Natasya dan Mark saling pandang. Mereka ingin menyusun rencana sesuatu yang luar biasa untuk memisahkan Raina dan Devano, dia membuat sketsa bagaimana menyusun rencana tersebut. Natasya mengamati dengan penuh percaya diri dan semangat. Senyuman licik tersirat di wajahnya.“Mark, kamu yakin dengan rencanamu itu? I’ts okey rencanamu ini akan menggemparkan seluruh dunia. Namun, coba kau fikir-fikir dulu, Mark.” Natasya menatap tajam Mark. Mark beranjak dari tempat duduknya dan melihat keluar jendela sambil memasukkan kedua tangannya di saku celananya.“Apa yang aku lakukan ini sebagai tanda cintaku kepadanya. Sebenarnya aku sudah lelah dengan berita yang beredar tentang kisah cinta mereka berdua. Tidak akan kubiarkan Devano mengambil apa yang aku miliki. Kau tahu, Natasya baru kali ini aku mencintai wanita.” Mark tidak bisa menyembunyikan perasaannya.“Aku heran kepadamu, Mark. Di luar banyak gadis yang seksi dan cantik kenapa kau malah memilih gadis kampungan itu. Oh tidak, Mark. Kadang
Hawa dingin air conditioner membuatku ingin terbangun dari tidurku. Perlahan aku membuka kedua mataku Di mana ini?sepertinya tempat ini asing bagiku. Aku mulai bangkit dari ranjangku. Kamar Roland. Jelas terpajang fotonya kenapa Roland mengajakku kesini. Aku terasa lemas hati. Iya, selama ini pasalnya aku melakukan hubungan Devano terlalu jauh tapi aku sangat merasa nyaman tapi semuanya telah berakhir. Devano telah memutus hubungan ini. Sakit sekali hati ini. Aku tidak terima dengan semuanya padahal aku tidak pernah melakukan kesalahan ini. Sebuah jebakan yang sangat matang dilakukan oleh Mark.“Hai, Raina!” Roland Orlando masuk kedalam kamar dan langsung mencium keningku. “Menangis lagi?” Tanya Roland saat aku masih menitikkan air matamu. “Perempuan itu memang suka dengan menangis. Heran sekali aku. Don’t be cry. Ada hal yang harus aku sampaikan kepadamu. Kasus ini tidak bisa dibiarkan. Aku sudah menunjuk pengacara untuk mengusut kasus ini.” Kata Roland panjang lebar sambil memega
Senyuman yang masih mengembang di wajahnya, dia seperti sedang jatuh cinta dengan seseorang, dia sudah mempersiapkan dinner romantis untuk orang yang dia cintai. Sudah hampir setengah jam gadis yang dia tunggu belum juga datang. Mark menunggu Raina. Raina memintanya untuk bertemu. Mark inisiatif saja mengajaknya dinner. Raina ternyata tidak menolaknya. Gadis itu datang dengan memakai dress setinggi lutut berwarna rose. Rambutnya yang curly tergerai. Mark sangat terpesona dengan gadis yang dia cintai itu. Meskipun umurnya yang sudah berkepala tiga puluh lima tahun pesonanya masih muda.“Selamat malam, Nona cantik.” Sapa Mark kepadaku. Aku hanya tersenyum tipis. Mark menggeser tempat dudukku dan aku dipersilahkan untuk duduk. Niat sekali dia dengan dinner yang cukup romantis. Namun, aku tidak begitu tertarik kepadanya.“Mark, kenapa kau mendesain dinner seperti ini? Aku hanya ingin bicara beberapa kata saja denganmu dan aku tidak membuang waktuku untuk lama denganmu.” Aku menyindir Mar
