Seminggu sudah perang dingin berkumandng di antara Marvin dan Cindy. Walaupun mereka tampak tetap profesional dalam pekerjaan. Akhirnya, Aldric pun merasakan perubahan pada pribadi keduanya.Namun begitu, Aldric tidak ambil pusing. Ia sendiri sedang memiliki masalah dengan Sandra. Rasa cemburunya masih bersarang di hati. Bagaimana ia mengurusi pribadi Marvin dan Cindy, jika ia saja sedang tidak mood pada kehidupannya sendiri.“Anda yakin tidak membawa pengawal lain selain Lee?” tanya Marvin.“Tidak perlu. Kami hanya sebentar di Jerman. Setelah Alex selesai bertanding, kami akan langsung pulang,” jawab Aldric.“Baiklah.”“Tolong siapkan saja pesawat jet ku. Juga hotel terbaik di Jerman.”“Semua sudah siap, Tuan.”Aldric mengangguk. Setelah Marvin keluar dari ruangannya, ia berselancar di dunia maya. Mengetikkan salah satu nama di google.Lelaki itu semakin kesal. Pemili
Cindy tak bisa tidur nyenyak. Ia terbangun gelisah. Berkali-kali mengembuskan napas panjang ternyata tidak juga membuat hatinya lega.Satu tahun terakhir, Cindy menyadari bahwa ia telah jatuh cinta pada Marvin. Lelaki yang selama ini membimbingnya dalam bekerja. Bahkan jauh sebelum itu, lelaki itu telah mengambil perhatiannya. Sejak masih menjadi mahasiswa tingkat pertama, ia sudah terpesona dengan penampilan Marvin.Kebersamaan yang mereka lalui saat bekerja, membuat Cindy merasa memiliki harapan. Setiap hari, perhatian demi perhatian ia berikan. Marvin tampak senang dan tidak keberatan dengan semua pemberian dan pesan-pesan yang dikirim Cindy.Wanita berparas manis itu melangkah ke meja riasnya. Ia bercermin dan bertanya di dalam hati, ‘Apakah dirinya tidak cukup pantas untuk seorang Marvin?’Sekali lagi, ia mengembuskan napas. Dengan langkah berat, ia mengambil laptopnya. Jari-jarinya menekan tuts keyboard dengan lancar. Tak terasa, satu air mata lolos mengalir ke pipi.***Pagi ha
“Jadi seminggu ini aku melihat keanehan sikapmu karena kamu akan resign?”Cindy tidak menjawab pertanyaan Aldric. Ia tidak bisa berbohong, namun juga tidak mungkin jujur. Perubahan sikapnya karena ia jatuh cinta pada Marvin namun ternyata cintanya bertepuk sebelah tangan.“Terima kasih atas tanda tangannya, Tuan. Saya pamit.”“Tunggu!”Aldric mencegah Cindy yang akan menuju pintu untuk keluar dari ruangannya. Sekertaris Aldric itu terpaku di tempat. Saat ini air matanya telah mengalir. Jika ia membalik tubuhnya, Aldric akan tau bahwa ia menangis.Secepat yang ia bisa, Cindy menghapus air mata. Aldric kini telah berdiri di depannya, menghalangi pintu. Tatapan mata Tuannya membuatnya yakin bahwa Aldric mencurigai sesuatu.“Kamu menangis?”“Maaf, Tuan. Tiba-tiba saja air mata saya jatuh. Sebenarnya saya sedih harus meninggalkan tempat ini,” lirih Cindy.Pengusaha mapan it
Leah menghentikan langkah. “Kamu serius?”“Apa aku terlihat bercanda?” tanya Marvin.Wanita yang memakai sweater oversize yang dipadu celana jeans ketat itu menatap mata Marvin. Ia memang merasa akhir-akhir ini Marvin sangat perhatian. Tetapi ia tidak mau salah paham pada perasaannya sendiri.“Aku tidak tau … “ Leah menjeda kalimatnya.“Kamu tidak perlu menjawab sekarang. Aku tau kamu masih harus memikirkannya baik-baik.”Leah mengangguk. “Terima kasih atas pengertianmu. Maaf, aku belum bisa menjawab sekarang.”“Boleh aku tau, apa yang membuatmu ragu?”“Salah satunya keyakinan kita yang berbeda,” jawab Leah tegas.“Bukankah banyak pasangan di dunia yang bahkan menikah berbeda keyakinan? Aku pun memiliki teman yang pasangannya berbeda iman,” ungkap Marvin. “Dan hingga mereka memiliki dua orang anak, kehidupan rumah tangganya baik-baik saja,” imbuhnya lagi.Wanita di samping Marvin terdiam. Ia membenarkan pernyataan Marvin. Tetapi hatinya tetap tidak dapat terima jika bersuamikan seseor
