“Jadi aku harus menolak Marvin?”“Aku rasa sebaiknya begitu, Le.”“Sayang banget.”“Itu namanya cobaan. Kamu diuji sama Allah melalui pesona Marvin.”Leah merenungi nasibnya. Usianya tahun ini sudah dua puluh tujuh tahun. Namun, belum ada tanda-tanda lelaki yang serius ingin menikahinya.“Betul juga kata orang tua di Indonesia, ya. Kalau wanita mengejar karir, maka jodohnya akan sulit.”“Jangan percaya pada mitos. Yang penting, kamu perbaiki dulu dirimu. Setelah itu, akan datang lelaki baik melamarmu. ”“Perbaiki gimana? Aku kan nggak rusak.”Sandra terkekeh dan mencubit gemas lengan sahabatnya. “Bukan itu maksudku.”“Terus apa dong?” Leah mengusap-usap tanda merah di lengannya akibat cubitan sang sahabat.Wanita di samping Leah mendadak serius. Ia menatap sahabatnya dalam-dalam dan berkata, “Jujur. Kapan terakhir kamu sholat?”Leah tersenyum tak enak hati dan menjawab, “Lupa.”Sandra menggeleng prihatin. “Coba kamu mendekatkan diri dengan Sang Pencipta, Le. Mungkin jodohmu masih dita
Baik Marvin maupun Aldric tersentak mendengar pernyataan Sandra. Kalimat halus yang keluar dari bibir wanita berhijab itu mengandung sindirin keras. Walapun diucapkan dengan wajah dan tutur kata yang lembut.Ketika kembali ke ruangannya, Marvin menjadi gelisah. Ia sangat mengerti maksud perkataan Sandra. Yang menjadi pikirannya saat ini, apa istri Aldric itu juga menyarankan hal yang sama pada Leah?Sementara itu di ruang kerja Aldric.“My love, kenapa bicara seperti itu pada Marvin? Kamu tidak lihat ia shock mendengar ucapanmu,” keluh Aldric.“Sebaiknya aku berterus-terang. Sebelum hubungan mereka semakin jauh. Akan sulit bagi mereka untuk saling melepaskan nantinya.”Aldric hanya dapat menggeleng samar. Ia mengamati istrinya yang menyesap teh dengan tenang.***Valerie tersenyum kala mendapat laporan. Ia telah mempelajari kebiasaan Aldric dan Sandra satu minggu ini. Hingga ia tau, akhir-akhir ini, wanita yang paling dibencinya itu sering menemani mantan tunangannya di kantor.Mudah
Aldric seketika membulatkan mata. Lelaki itu segera mendekati istrinya. Dengan penuh sayang, ia memeluk dan mencium puncak kepala Sandra.“Kamu hamil, My love?”Sandra menggeleng lemah. "Baru dua minggu lalu aku selesai haid. Tidak. Aku rasa aku tidak hamil, Aldric."Raut kecewa tersirat di wajah Aldric. Namun begitu, ia tidak ingin menampakkannya kepada istri maupun putranya. Bahkan Alex terlihat antusias saat Madam Mary menduga Sandra muntah-muntah karena hamil.Dokter pengganti datang. Ia memeriksa Sandra. Dokter juga menanyakan beberapa hal pada Sandra dan Aldric.“Jadi benar istriku tidak hamil?”“Gejalanya memang seperti tanda-tanda awal kehamilan. Tetapi menurut perhitungan, istri Anda memang belum terlambat datang bulan. Jadi, kita tunggu hasil pemeriksaan laboratorium.”“Lalu mengapa istri saya muntah-muntah?”“Apa ada makanan atau minuman baru yang Anda konsumsi, Nyonya?”“Tidak,” Aldric yang menjawab. “Istriku makan dan minum biasa saja. Tidak ada menu baru,” timpalnya lagi