Aku segera mengemasi barang-barangku. Pindah lagi ke desa terpencil di Paris saat aku masih menjadi perawat di klinik dokter Roland. Disana aku merasa nyaman tanpa ada beban. Untung saja saat itu aku langsung mengambil kunci rumah yang dibawa oleh tanteku. Saat ini aku merindukan Casanovaku. Ternyata benar aku sudah jatuh cinta dengannya. Aku menelefon Devano untuk yang terakhir kalinya. Tidak diangkat olehnya. Aku ingin mengirim pesan kepadanya. Namun aku masih pikir-pikir dulu.✉️Devano, aku merindukanmu. Maaf aku mengirim pesan kepadamu.Klik. Pesan terkirim. Aku harap dia mau membaca pesanku. Aku melihat foto dalam pigura ada fotoku dan Devano. Aku rindu sekali kenangan bersamanya. Harusnya semua ini tidak terjadi kepadaku. Ponselku bergetar.✉️Jangan pernah hubungi aku lagi. Hapus saja nomorku.Seketika aku meneteskan air mataku. Devano benar-benar membenci diriku saat ini. Apakah aku terlalu hina baginya kenapa dia tidak percaya denganku? Mark dan Natasya sangat pintar membuat r
I Bulan kemudian ...Akhirnya Devano kembali lagi ke Paris. Bolak balik ke London-Paris membuat dia sedikit kelelahan. Pernikahan yang dia dambakan akan segera terlaksana. Namun, dia masih ragu dengan keputusan yang dia ambil. Sekelibat dia masih mengingat perkataannya kepada Raina. Cinta membuatnya merana. Devano ingin lagi kembali ke masa dia menjadi Casanova. Pria itu melirik jam tangan hitamnya sebentar lagi dia akan meeting dengan kliennya yang berasal dari Jepang.“Hay, Kakak.” Sapa Roland datang tiba-tiba. Devano yang masih membaca laporan melirik sejenak Roland datang menghampiri dan melanjutkan lagi membaca laporannya. “ Sudah tahu berita hot yang lagi viral tentang skandal, Raina.” Roland mulai bercerita setelah satu bulan lamanya dia enggan tanya mengenai hal tersebut. Kemarahan kakaknya sebagai pemicunya. Devano sebenarnya malas sekali mengungkit masalah tentang skandal Raina dengan Mark.“Sudah, memang kenapa, Roland? Berita itu sudah tranding satu bulan yang lalu. Jadi h
Suasana hotel Star sore hari terlihat banyak pengunjung yang berdatangan. Mark, Natasya dan anak buahnya datang untuk ke hotel Star. Raina, yang masih tertidur karena efek obat bius yang dimasukkan Natasya kedalam minumannya. Mark segera memesan kamar yang sebelumnya di booking, dia sudah tidak tahan lagi untuk melakukan drama yang luar biasa. Mereka akhirnya masuk kedalam kamar 402 dan menidurkan Raina keatas ranjang. Kedua pegawai hotel itu memang dibayar Mark untuk membantu menyelesaikan misinya tersebut.“Mark, untuk lebih meyakinkan lagi coba bajunya Raina diganti menjadi lingerie. Lebih panas. Kalau seperti ini kesannya tidak.” Natasya mengambil lingerie yang dia bawa dari rumah. Mark mengamati Raina yang masih tertidur pulas. Gadis yang dia cintai sangatlah cantik. Aura yang dipancarkan memiliki magnet tersendiri.“Idemu bagus juga, Natasya. Ganti bajunya dan jangan sampai dia terbangun sebelum misiku sudah berjalan lancar.” Mark sangat antusias.“Baiklah, Mark aku akan menggan
21.00 Waktu Paris ...Aku masih mengerjakan desain untuk gaun pernikahan Devano. Jujur aku masih bingung dengan gaun yang akan dikenakan pengantin wanitanya, yang jelas bukan aku. Aku dan dia sudah selesai. Devano menghubungi Roland dan menyuruhku memesan gaun pengantin, yang lebih jahatnya gaun itu bukan untukku. Entah dari mana dia tahu kalau aku membuka butik. Itu semua pasti karena dokter muda Roland. Aku menangis semalaman karena Devano sudah melupakan aku dan aku cemburu. Semua pegawaiku sudah aku suruh pulang. Tinggal aku yang ada didalam butik. Aku juga sesekali membantu dokter Roland di klinik karena aku tidak ingin melupakan profesiku menjadi perawat. Namun, aku harus profesional untuk mendapatkan hasil yang maksimal untuk gaun pengantin itu. Aku makin lama tidak bersemangat juga. Aku seruput kopiku. Aku masih memikirkan desain gaun pengantin yang aku targetkan harus bagus. Sekelibat aku tadi sudah mengunci pintu butik atau belum iya? Rencana mau menginap di butik saja. Ak
