvin menggeleng. “Seingatku belum pernah, Tuan.”“Apa Sandra pernah ke Padang?”Marvin berpikir sejenak. “Saya tidak tau, Tuan. Sependek ingatan saya, Sandra sejak lulus SMA memang tinggal di luar negeri.”“Ah, iya. Betul juga,” balas Alonso.Obrol
255.“Kenapa Marvin langsung ke hotel, sayang? Biasanya dia ke villa dulu?” tanya Sandra heran saat mendapat kabar Marvin yang akan menjemput Alex telah datang di Bali.“Katanya kangen sama suasana hotel, kalau di villa tidak bebas.”Sandra mencibir. “Apanya yang tidak bebas. Yang ada, aku yang tersisih oleh kebersamaan kalian. Kamu dan Marvin berdua itu kan betah sekali berduaan di ruang kerja.”Aldric tergelak. “Mungkin maksudnya tidak bebas karena takut sama kamu, My love.”Sandra kembali memberengutkan mulutnya. Aldric yang gemas langsung mengecup bibir tipis itu. Lengan kokohnya melingkari pinggang ramping Sang Istri.“Apa aku sudah mengucapkan i love you, hari ini?” bisik Aldric menggoda seraya mencium telinga Sandra yang belum tertutup hijab.Sandra terkikik geli dan mengangguk. “Iya, sudah.”“Kapan?”“Setelah kita selesai be
Aldric yang menggandeng tangan Sandra terpaku pada pemandangan di depannya. Kejutan yang tidak pernah ia duga. Alonso dan Helen berdiri di tengah kamar. Tersenyum haru melihat putra dan menantu mereka."Aku biarkan kalian berbincang dulu. Aku pamit keluar," ucap Marvin.Suara pintu kamar yang ditutup menambah kecanggungan. Aldric menatap istrinya yang juga terlihat bingung. Di tengah kesunyian, Alonso dan Helen mendekati putra mereka dan istrinya."Hello Aldric, Sandra, apa kabar?" Alonso mengulurkan tangannya ke depan Aldric dan Sandra."Baik , Alhamdulilah." Aldric membalas uluran tangan tersebut dengan sikap kaku."Hello, Tuan Alonso, Nyonya Helen, selamat datang." Sandra tersenyum tipis dan menangkupkan kedua tangannya di dada.Helen tersenyum memandang Sandra dan menjawab, "Terima kasih, Sandra. Boleh aku memelukmu?"Sandra menoleh menatap suaminya yang masih berwajah datar. Lalu, bibir wanita berhijab
“Alex sayang. Jangan salah mengerti. Maafkan Grandpa kalau kata-kata Grandpa salah atau menyakitimu. Maksud Grandpa adalah kamu anak yang jenius karena bisa berpikir lebih cepat dari teman-temanmu.”Helen juga mencoba menenangkan Alex. “Iya, sayang. Kami sangat bangga kepadamu. Bahkan, teman-teman Grandma ingin sekali bertemu dengamu.”Wajah Alex kembali tenang. “Apa teman-teman Grandma senang mencubiti anak kecil karena gemas?”“Oh, tidak.” Helen menggeleng. “Mereka tidak akan melakukan itu. Kenapa kamu menanyakan hal itu?”“Karena di Indonesia, orang-orang yang gemas terhadap anak kecil biasanya pipinya dicubit-cubit. Alex tidak suka!”Helen dan Alonso kembali terkekeh bersama. “Itu memang sikap yang tidak bisa dibenarkan. Tetapi, kamu memang sangat menggemaskan.”Alex tertawa sendiri. “Mommy juga bilang begitu.”“Eh, sayang, apa kamu tidak bersekolah?”“Hari ini guru private Alex izin karena sedang ujian di kampusnya. Setelah Mommy selesai rapat, Alex akan belajar dengan Mommy. Tad