Marvin hampir saja menjatuhkan ponselnya. Ia membulatkan mata menatap layar yang telah kosong. Aldric telah memutuskan sambungan telepon, karena pertandingan Alex akan segera dimulai. ‘Apa tadi Aldric bilang? Cindy resign?’ Asisten Aldric itu sangat tidak percaya. Lelaki itu menekan nomer kantor dan mengumpat pelan. Suara komputer membalas teleponnya. Ia sampai lupa hari ini adalah akhir pekan dan kantor tidak beroperasi. Dengan gusar, Marvin mengecek ponselnya. Dari mulai pesan, panggilan telepon dan email. Tidak ada satu pun dari Cindy. Sekali lagi ia mengumpat. Pasti Tuan Aldric sedang jahil padanya. Tidak mungkin sekertaris Bosnya itu tiba-tiba mengundurkan diri. Leah merasakan perubahan Marvin. Lelaki itu tampak lebih pendiam. Dahinya sering berkerut dalam. Walaupun begitu, fokus dan pekerjaannya tetap baik. “Leah, aku harus kembali hari Senin pagi. Ada masalah di kantor,” ungkap Marvin saat mereka sedang makan malam. “Oh ya? Ada apa?” “Entahlah. Tuan Aldric menyuruhku untu
Marvin mendadak berubah dingin dan ketus pada semua orang. Kevin, sekertaris baru Aldric harus pontang-panting di hari pertamanya bekerja mengikuti perintah Marvin. Semua yang dilakukan Kevin dikritik dan dianggap salah oleh asisten Aldric itu.“Ada apa denganmu? Kenapa hari ini marah-marah terus?” tanya Aldric heran saat melihat Marvin membentak Kevin di depannya.“Tidak ada. Hanya sekertaris baru itu lamban sekali kerjanya,” ptotes Marvin.“Omong kosong. Kinerjanya masih tergolong cukup baik. Apalagi ini hari pertamanya bekerja. Tambahan lagi, Cindy sudah menyelesaikan semua tugas kita selama satu minggu,” kilah Aldric.Marvin terduduk. Sambil mengembuskan napas berat, ia berkata, “Tolong ceritakan pada saya, bagaimana Cindy bisa resign?”“Jadi karena Cindy resign kamu uring-uringan?”“Saya sangat lega kita memiliki Cindy sebagai tim kerja. Kita sudah sangat mempercayainya. Keluarnya wanita itu berarti saya harus mengajari banyak hal lagi pada Kevin.”“Tetapi, aku lihat Kevin cukup
“Jadi aku harus menolak Marvin?”“Aku rasa sebaiknya begitu, Le.”“Sayang banget.”“Itu namanya cobaan. Kamu diuji sama Allah melalui pesona Marvin.”Leah merenungi nasibnya. Usianya tahun ini sudah dua puluh tujuh tahun. Namun, belum ada tanda-tanda lelaki yang serius ingin menikahinya.“Betul juga kata orang tua di Indonesia, ya. Kalau wanita mengejar karir, maka jodohnya akan sulit.”“Jangan percaya pada mitos. Yang penting, kamu perbaiki dulu dirimu. Setelah itu, akan datang lelaki baik melamarmu. ”“Perbaiki gimana? Aku kan nggak rusak.”Sandra terkekeh dan mencubit gemas lengan sahabatnya. “Bukan itu maksudku.”“Terus apa dong?” Leah mengusap-usap tanda merah di lengannya akibat cubitan sang sahabat.Wanita di samping Leah mendadak serius. Ia menatap sahabatnya dalam-dalam dan berkata, “Jujur. Kapan terakhir kamu sholat?”Leah tersenyum tak enak hati dan menjawab, “Lupa.”Sandra menggeleng prihatin. “Coba kamu mendekatkan diri dengan Sang Pencipta, Le. Mungkin jodohmu masih dita
