Belakangan ini Melda semakin gila.Sepertinya dia terobsesi dengan hubungan Abian dan Gina. Dia selalu di kejar oleh pikiran sendiri membuatnya tidak tenang siang dan malam. Apalagi jika Abian pulang sedikit lebih lama dari yang seharusnya. Pertengkaran terus terjadi dan nama Gina selalu menjadi sumber. Abian sampai harus mempertebal telinga juga sabarnya dalam menghadapi istrinya yang dia anggap sudah mulai gila tanpa alasan yang jelas. Menuduh Abian yang sengaja mengajukan diri ke luar kota agar bisa singgah dan bertemu dengan Gina.Makanya, setiap kali Abian pergi, Melda akan menelepon Gina dan mengatakan hal-hal yang tidak ada dan tidak mungkin ada akan terjadi.Gina sampai kehabisan akal. Dia selalu bersembunyi setiap kali nama Imelda muncul sebagai pemanggil di ponselnya karena takut di dengar oleh orang tuanya."Ka, bisa nggak kakak jangan mengkait-kaitkan aku dengan rumah tangga kalian lagi. Aku nggak ada hubungan apa-apa dengan suamimu, Kak. Itu dulu...." ujar Gina memelas.
"Yang, Kangen!"Satu baris kalimat itu saja bisa membuat Abian senyam senyum sepanjang hari.Ini adalah hari terindah dalam hidupnya dalam lima tahun terakhir. Bahkan di hari kelahiran Arion juga dia tidak sesenang ini.Walau fokusnya sekarang harus terbagi antara pekerjaan dan masalah di pengadilan yang berjalan alot, tapi ada satu hal yang membuatnya bersemangat ketika pulang kerja atau setelah bertemu pengacaranya.Setiap sore, ketika dia mendapat pesan dari Gina, dia akan selalu bersiul riang membuat teman-teman di kantornya bertanya-tanya.Sebagian dari mereka ada yang menduga Abian mungkin menang atas perkara perceraiannya atau mungkin Abian sudah menemukan tambatan hati yang baru.Abian:Yang, kamu lembur lagi atau on time?Abian mengirimkan pesan pada perempuan yang sekarang sudah menjadi kekasihnya itu.Tanpa perlu mengucapkan "Gina, aku masih mencintaimu, mari kita ulang dari awal," mereka sudah kembali bersama.Pertemuan dan komunikasi yang intens adalah kuncinya.Dari pang
Gina berdiri di pojokan kamar orang tuanya sambil menggigit jemarinya. Airmatanya menetes tanpa henti melihat ayahnya yang terbaring lemah dan sedang di periksa oleh dokter yang datang dari puskesmas. Ayahnya di pasang alat bantu pernafasan karena terlihat sesak dan memegangi dadanya terus-menerus sejak mendengar ucapan pria bertato tadi.Setelah terlihat stabil dan dokter berkata tidak perlu ke rumah sakit tapi harus tetap di pantau perkembangannya.Setelah Dokter itu pergi, Gina datang dan langsung membaringkan setengah tubuhnya di samping sang ayah seraya menangis."Maafkan Gina Pak. tapi semua yang dia katakan tidak benar. Gina bukan perempuan seperti itu, Pak. Tolong jangan percaya padanya."Gina terisak disana dan mengutuk Melda karena sudah berani mengirimkan abangnya ke rumah hanya karena kecemburuan tak berdasar."Gina berpacaran dengan seseorang selama dua tahun tapi kami sudah berpisah jauh sebelum Gina pulang, Pak. Kami berpisah karena dia di nikahkan orang tuanya dengan
