Wajahnya membuatku semakin kagum dan terpesona. Aku tersenyum tipis. Devano hanya mengernyitkan keningnya. Aku masih berdiri di di luar mobil Ferari merah yang terpampang di depan teras. Devano mendekatiku dan merapatkan tubuhnya. Astaga, makin lama aku makin jatuh cinta sama suamiku ini. Namun, aku harus bersikap dingin dan cuek. Devano memegang daguku. Jangan sampai dia mau menciumku kembali.“Kenapa kau buat aku makin jatuh cinta dan tergila-gila, Raina? Kenapa sikap cuek dan dingin mu membuatku gemas? Jangan ketus seperti itu? Kau membuatku makin penasaran. Kau mau ... ke mana? Apakah ada pemotretan yang spesial?” Tanyanya dengan nada yang lembut. Bau parfumnya begitu maskulin dan menenangkan dalam indra penciumanku. Paras dan pesona Casanova ini bak dewa Yunani.“Pergilah ... aku ada urusan penting dibandingkan harus mengurusimu.” Aku mendorong sedikit tubuh Devano agar aku bisa menjauh dari tubuh Sean."Kau mengusirku, Raina?" ujarnya. “I ... Iya, tentu saja. Aku mengusirmu. S
Sang Casanova kali ini kharismanya benar-benar membuatku tergila-gila, dia seperti magnet dalam hidupku. Kami hanya hening tidak ada suara. Aku melihat dia dari kaca cermin dari tadi tak berkedip sama sekali. Apakah dia terpesona juga dengan kecantikanku. Aku menghela nafas panjang. Lama-lama ditatap olehnya ini jantungku berdetak tidak karuan.“Hai ... Devano! Jangan menatapku terus! Aku jadi malu. Tatapanmu membuatku makin tidak karuan.” Kataku dengan ketus. Devano hanya tersenyum kepadaku tanpa berkata sepatah kata apa pun.“Apakah kau tidak bisa memanggilku dengan kata Sayang? Raina, kau adalah istriku sekarang. Kenapa, susah sekali memanggil kata Sayang. Apakah aku tidak berarti lagi bagimu?” Kedua mata toscanya menginginkan harapan dariku.“Sangat susah sekali jika memanggilmu kata Sayang. Hem ... Butuh waktu yang cukup lama.” Sindirku. Aku memang sedikit cuek dengannya.“Hati perempuan sulit sekali dimengerti.” Devano sedikit kecewa. Aku hanya tertawa kecil melihat tingkah laku
Aku mengemudikan mini cooperku dan aku bingung mau ke mana. Setelah beredar fotoku dengan Devano yang sangat intim. Pasalnya tanteku sangat menyayangkan pose tersebut. Hinaan dan cacian aku terima. Aku kali ini ingin menyendiri dulu. Kali ini tidak ada tujuan hidup. Devano, apakah aku minta bantuan kepadanya. Aku benci semuanya. Aku menghentikan mobilku di dekat taman dan melihat di sekeliling menara Eiffel. Aku harus ke mana? Semuanya, tidak ada tujuan hidup saat ini. Ke hotel? Oh tidak bisa-bisa tabunganku ludes hanya untuk menginap. Iya, salah satu jalan ke rumah Sean. Menginap beberapa hari saja. Aku sudah pasrah dia melakukan apa saja untukku.Saat berhenti di parkirkan rumah. Aku melihat Sean sedang berbincang-bincang dengan gadis yang cukup cantik dan seksi. Gadis itu sedikit menggoda Devano. Devano, menanggapinya dan mereka masuk kedalam rumah sambil saling merangkul. Aku sedikit cemburu kepadanya. Bagaimana dia memasukkan wanita kedalam rumahnya sedangkan Ronald masih ada kli
Aku masuk ke rumah kecil yang tak jauh dari pantai Paloma. Kehidupan baru sudah aku mulai sekarang. Tanpa ada tante, suami, iya aku mencoba hidup sendiri tanpa mereka. Aku merasa sedih karena Tante yang aku anggap orang tua telah mengusirku dari rumahku dan tidak menganggap aku anak lagi. Hanya karena poseku yang intim berciuman dengan Devano. Ah, aku tidak peduli yang jelas aku berciuman kepada suamiku sendiri. Devano. Kenapa aku rindu dengannya. Aku memegang ponselku dan aku menamatinya. Aku sudah ganti kartu seluler jadi tidak ada orang yang tahu nomor baruku.Rumah kecil ini. Aku sudah membelinya dua tahun yang lalu meskipun tidak ditempati aku membayar seseorang untuk membersihkannya. Tidak ada yang tahu aku membeli rumah ini.“Permisi, Nona apakah ada yang bisa saya bantu?” Seorang wanita berusia kepala empat puluh datang menghampiriku. Dialah yang selalu membersihkan rumah kecilku ini. “Maaf jika saya kurang bersih.” Wanita itu tertunduk.“Tidak apa-apa, justru saya berterima k
