“Rumah siapa ini?” Devano bingung. Dari balik dalam jendela mobil Devano melihat Raina keluar dari taksinya, “Oke, kita pulang Morgan. Aku lega di mana dia berada.” Ucapnya dengan puas. Morgan melajukan mobilnya dan pergi. Raina langsung memencet bel. Semoga Jessy ada dirumah dan benar dia ada dirumah.“Raina.” Jessie langsung memeluk sahabatnya itu. “How are you, Raina? Aku benar-benar merindukanmu. Sudah lama kita tidak bertemu. Oh, Raina! Aku rindu denganmu.” Jessie memeluk Raina dengan erat sebagai rasa rindunya.“Jessie ...” Raina sedikit bingung mau mengatakan kepada sahabatnya karena Raina sungkan harus merepotkan sahabat terbaiknya ini.“What Raina. Duduklah ... sebentar!” Jessie mempersilahkan Raina duduk di teras rumahnya. Raina menghela nafas panjang.“Boleh aku menginap di rumahmu untuk sementara waktu ...?” Tanyaku sedikit takut. Jessie hanya terdiam. “Kalau memang tidak boleh, aku tidak apa-apa, Jessie. Aku pergi saja.” Raina mulai tidak enak dengan Jessie meskipun dia
Aku benar-benar tidak bisa menyangka, Devano membuatku merasa kenyamanan. Devano melepaskan ciumannya dan memandang kearahku sambil mengelus pipiku dengan lembut dan langsung memeluk ku dengan erat. Aku mulai nyaman dekat dengannya. Sepertinya aku sudah mulai membuka hatiku untuknya.“Raina, aku pulang saja. Maaf kalau aku menginap disini bakal ada sesuatu hal yang tidak di inginkan. Aku tahu aku egois, tidak mementingkan perasaanmu tapi kamu harus tahu, aku benar-benar mencintaimu.” Bisik Devano manja. Aku menggelinjang geli. Iya meskipun kita sudah menikah tapi rasanya kita masih kaku dalam sebuah pernikahan. Aku mendorongnya sampai dia terjatuh ke ranjang. Astaga, aku bingung dengan apa yang ada di posisiku saat ini.” Aku pulang, Raina.” Devano mencium keningku dan tiba-tiba saja petir berbunyi dengan keras. Aku langsung memeluk Devano dari belakang. Devano terdiam sejenak melihat tingkah lakuku.“Aku takut, Devano. Aku memang trauma dengan suara petir yang cukup keras.” Kataku ke
Aku dan Devano malam ini akan menghadiri pesta pernikahan Rose sekalian kita akan reuni satu sekolahan bagi yang diundang. Nanti bakal ada heboh dengan gosip-gosip dari mereka. Bagaimana tidak, aku dan Devano akan datang bersama. Mantan gadis cupu dan polos harus berpasangan dengan Casanova yang terkenal di sekolahan. Aku senang nanti bakal ada yang iri kepadaku. Ah, biarkan saja itu sebagai bentuk balas dendamku kepada mereka karena telah merendahkan aku.Devano mengajakku untuk make up dengan penata riasnya. Sebenarnya dia ini model atau Casanova banyak sekali orang yang dikenalnya di sini.Devano tak henti-hentinya memegang tanganku sambil menyetir mobil. Aku merasakan nyaman yang luar biasa. Itu berarti aku jatuh cinta dengannya. Namun, aku gengsi untuk mengatakan cinta kepadanya. Sekali-kali jadi perempuan harus jaga diri.“Sayang, kau belum menjawab cintaku. Apakah ... kau mencintaiku?” Ternyata Devano masih saja penasaran dengan jawabanku. Aku hanya tersenyum.Aku hanya diam. M
Rasa sakit dan kesal dirasakan oleh Belinda. Devano menatapnya dengan tatapan penuh kebencian. Belinda hanya cuek, dia sudah puas bisa memperlakukan Raina dan menceburkan dia ke kolam renang. Devano melihat Raina masih pingsan, dia segera menggendongnya. Sebelum pergi Devano menatap Belinda lagi dengan penuh kebencian.“Mau sampai kapan kamu memperlakukan orang seperti ini? Dengar baik-baik, Belinda yang terhormat jika, Raina terjadi apa-apa atau dia sampai meninggal kamu harus bertanggung jawab jangan sampai kamu kabur, jika kabur aku akan mencarimu ke seluruh dunia dan asal perlu tahu. Aku tidak Sudi lagi bersamamu dan dengarkan baik-baik, Raina adalah istriku. PAHAM!” Devano membentak Belinda. Semua orang yang ada di acara resepsi Rose tersentuh mendengar kata-kata Devano. Devano menggendong Raina dan semua mata tertuju kepada dua sejoli ini. Hatinya sakit istrinya diperlakukan seperti ini. Baginya, gadis ini adalah nyawanya. Devano langsung pergi ke rumah sakit sepertinya Raina t