"Apa sih maunya dia itu?"Abian melemparkan berkas yang baru saja di berikan oleh pengacaranya.Kedua tangannya mengusap kepala berkali kali dengan wajah frustasi bahkan napasnya tersengal dan sangat berat."Sebenarnya dia maunya apa?" tanyanya sekali lagi. Baru saja mereka selesai sidang dan Abian kalah dalam pengajuan hak asuh. Malah kini dia di tuntut balik agar memenuhi segala hak Arion yang jatuh ke tangan Melda."Kurang ajar, apa dia kurang puas membuat aku bagaikan di neraka selama hampir lima tahun?" umpatnya dengan lantang. "Dia bahkan tahu berapa gajiku tapi dengan lantangnya minta hak lima juta. Benar-benar sinting ini perempuan."Selama menjadi suami Melda, slip gaji selalu Abian serahkan setiap bulan bahkan dia mau tidak mau harus mau di tangan tangani. Di jatah uang mingguan dan jika ada keperluan lain atau yang tiba-tiba, dia harus minta dengan sangat hati-hati pada Melda. Menjelaskan uangnya untuk apa agar di berikan.Uang pembagian hasil dari bisnis bersama juga sela
Enam bulan kemudian..."Hallo mantan!"Abian mencebik dan menjauhkan ponsel dari telinganya saat mendengar sapaan Melda di seberang."Hai mantan. Hallo... Hallo..."Terdengar tawa Melda karena sudah berhasil membuat Abian kesal."Aku tahu kamu pasti dengar. Dan aku yakin kamu sengaja pura pura tuli biar aku bicara terus. Kangen ya sama suara aku?"Semakin menjadi saat mengejek Abian."Jawab dong!" lanjut Melda di ikuti suara cekikikan khasnya.Abian yang wajahnya sudah memerah karena kesal hendak memutus panggilan."Kenapa? Dari siapa?"Gina yang sedang bersamanya bertanya karena sejak menjawab panggilan, pria itu langsung aneh dan langsung jengkel wajahnya.Abian menggeleng. Tidak ingin melukai hati Gina dengan memberitahukan siapa yang sedang bicara padanya.Ini tempat umum dan dia tidak mau Gina langsung berdiri dan berlari begitu dia tahu Abian menerima panggilan dari Melda.Malu!Gina menaikkan satu alisnya karena tidak mendapatkan jawaban dari Abian."Dari siapa? Kok kamu samp
Galau! Ya, Abian benar-benar galau beberapa hari ini. Jika orang tua Gina tidak menerimanya lalu bagaimana kelanjutan hubungan mereka ini sekarang? Berhenti sampai disini atau lanjut menerjang badai? Pria itu uring uringan selama beberapa hari dan mencoba untuk tidak menghubungi Gina untuk mengetes perasaannya. Serasa ada yang hilang. Hampa! Sementara itu, Gina juga sedang galau. Dia juga menyesal karena ucapannya pada Abian malam itu. "Kenapa aku harus mengatakannya kemarin. Seharusnya aku simpan saja dalam hati dan biarkan dia berjuang menghadapi ibu," gumam Gina. Dia memandang kebun kecil milik ibunya di belakang rumah kontrakan mereka. Matanya menatap jauh tapi kosong. "Pak, maafkan Gina yah. Permintaan terakhir bapak pun Gina tak bisa kabulkan. Tolong maafkan Gina ya pak." Gina langsung menoleh dengan mata bulat setelah mendengar, "Maksud kamu apa, Nduk?" Ibunya berdiri hanya berjarak tiga puluh senti di belakangnya dengan raut wajah tidak percaya dengan apa yang ba
SepiRumah yang hanya berpenghuni dua orang dan biasanya sepi kini semakin sepi dan sunyi karena keduanya sama sama mengurung diri di kamar.Sudah tiga hari sejak kejadian itu.Bahkan ketika Gina berangkat kerja, dia hanya pamit dari luar pintu kamar.Hatinya juga keras, dia tetap mempertahan cintanya bahkan setelah di tolak oleh orang tuanya.Terdengar suara motor yang menjauh. Ibunya Gina mengintip dari jendela kamar. Gerbang besi sudah di tutup dan Gina sudah pergi bekerja.Wajahnya bengkak dan matanya sembab."Pak, maafkan ibu, ibu gagal. Ibu nggak bisa mengikuti apa kata bapak. Anak bungsu kita bahkan sampai memilih tidak akan pernah menikah jika tidak dengan pria itu. Ibu takut dia nekat kalai ibu bersikeras pak. Pak ibu harus gimana?"Wanita yang sudah melalui jurang dan bukit percintaan tahu benar bahwa menyadarkan Gina yang saat ini jatuh cinta bukanlah perkara muda. Usia Gina yang sudah termasuk matang tidak bisa di jadikan patokan kedewasaan berpikirnya apalagi jaman sekara