07.00. pagiAku menyiapkan makan untuk Devano pagi ini. Mulai kemarin sore menginap di rumah kecilku yang dekat dengan pantai Paloma. Hari ini aku membuat omelette dan spaghetti dan tak lupa susu terhidang di atas meja. Aku ingin bertugas menjadi istrinya. Aku sudah selesai menyiapkan semua. Ponselku bergetar ada sebuah email masuk dari Leo kenapa dia mengirim email tumben sekali? Astaga aku lupa jika aku sudah mengganti nomor selulerku. Leo pasti bingung kenapa aku harus menghilang.✉️Honey, Minggu depan ada pemotretan produk kecantikan. Aku harap kau bisa. Where are you? Kau membuatku panik.Sebenarnya aku bersyukur jika mendapat banyak job. Namun, aku masih trauma dengan perkataan tanteku. Aku menghela nafas panjang. Aku tidak membalas email Leo yang jelas aku tahu kalau minggu depan ada pemotretan. Jam menunjukkan pukul 07.00 aku harus segera membangunkan suamiku.Aku membuka pintu kamar perlahan. Devano tidur di kamar tamu, dia masih terlelap. Aku melihatnya sekilas. Jika tidur d
Devano membanting pintu ruangan milik papanya, dia geram sekali dan tak lupa tangannya mengepalkan tangannya. Devano melihat majalah yang dipegangnya senyum-senyum. Devano sangat senang akhirnya cintanya dan Raina ter-publisih. Sepasang mata dari tadi menatapnya dengan tajam. Devano tidak menyadarinya, dia langsung menyahut majalahnya dan menjatuhkan serta menginjak-injak bagian sampulnya.“Ini tidak adil bagiku ...!” Natasya masih menginjak-injak majalah yang dibawa Devano. “Aku tidak terima jika harus seperti ini, dia bukan sainganku. Seharusnya dia tidak pantas untukmu.” Natasya masih saja menginjak-injak sampulnya. “Harusnya dia tidak ada di dunia ini!” Natasya kali ini menatap Devano“Kau ini mau apa Natasya. Jangan gila kamu!” Devano langsung merebut majalah yang di injak Natasya. Sampulnya sudah hancur. Devano sangat geram sekali dengan tingkah lakunya.“Kau mau apa katamu ...? Aku ingin merusak majalah ini dan melemparkannya ke wanita murahan itu. Enak sekali dia harus merebut
Terdiam sambil menatap Devano. Tidak ini mustahil bagiku. Ayo ... Raina jangan dibodohi oleh suatu keadaan. Berdua di Villa yang belum menikah secara sah. Mana prinsipmu sebagai perempuan yang harus menjaga martabatmu kenapa sekarang kau serahkan semuanya kepada Devano? Di satu sisi, Devano melihat Raina bengong malah gemas melihatnya. “Sayang, apa yang kau pikirkan?” Devano menatapku gemas dan ingin menggodaku.“Devano, bisakah kita tidak usah berdua di dalam Villa? Jujur, aku masih takut denganmu. Maafkan aku. Aku masih belum bisa menerima keadaan ini dan ...”“Dan itu semua karena aku mantan Casanova?” Devano langsung memotong pembicaraanku. Kedua mata indahnya menatapku tajam. Apakah aku salah berkata seperti itu? Aku melakukan ini karena ingin menjaga harkat dan martabatku tapi semua sudah sirna, semua yang ada pada diriku sudah kuserahkan kepadanya. ”Kenapa kau masih ragu denganku, Raina? Kamu seharusnya mengerti. Aku sudah mengorbankan semuanya hanya demi kamu. Namun, kalau
Aku masuk kedalam Villa. Di mana Devano? Mobilnya masih terparkir rapi di depan. Aku pergi pun dia tidak ada. Natasya perempuan itu masih terngiang-ngiang di kepalaku. Perempuan gila. Berani sekali dia menamparku. Seumur-umur baru kali ini aku ditampar. Mantan kekasih Devano. Pantas saja Devano sangat tidak menyukai perempuan itu. Kelakuannya saja jelek. Aku memegang pipiku yang masih sakit. Ini semua gara-gara wanita itu. Aku menyelusuri ruangan. Belum ada keberadaannya. Ah, lama-lama aku kesal. Aku benci. Lebih baik aku pulang saja. Aku berdiri di dekat jendela sambil melihat pemandangan pantai. Hari ini cukup cerah. Sebuah tangan melingkar di pinggangku dan memelukku. Aku tersenyum siapa pemilik tangan ini.“Raina, kenapa kau membuatku jadi seperti ini? Aku ingin menjauh darimu tapi aku tidak bisa.” Dia mencium pipiku dari belakang. Segera aku menjauh dari pelukannya. Devano melihatku bingung dengan kelakuanku. Aku langsung berlari ke luar Villa. Sudah cukup dengan kegilaan ini.
