Aku dan Devano saling tatap. Seseorang lelaki dekat ada di depannya. Aku baru kali ini menjumpai pria ini. Sepertinya dia adalah papanya Devano. Pria itu tersenyum kepada kami dan langsung menghampiri.Pria itu bertepuk tangan dengan senyuman yang sinis, dia menghela nafas panjang dan menatap kami.“Nice, Devano Christopher anakku. Aku tidak menyangka kau akan melakukan hal gila ini. Nice. Lanjutkan!” Pria itu menepuk bahu Devano beberapa kali dan ternyata pria itu adalah papa Devano. “Sudah kuduga kelakuanmu melebihi batas, Devani. Aku mendidikmu untuk menjadi pria yang terhormat BUKAN SEPERTI INI!” Papa Devano mulai menaikkan suaranya. Sekilas memandang ke arahku.“Dari mana Anda tahu rumahku? Aku tidak pernah mengatakan keberadaanku kepada Anda.” Devani sedikit geram dan mengepalkan kedua tangannya. Papa Devano hanya tertawa. Baginya papanya adalah hal yang diluar dugaan.“Come on, Devano. Aku banyak sekali Intel yang dapat mengetahui keberadaanmu. Natasya juga pernah kemari bukan?
Aku memutuskan untuk kembali lagi ke butik tanpa diantar oleh Devano , dia sedang tidak baik-baik saja. Devano marah kepadaku dengan prinsip yang aku miliki. Wajar bukan jika menikah harus ada restu dari kedua orang tua. Entah mereka senang atau tidak dan jika tidak mendapat restu otomatis pernikahan akan sering bergejolak. Aku rasanya down dengan semua ini. Devano juga. Biasanya dia tidak ingin aku sendiri. Sekarang Devano hanya diam dan membiarkan aku pergi.Flash back.“Sudahlah, Devano jangan membuatku makin terpuruk dengan keadaanku. Sudah cukup papamu menghina diriku. Pernikahan ini kita harus mendapat restu dari orang tua kita apa pun alasannya.” Aku masih meyakinkan Devano. Devano hanya terdiam seolah tidak mau menuruti prinsip yang aku miliki, dia mengacak rambutnya frustasi.“Aku sudah bilang kepadamu, Raina. Apa pun yang terjadi jika papaku tidak merestui kita tetap menikah dia sangat terobsesi kepada Natasya sebagai menantunya. Jadi siapa sebenarnya yang mau menjalani pern
Aku duduk di depan papa Devano. Aku menemuinya karena semua keputusan sudah aku ambil. Jujur aku merasakan sakit yang luar biasa. Bagaimana bisa aku melihat Devano dipenjara sedangkan ayahnya sudah memiliki skenario. Aku tidak bisa berbuat banyak lagipula Papa Devano tidak merestui hubungan kita. Prinsipku ternyata masih berlaku. Papanya menyeruput kopi hitamnya.“Ah, enak sekali kopi ini!” Papa Devano menikmati secangkir kopi aku hanya bisa melihat gerak-geriknya saja. “Baiklah, Nona Raina. Seperti janji yang aku lontarkan tadi. Akhirnya kau mau juga meninggalkan anak saya.” Papa Devano terlihat bahagia. “Nyalimu sangat kecil sekali baru digertak itu langsung menciut. Aku kira kau gadis pintar yang aku pikirkan ketimbang Natasya.” Papa Devano terkekeh.Aku kali ini ingin marah. Tidak suka aku harus di banding-bandingkan dengan orang lain. Aku bersikap sabar dulu.“Ehm ... Maaf, Om. Saya tetap menjadi gadis pintar. Saya tidak takut dengan gertakan, Om. Saya hanya ingin Sean bahagia da
Mobil Devano Christopher sudah masuk di parkiran rumah. Jam menunjukkan pukul sembilan malam. Kami masih menikmati suasana menara Eiffel. Hatiku dag-dig-dug tidak karuan. Devano membuatku merasa tidak karuan sama sekali. Kami terdiam di dalam mobil. Hening. Perasaanku sudah tidak enak. Aku melepas selt belt-ku. Sekilas meliriknya.“Thank you dinnernya, Mr Devano Malam ini tidak pernah aku lupakan sepanjang perjalanan cintaku. Mungkin suatu saat kau akan mendapat jodoh yang terbaik dan aku minta jadilah pria yang setia. Pulanglah dan jaga dirimu baik-baik.” Kataku sedikit berat dan memulai pembicaraanku tetapi Devano hanya diam saja. Apa ada yang salah dengan perkataanku. Okey tidak ada respon aku lebih baik turun saja. Aku bingung dengan tingkah lakunya Susah ditebak orangnya. Saat turun dari mobilnya pun dia tidak mengikutiku.“Hai, Raina.” Terdengar ada yang memanggilku. Aku langsung menoleh ke samping. Lelaki itu tidak asing bagiku dan sepertinya aku pernah melihat laki-laki ini.“H
