"Apa sudah sakit sekali sayang?" Tanya Indah.
"Iya ma, sakit ma, sakit kali." Azahra menangis.
Indah memegang bagian perut menantunya. Ia sedikit menekan-nekan bagian atas perut tersebut.
Ferdi duduk di tepi tempat tidur dan mengusap-usap kepala istrinya.
"Sebentar ya dek, Abang buka pintu dulu," ucap Ferdi yang beranjak dari duduknya dan membuka pintu kamarnya.
"Ini pak Ferdi alat medis ibu," ucap ART di rumahnya.
Ferdi menganggukkan kepalanya. "Terima kasih bik," ucapnya yang mengambil tas yang diberikan bik Mun. Ferdi dengan cepat masuk ke dalam kamarnya. "Ini ma." Ferdi memberikan tas yang berwarna hitam itu kepada mamanya.
Indah mengambil sarung tangan berwarna putih dan mengoleskan sarung tangan itu dengan gel. "Kakinya dibuka sayang," ucapnya.
Azahra menggelengkan kepalanya.
"Kenapa nggak mau?" tanya Indah.
"Rara malu ma," jawab Azahra yang menutup wajahnya. Meskipun perutnya saat ini terasa begitu am
Rasa bahagia tidak bisa diucapkan dengan kata-kata. Rasa sakit yang tadi dirasakannya kini terganti sudah dengan rasa bahagia, ketika mendengar suara tangis putranya. Azahra menangis saat menyadari bahwa sang buah hati sudah terlahir di dunia."Terima kasih ya dek, terima kasih." Ferdi mencium kening istrinya berulang-ulang kali. Pria itu mencium pipi kiri dan kanan, serta bibir.Azahra tersenyum saat mendengar ucapan terima kasih dari suaminya. "Abang masih punya janji sama Rara?" ucapnya."Janji apa?"Ferdi berpura-pura lupa."Tadi katanya Rara boleh minta apa aja." Azahra memajukan bibirnya. Dirinya sudah memiliki sesuatu permintaan yang ingin dimintanya."Apa?" tanya Ferdi."Nanti Rara kasih tahu kalau sudah lewat 40 hari." Azahra tersenyum."Kenapa harus nunggu sampai 40 hari? Minta sekarang juga, Abang akan kasih." Ferdi menarik hidung istrinya."Setelah 40 hari permintaannya baru bisa dilakukan."Ferdi
Attar begitu sangat bahagia ketika menyambut kelahiran cucunya. Berulang-ulang kali Attar mencium pipi cucunya."Mau lagi yang seperti ini by, Isa masih bisa nambah." Alisa berbisik di telinga suaminya.Attar yang sejak tadi fokus dengan cucunya, tertawa saat mendengar bisikan istrinya. Ia memandang istrinya dan menarik hidung mancung milik istrinya. "Masih sanggup?"Alisa menganggukkan kepalanya."Pikir nanti ya," Attar mengusap kepala istrinya. Ia begitu sangat tidak tega bila melihat istrinya kesakitan, dan karena alasan ini Attar masih mempertimbangkan untuk menambah anggota baru di keluarganya."Iya by." Alisa tersenyum dan mencium pipi cucunya.“Mau coba gantian bang?" Tanya Attar. Ia memandang Abangnya yang saat ini menggendong bayi Zikra."Mau lah," Jawab Andi."Sini pa, Zikra aku yang pegang," Ferdi mengambil bayi perempuan dari tangan papanya."Sama Daddy dulu ya cu." Andi memberikan Zikra Ke tangan Ferdi
Azahra bangun dan memandang Daddy, mommy, Mama serta papa mertuanya sedang berada di dalam kamarnya."Sayang, Daddy sudah bangun?" Attar tersenyum. Pria itu beranjak dari duduknya. Ia berjalan mendekati Azahra dan duduk di tepi tempat tidur. Sejak tadi Attar sudah sangat tidak sabar menunggu Putri kesayangannya bangun.Azahra tersenyum dan menganggukkan kepalanya."Apa mau makan?" tanya Attar dengan tersenyum. Attar sangat memahami bahwa wanita yang baru selesai melahirkan, selera makan akan naik. Pada umumnya mereka akan kuat makan."Iya, Rara mau makan." Azahra tersenyum memandang Daddynya."Daddy suapin, ini Daddy sudah siapkan bubur ayam." Attar mengambil bubur ayam yang berada di atas nakas. Pria yang baru saja menyandang status kakek itu, terlihat sedang membujuk putri kesayangannya.Dengan cepat Azahra menganggukkan kepalanya. Dirinya selalu manja dengan Daddy nya, apalagi bila sedang sakit, maka Daddynya akan menyuapinya makan.