sebuah pernikahan mewah dan megah ada didepan mataku. Hari ini adalah hari pernikahan aku dan Devano. Balutan gaun pengantin bak Cinderella.Aku melihat pantulan diriku di kaca yang besar. Akhirnya pernikahan yang aku impikan terwujud juga meskipun banyak lika-liku. Pernikahan akan di mulai.Aku mengucapkan janji suciku ketika devano telah mengucapkannya. Lalu setelah itu, kami bertukar cincin. Ketika pastur mempersilahkan Devano untuk menciumku, seketika pipiku terasa merona. Devano menatapku dengan tersenyum, aku balas menatapnya. Pernikahan ini sangat membuatku bahagia. Devano kini telah resmi menjadi suamiku. Aku tak peduli jika aku pernah hamil. Aku memejamkan mataku ketika Devano mulai menciumku. Kami mulai hanyut dalam pungutan kami. Aku merasa begitu tenggelam dan menikmatinya. Tak peduli berapa pasang mata yang menonton kami. Namun sorak teriakan dan suara pistol membuat kami langsung saling menjauh. Aku menatap horor ke arah Kevin yang tengah berdiri seraya memegang pis
Aku menunggu Devano di lobi hotel. Setelah tragedi dia mengajakku jalan-jalan di London untuk menjernihkan pikiran. Aku senang sekarang dia menjaga diriku . Aku mulai senang dan bahagia karena Devano memberikan surprise untukku. Malam ini kota London sangat dingin. Aku melihat seseorang turun dari mobil BMW warna hitam. Devano mempunyai banyak koleksi mobil ternyata. Astaga, malam ini dia terlihat sangat tampan. Aku tidak menyangka Casanova ini ketampanannya mengalahkan dewa Yunani. Devano menghampiriku.“Malam cintaku.” Devano mengecup bibirku sekilas. Duh, orang ini sembarangan saja jika Masalah cium. Aku melirik resepsionis yang melihatku sedang dicium, dia Seperti sedang tersenyum. ”Sayang, malam ini pasti kamu akan senang aku membawakan surprise untukmu.” Kata Devano sambil menyelinapkan anak rambut ke belakang telingaku.“Sayang, apa yang ingin kamu surprise kan ke aku. Aku penasaran.” Aku tersenyum manis. Devano malah justru semakin menggodaku.“Hei, Jika aku memberitahukan ke
Suara brankar menggema. Raina terkapar tidak berdaya diatas brankar. Devano tidak bisa membendung rasa bersalahnya kenapa dia harus menyuruh Raina menceburkan diri di kolam renang. Perasaan bersalah menyelimutinya. Raina masuk kedalam UGD dan mereka diharap menunggu di ruang tunggu. Devano memukul tembok dengan tangannya, dia tidak bisa membendung rasa bersalahnya. Roland melihat Devano langsung menghampirinya.“Sudahlah, kakak di setiap cinta pasti ada pengorbanan. Kau harus tahu itu. Aku senang akhirnya kau bisa mengingat semuanya, tetapi mau bagaimana lagi Raina jadi korbannya, dia memang dari dulu tidak bisa berenang. Kak, ini adalah bentuk perjuanganmu. Raina sudah berusaha.” Roland masih menenangkan Devano. Baju pernikahannya masih basah. Roland hanya bisa menghela nafas panjang.“Jujur aku kecewa dengan diriku sendiri, tidak pantas aku melakukan ini. Roland, Kau tahu aku sangat menderita jika Raina mendapat kesusahan. Ini aku seakan memberikan hal yang bodoh dalam hidupku.” De