Dengan mata berbinar, Marvin menekan tombol enter. Email terbuka seketika. Penuh konsentrasi, asisten Aldric itu membaca kata demi kata dari Cindy.Dear Marvin,Boleh kan sekarang aku memanggilmu Marvin saja? Karena saat ini, aku bukan pegawaimu lagi.Pertama, aku mau meminta maaf. Aku mengundurkan diri dari Perusahaan Osborn tanpa pamit padamu. Terus terang, aku tidak sanggup menghadapimu, mengatakan bahwa aku memilih pulang kampung memenuhi panggilan orang tua. Aku juga merasa berat, tetapi demi mencari kebahagianku sendiri, aku harus melakukannya.‘Mencari kebahagiaan sendiri? Apa maksudnya? Bukankah Cindy bahagia bisa bekerja di perusahaan besar di pusat kota?’ gumam Marvin dalam hati. Ia lalu melanjutkan membaca surat.Kedua, Aku mau berterima kasih. Atas segala kesempatan, bimbingan juga kebersamaan kita. Aku akan selalu ingat, bagaimana kamu selalu membantuku menyelesaikan tugas dari Tuan Aldric. Aku tidak pernah menyangka dapat bekerja pada Perusahaan Osborn. Dengan gaji besa
Marvin berdiri di depan sebuah rumah sederhana dengan halaman yang luas. Rumah kombinasi dinding bata dan kayu itu tampak terlihat baru dipugar. Asri, bersih dan tertata rapi.‘Sepertinya keluarga Cindy merupakan keluarga yang cukup terpandang di kota ini,’ gumam Marvin dalam hati.Kesimpulan itu ia dapat setelah melihat penampakan rumah lain. Di sekeliling rumah orang tua Cindy, terdapat belasan rumah sederhana. Sangat berbeda dengan fasad rumah mantan sekertaris Aldric tersebut.Lelaki itu menoleh ke kiri dan kanan. Tidak tampak seseorang baik di halaman maupun sekitar rumah. Bahkan rumah itu pun tertutup rapat.Marvin menghampiri seorang yang berada di sebrang jalan. “Maaf, Pak. Saya mau bertanya.”“Ya?”Marvin menunjuk rumah Cindy. “Apa benar itu rumah Cindy?”Lelaki yang diajak berbicara menoleh lalu mengangguk. “Iya, benar.”“Baik kalau begitu. Saya rasa tidak ada orang di sana. Jadi, saya akan menunggu di dalam mobil saja,” cetus Marvin.Lelaki itu mengamati Marvin kemudian ber
Aldric membaca email dari Marvin. Lelaki itu mengembuskan napas panjang. Prihatin pada apa yang menimpa asistennya. Dalam kurun waktu satu minggu, ia telah dihempaskan dua wanita.Dalam email, Marvin juga mengungkapkan bahwa ia akan pulang lebih cepat. Cuti yang direncanakan berlangsung lima hari, tidak akan ia gunakan. Besok pagi, asisitennya itu akan kembali.“My love,” panggil Aldric.“Ya?”“Kemari sebentar,” pinta Aldric.Wanita berhijab itu menghampiri suaminya. Aldric meminta istrinya duduk di pangkuannya. Setelah itu, lelaki itu memperlihatkan email dari Marvin.Sandra menangkupkan kedua tangannya di mulut. “Ya Allah. Jodoh memang tidak terduga. Ternyata Cindy pandai sekali menyimpan perasaannya selama satu tahun belakangan ini.”“Aku kasihan pada Marvin, My love,” ucap Aldric sambil melingkari lengannya pada pinggang Sandra.“Setiap manusia sudah ada jodohnya. Kita doakan saja Marvin mendapatkan yang terbaik.”Tiba-tiba, Sandra memijat kening. Mual kembali datang. Sejak tadi,
Tiga hari berlalu. Tidak ada bukti yang mengarah pada dalang yang meracuni Sandra. Keadaan kantor kini kembali normal.“Aku tetap akan mencari bukti dan memberikan sangsi atas apa yang dilakukan terhadap istriku,” tegas Aldric.“Ya, saya setuju, Tuan,” balas Marvin.Lalu Aldric menghela napas berat. “Itu artinya aku harus mendekatkan diri dengan Valerie dan mencari tau sendiri.”Marvin menatap Tuannya dengan pandangan tidak setuju. “Anda yakin akan menggunakan cara itu, Tuan?”“Aku yakin cara itu yang tercepat. Aku tidak sabar ingin menghukumnya atas apa yang ia lakukan pada istriku.”“Tetapi, anda juga membahayakan diri anda, Tuan. Nyonya Sandra pun tidak akan rela, anda berhubungan lagi dengan Nona Valerie.”Pertimbangan Marvin benar. Ada perjanjian tak tertulis di antara Aldric dan Sandra. Istrinya sangat yakin jika Valerie mampu membuat Aldric terjerat kembali pada mantan tunangannya itu. Sementara, Aldric merasa ia tidak pernah terpesona oleh Valerie.“Aku akan merahasiakan penye