Aku sudah siap-siap untuk membuka butikku. Hari ini aku harus semangat dalam membuka butikku. Banyak sekali orderan yang harus aku kerjakan. Semua gaun yang ada di butikku adalah hasil rancanganku sendiri. Hari ini sudah jam sepuluh siang akhirnya aku mulai mempersiapkan toko butikku. Saat membuka kedua mataku dikagetkan dengan sosok Devano yang masih duduk di depan toko, dia seperti sedang menunggu seseorang. Aku menghela nafas panjang. Kasihan juga melihat Sean seperti ini.“Kamu kenapa duduk di depan butik aku Devano? Seperti orang tidak berguna saja.” Aku menyindirnya. Devano bangkit dari duduknya dan menggandeng tanganku masuk kedalam. Pintu butik di kunci kembali dan dia mulai memandangiku. Kalau, seperti ini lebih baik tidak menyapanya saja. Jujur aku merasa jantungku ingin lepas darinya jika dia memperlakukanku seperti ini. “Devano, apa yang kamu lakukan? Aku mau buka butikku dulu.” Aku ingin menghindar tapi dengan cepat Devano meraih tanganku. Aku memandangnya. Begitupun den
sebuah pernikahan mewah dan megah ada didepan mataku. Hari ini adalah hari pernikahan aku dan Devano. Balutan gaun pengantin bak Cinderella.Aku melihat pantulan diriku di kaca yang besar. Akhirnya pernikahan yang aku impikan terwujud juga meskipun banyak lika-liku. Pernikahan akan di mulai.Aku mengucapkan janji suciku ketika devano telah mengucapkannya. Lalu setelah itu, kami bertukar cincin. Ketika pastur mempersilahkan Devano untuk menciumku, seketika pipiku terasa merona. Devano menatapku dengan tersenyum, aku balas menatapnya. Pernikahan ini sangat membuatku bahagia. Devano kini telah resmi menjadi suamiku. Aku tak peduli jika aku pernah hamil. Aku memejamkan mataku ketika Devano mulai menciumku. Kami mulai hanyut dalam pungutan kami. Aku merasa begitu tenggelam dan menikmatinya. Tak peduli berapa pasang mata yang menonton kami. Namun sorak teriakan dan suara pistol membuat kami langsung saling menjauh. Aku menatap horor ke arah Kevin yang tengah berdiri seraya memegang pis
Aku menunggu Devano di lobi hotel. Setelah tragedi dia mengajakku jalan-jalan di London untuk menjernihkan pikiran. Aku senang sekarang dia menjaga diriku . Aku mulai senang dan bahagia karena Devano memberikan surprise untukku. Malam ini kota London sangat dingin. Aku melihat seseorang turun dari mobil BMW warna hitam. Devano mempunyai banyak koleksi mobil ternyata. Astaga, malam ini dia terlihat sangat tampan. Aku tidak menyangka Casanova ini ketampanannya mengalahkan dewa Yunani. Devano menghampiriku.“Malam cintaku.” Devano mengecup bibirku sekilas. Duh, orang ini sembarangan saja jika Masalah cium. Aku melirik resepsionis yang melihatku sedang dicium, dia Seperti sedang tersenyum. ”Sayang, malam ini pasti kamu akan senang aku membawakan surprise untukmu.” Kata Devano sambil menyelinapkan anak rambut ke belakang telingaku.“Sayang, apa yang ingin kamu surprise kan ke aku. Aku penasaran.” Aku tersenyum manis. Devano malah justru semakin menggodaku.“Hei, Jika aku memberitahukan ke