Sandra bergegas keluar dari ruang rapat. Ia memiliki jadwal untuk mengajar putranya. Wanita cantik itu menelepon Lee untuk mengetahui keberadaan putranya sekarang.Sepeninggal Sandra, Aldric menatap Luke dalam-dalam. “Apa rencanamu malam ini ada kaitannya dengan Anita?”Luke meringis dan tersenyum sedikit. “Instingmu itu kadang membuatku takut. Kamu seperti cenayang yang dapat mengetahui apapun.”“Cenayang?”“Sejenis penyihir yang bisa membaca pikiran orang.”Aldric mendengus. “Ngaco!”“Makanya jangan suka menebak dengan tepat, dong.”“Jadi dugaanku tepat? Kamu mau pergi dengan Anita?”Luke mengangguk samar. “Anita sudah keluar dari pekerjaan lamanya. Aku mau membantu menyortir pekerjaan apa saja yang bisa ia lakukan.”“Kamu ada niat memperkerjakannya di sini?” Alis Aldric terangkat tinggi.“Astagaa &h
“Justru setelah mengenalmu, kami sangat beruntung Aldric memiliki istri seperti kamu, Sandra. Semoga kamu memaafkan kesalahan kami kepadamu,” ucap Helen dengan penuh haru.Sandra merasakan tangannya diremas oleh tangan mungil. Wanita itu tersentak kaget mengingat ada Alex di antara mereka. Tidak sepantasnya Alex mendengar dan menyaksikan masalah orang dewasa ini.Tak ingin Alex mendengar lebih banyak masalah antara Aldric dan orang tuanya, Sandra menjawab cepat, “Iya. Sandra dan Aldric sudah memaafkan Mommy dan Daddy.”Mata Helen membulat sempurna mendengar Sandra memanggil Mommy dan Daddy. Spontan, wanita elegan itu segera memeluk wanita berhijab di depannya. Sandra dengan suka cita membalas pelukan tersebut.“Terima kasih, darling. Mom bahagia sekali,” bisik Helen.“Terima kasih juga, Mom, Dad,” balas Sandra dengan santun. Wanita itu juga terharu mendengar panggilan ‘darling’ dari ibu mertuanya.Tangan mungil Alex melingkari pinggang ibunya. Sandra mengangkat putranya hingga masuk k
“Ini artinya …?” Aldric menggantung kalimatnya.“Semua rekening dan asetmu telah kembali. Kamu cek saja sendiri.”Aldric menatap sahabatnya. Ia meraih ponsel dan masuk ke dalam aplikasi mobile banking. Matanya membulat sempurna saat mendapat tulisan berupa sambutan selamat datang dari Bank Internasional. Padahal, sebelumnya, saat ia login, nomer rekeningnya tertulis tidak dapat diakses.“Bagaimana? Jumlahnya juga tidak berkurang sepeser pun. Bahkan sebagai pemegang saham terbesar, kamu akan tetap mendapat sharing profit setiap bulannya.”Lelaki tampan itu meletakkan kembali ponselnya ke meja. Hampir dua tahun yang lalu ia dimiskinkan oleh ayahnya. Ibu kandungnya pun sama sekali tidak membelanya. Bahkan saat itu, ia tidak diizinkan membawa barang-barang berharga miliknya sendiri.Marvin merogoh saku celana. Ia mengambil dompet dari saku dan mengeluarkan satu kartu. Kartu hitam yang bertuliskan nama Aldric d
Sandra menggeleng. "Aku tidak mengerti.""Marvin tadi sore memberikan rekaman berisi pernyataan Daddy pada rapat direksi. Di sana, Daddy memutuskan bahwa aku tetap menjadi pemegang saham terbesar."Aldric juga menceritakan apa yang dijelaskan Marvin. Alonso memang telah berubah menjadi pribadi yang lebih kekeluargaan. Orang tua Aldric itu memang sudah lama ingin bertemu anak dan menantunya.Spontan Sandra memukul dada sang suami. "Bugh.""Aw. Kenapa sih, My love? Kok