Seketika wajah Alonso sangat senang mendengar jawaban Aldric. Kepalanya mengangguk-angguk bersemangat. Jari jempolnya mengacung pada putra satu-satunya itu.“Selamat ya, Aldric. Kamu memang pantas mendapatkan yang terbaik,” ucap Valerie dengan suara yang dilembutkan.“Terima kasih, Val. Kamu sendiri bagaimana? Sudah siap menjadi CEO perusahaan ayahmu?”“Akh, jangan mengingatkanku pada hal itu. Aku sangat stress. Terutama saat kamu tidak lagi membantuku,” gerutu Valerie.Aldric tersenyum setengah bibir. Dulu, saat masih berstatus kekasih hingga bertunangan, Aldric bukan saja membantu, tetapi juga mengurusi perusahaan Valerie. Sekarang, ia memang tidak lagi merasa perlu ikut campur pada perusahaan itu.“Tolong kamu bantu Valerie, nak. Orang lain saja yang memulai bisnis kamu bantu, masa wanita yang berteman denganmu sejak kecil ini malah berjuang sendirian,” cetus Helen.“Betul, Aldric. Bantu Valerie untuk menjalankan perusahaan ayahnya. Apalagi perusahaan percetakan itu juga merupakan
Sandra berhasil menembus komunitas pendidikan di Inggris. Namanya diperhitungkan dan selalu dibawa-bawa saat ada perbincangan mengenai sistem pendidikan internasional. Bahkan, seringkali Sandra menjadi pembicara ataupun moderator pada seminar bergengsi di negara-negara Eropa. Karir Aldric pun semakin meningkat. Ia tidak perlu lagi mengontrol perusahaannya. Uang-uang yang ia investasikan kini sudah bekerja untuk dirinya dengan menghasilkan pundi-pundi kekayaan yang sangat besar. Sore ini, keadaan mansion kembali ramai. Keluarga Javier dan keluarga Osborn serta sahabat-sahabat Aldric dan Sandra berkumpul untuk merayakan kesuksesan Sandra. Malam ini, wanita cantik itu akan menerima penghargaan dari sebuah media pendidikan sebagai salah satu wanita yang cukup berpengaruh di Inggris. “Cantik sekali,” puji Aldric menatap penampilan istrinya. “Terima kasih, sayang. Kamu juga tampan sekali.” Sandra balas memuji suaminya yang telah menggunakan stelan jas mewah yang elegan senada dengan gaun
Semua kepala menengok ke arah kepala pelayan. Saat lelaki itu bergeser dan memperlihatkan tamu yang datang, Sandra menutup mulutnya. Sementara, Aldric mengembangkan senyum.“Madam Mary!” pekik Alex. Anak lelaki itu segera berlari mendekat dan memeluk tamu yang ternyata adalah Madam Mary dan Jason.Aldric berdiri menyalami tamu-tamunya. Sementara Sandra masih terduduk dengan satu tangan menutup mulutnya. Dengan pandangan haru, wanita itu menatap Madam Mary, mantan pelayan setia Aldric yang juga selalu menjaganya dan Alex di masa sulit mereka.“Nyonya Sandra,” sapa Madam Mary seraya mengulurkan tangannya.Sandra menatap tangan tersebut, ia berdiri lalu memeluk wanita setengah baya di depannya. Bahagia sekali mendapat kunjungan dari orang yang menyayangi mereka. Jason, suami Madam Mary sekaligus mantan pelayan setia Helen dan Alonso pun salling berjabatan dengan penuh haru.“Ayo, silahkan duduk,” ajak Aldric.“Maaf, Tuan. Kenalkan, ini putra kami, Daniel.” Madam Mary menggiring putranya