Baik Marvin maupun Aldric tersentak mendengar pernyataan Sandra. Kalimat halus yang keluar dari bibir wanita berhijab itu mengandung sindirin keras. Walapun diucapkan dengan wajah dan tutur kata yang lembut.Ketika kembali ke ruangannya, Marvin menjadi gelisah. Ia sangat mengerti maksud perkataan Sandra. Yang menjadi pikirannya saat ini, apa istri Aldric itu juga menyarankan hal yang sama pada Leah?Sementara itu di ruang kerja Aldric.“My love, kenapa bicara seperti itu pada Marvin? Kamu tidak lihat ia shock mendengar ucapanmu,” keluh Aldric.“Sebaiknya aku berterus-terang. Sebelum hubungan mereka semakin jauh. Akan sulit bagi mereka untuk saling melepaskan nantinya.”Aldric hanya dapat menggeleng samar. Ia mengamati istrinya yang menyesap teh dengan tenang.***Valerie tersenyum kala mendapat laporan. Ia telah mempelajari kebiasaan Aldric dan Sandra satu minggu ini. Hingga ia tau, akhir-akhir ini, wanita yang paling dibencinya itu sering menemani mantan tunangannya di kantor.Mudah
Sandra berhasil menembus komunitas pendidikan di Inggris. Namanya diperhitungkan dan selalu dibawa-bawa saat ada perbincangan mengenai sistem pendidikan internasional. Bahkan, seringkali Sandra menjadi pembicara ataupun moderator pada seminar bergengsi di negara-negara Eropa. Karir Aldric pun semakin meningkat. Ia tidak perlu lagi mengontrol perusahaannya. Uang-uang yang ia investasikan kini sudah bekerja untuk dirinya dengan menghasilkan pundi-pundi kekayaan yang sangat besar. Sore ini, keadaan mansion kembali ramai. Keluarga Javier dan keluarga Osborn serta sahabat-sahabat Aldric dan Sandra berkumpul untuk merayakan kesuksesan Sandra. Malam ini, wanita cantik itu akan menerima penghargaan dari sebuah media pendidikan sebagai salah satu wanita yang cukup berpengaruh di Inggris. “Cantik sekali,” puji Aldric menatap penampilan istrinya. “Terima kasih, sayang. Kamu juga tampan sekali.” Sandra balas memuji suaminya yang telah menggunakan stelan jas mewah yang elegan senada dengan gaun
Semua kepala menengok ke arah kepala pelayan. Saat lelaki itu bergeser dan memperlihatkan tamu yang datang, Sandra menutup mulutnya. Sementara, Aldric mengembangkan senyum.“Madam Mary!” pekik Alex. Anak lelaki itu segera berlari mendekat dan memeluk tamu yang ternyata adalah Madam Mary dan Jason.Aldric berdiri menyalami tamu-tamunya. Sementara Sandra masih terduduk dengan satu tangan menutup mulutnya. Dengan pandangan haru, wanita itu menatap Madam Mary, mantan pelayan setia Aldric yang juga selalu menjaganya dan Alex di masa sulit mereka.“Nyonya Sandra,” sapa Madam Mary seraya mengulurkan tangannya.Sandra menatap tangan tersebut, ia berdiri lalu memeluk wanita setengah baya di depannya. Bahagia sekali mendapat kunjungan dari orang yang menyayangi mereka. Jason, suami Madam Mary sekaligus mantan pelayan setia Helen dan Alonso pun salling berjabatan dengan penuh haru.“Ayo, silahkan duduk,” ajak Aldric.“Maaf, Tuan. Kenalkan, ini putra kami, Daniel.” Madam Mary menggiring putranya