"Fer ini sudah sore, coba lihat Azahra di kamar, apa sudah bangun? Kalau belum, bangunin lagi, nanti malah kesorean mandinya." Indah mengingatkan Ferdi."Iya ma, ini mau ke kamar," jawab Ferdi."Kalau kamu nggak bisa mandiin, Zavier dan juga Zikra biar aja mama atau perawat yang mandiin." Indah tersenyum memandang Ferdi. Indah tidak yakin, bahwa Ferdi bisa mandikan kedua cucunya."Enggak usah ma, aku aja. Aku sudah bisa kok mandiinnya, tadi pagi sudah belajar," jawab Ferdi yakni."Ya sudah kalau gitu, nanti kalau butuh kasih tau aja Mama." Meskipun Indah tidak yakin, namun ia tetap tidak melarang putranya untuk mandikan anak-anaknya sendiri."Aku mau ke kamar dulu lihat Azahra ya ma." Ferdi tersenyum dan kemudian pergi ke kamarnya.Ferdi masuk ke dalam kamar, ia tersenyum ketika melihat Azahra yang sedang tidur dengan kedua anaknya. Saat ini sudah sore dan istrinya masih tampak tertidur lelap."Hai mommy, ayo bangun ini sudah sore, ma
Setelah kelahiran anaknya, Ferdi selalu pulang ke rumah tepat waktu. Pria itu selalu merasa rindu terhadap kedua anaknya. Apalagi saat ini kedua anaknya sudah mulai pandai tersenyum."Assalamualaikum," ucap Ferdi yang membuka pintu kamarnya."Waalaikumsalam, lihat Daddy sudah pulang." Azahra tersenyum memandang suaminya. Ia beranjak dari duduknya dan mendekati Ferdi yang saat ini sudah berdiri di belakangnya. Disalaminya tangan suaminya dan mencium punggung tangan tersebut. Azahra mengambil tas yang dipegang suaminya dan meletakkan tas itu di tempatnya."Mommy sudah mandi?" Ferdi mengusap kepala istrinya dan mencium bibirnya."Sudah dad," jawab Azahra dengan tersenyum."Ini anak-anak Daddy, apa sudah mandi juga?" Ferdi tersenyum memandang kedua anaknya yang sedang bermain di lantai yang beralas karpet bulu tebal"Sudah dad, kami sudah wangi semua," jawab Azahra."Daddy mandi dulu ya, nanti setelah mandi kita main-main." Fe
Ferdi berbaring di atas tempat tidur dengan nafas yang naik turun begitu juga dengan Azahra. Apa yang mereka lakukan saat ini mereka sedang mengatur pernafasannya yang seperti orang selesai berlari.Berulang kali Ferdi mencium bibir istrinya. Pria itu juga mencium bahu istrinya. "Terimakasih sayang." Ferdi tersenyum."Iya," jawab Azahra yang menatap wajah tampan milik suaminya."Sepertinya kurang kalau hanya 1 kali." Ferdi mengusap pipi milik Azahra.Mata Azahra terbuka lebar saat mendengar apa yang dipinta oleh suaminya. "Abang kurang terus." Azahra memajukan bibirnya."Mau gimana lagi dek, soalnya enak." Ferdi mengulum senyumnyaAzahra tertawa Ketika mendengar jawaban suaminya. "Nanti Rara kasih bonus dua, tiga bahkan lima." Azahra tersenyum lebar dan memperlihatkan deretan gigi putih miliknya. Ia berkata dengan sangat yakin.Ferdi membesarkan matanya ketika mendengar apa yang diucapkan oleh istrinya. "Adek gak sedang bercanda
Azahra diam memandang Pendi dan juga Mala. "Rara datang kesini bukan untuk mencari Dina.""Begitu ya, kami kira datang ke sini untuk mencari Dina." Mala sedikit tersenyum.Azahra menggelengkan kepalanya. "Tujuan Rara dan suami datang ke sini, untuk berjumpa dengan bapak dan ibu," jawab Azahra kemudian.Azahra memandang pasangan suami istri yang duduk di depannya. Pasangan suami-istri itu hanya diam dan sedikit menundukkan kepalanya."Sebenarnya kami malu untuk cerita sama Azahra tentang Dina, namun daripada nanti dengar dari orang lain, lebih baik kami yang memberitahu," ucap Mala."Iya Bu," jawab Azahra."Beberapa bulan yang lalu, Dina mengaku hamil dengan kami, sedangkan laki-laki yang menghamilinya, ternyata sudah kabur. Pada waktu itu kami sangat marah, kami sangat malu dan kecewa terhadap Dina, sehingga kami mengusirnya dari rumah. Setelah itu, kami sudah tidak ada lagi komunikasi dengan Dina. Terakhir dia datang kesini untuk mengambil