“Mommy, Abang mau jaga Adik Nayya malam ini. Abang tidur di kamar Adik, ya?” pinta Alex.“Mmm … sebaiknya Abang Alex tanya Daddy. Biasanya, Nayya tidur bersama Daddy,” ucap Sandra dengan lembut pada putranya.Aldric yang mendengar permintaan putranya dan jawaban Sandra, seketika teringat pada nasehat Marvin.“Boleh. Tentu saja, Abang Alex boleh tidur menjaga Adik Nayya,” balas Aldric cepat.Jawaban Aldric membuat Sandra menoleh menatap suaminya. Tumben sekali, ia mau dipisahkan dengan Nayya malam ini. Aldric menangkap tatapan heran istrinya.“Lagipula, Daddy kangen tidur berdua saja dengan Mommy,” imbuh Aldric lagi.“Yeayyy … Abang tidur sama Adik.” Alex melonjak-lonjak senang. Tetapi, kemudian, Alex teringat akan sesuatu.“Tapi, Dad, kalau Adik Nayya menangis, Abang harus bagaimana?”“Ada baby monitor di kamar Adik. Jadi, kalau Adik Nayya menangis, kami akan dengar. Mommy akan datang dan menyusui Adik Nayya.”“Oh, oke.” Alex mengacungkan jari jempolnya.Menjelang tidur, Aldric dan Sa
Sandra menggeleng samar mendengar bisikan suaminya. Ia tidak langsung menjawab karena ada suster bersama mereka. setelah Nayya menyusu dengan tenang, suster menjauhi mereka.Pebisnis mapan itu menatap mulut bayinya yang sedang menghisap. Kedua pipinya terlihat kembang kempis. Tangan mungil Nayya mengenggam jari kelingking ibunya.“Sepertinya nikmat sekali,” canda Aldric.“Memang nikmat ya, Nay. Soalnya Nayya cuma boleh minum ASI saja,” balas Sandra.“Nayya, Daddy boleh minta, nggak?”Aldric memang berbicara pada bayinya. Tapi, tentu saja pertanyaan itu ditujukan pada ibunya. Sandra mencebikkan bibir merespon perkataan sang suami.“Apa rasa ASI, sih, My love?”“Mana aku tau? Aku kan tidak pernah mencoba. Pertanyaan yang aneh.”Aldric terkekeh. “Kok, kamu jadi sensitif begitu. Nanti Nayya jadi terganggu dengan suara Mommy yang tidak ramah.”“Maaf, ya, Nay. Daddy suka usil sama Mommy,” Sandra berkata pada bayinya dengan senyum di bibir.“Daddy ‘kan cuma bertanya, karena Nayya belum bisa
Alex mendorong stroller Nayya dibantu Aldric. Sandra melingkari lengannya pada pinggang suaminya. Pintu kaca besar otomatis terbuka saat mereka akan keluar.Kebetulan, Keluarga Javier dan orang tua Aldric pun sedang berada di taman. Bahkan Marvin, Leah dan Kevin juga tampak mengobrol akrab dengan kakak-kakak Sandra.“Marv, Kev, Kalian ke sini?” sapa Aldric.“Leah,” Sandra pun menyapa dan memeluk sahabatnya.“Kami ‘kan belum menjenguk Sandra dan bayi kalian,” cetus Marvin. “Tuan Alonso mencegah kami mengunjungi rumah sakit karena nanti Sandra tidak dapat istirahat.”“Iya, maaf. Itu juga permintaanku.”“By the way, selamat, ya,” ucap Marvin. Mereka berpelukan secara maskulin yang kemudian juga diikuti dengan Kevin.“Bagaimana kabarmu, Sandra?” tanya Marvin.“Semakin hari semakin membaik, insyaAllah,” balas Sandra.“Marv sayang, lihat Nayya deh. Cantik sekali,” ucap Leah yang memperlihatkan Nayya dalam dekapannya.“Apa kamu sudah cuci tangan, Leah?” Aldric mengerutkan dahi melihat putrin