“Mommy, Abang mau jaga Adik Nayya malam ini. Abang tidur di kamar Adik, ya?” pinta Alex.“Mmm … sebaiknya Abang Alex tanya Daddy. Biasanya, Nayya tidur bersama Daddy,” ucap Sandra dengan lembut pada putranya.Aldric yang mendengar permintaan putranya dan jawaban Sandra, seketika teringat pada nasehat Marvin.“Boleh. Tentu saja, Abang Alex boleh tidur menjaga Adik Nayya,” balas Aldric cepat.Jawaban Aldric membuat Sandra menoleh menatap suaminya. Tumben sekali, ia mau dipisahkan dengan Nayya malam ini. Aldric menangkap tatapan heran istrinya.“Lagipula, Daddy kangen tidur berdua saja dengan Mommy,” imbuh Aldric lagi.“Yeayyy … Abang tidur sama Adik.” Alex melonjak-lonjak senang. Tetapi, kemudian, Alex teringat akan sesuatu.“Tapi, Dad, kalau Adik Nayya menangis, Abang harus bagaimana?”“Ada baby monitor di kamar Adik. Jadi, kalau Adik Nayya menangis, kami akan dengar. Mommy akan datang dan menyusui Adik Nayya.”“Oh, oke.” Alex mengacungkan jari jempolnya.Menjelang tidur, Aldric dan Sa
Sandra menggeleng samar mendengar bisikan suaminya. Ia tidak langsung menjawab karena ada suster bersama mereka. setelah Nayya menyusu dengan tenang, suster menjauhi mereka.Pebisnis mapan itu menatap mulut bayinya yang sedang menghisap. Kedua pipinya terlihat kembang kempis. Tangan mungil Nayya mengenggam jari kelingking ibunya.“Sepertinya nikmat sekali,” canda Aldric.“Memang nikmat ya, Nay. Soalnya Nayya cuma boleh minum ASI saja,” balas Sandra.“Nayya, Daddy boleh minta, nggak?”Aldric memang berbicara pada bayinya. Tapi, tentu saja pertanyaan itu ditujukan pada ibunya. Sandra mencebikkan bibir merespon perkataan sang suami.“Apa rasa ASI, sih, My love?”“Mana aku tau? Aku kan tidak pernah mencoba. Pertanyaan yang aneh.”Aldric terkekeh. “Kok, kamu jadi sensitif begitu. Nanti Nayya jadi terganggu dengan suara Mommy yang tidak ramah.”“Maaf, ya, Nay. Daddy suka usil sama Mommy,” Sandra berkata pada bayinya dengan senyum di bibir.“Daddy ‘kan cuma bertanya, karena Nayya belum bisa
Alex mendorong stroller Nayya dibantu Aldric. Sandra melingkari lengannya pada pinggang suaminya. Pintu kaca besar otomatis terbuka saat mereka akan keluar.Kebetulan, Keluarga Javier dan orang tua Aldric pun sedang berada di taman. Bahkan Marvin, Leah dan Kevin juga tampak mengobrol akrab dengan kakak-kakak Sandra.“Marv, Kev, Kalian ke sini?” sapa Aldric.“Leah,” Sandra pun menyapa dan memeluk sahabatnya.“Kami ‘kan belum menjenguk Sandra dan bayi kalian,” cetus Marvin. “Tuan Alonso mencegah kami mengunjungi rumah sakit karena nanti Sandra tidak dapat istirahat.”“Iya, maaf. Itu juga permintaanku.”“By the way, selamat, ya,” ucap Marvin. Mereka berpelukan secara maskulin yang kemudian juga diikuti dengan Kevin.“Bagaimana kabarmu, Sandra?” tanya Marvin.“Semakin hari semakin membaik, insyaAllah,” balas Sandra.“Marv sayang, lihat Nayya deh. Cantik sekali,” ucap Leah yang memperlihatkan Nayya dalam dekapannya.“Apa kamu sudah cuci tangan, Leah?” Aldric mengerutkan dahi melihat putrin
Akhirnya Sandra kembali ke mansion. Seorang suster senior rekomendasi dari rumah sakit, ikut diboyong Helen. Wanita tua itu tidak memperdulikan protes yang keluar dari mulut putranya saat lelaki itu mengatakan tidak membutuhkan seorang suster.“Kamu akan butuh. Kasihan Sandra jika tidak ada yang membantu mengurus bayinya!” ucap Helen tegas kepada Aldric.“Aku yang akan membantu Sandra, Mom. Aku mau mengurus Nayya sendiri,” kilah Aldric.“Tidak bisa. Kamu juga belum berpengalaman. Yang ada, Sandra nanti malah tambah stress dibantu kamu.”Aldric mengembuskan napas panjangnya. Ia akhirnya mengalah. Apalagi, tidak ada satu pun keluarga yang mendukungnya. Semua setuju, Sandra membutuhkan bantuan seorang suster di mansion.Keadaan Sandra sendiri sudah lebih baik. Setelah berbaring dan mendapat perawatan di rumah sakit selama tiga hari, kini wanita itu mulai bergerak aktif. Walaupun terkadang, gerakannya terhenti karena