tiba-tiba aku dipukul?""Kamu jahat sekali sama orang tuamu. Lihatlah mereka sampai menahan rindu dan takut bertemu denganmu. Dosa tau, gak!" omel Sandra."Salah mereka sendiri. Aku sudah berkali-kali mengatakan fakta tentang Valerie dan dirimu. Tetap saja mereka terpengaruh mulut manis Valerie," sanggah Aldric"Alhamdulillah. Bagaimanapun aku bersyukur akhirnya kamu berbaikan lagi dengan orang tuamu.""Mmmm ... soal itu aku belum tau."Sandra sontak mendelikkan matanya. "Katanya kamu sudah memaafkan mereka.""Sudah, suda
Sandra berhasil menembus komunitas pendidikan di Inggris. Namanya diperhitungkan dan selalu dibawa-bawa saat ada perbincangan mengenai sistem pendidikan internasional. Bahkan, seringkali Sandra menjadi pembicara ataupun moderator pada seminar bergengsi di negara-negara Eropa. Karir Aldric pun semakin meningkat. Ia tidak perlu lagi mengontrol perusahaannya. Uang-uang yang ia investasikan kini sudah bekerja untuk dirinya dengan menghasilkan pundi-pundi kekayaan yang sangat besar. Sore ini, keadaan mansion kembali ramai. Keluarga Javier dan keluarga Osborn serta sahabat-sahabat Aldric dan Sandra berkumpul untuk merayakan kesuksesan Sandra. Malam ini, wanita cantik itu akan menerima penghargaan dari sebuah media pendidikan sebagai salah satu wanita yang cukup berpengaruh di Inggris. “Cantik sekali,” puji Aldric menatap penampilan istrinya. “Terima kasih, sayang. Kamu juga tampan sekali.” Sandra balas memuji suaminya yang telah menggunakan stelan jas mewah yang elegan senada dengan gaun
Semua kepala menengok ke arah kepala pelayan. Saat lelaki itu bergeser dan memperlihatkan tamu yang datang, Sandra menutup mulutnya. Sementara, Aldric mengembangkan senyum.“Madam Mary!” pekik Alex. Anak lelaki itu segera berlari mendekat dan memeluk tamu yang ternyata adalah Madam Mary dan Jason.Aldric berdiri menyalami tamu-tamunya. Sementara Sandra masih terduduk dengan satu tangan menutup mulutnya. Dengan pandangan haru, wanita itu menatap Madam Mary, mantan pelayan setia Aldric yang juga selalu menjaganya dan Alex di masa sulit mereka.“Nyonya Sandra,” sapa Madam Mary seraya mengulurkan tangannya.Sandra menatap tangan tersebut, ia berdiri lalu memeluk wanita setengah baya di depannya. Bahagia sekali mendapat kunjungan dari orang yang menyayangi mereka. Jason, suami Madam Mary sekaligus mantan pelayan setia Helen dan Alonso pun salling berjabatan dengan penuh haru.“Ayo, silahkan duduk,” ajak Aldric.“Maaf, Tuan. Kenalkan, ini putra kami, Daniel.” Madam Mary menggiring putranya
“Mommy, Abang mau jaga Adik Nayya malam ini. Abang tidur di kamar Adik, ya?” pinta Alex.“Mmm … sebaiknya Abang Alex tanya Daddy. Biasanya, Nayya tidur bersama Daddy,” ucap Sandra dengan lembut pada putranya.Aldric yang mendengar permintaan putranya dan jawaban Sandra, seketika teringat pada nasehat Marvin.“Boleh. Tentu saja, Abang Alex boleh tidur menjaga Adik Nayya,” balas Aldric cepat.Jawaban Aldric membuat Sandra menoleh menatap suaminya. Tumben sekali, ia mau dipisahkan dengan Nayya malam ini. Aldric menangkap tatapan heran istrinya.“Lagipula, Daddy kangen tidur berdua saja dengan Mommy,” imbuh Aldric lagi.“Yeayyy … Abang tidur sama Adik.” Alex melonjak-lonjak senang. Tetapi, kemudian, Alex teringat akan sesuatu.“Tapi, Dad, kalau Adik Nayya menangis, Abang harus bagaimana?”“Ada baby monitor di kamar Adik. Jadi, kalau Adik Nayya menangis, kami akan dengar. Mommy akan datang dan menyusui Adik Nayya.”“Oh, oke.” Alex mengacungkan jari jempolnya.Menjelang tidur, Aldric dan Sa