Akhirnya Sandra kembali ke mansion. Seorang suster senior rekomendasi dari rumah sakit, ikut diboyong Helen. Wanita tua itu tidak memperdulikan protes yang keluar dari mulut putranya saat lelaki itu mengatakan tidak membutuhkan seorang suster.“Kamu akan butuh. Kasihan Sandra jika tidak ada yang membantu mengurus bayinya!” ucap Helen tegas kepada Aldric.“Aku yang akan membantu Sandra, Mom. Aku mau mengurus Nayya sendiri,” kilah Aldric.“Tidak bisa. Kamu juga belum berpengalaman. Yang ada, Sandra nanti malah tambah stress dibantu kamu.”Aldric mengembuskan napas panjangnya. Ia akhirnya mengalah. Apalagi, tidak ada satu pun keluarga yang mendukungnya. Semua setuju, Sandra membutuhkan bantuan seorang suster di mansion.Keadaan Sandra sendiri sudah lebih baik. Setelah berbaring dan mendapat perawatan di rumah sakit selama tiga hari, kini wanita itu mulai bergerak aktif. Walaupun terkadang, gerakannya terhenti karena
Alex menggenggam rangkaian bunga indah di tangan kanan. Tangan kirinya memegang kotak berwarna merah muda. Anak lelaki tampan itu membawa hadiah yang akan ia persembahkan untuk ibu dan adik perempuannya.Di sampingnya Alzam berjalan membawa bungkusan. Bungkusan berisi susu almond untuk putri tercinta yang baru saja melahirkan bayi perempuan cantik. Minuman itu diyakini berkhasiat untuk melancarkan produksi ASI.Setelah mengetuk pintu, Alzam membuka pintu. Alonso segera berdiri saat melihat besannya masuk. Mereka berpelukan dengan akrab.“Selamat pagi. Bagaimana kabar cucu cantik kita hari ini?”“Ia sedang menyusu.” Helen menoleh pada tirai tertutup di samping mereka.“Oh, baiklah. Susu almond untuk ibu menyusui aku letakkan di dalam lemari pendingin, ya.”“Iya.”Alex lalu menghampiri Grandma dan Grandpanya. Anak lelaki itu mencium telapak tangan keduanya. Helen dan Alonso membalas dengan mengecup sayang kepala serta pipi cucu tampan mereka.“Apa kamu membawa bunga untuk Mommy?” tanya
Helen mengamati bayi cantik di dalam dekapannya. Ia berdiri dan mengayun pelan sambil terus tersenyum. Tangannya pun tak henti mengelus kulit halus cucu cantiknya.“Cantik sekali cucu grandma, ya,” puji Helen. Entah sudah berapa puluh kali ia mengucapkan kalimat tersebut sejak melihat Nayya.Hingga Alonso datang menghampiri dan kini berdiri di samping istrinya. Lelaki tua itu juga ikut mengelus kepala baby dan sesekali menciumnya.“Sudah! Jangan diciumi terus. Nanti Nayya bangun!” desis Helen galak.Sandra terkekeh. “Sama seperti Aldric semalam, Mom. Nayya sedang asyik menyusu malah dicium-cium hingga akhirnya menangis.”Kepala Helen menggeleng mendengar penuturan menantunya. Wanita itu meletakkan Nayya sangat hati-hati di dalam box bayi. Lalu, box tersebut ia tutup dengan kelambu halus.“Kamu mau makan, darling?” tanya Helen.“Boleh, Mom.”“Eits, sudah. Di ranjang saja. Biar Mommy yang antar makananmu.” Helen mencegah Sandra yang akan turun dari tempat tidur.Sandra menurut. Ia duduk
Tak hentinya Aldric menatap wajah mungil di dekapan Sandra. Bayi perempuan cantik itu sedang menyusu pada ibunya. sesekali, lelaki itu mencium pelan kepala sang putri.“Sayang!” protes Sandra. “Nanti dulu cium-ciumnya. Dia sedang menyusu.”“Baby cantik wangi sekali, My love. Dia pakai parfum bayi apa?”Sandra terkekeh geli mendengar pernyataan suaminya. “Bayi belum boleh pakai pewangi apapun, sayang. Ini murni aroma tubuh Baby.”“Benarkah? Kok wangi sekali?” Aldric kembali mencium rambut dan pipi putrinya.Gerakan Aldric membuat bayi yang sedang menyusu itu berhenti mengisap sari makanan dari sang ibu. Matanya menatap Sandra. Kepala mungil bayi perlahan bergerak mengusel dada di hadapannya.“Tuh ‘kan, Baby jadi berhenti menyusu karena kamu ganggu,” gerutu Sandra. Wanita itu lalu mencoba memasukkan kembali area areolanya ke dalam mulut bayinya.Namun, bayi pe