Apa yang terjadi seakan masih tidak bisa dipercayanya. Namun bukti nyata yang dilihatnya memang benar, anak yang sudah dibesarkannya sudah tiada. Air matanya seakan tidak ada henti-hentinya menetes ketika menyesali apa yang telah diperbuatnya. Hanya rasa menyesal yang saat yang dirasakan Mala.Pendi hanya diam, menahan rasa sesak di dadanya. Apa yang dilakukannya terhadap Dina, kini terbayang dalam pandangannya. Ia mengingat saat Dina masih berusia 2 tahun, hampir setiap malam ia menggendongnya, dan membawanya keluar untuk melihat bintang bila Dina sedang menangis. Pendi terbayang mengantarkan Dina ke sekolah. Semua kenangan kembali melintas di pandangannya.Selama di perjalanan menuju rumahnya, ia hanya diam dan mengingat kenangan-kenangan ketika Dina masih bersamanya.Mobil yang mereka tumpangi berhenti di halaman rumahnya. Pendi dan juga Mala turun dari dalam mobil, mereka berjalan ke rumahnya.“Assalamualaikum." Ucap Mala, Pendi dan Ferdi.
"Iya habis dari ketemu orang banyak, nggak enak kalau langsung magang cucuk," jawab Andi. Meskipun sangat ingin sekali memegang cucunya, namun Andi menahan diri. Mengingat dirinya yang baru saja pulang dari acara pesta pernikahan."Itu sepertinya ART yang di rumah sudah datang." Indah tersenyum ketika mendengar suara ketukan di pintu."Assalamualaikum Bu," ucap pekerja di rumah Indah, yang datang mengantarkan pakaian yang diminta Indah untuk diantarkan ke rumah sakit."Waalaikumsalam, terima kasih ya bik min." Indah tersenyum mengambil tas yang diberikan oleh bik min."Iya Bu, Mbak Azahra ternyata sudah lahiran ya," ucap bik min yang berdiri di ambang pintu."Iya ya bik min, Alhamdulillah." Azahra tersenyum."Saya mau lihat dulu, sebelum pulang." Bik min kemudian masuk ke dalam kamar. "Yang ini wajahnya mirip sekali sama Mbak Azahra, sedangkan abangnya mirip sama mas Ferdi," komentar bik min itu ketika melihat wajah bayi yang ada di tangan A
"Zavier, jangan ke sana sini." Attar memanggil cucunya yang pergi ke lain arah. Zavier berlari berlawanan arah dengan jalan yang akan dilewatinya."Zikra, kamar mommy Lewat sini." Alisa sedikit mengeraskan suaranya memanggil Zikra yang ikut berlari mengejar Zavier.Attar berlari mengejar Zavier, yang dengan sengaja mengajak bermain.Zavier tertawa ngakak, ketika opa nya berhasil menangkapnya."Dapat." Attar berkata dengan nafas ngos-ngosan. Ia tersenyum ketika berhasil menangkap cucunya. Agar cucunya, tidak berlari kesana kemari, Attar menggendong Zavier yang saat ini tertawa ngakak. Pria itu juga menggendong Zikra yang berhenti di dekat kakinya. "Katanya mau ikut lihat mommy dan adik bayi, tapi kenapa malah lari-lari nggak jelas seperti ini." Walaupun dirinya sedang tidak ingin bermain dengan kedua cucunya, namun pria itu tetap tertawa dan mencium pipi cucunya kiri dan kanan secara bergantian.Alisa yang melihat suaminya yang dikerjain oleh