Aku benar-benar sangat panas hari ini. Entah apa yang merasuki tubuhku ini. Padahal cuaca sangat dingin dan tidak panas. Gila, baru meneguk anggur mulled rasanya sangat memabukkan sekali. Apa yang Devano berikan kepadaku ini. Aku memegang kepalaku. Pusing rasanya. Aku ingin sekali melakukan hal itu. Aku kembali ke ruangan tengah. Di balik sana Devano tersenyum bahagia. Rencana yang dia lakukan akhirnya berhasil juga. Benar Devano memasukkan obat kuat di dalam minuman Raina. Hari ini Raina harus jadi miliknya. Daripada dia memberikan obat kuat untuknya pasti Raina menolaknya. Aku duduk dekat Devano yang masih fokus melihat televisi.“Are you okay ?” Devano memastikan. Apa obatnya mulai bereaksi atau tidak. Astaga terdengar sangat seksi suara Devano. Aku memegang leherku. Sangat panas. ”Raina, kenapa dengan wajahmu itu. Kau terlihat aneh sekali. Entah apa yang merasukimu saat ini, Sayang.” Devano membisikkannya kepadaku. Membuat aku semakin panas.Aku tidak menjawab masih mengontrol tubu
Devano sudah pergi meninggalkanku setelah apa yang kita lakukan. Iya geliat panas merasuki tubuh. Rasanya sedih bercampur kesal menjadi satu. Tidak ada yang bisa memelukku. Aku tidak tahu bagaimana dunia tanpa dengannya. Berangkat ke bandara pun aku tidak bisa menahan tangisanku kepadanya. Rasanya sudah tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Teringat saat aku dan pertama kali bertemu. Astaga sulit untuk diungkapkan, kenapa perasaanku tidak enak dengannya. Ada apa ini?Flash Back ...Devano menatap lurus ke arah jalanan, saat ini kami sedang dalam perjalanan pulang. Pemotretan Wedding yang aku lakukan tadi tak berlangsung lama karena hanya satu majalah yang mengontrakku. Pipiku terasa panas, jika mengingat apa yang kami lakukan di fitting room. Apa Devano memang ahli dalam ciuman dan bercinta yang suka mencium wanita mana pun? Sampai wanita dibuai akan ciuman yang dia berikan. Devano membuatku tidak berdaya. Pria berjulukan Casanova sepertinya pasti sering berciuman dengan wanita c
DUA BULAN KEMUDIAN ...Hay diary, bulan ini akan menjadi bulan yang paling berat bagiku. Mengapa tidak? Bulan ini aku dilanda kerinduan yang hebat dengan Casanova-ku. Devano Christopher. Dimana dia? Tidak ada kabar. Bagai kekasih yang tidak dianggap. Roland sang adik bahkan tidak tahu keberadaannya ,dia masih sibuk dengan dokternya. Devano bagai hilang di telan bumi. Rumah, kantor, Apartement semunya tidak ada. Morgan tidak mau memberitahu Devano.Sedih rasanya memikirkan hal ini. Aku bercermin dan melihat diriku yang sedang kacau. Aku malas sekali merawat tubuhku. Tidak ada gunanya juga. Karena tidak ada Devano dalam kehidupanku. Dimana kamu Devano? Apakah tidak ada sedikit pun rindu yang tersirat di hatimu? Jam menunjukkan pukul delapan pagi. Mau pergi ke butik malas. Argh, ada apa dengan kondisi psikologis dariku. Tiba-tiba aku merasa mual. Aku langsung berlari ke toilet. Aku muntah. Hanya saja cairan putih tidak ada sisa makanan. Satu Minggu ini aku sering mual muntah dan pusing.