“Lepaskan aku, Devano Lepaskan!” Aku meronta mencoba melepaskan pegangan tangannya yang begitu kuat membuat pergelangan tanganku begitu sakit kenapa dengan suamiku? Padahal aku ingin mengantarkan makanan untuknya di kantor sebagai rasa perhatianku sebagai seorang istri. Devano membawaku ke sebuah ruangan yang begitu luas, aku yakin ini adalah ruangannya, dia membanting pintu dengan keras membuatku tertegun dan mengunci pintu ruangannya. Aku bingung. Rasanya aku ingin menangis sekencangnya. Aku menatap horor ke arahnya.Devano mengambil sesuatu dan melemparkannya kearahku. “Lihat itu!” Devano menyuruhku melihat sebuah majalah yang dia lempar tepat di depanku. Aku jongkok dan mengambilnya sebuah majalah dari Liberty. Lalu apa hubungannya?“Buka halaman enam belas. Cepat!” Katanya dengan nada marah. Aku langsung membuka halaman yang dia suruh. Ada apa dengannya. Rasa takut melandaku saat ini. Aku membuka halaman pertama betapa terkejutnya aku. Ada berita tentangku dan kali ini bersama
Lumatan bibir itu membuatku melayang. Ditengah hujan deras di sebuah Castil. Aku memakai baju layaknya cinderella dan dia bagaikan pangeran. Castil sangat hening tidak ada siapa pun. Hanya bunyi hujan deras, dia tidak henti-hentinya memainkan bibirnya. Lelaki ini membuatku candu. Ketampanannya yang sempurna. Tidak heran banyak wanita tergila-gila kepadanya, dia membelai wajahku yang basah karena hujan. Bajuku cinderella yang lumayan tipis basah memperlihatkan lekuk tubuhku termasuk buah dadaku. Aku tidak memakai breast horder. Tangan nakal lelaki itu tidak henti-hentinya meremas dadaku yang menyembul besar. Aku terbuai oleh cumbuan lelaki ini.KRING ....Tiba-tiba suara jam weker berbunyi keras. Aku dengan malas meraihnya dan mematikannya dan aku kembali tidur lagi. Sial, jam weker itu telah mengganggu mimpiku yang indah bersama Devano Aku senyum-senyum sendiri. Indahnya mimpi itu. Terlihat sangat nyata bagiku. Aku terbangun ketika merasakan cahaya matahari yang menyilaukan mataku. As
Wajahnya membuatku semakin kagum dan terpesona. Aku tersenyum tipis. Devano hanya mengernyitkan keningnya. Aku masih berdiri di di luar mobil Ferari merah yang terpampang di depan teras. Devano mendekatiku dan merapatkan tubuhnya. Astaga, makin lama aku makin jatuh cinta sama suamiku ini. Namun, aku harus bersikap dingin dan cuek. Devano memegang daguku. Jangan sampai dia mau menciumku kembali.“Kenapa kau buat aku makin jatuh cinta dan tergila-gila, Raina? Kenapa sikap cuek dan dingin mu membuatku gemas? Jangan ketus seperti itu? Kau membuatku makin penasaran. Kau mau ... ke mana? Apakah ada pemotretan yang spesial?” Tanyanya dengan nada yang lembut. Bau parfumnya begitu maskulin dan menenangkan dalam indra penciumanku. Paras dan pesona Casanova ini bak dewa Yunani.“Pergilah ... aku ada urusan penting dibandingkan harus mengurusimu.” Aku mendorong sedikit tubuh Devano agar aku bisa menjauh dari tubuh Sean."Kau mengusirku, Raina?" ujarnya. “I ... Iya, tentu saja. Aku mengusirmu. S
Sang Casanova kali ini kharismanya benar-benar membuatku tergila-gila, dia seperti magnet dalam hidupku. Kami hanya hening tidak ada suara. Aku melihat dia dari kaca cermin dari tadi tak berkedip sama sekali. Apakah dia terpesona juga dengan kecantikanku. Aku menghela nafas panjang. Lama-lama ditatap olehnya ini jantungku berdetak tidak karuan.“Hai ... Devano! Jangan menatapku terus! Aku jadi malu. Tatapanmu membuatku makin tidak karuan.” Kataku dengan ketus. Devano hanya tersenyum kepadaku tanpa berkata sepatah kata apa pun.“Apakah kau tidak bisa memanggilku dengan kata Sayang? Raina, kau adalah istriku sekarang. Kenapa, susah sekali memanggil kata Sayang. Apakah aku tidak berarti lagi bagimu?” Kedua mata toscanya menginginkan harapan dariku.“Sangat susah sekali jika memanggilmu kata Sayang. Hem ... Butuh waktu yang cukup lama.” Sindirku. Aku memang sedikit cuek dengannya.“Hati perempuan sulit sekali dimengerti.” Devano sedikit kecewa. Aku hanya tertawa kecil melihat tingkah laku