Suara brankar menggema. Raina terkapar tidak berdaya diatas brankar. Devano tidak bisa membendung rasa bersalahnya kenapa dia harus menyuruh Raina menceburkan diri di kolam renang. Perasaan bersalah menyelimutinya. Raina masuk kedalam UGD dan mereka diharap menunggu di ruang tunggu. Devano memukul tembok dengan tangannya, dia tidak bisa membendung rasa bersalahnya. Roland melihat Devano langsung menghampirinya.“Sudahlah, kakak di setiap cinta pasti ada pengorbanan. Kau harus tahu itu. Aku senang akhirnya kau bisa mengingat semuanya, tetapi mau bagaimana lagi Raina jadi korbannya, dia memang dari dulu tidak bisa berenang. Kak, ini adalah bentuk perjuanganmu. Raina sudah berusaha.” Roland masih menenangkan Devano. Baju pernikahannya masih basah. Roland hanya bisa menghela nafas panjang.“Jujur aku kecewa dengan diriku sendiri, tidak pantas aku melakukan ini. Roland, Kau tahu aku sangat menderita jika Raina mendapat kesusahan. Ini aku seakan memberikan hal yang bodoh dalam hidupku.” De
Devano geram dengan Raina yang tidak mau pulang dan dia tidak mau mengambil kalungnya di kolam renang. Devano berfikir masa dia harus mengambil kalung disana. Bajunya basah dan dia akan segera menikah. Devano melihat kearah Raina. Gadis ini memang benar-benar keras kepala.“Aku sudah bilang kepadamu. Jika kalung itu berharga ambillah dan aku tidak mau mengambilnya. Kau fikir aku siapa? Aku ingin menikah jangan mengganggu pernikahanku saat ini. Kalau perlu pergilah dari dunia ini. Aku baru sadar jika kau memang wanita murahan dan kenapa aku bisa terpesona denganmu.” Kata Devano dingin.“Sebegitu marah dan hina aku di depanmu, Mr Devano yang terhormat. Asal kau tahu saja. Jika aku tidak hamil anakmu. Aku tidak akan mengemis cinta di hadapanmu. Ucapanmu membuatku sakit hati.” Kataku lirih. “Karena kau sangat keras kepala. Aku tidak suka wanita seperti itu. Aku sangat membencimu. Maaf ... aku tidak akan meladeni orang gila sepertimu. Aku mau mempersiapkan pernikahanku.” Devano melangkah p
mata kami saling adu. Devano menatapku penuh dengan tatapan sinis. Amarahnya seperti memuncak. Aku memalingkan wajahku. Suara langkahnya mengarah kepadaku dan benar ada sebuah tangan mencengkalku.Devano memejamkan matanya sejenak, lalu menghembuskan nafasnya perlahan. Tangan kekarnya masih mencekal Raina, dia ingin memarahi gadis yang ada di depannya ini kenapa dia menghadiri undangan pernikahannya. “Miss Raina, Tak ada yang menarik dariku. Cepat pulang dan jangan melihat upacara pernikahanku. Aku tidak mau kau sedih dan sakit hati." Pria itu membuka suara. Sambil menatap tajam wajah Raina. Tatapannya yang dingin dan sikap cueknya membuat Raina yakin jika Devano memang tidak bisa mengingatnya.Aku yakin , di balik suara itu ada nada enggan untuk berbicara ada sebutir cinta yang masih tersimpan karena aku yakin dia masih mencintaiku dan tidak mau kehilangan aku. Jadi aku memutuskan untuk tetap stay di sini. Aku hanya sekedar penasaran karena Devano orang yang sangat sulit di tebak. I
Aku bercermin dan melihat wajahku. Hari ini tepat pernikahan Devano Cristopher. Sebenarnya aku bahagia dia menikah asalkan menikah denganku tapi semuanya sudah berakhir. Aku melihat perutku yang semakin membesar. Tanteku marah dan sekarang aku sekarang baginya adalah sampah atau aib keluarga. Down rasanya dengan kehidupan ini.“Raina, kau sudah siap?” Jessie langsung masuk kedalam kamarku, dia sedang berlibur ke Paris karena acara prewedding dengan Roland. Terkadang merasa iri dengan mereka. ”Kenapa belum siap-siap, belum make up. Kamu jadi atau tidak ke pernikahan si Casanova tersebut?” Jessie sedikit kesal. Aku mengangguk tidak tahu mau kesana atau tidak? Yang jelas aku bingung, malas dan down. Apakah bisa aku melihat pernikahan dia? Hatiku rasanya sakit sekali dengan situasi saat ini.“Entahlah Jessie. Aku dilema saat ini.” Aku hanya bisa melihat wajahku di cermin. Malang sekali nasibku ini.“Ibu hamilku ini memang ada-ada saja. Kamu harus segera bersiap-siap. Jangan sampai momen i