Ferdi berada di ruangan persalinan istrinya. Mendengar rintihan istrinya yang kesakitan, membuat dirinya sungguh tidak tega. Berulang kali, ia mencoba menenangkan Azahra."Bang sakit." Azahra menangis."Iya dek, ditahan sayang, sakitnya." Ferdi mengusap keringat yang menempel di pelipis kening Azahra."Ini sakit bener bang." Azahra meremas tangan suaminya. Keringat bercucuran di pelipis keningnya ketika harus menahan rasa sakit yang seperti ini.Ferdi hanya diam, ia tidak tahu harus berkata apa. Dipeluknya Azahra dan di ciumannya kening milik Azahra, berulang-ulang kali. Melihat Azahra yang menangis menahan rasa sakit, sungguh membuat dirinya sangat tidak tega. "Adek harus kuat. Ingat anak-anak, demi Abang dan anak-anak kita sayang." Ferdi meneteskan air matanya. Awalnya dirinya yakin, bahwa persalinan kedua Azahra, akan membuat dirinya lebih tenang, namun ternyata tetap saja membuat dirinya cemas dan gugup seperti ini. Baju kemeja yang dipakainya kini su
Ferdi turun dari dalam mobil dan berlari masuk ke rumahnya.Zikra dan Zavier yang sedang asik-asiknya bermain, menjerit memanggil Daddy nya. Mereka tidak menyangka, bahwa Daddy nya akan pulang di jam seperti ini. Kedua anak itu meninggalkan mainannya dan berlari mengejar Ferdi."Dad, sudah pulang?" Zavier memeluk kakinya di sebelah kanan."Dad gendong." Zikra memeluk kakinya sebelah kiri."Iya sayang, Abang main ya sama Zikra."Ferdi mencium pipi putranya."Kakak jangan berantem ya sama abang mainnya, yang akur ya nak, Daddy mau ke kamar dulu." Ferdi mencium pipi Zikra kiri dan kanan. Ia kemudian pergi meninggalkan kedua anaknya.Ferdi melangkahkan kakinya dengan cepat. Ia berlari menaiki anak tangga. Saat ini dirinya sangat mencemaskan istrinya. Ia ingin melihat kondisi istrinya secara langsung."Dek." Ferdi berkata ketika membuka pintu kamarnya. Ia masuk kedalam kamar dan melihat Azahra yang sedang berbaring di atas
Hari ini suasana di dalam kamar ini sangatlah berbeda. Tidak ada suara teriakan anak-anaknya. Tidak ada suara tangis dan tertawa kedua anaknya.Ferdi memandang Azahra yang saat ini duduk diatas tempat tidur sambil memandang ponselnya. Wajah istrinya tampak tersenyum sendiri ketika melihat layar di ponsel tersebut."Hai, mommy lagi apa?" Ferdi duduk di samping istrinya dan memberikan susu coklat di tangannya."Ini lihat video Zikra sama Zavier," jawab Azahra dengan tersenyum.Ferdi mengambil ponsel dari tangan istrinya. Pria itu melihat video yang saat ini sedang ditonton oleh Azahra."Padahal baru satu hari, anak-anak pergi ikut opa, Om, nenek serta Atuk nya ke Singapura. Tapi kenapa rasanya sudah sepi sekali ya dek." Ferdi memandang layar ponsel istrinya."Iya bang, biasanya ada yang gangguin Rara kalau lagi tidur. Tapi hari ini Rara tidur enggak ada yang gangguin, gitu bangun langsung terkejut cariin Zavier dan juga Zikra. Rara baru ingat
"Assalamualaikum." Ferdi membuka pintu dan berdiri di ambang pintu."Waalaikumsalam." Jawab Azahra. Yang berbaring di atas tempat tidur. Azahra hanya tersenyum tanpa menyambut suaminya seperti biasa.Pria itu hanya berdiri di ambang pintu sambil mengembangkan tangannya. Ferdi sudah sangat memahami seperti apa tingkah lucu kedua anaknya, bila melihat dirinya pulang seperti ini. Ferdi tertawa ketika kedua anaknya berlari dan mengejarnya. Kedua anak itu berhamburan ke dalam pelukannya. "Anak-anak Dedi lagi apa ini." Ferdi menggendong kedua anaknya di tangannya yang kiri dan juga kanan. Ia masuk ke dalam kamar dan melihat istrinya yang hanya berbaring di atas tempat tidur sambil menjaga kedua anaknya bermain."Main Lobot." Jawab Zavier."Atu juga," ucap Zikra."Ini anak gadis gak mau kalah." Ferdi mencium pipi bulat gadis kecil yang berambut pendek dan berponi tersebut.Ferdi juga mencium pipi bulat Zavier berulang-ulang kali."Anak