Tatapanku sangat tajam saat Jessie bilang kalau masih bingung ini anak kandung Devano atau bukan jika memang benar aku hamil. Astaga, Jessie membuatku sangat kesal saja. Aku tertunduk lesu. Bagaimana jika semaunya benar-benar terjadi. Ah, entahlah.“Cepat beli test pack!” Suruhku dan aku beranjak untuk mengambil air putih dan meneguknya. ”Ayolah Jessie cepat belikan test pack!” Aku semakin kesal. Jessie hanya diam dan pergi. Memory masa lalu bersama Devano terbayang di pikiranku. Saat aku dan dia melakukan hubungan yang sangat panas. Lalu sekarang dia ada dimana? Devano, come on aku sangat merindukanmu. Aku membuka media sosial tetapi Devano tidak pernah posting, bahkan semua chat yang aku kirim tidak pernah dia baca. Aku mencoba menelefonnya lagi. Argh ... sekarang nomornya tidak aktif. Aku frustasi. Aku kesal. Aku kecewa kenapa Devano tidak pernah menghubungiku. Ini sudah dua bulan lebih.“Devano, kamu dimana sebenarnya? Bahkan Roland pun tidak bisa menemukan dimana keberadaanmu. O
sebuah pernikahan mewah dan megah ada didepan mataku. Hari ini adalah hari pernikahan aku dan Devano. Balutan gaun pengantin bak Cinderella.Aku melihat pantulan diriku di kaca yang besar. Akhirnya pernikahan yang aku impikan terwujud juga meskipun banyak lika-liku. Pernikahan akan di mulai.Aku mengucapkan janji suciku ketika devano telah mengucapkannya. Lalu setelah itu, kami bertukar cincin. Ketika pastur mempersilahkan Devano untuk menciumku, seketika pipiku terasa merona. Devano menatapku dengan tersenyum, aku balas menatapnya. Pernikahan ini sangat membuatku bahagia. Devano kini telah resmi menjadi suamiku. Aku tak peduli jika aku pernah hamil. Aku memejamkan mataku ketika Devano mulai menciumku. Kami mulai hanyut dalam pungutan kami. Aku merasa begitu tenggelam dan menikmatinya. Tak peduli berapa pasang mata yang menonton kami. Namun sorak teriakan dan suara pistol membuat kami langsung saling menjauh. Aku menatap horor ke arah Kevin yang tengah berdiri seraya memegang pis
Aku menunggu Devano di lobi hotel. Setelah tragedi dia mengajakku jalan-jalan di London untuk menjernihkan pikiran. Aku senang sekarang dia menjaga diriku . Aku mulai senang dan bahagia karena Devano memberikan surprise untukku. Malam ini kota London sangat dingin. Aku melihat seseorang turun dari mobil BMW warna hitam. Devano mempunyai banyak koleksi mobil ternyata. Astaga, malam ini dia terlihat sangat tampan. Aku tidak menyangka Casanova ini ketampanannya mengalahkan dewa Yunani. Devano menghampiriku.“Malam cintaku.” Devano mengecup bibirku sekilas. Duh, orang ini sembarangan saja jika Masalah cium. Aku melirik resepsionis yang melihatku sedang dicium, dia Seperti sedang tersenyum. ”Sayang, malam ini pasti kamu akan senang aku membawakan surprise untukmu.” Kata Devano sambil menyelinapkan anak rambut ke belakang telingaku.“Sayang, apa yang ingin kamu surprise kan ke aku. Aku penasaran.” Aku tersenyum manis. Devano malah justru semakin menggodaku.“Hei, Jika aku memberitahukan ke