Berpacu dengan waktu karena customer minta agar aku menyelesaikan gaun pengantin yang dia pesan karena untuk pernikahannya akan dimajukan. Aku koordinasi dengan Cristie. Huh, lumayan lelah juga apalagi aku dalam kondisi hamil. Aku langsung menepuk jidatku.“Astaga, aku lupa kenapa aku tidak minta nomor telefon Devano? Dia bukanya sudah hampir mengingatku. Apalagi dengan kejadian kemarin. Aku merindukannya. Rumah sepi. Rasanya tidak enak juga.” Aku berbicara sendiri sambil menjahit gaunku. Aku melihat layar ponsel.✉️Hari ini aku balik ke Paris. Kamu masih tetap di rumah dekat pantai ✉️iya. Memang kenapa Roland. Aku lebih senang tinggal disini. ✉️Aku ingin bertemu saja dan bicara mengenai kak DevanoAku menghela nafas panjang. Aku masih menjahit gaun. Ini harus deadline. Kedua mataku menangkap ada dompet. Aku menghentikan jahitku.“Dompet siapa ini?” Aku mengamati dompet tersebut. ”Maaf iya aku buka.” Aku membuka dan melihat isinya. Banyak sekali dolar. Devano. Ada foto Devano disini
Gadis itu mondar-mandir sambil melipatkan kedua tangannya, dia masih menunggu seseorang yang membuat dia sekarang marah. Devano Christopher. Bukanya dia menjemput dirinya di bandara. Devano seolah acuh kepadanya. Sesekali dia mengibaskan rambutnya. Warna bibir lipstiknya yang merah merona sangat menggoda siapa saja yang melihatnya. Nafasnya tersengal-sengal. Seorang pria paruh baya hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah laku gadis itu.“Sampai kapan kau akan menunggu dirinya, Natasya. Ponselnya saja tidak aktif.” Papa Devano sedang membaca sebuah proposal dari klien Devano. Hari ini Devano akan meeting dengan klien. ”Anak sialan itu ke mana lagi?” Papa Devano melepas kacamatanya dan sesekali memijat pelipisnya. Kadang dia bingung dengan tingkah anaknya itu. Devano makin dewasa makin tidak karuan saja. Makanya dia akan menikahkan dirinya dengan Natasya. Natasya adalah wanita yang pas buat Devano.“Om, dimana dia? Nomornya tidak aktif. Huh! Kemarin aku mendengar suara perempuan m
Masih di mobil bersama Casanova, Devano ...Devano masih mengulurkan tangannya berharap aku mau berkenalan dengannya. Aku masih tertunduk tanpa memandang orang yang aku rindu selama ini kenapa dia tidak mengingatku? Apakah ada kembaran Casanova, tetapi aku merasa dia adalah Devano yang ku rindukan. Devano menghela nafas panjang dan menurunkan tangannya.“Baru kali ini aku dicuekin sama perempuan.” Devano menggerutu. ”Kau ini gadis yang cuek sekali. Baiklah jika kau tidak mau memperkenalkan namamu. Aku tetap akan stay disini dan jangan harap kau bisa keluar dari mobil ini sampai kau memberitahu siapa namamu.” Devano bersikeras, dia memakai kacamata hitamnya kembali. Terlihat maskulin. Aku meliriknya sekilas. Astaga tidak bertemu lama dia masih tampan saja.“Aku Clara.” Aku langsung memandang ke depan tanpa menjabat tangan dan berbohong. Aku ingin tahu apakah dia masih ingat aku atau tidak sebagai Raina.“Nama yang beautiful. Okey Clara. Sekarang aku mau lihat wajah kamu. Dari tadi kamu