Ferdi yang duduk di kursi kerjanya, hanya diam ketika ruangannya dibuat berantakan oleh kedua anaknya. Kedua anaknya berlari kesana-kemari sambil berteriak-teriak dan saling kejar mengejar sambil mengelilingiruangannya yang berukuran besar.Bukan hanya sekedar berlari saja, kedua anak itu terkadang berkelahi merebutkan mainan dan berakhir dengan menangis bagi yang kalah. Ferdi sudah sangat terbiasa dengan kondisi seperti ini. Bila istri dan anak-anaknya datang ke kantornya, maka ruangannya akan menjadi berantakan, suara jeritan anak-anaknya, suara menangis dan suara tertawa, memenuhi ruangannya. Namun semua ini membuat dirinya bahagia ketika mendengar suara tangis, suara ketawa dan juga jeritan kedua anaknya."Dad, Piel at," Zikra mengadu kepada Daddy nya."Oh sayang Daddy, anak gadis main boneka, bukan robot." Ferdi mengusap air mata yang mengalir di pipi bulat gadis kecil yang bermata lebar, dengan bulu mata yang lentik dan bola mata yang hitam dan bes
Ferdi baru saja kembali dari shalat subuh di masjid. Pria itu masuk kedalam kamarnya dan melihat istrinya yang duduk di atas sajadah sambil membaca Alquran. "Sudah sholat ternyata." Ferdi tersenyum. Ia melihat kedua anaknya yang tidak ada di dalam kamar. Dengan cepat ia membuka kain sarung, peci serta baju Koko yang dipakainya. Hingga yang tersisa celana pendek.Begitu mendengar Azahra menyudahi membaca Al Quran Nya, pria itu diam-diam mengangkat tubuh istrinya."Abang mau apa?" Azahra terkejut ketika melihat suaminya yang sudah tidak berpakaian dan hanya memakai celana pendek saja."Kenapa nggak ngasih tahu dek." Ferdi tersenyum dan mendaratkan tubuh istrinya di atas tempat tidur."Kasih tahu apa?" tanya Azahra yang tidak memahami maksud suaminya."Kalau sudah selesai." Ferdi tersenyum dan membuka mukenah yang dipakai istrinya."Abang ini mau apa?" Azahra membesarkan matanya."Mau apalagi, subuh ini penuh berkah sayang. Anak-anak sud
Berulang kali Azahra memandang jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Ini adalah kuliah terakhirnya dan dirinya sudah sangat tidak sabar menunggu dosen menutup perkuliahannya. Saat ini yang terbayang dipandangnya hanyalah kedua anaknya. Tingkah lucu Zavier dan Zikra selalu dirindukannya, meskipun hanya meninggalkan kedua anaknya sebentar saja."Alhamdulillah akhirnya selesai juga." Azahra tersenyum lebar ketika dosennya sudah mengakhiri perkuliahannya."Pasti sudah nggak sabar pengen ketemu Zavier dan juga Zikra," ucap Dewi yang duduk di samping Azahra"Iya dong, itu anak-anak sudah pada pintar-pintar semua. Setiap hari ada aja kepandaian barunya." Azahra tersenyum menceritakan kedua anaknya."Sudah pinter apa aja Zikra dan juga Zavier?" tanya Dewi. Dewi tidak pernah bosan-bosannya ingin mengetahui perkembangan kedua bayi yang begitu sangat menggemaskan tersebut."Zavier dan juga Zikra itu sudah pandai jalan sekarang. Ke mana-mana nggak mau l