Suara brankar menggema. Raina terkapar tidak berdaya diatas brankar. Devano tidak bisa membendung rasa bersalahnya kenapa dia harus menyuruh Raina menceburkan diri di kolam renang. Perasaan bersalah menyelimutinya. Raina masuk kedalam UGD dan mereka diharap menunggu di ruang tunggu. Devano memukul tembok dengan tangannya, dia tidak bisa membendung rasa bersalahnya. Roland melihat Devano langsung menghampirinya.“Sudahlah, kakak di setiap cinta pasti ada pengorbanan. Kau harus tahu itu. Aku senang akhirnya kau bisa mengingat semuanya, tetapi mau bagaimana lagi Raina jadi korbannya, dia memang dari dulu tidak bisa berenang. Kak, ini adalah bentuk perjuanganmu. Raina sudah berusaha.” Roland masih menenangkan Devano. Baju pernikahannya masih basah. Roland hanya bisa menghela nafas panjang.“Jujur aku kecewa dengan diriku sendiri, tidak pantas aku melakukan ini. Roland, Kau tahu aku sangat menderita jika Raina mendapat kesusahan. Ini aku seakan memberikan hal yang bodoh dalam hidupku.” De
Devano geram dengan Raina yang tidak mau pulang dan dia tidak mau mengambil kalungnya di kolam renang. Devano berfikir masa dia harus mengambil kalung disana. Bajunya basah dan dia akan segera menikah. Devano melihat kearah Raina. Gadis ini memang benar-benar keras kepala.“Aku sudah bilang kepadamu. Jika kalung itu berharga ambillah dan aku tidak mau mengambilnya. Kau fikir aku siapa? Aku ingin menikah jangan mengganggu pernikahanku saat ini. Kalau perlu pergilah dari dunia ini. Aku baru sadar jika kau memang wanita murahan dan kenapa aku bisa terpesona denganmu.” Kata Devano dingin.“Sebegitu marah dan hina aku di depanmu, Mr Devano yang terhormat. Asal kau tahu saja. Jika aku tidak hamil anakmu. Aku tidak akan mengemis cinta di hadapanmu. Ucapanmu membuatku sakit hati.” Kataku lirih. “Karena kau sangat keras kepala. Aku tidak suka wanita seperti itu. Aku sangat membencimu. Maaf ... aku tidak akan meladeni orang gila sepertimu. Aku mau mempersiapkan pernikahanku.” Devano melangkah p
mata kami saling adu. Devano menatapku penuh dengan tatapan sinis. Amarahnya seperti memuncak. Aku memalingkan wajahku. Suara langkahnya mengarah kepadaku dan benar ada sebuah tangan mencengkalku.Devano memejamkan matanya sejenak, lalu menghembuskan nafasnya perlahan. Tangan kekarnya masih mencekal Raina, dia ingin memarahi gadis yang ada di depannya ini kenapa dia menghadiri undangan pernikahannya. “Miss Raina, Tak ada yang menarik dariku. Cepat pulang dan jangan melihat upacara pernikahanku. Aku tidak mau kau sedih dan sakit hati." Pria itu membuka suara. Sambil menatap tajam wajah Raina. Tatapannya yang dingin dan sikap cueknya membuat Raina yakin jika Devano memang tidak bisa mengingatnya.Aku yakin , di balik suara itu ada nada enggan untuk berbicara ada sebutir cinta yang masih tersimpan karena aku yakin dia masih mencintaiku dan tidak mau kehilangan aku. Jadi aku memutuskan untuk tetap stay di sini. Aku hanya sekedar penasaran karena Devano orang yang sangat sulit di tebak. I
Aku bercermin dan melihat wajahku. Hari ini tepat pernikahan Devano Cristopher. Sebenarnya aku bahagia dia menikah asalkan menikah denganku tapi semuanya sudah berakhir. Aku melihat perutku yang semakin membesar. Tanteku marah dan sekarang aku sekarang baginya adalah sampah atau aib keluarga. Down rasanya dengan kehidupan ini.“Raina, kau sudah siap?” Jessie langsung masuk kedalam kamarku, dia sedang berlibur ke Paris karena acara prewedding dengan Roland. Terkadang merasa iri dengan mereka. ”Kenapa belum siap-siap, belum make up. Kamu jadi atau tidak ke pernikahan si Casanova tersebut?” Jessie sedikit kesal. Aku mengangguk tidak tahu mau kesana atau tidak? Yang jelas aku bingung, malas dan down. Apakah bisa aku melihat pernikahan dia? Hatiku rasanya sakit sekali dengan situasi saat ini.“Entahlah Jessie. Aku dilema saat ini.” Aku hanya bisa melihat wajahku di cermin. Malang sekali nasibku ini.“Ibu hamilku ini memang ada-ada saja. Kamu harus segera bersiap-siap. Jangan sampai momen i