Sandra menggeleng samar mendengar bisikan suaminya. Ia tidak langsung menjawab karena ada suster bersama mereka. setelah Nayya menyusu dengan tenang, suster menjauhi mereka.Pebisnis mapan itu menatap mulut bayinya yang sedang menghisap. Kedua pipinya terlihat kembang kempis. Tangan mungil Nayya mengenggam jari kelingking ibunya.“Sepertinya nikmat sekali,” canda Aldric.“Memang nikmat ya, Nay. Soalnya Nayya cuma boleh minum ASI saja,” balas Sandra.“Nayya, Daddy boleh minta, nggak?”Aldric memang berbicara pada bayinya. Tapi, tentu saja pertanyaan itu ditujukan pada ibunya. Sandra mencebikkan bibir merespon perkataan sang suami.“Apa rasa ASI, sih, My love?”“Mana aku tau? Aku kan tidak pernah mencoba. Pertanyaan yang aneh.”Aldric terkekeh. “Kok, kamu jadi sensitif begitu. Nanti Nayya jadi terganggu dengan suara Mommy yang tidak ramah.”“Maaf, ya, Nay. Daddy suka usil sama Mommy,” Sandra berkata pada bayinya dengan senyum di bibir.“Daddy ‘kan cuma bertanya, karena Nayya belum bisa
Alex mendorong stroller Nayya dibantu Aldric. Sandra melingkari lengannya pada pinggang suaminya. Pintu kaca besar otomatis terbuka saat mereka akan keluar.Kebetulan, Keluarga Javier dan orang tua Aldric pun sedang berada di taman. Bahkan Marvin, Leah dan Kevin juga tampak mengobrol akrab dengan kakak-kakak Sandra.“Marv, Kev, Kalian ke sini?” sapa Aldric.“Leah,” Sandra pun menyapa dan memeluk sahabatnya.“Kami ‘kan belum menjenguk Sandra dan bayi kalian,” cetus Marvin. “Tuan Alonso mencegah kami mengunjungi rumah sakit karena nanti Sandra tidak dapat istirahat.”“Iya, maaf. Itu juga permintaanku.”“By the way, selamat, ya,” ucap Marvin. Mereka berpelukan secara maskulin yang kemudian juga diikuti dengan Kevin.“Bagaimana kabarmu, Sandra?” tanya Marvin.“Semakin hari semakin membaik, insyaAllah,” balas Sandra.“Marv sayang, lihat Nayya deh. Cantik sekali,” ucap Leah yang memperlihatkan Nayya dalam dekapannya.“Apa kamu sudah cuci tangan, Leah?” Aldric mengerutkan dahi melihat putrin
Akhirnya Sandra kembali ke mansion. Seorang suster senior rekomendasi dari rumah sakit, ikut diboyong Helen. Wanita tua itu tidak memperdulikan protes yang keluar dari mulut putranya saat lelaki itu mengatakan tidak membutuhkan seorang suster.“Kamu akan butuh. Kasihan Sandra jika tidak ada yang membantu mengurus bayinya!” ucap Helen tegas kepada Aldric.“Aku yang akan membantu Sandra, Mom. Aku mau mengurus Nayya sendiri,” kilah Aldric.“Tidak bisa. Kamu juga belum berpengalaman. Yang ada, Sandra nanti malah tambah stress dibantu kamu.”Aldric mengembuskan napas panjangnya. Ia akhirnya mengalah. Apalagi, tidak ada satu pun keluarga yang mendukungnya. Semua setuju, Sandra membutuhkan bantuan seorang suster di mansion.Keadaan Sandra sendiri sudah lebih baik. Setelah berbaring dan mendapat perawatan di rumah sakit selama tiga hari, kini wanita itu mulai bergerak aktif. Walaupun terkadang, gerakannya terhenti karena