"Loh loh, apa ini, Bu?"Gina langsung berjalan cepat ke arah kamar begitu melihat ada tas milik ibunya di samping pintu kamar.Jantungnya berdebar karena berbagai hal.Baru saja menghabiskan sisa hari bersama Abian dengan bermain di atas kasur membuat dia melayang bahagia dan tiba di rumah di kejutkan dengan aksi ibunya."Bu, tas nya buat apa? Ibu mau kemana?"Gina langsung mendekat pada ibunya yang sedang membereskan tas kecil tempat barang barang berharga.Air mata Gina langsung menetes dan dia dengan segera bersimpuh di kaki ibunya."Gina tahu, Gina sudah keterlaluan sama Ibu. Maafkan Gina. Tapi, tidak bisakah Ibu merestui Gina? Gina tahu kita menderita sebelumnya dan ada kaitannya dengan pria itu. Tapi itu bukan salahnya, Bu. Perempuan itulah yang salah."Ibunya hanya tersenyum.Gina ternyata sudah hilang akal dan dia jadi berpikir, apa yang akan terjadi pada Gina jika dia pergi? Bisa jadi anak gadisnya itu hilang arah karena mengikuti cinta yang masih membara.Sang ibu menghela d
Gina POVMenjadi yang kedua bagi seorang pria tidak pernah terbersit dalam pikiranku bahkan sejak aku mulai jatuh cinta di usia muda.Aku ingin menjadi satu-satunya tapi takdir berkata lain.Aku harus menerima bahwa pria yang menikahiku adalah mantan pacarku yang pernah menikah lalu bercerai. Cerai hidup.Cerai hidup ternyata tidak semuanya berjalan mulus tanpa menyimpan dendam atau kemarahan yang terang-terangan.Aku tidak tahu siapa yang benar dan salah di antara mereka berdua tapi apa pun itu Abian akan menjadi pihak yang benar dalam pikiranku.Abian mengatakan kalau dia mengajukan cerai karena istrinya Melda berselingkuh dan kepergok sama dia. Sementara Melda pernah berkoar-koar Abian yang selingkuh dan menuduhku juga salah satu selingkuhan Abian.Tapi balik lagi karena cinta dan mungkin sudah takdirku menjadi pasangan Abian.Aku melawan orang tuaku hanya untuk bisa bersama Abian. Ayahku meninggal karena shock dan kena serangan jantung lalu ibuku berhari-hari tidak bicara padaku k
Di malam hari, Gina sering bertanya-tanya dalam hati tentang perjalanan rumah tangganya.Semakin kesini Abian semakin menjadi.Ketika di tanya dan di perjelas apakah Abian mencintai Gina dengan tulus, jawabannya selalu sama."Tulus. Jangan pernah meragukan cintaku. Hidupku tidak akan bermakna tanpa kamu, tanpa Moses."Namun kenyataannya seperti tidak sesuai dengan apa yang selalu dia katakan."Apa ini karmaku Tuhan?" bisik Gina ketika mengingat kembali sikap Abian.Menurutnya itu jauh berbeda ketika mereka berpacaran. Sekarang, Abian lebih senang bermain di luar dengan teman-temannya tapi akan mengeluh dan mengelak dengan berbagai alasan jika Gina mengajaknya sekedar healing tipis-tipis.Macet, cuaca yang panas dan tidak ada tempat menarik buat refreshing di sekitar tempat tinggal kita, itu lah alasan yang sering Abian ucapkan ketika menolak.Alhasil Gina pun hanya bisa menerima kenyataan kalau dirinya sekarang hanya akan berada di kantor dan di rumah"Kamu lagi senggang?" tanya Abian