Berpacu dengan waktu karena customer minta agar aku menyelesaikan gaun pengantin yang dia pesan karena untuk pernikahannya akan dimajukan. Aku koordinasi dengan Cristie. Huh, lumayan lelah juga apalagi aku dalam kondisi hamil. Aku langsung menepuk jidatku.“Astaga, aku lupa kenapa aku tidak minta nomor telefon Devano? Dia bukanya sudah hampir mengingatku. Apalagi dengan kejadian kemarin. Aku merindukannya. Rumah sepi. Rasanya tidak enak juga.” Aku berbicara sendiri sambil menjahit gaunku. Aku melihat layar ponsel.✉️Hari ini aku balik ke Paris. Kamu masih tetap di rumah dekat pantai ✉️iya. Memang kenapa Roland. Aku lebih senang tinggal disini. ✉️Aku ingin bertemu saja dan bicara mengenai kak DevanoAku menghela nafas panjang. Aku masih menjahit gaun. Ini harus deadline. Kedua mataku menangkap ada dompet. Aku menghentikan jahitku.“Dompet siapa ini?” Aku mengamati dompet tersebut. ”Maaf iya aku buka.” Aku membuka dan melihat isinya. Banyak sekali dolar. Devano. Ada foto Devano disini
Gadis itu mondar-mandir sambil melipatkan kedua tangannya, dia masih menunggu seseorang yang membuat dia sekarang marah. Devano Christopher. Bukanya dia menjemput dirinya di bandara. Devano seolah acuh kepadanya. Sesekali dia mengibaskan rambutnya. Warna bibir lipstiknya yang merah merona sangat menggoda siapa saja yang melihatnya. Nafasnya tersengal-sengal. Seorang pria paruh baya hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah laku gadis itu.“Sampai kapan kau akan menunggu dirinya, Natasya. Ponselnya saja tidak aktif.” Papa Devano sedang membaca sebuah proposal dari klien Devano. Hari ini Devano akan meeting dengan klien. ”Anak sialan itu ke mana lagi?” Papa Devano melepas kacamatanya dan sesekali memijat pelipisnya. Kadang dia bingung dengan tingkah anaknya itu. Devano makin dewasa makin tidak karuan saja. Makanya dia akan menikahkan dirinya dengan Natasya. Natasya adalah wanita yang pas buat Devano.“Om, dimana dia? Nomornya tidak aktif. Huh! Kemarin aku mendengar suara perempuan m
Masih di mobil bersama Casanova, Devano ...Devano masih mengulurkan tangannya berharap aku mau berkenalan dengannya. Aku masih tertunduk tanpa memandang orang yang aku rindu selama ini kenapa dia tidak mengingatku? Apakah ada kembaran Casanova, tetapi aku merasa dia adalah Devano yang ku rindukan. Devano menghela nafas panjang dan menurunkan tangannya.“Baru kali ini aku dicuekin sama perempuan.” Devano menggerutu. ”Kau ini gadis yang cuek sekali. Baiklah jika kau tidak mau memperkenalkan namamu. Aku tetap akan stay disini dan jangan harap kau bisa keluar dari mobil ini sampai kau memberitahu siapa namamu.” Devano bersikeras, dia memakai kacamata hitamnya kembali. Terlihat maskulin. Aku meliriknya sekilas. Astaga tidak bertemu lama dia masih tampan saja.“Aku Clara.” Aku langsung memandang ke depan tanpa menjabat tangan dan berbohong. Aku ingin tahu apakah dia masih ingat aku atau tidak sebagai Raina.“Nama yang beautiful. Okey Clara. Sekarang aku mau lihat wajah kamu. Dari tadi kamu