Alex menggenggam rangkaian bunga indah di tangan kanan. Tangan kirinya memegang kotak berwarna merah muda. Anak lelaki tampan itu membawa hadiah yang akan ia persembahkan untuk ibu dan adik perempuannya.Di sampingnya Alzam berjalan membawa bungkusan. Bungkusan berisi susu almond untuk putri tercinta yang baru saja melahirkan bayi perempuan cantik. Minuman itu diyakini berkhasiat untuk melancarkan produksi ASI.Setelah mengetuk pintu, Alzam membuka pintu. Alonso segera berdiri saat melihat besannya masuk. Mereka berpelukan dengan akrab.“Selamat pagi. Bagaimana kabar cucu cantik kita hari ini?”“Ia sedang menyusu.” Helen menoleh pada tirai tertutup di samping mereka.“Oh, baiklah. Susu almond untuk ibu menyusui aku letakkan di dalam lemari pendingin, ya.”“Iya.”Alex lalu menghampiri Grandma dan Grandpanya. Anak lelaki itu mencium telapak tangan keduanya. Helen dan Alonso membalas dengan mengecup sayang kepala serta pipi cucu tampan mereka.“Apa kamu membawa bunga untuk Mommy?” tanya
Helen mengamati bayi cantik di dalam dekapannya. Ia berdiri dan mengayun pelan sambil terus tersenyum. Tangannya pun tak henti mengelus kulit halus cucu cantiknya.“Cantik sekali cucu grandma, ya,” puji Helen. Entah sudah berapa puluh kali ia mengucapkan kalimat tersebut sejak melihat Nayya.Hingga Alonso datang menghampiri dan kini berdiri di samping istrinya. Lelaki tua itu juga ikut mengelus kepala baby dan sesekali menciumnya.“Sudah! Jangan diciumi terus. Nanti Nayya bangun!” desis Helen galak.Sandra terkekeh. “Sama seperti Aldric semalam, Mom. Nayya sedang asyik menyusu malah dicium-cium hingga akhirnya menangis.”Kepala Helen menggeleng mendengar penuturan menantunya. Wanita itu meletakkan Nayya sangat hati-hati di dalam box bayi. Lalu, box tersebut ia tutup dengan kelambu halus.“Kamu mau makan, darling?” tanya Helen.“Boleh, Mom.”“Eits, sudah. Di ranjang saja. Biar Mommy yang antar makananmu.” Helen mencegah Sandra yang akan turun dari tempat tidur.Sandra menurut. Ia duduk
Tak hentinya Aldric menatap wajah mungil di dekapan Sandra. Bayi perempuan cantik itu sedang menyusu pada ibunya. sesekali, lelaki itu mencium pelan kepala sang putri.“Sayang!” protes Sandra. “Nanti dulu cium-ciumnya. Dia sedang menyusu.”“Baby cantik wangi sekali, My love. Dia pakai parfum bayi apa?”Sandra terkekeh geli mendengar pernyataan suaminya. “Bayi belum boleh pakai pewangi apapun, sayang. Ini murni aroma tubuh Baby.”“Benarkah? Kok wangi sekali?” Aldric kembali mencium rambut dan pipi putrinya.Gerakan Aldric membuat bayi yang sedang menyusu itu berhenti mengisap sari makanan dari sang ibu. Matanya menatap Sandra. Kepala mungil bayi perlahan bergerak mengusel dada di hadapannya.“Tuh ‘kan, Baby jadi berhenti menyusu karena kamu ganggu,” gerutu Sandra. Wanita itu lalu mencoba memasukkan kembali area areolanya ke dalam mulut bayinya.Namun, bayi pe