Menangis dalam diam dan di kesendirian.Itulah yang Gina lakukan akhir-akhir ini.Dua bulan masa cutinya sudah berakhir dan dalam dua bulan itu benar-benar luar biasa baginya karena dia bisa bertransformasi dari gadis tidak tahu apa-apa menjadi ibu yang serba bisa. Tidak tidur di malam hari tapi harus melek juga sepanjang hari.Bulan ini dia sudah mulai bekerja dan untungnya ibunya masih tinggal bersama mereka jadi dia tidak begitu kerepotan."Bu, coba tanya di kampung, ada nggak yang mau kerja sama Gina? Nanti kalau ibu pulang, yang bantu rawat adek siapa."Aaaa, lupa. Bayinya dinamai Moses Junimanta."Kayaknya nggak ada yang cocok deh Nak. Kalau cari disini nggak ada? Cobalah tanya tetangga atau teman satu kantor kamu."Selama dua bulan lebih setelah Gina bekerja, ibunya masih tinggal bersama mereka untuk menjaga Moses karena belum ada yang cocok untuk menjadi babysitter. Walaupun ibunya sudah mulai merengek minta pulang tapi tetap bertahan karena melihat Gina yang masih bekerja."A
"Operasi aja ya," pinta Abian pada Gina yang sudah berkeringat dingin.Ya, hari ini Abian tidak ngantor karena saat hendak berangkat tadi Gina langsung meringis kesakitan sambil membungkukkan badannya.Mengeluhkan sakit mulas dan tiba-tiba air ketubannya udah merembes.Gina yang sudah cuti dan memang sudah mempersiapkan semua keperluan melahirkan sejak dia cuti.Namun, dia tidak menyangka mules dikit tadi subuh berkelanjutan hingga pagi dan sekarang sampai tidak tertahan lagi.Sudah seharian di rumah sakit namun pembukaannya tidak bergerak.Jalan mondar mandir di ruangan bahkan menggunakan gymball tetap saja tidak ada perubahan tetapi dia ngotot harus lahiran normal."Dokter bilang kan masih bisa menunggu sebentar lagi. Kita tunggu aja," jawab Gina seraya meringis karena kebetulan dia mules lagi.Di tengah gelombang cinta yang sedang naik, Gina meraih tangan Abian sambil mengomel."Lihat ini perjuangan bini kalau mau lahiran. Tapi masih berani-beraninya kalian selingkuh atau berniat s
"Kamu kenapa basah begitu?"Gelas di tangan Abian jatuh ke lantai hingga menimbulkan suara yang nyaring di tengah malam."Yang, kamu nggak apa-apa?" Gina gegas melangkah dn berniat untuk membersihkan pecahan gelas itu."Maaf ya, aku bikin kamu kaget ya."Abian yang tadinya sudah takut karena menduga bahwa Gina mengetahui apa yang barusan dia lakukan dan pemikiran itu membuat otaknya berhenti berpikir untuk mencari jawaban yang pas untuk Gina. Namun setelah mendengar satu kalimat Gina, pijar di otaknya langsung menyala."Jangan! Biar aku aja!" Abian langsung merampas sekop dan sapu dari Gina.Di lihat dari respon Gina, sepertinya moodnya sudah balik ke awal.Abian berdehem beberapa kali sambil menyusun kalimat bohongnya."Aku nggak bisa tidur dari tadi. Aku udah coba ketuk pintu kamar mau minta bantal dan selimut tapi kami nggak buka," ujar Abian dengan lancar dan wajahnya benar-benar di buat sendu."Aku push up biar capek terus tidur, ternyata nggak bisa juga."Gina yang cinta mati se
Malam itu,Melda menari di depan cermin karena sebentar lagi dia akan pergi dengan Abian.Ya, baru saja dia menerima pesan kalau Abian akan datang dan mengajak putra mereka, Arion jalan-jalan.Itu semua karena Melda memaksa Arion mengirim pesan suara pada Abian padahal setelahnya dia mengirim Arion ke rumah neneknya."Malam ini kita akan pesta, Sayang!" ujarnya pada diri sendiri.Tak lama, pintu di ketuk dan begitu dia membuka pintu, dia langsung menyeret Abian ke rumah dan langsung menciumnya membabi buta."Sayang, aku kangen. Kenapa lama sekali datang."Abian mendorongnya hingga mundur tiga langkah. "Apa-apaan kau? Mana Arion. Kami mau pergi sebentar," jawab Abian sambil mengusap bibirnya yang masih basah.Dia tidak mau kena jebakan Melda yang licik itu."Kerumah Mama."Abian langsung berbalik dan bermaksud ke rumah mantan mertuanya yang hanya ada dua blok dari rumah Melda.Namun kalimat Melda menghentikannya, "Aku yang suruh dia kesana agar kita punya waktu bersama. Aku kangen Bi.