Alex menggenggam rangkaian bunga indah di tangan kanan. Tangan kirinya memegang kotak berwarna merah muda. Anak lelaki tampan itu membawa hadiah yang akan ia persembahkan untuk ibu dan adik perempuannya.Di sampingnya Alzam berjalan membawa bungkusan. Bungkusan berisi susu almond untuk putri tercinta yang baru saja melahirkan bayi perempuan cantik. Minuman itu diyakini berkhasiat untuk melancarkan produksi ASI.Setelah mengetuk pintu, Alzam membuka pintu. Alonso segera berdiri saat melihat besannya masuk. Mereka berpelukan dengan akrab.“Selamat pagi. Bagaimana kabar cucu cantik kita hari ini?”“Ia sedang menyusu.” Helen menoleh pada tirai tertutup di samping mereka.“Oh, baiklah. Susu almond untuk ibu menyusui aku letakkan di dalam lemari pendingin, ya.”“Iya.”Alex lalu menghampiri Grandma dan Grandpanya. Anak lelaki itu mencium telapak tangan keduanya. Helen dan Alonso membalas dengan mengecup sayang kepala serta pipi cucu tampan mereka.“Apa kamu membawa bunga untuk Mommy?” tanya
Helen mengamati bayi cantik di dalam dekapannya. Ia berdiri dan mengayun pelan sambil terus tersenyum. Tangannya pun tak henti mengelus kulit halus cucu cantiknya.“Cantik sekali cucu grandma, ya,” puji Helen. Entah sudah berapa puluh kali ia mengucapkan kalimat tersebut sejak melihat Nayya.Hingga Alonso datang menghampiri dan kini berdiri di samping istrinya. Lelaki tua itu juga ikut mengelus kepala baby dan sesekali menciumnya.“Sudah! Jangan diciumi terus. Nanti Nayya bangun!” desis Helen galak.Sandra terkekeh. “Sama seperti Aldric semalam, Mom. Nayya sedang asyik menyusu malah dicium-cium hingga akhirnya menangis.”Kepala Helen menggeleng mendengar penuturan menantunya. Wanita itu meletakkan Nayya sangat hati-hati di dalam box bayi. Lalu, box tersebut ia tutup dengan kelambu halus.“Kamu mau makan, darling?” tanya Helen.“Boleh, Mom.”“Eits, sudah. Di ranjang saja. Biar Mommy yang antar makananmu.” Helen mencegah Sandra yang akan turun dari tempat tidur.Sandra menurut. Ia duduk
Tak hentinya Aldric menatap wajah mungil di dekapan Sandra. Bayi perempuan cantik itu sedang menyusu pada ibunya. sesekali, lelaki itu mencium pelan kepala sang putri.“Sayang!” protes Sandra. “Nanti dulu cium-ciumnya. Dia sedang menyusu.”“Baby cantik wangi sekali, My love. Dia pakai parfum bayi apa?”Sandra terkekeh geli mendengar pernyataan suaminya. “Bayi belum boleh pakai pewangi apapun, sayang. Ini murni aroma tubuh Baby.”“Benarkah? Kok wangi sekali?” Aldric kembali mencium rambut dan pipi putrinya.Gerakan Aldric membuat bayi yang sedang menyusu itu berhenti mengisap sari makanan dari sang ibu. Matanya menatap Sandra. Kepala mungil bayi perlahan bergerak mengusel dada di hadapannya.“Tuh ‘kan, Baby jadi berhenti menyusu karena kamu ganggu,” gerutu Sandra. Wanita itu lalu mencoba memasukkan kembali area areolanya ke dalam mulut bayinya.Namun, bayi pe