Gina:Kamu dimana?Akhir-akhir ini Gina di buat kesal oleh Abian yang punya hobi baru.Suaminya itu sedang sangat menyukai permainan tenis sehingga setiap kali pulang kerja akan ke lapangan tenis bersama rekan-rekan sekantor untuk bermain barang satu atau dua jam.Awalnya Gina tidak keberatan, tapi lama-lama Abian semakin ngelunjak dan tanpa izin dulu ke istrinya langsung saja pergi ke lapangan.Dan pulang setelah larut malam bahkan kadang Gina sudah pulas.Entah lupa atau sengaja dilupakan, hari ini jadwal Gina kontrol ke dokter dan sebelum berangkat kerja tadi pagi mereka sudah sepakat untuk bertemu di klinik dokter saja untuk menghemat waktu.Gilirannya sebentar lagi tapi Abian tak kunjung datang bahkan tidak meneleponnya.Pesan yang dia kirimkan tadi bahkan tidak dibaca.Hingga Gina selesai di periksa dan pulang ke rumah dengan perasaan kecewa di dalam taksi online.Semakin kecewa ketika mendapati rumah masih gelap gulita yang menandakan bahwa Abian belum pulang.Menghela sebentar
Tiga bulan berlalu.Pernikahan berjalan lancar pun dengan kehamilan Gina yang di nyatakan sehat.Gina bersyukur rekan rekan kerjanya mempunyai pemikiran yang terbuka. Tidak satupun di antara mereka yang julid atau menggosipi Gina setelah mengetahui usia kehamilan lebih tua dari pernikahanSetidaknya itu lah yang di lihat dan di dengar oleh Gina. Entahlah, apakah rekan rekannya itu menjadikannya topik utama di luar sana, Gina tidak tahu.Abian juga demikian, pria itu memperlakukan Gina dengan baik. Dia benar-benar menjadi pria yang bertanggung jawab, berwibawa dan siap lahir batin menjadi suami, kepala rumah tangga dan sebentar lagi menjadi ayah.Tidak seperti sebelumnya, terbukti dari dia yang tidak mau memperkenalkan istri pertamanya pada teman-teman dan juga masih menjalin hubungan dengan Gina waktu ituSekarang, dia benar-benar bersih dari kisah cinta dengan siapa pun.Bahkan, kehamilan Gina sepertinya membuatnya semakin dewasa. Mengurangi waktu bersama teman-teman demi bisa menema
"Dia sengaja. Sengaja sekali mau membuat aku marah," ujar Gina pada Abian."Aku tahu kalian sering melakukannya dulu. Jelas, karena kalian suami istri. Tapi sekarang kan nggak lagi. Kalian sudah mantan, kenapa dia menciummu di depanku?"Abian datang dan memeluk Gina."Kamu tahu, seperti itu lah dia. Dia tidak akan peduli dirinya di anggap rendahan asalkan dia bisa membalas kamu dan membuat kamu marah.""Dasar l0nt3, pantas aja kamu ceraikan dia. Mungkin gitu juga dia buat ke orang lain waktu dia selingkuh, sama kayak yang sama kita dulu kan? Dia merampas kamu dari aku dengan cara kotor. Bilang kamu udah tidur sama dia dan minta pertanggung jawaban. Memang, kalau jalan di mulainya saja tidak mulus, ya nggak akan pernah mulus."Gina masih berapi-api di dalam pelukan Bian. Pikirannya benar-benar di kacaukan oleh Melda.Satu harapan Gina,"Jangan sampai dia berbuat gila lagi sama kita biar kita nggak happy as a couple."Gina menarik diri dari pelukan Abian. Dia menatap Abian yang ada di d