Devano geram dengan Raina yang tidak mau pulang dan dia tidak mau mengambil kalungnya di kolam renang. Devano berfikir masa dia harus mengambil kalung disana. Bajunya basah dan dia akan segera menikah. Devano melihat kearah Raina. Gadis ini memang benar-benar keras kepala.“Aku sudah bilang kepadamu. Jika kalung itu berharga ambillah dan aku tidak mau mengambilnya. Kau fikir aku siapa? Aku ingin menikah jangan mengganggu pernikahanku saat ini. Kalau perlu pergilah dari dunia ini. Aku baru sadar jika kau memang wanita murahan dan kenapa aku bisa terpesona denganmu.” Kata Devano dingin.“Sebegitu marah dan hina aku di depanmu, Mr Devano yang terhormat. Asal kau tahu saja. Jika aku tidak hamil anakmu. Aku tidak akan mengemis cinta di hadapanmu. Ucapanmu membuatku sakit hati.” Kataku lirih. “Karena kau sangat keras kepala. Aku tidak suka wanita seperti itu. Aku sangat membencimu. Maaf ... aku tidak akan meladeni orang gila sepertimu. Aku mau mempersiapkan pernikahanku.” Devano melangkah p
mata kami saling adu. Devano menatapku penuh dengan tatapan sinis. Amarahnya seperti memuncak. Aku memalingkan wajahku. Suara langkahnya mengarah kepadaku dan benar ada sebuah tangan mencengkalku.Devano memejamkan matanya sejenak, lalu menghembuskan nafasnya perlahan. Tangan kekarnya masih mencekal Raina, dia ingin memarahi gadis yang ada di depannya ini kenapa dia menghadiri undangan pernikahannya. “Miss Raina, Tak ada yang menarik dariku. Cepat pulang dan jangan melihat upacara pernikahanku. Aku tidak mau kau sedih dan sakit hati." Pria itu membuka suara. Sambil menatap tajam wajah Raina. Tatapannya yang dingin dan sikap cueknya membuat Raina yakin jika Devano memang tidak bisa mengingatnya.Aku yakin , di balik suara itu ada nada enggan untuk berbicara ada sebutir cinta yang masih tersimpan karena aku yakin dia masih mencintaiku dan tidak mau kehilangan aku. Jadi aku memutuskan untuk tetap stay di sini. Aku hanya sekedar penasaran karena Devano orang yang sangat sulit di tebak. I
Aku bercermin dan melihat wajahku. Hari ini tepat pernikahan Devano Cristopher. Sebenarnya aku bahagia dia menikah asalkan menikah denganku tapi semuanya sudah berakhir. Aku melihat perutku yang semakin membesar. Tanteku marah dan sekarang aku sekarang baginya adalah sampah atau aib keluarga. Down rasanya dengan kehidupan ini.“Raina, kau sudah siap?” Jessie langsung masuk kedalam kamarku, dia sedang berlibur ke Paris karena acara prewedding dengan Roland. Terkadang merasa iri dengan mereka. ”Kenapa belum siap-siap, belum make up. Kamu jadi atau tidak ke pernikahan si Casanova tersebut?” Jessie sedikit kesal. Aku mengangguk tidak tahu mau kesana atau tidak? Yang jelas aku bingung, malas dan down. Apakah bisa aku melihat pernikahan dia? Hatiku rasanya sakit sekali dengan situasi saat ini.“Entahlah Jessie. Aku dilema saat ini.” Aku hanya bisa melihat wajahku di cermin. Malang sekali nasibku ini.“Ibu hamilku ini memang ada-ada saja. Kamu harus segera bersiap-siap. Jangan sampai momen i
Berpacu dengan waktu karena customer minta agar aku menyelesaikan gaun pengantin yang dia pesan karena untuk pernikahannya akan dimajukan. Aku koordinasi dengan Cristie. Huh, lumayan lelah juga apalagi aku dalam kondisi hamil. Aku langsung menepuk jidatku.“Astaga, aku lupa kenapa aku tidak minta nomor telefon Devano? Dia bukanya sudah hampir mengingatku. Apalagi dengan kejadian kemarin. Aku merindukannya. Rumah sepi. Rasanya tidak enak juga.” Aku berbicara sendiri sambil menjahit gaunku. Aku melihat layar ponsel.✉️Hari ini aku balik ke Paris. Kamu masih tetap di rumah dekat pantai ✉️iya. Memang kenapa Roland. Aku lebih senang tinggal disini. ✉️Aku ingin bertemu saja dan bicara mengenai kak DevanoAku menghela nafas panjang. Aku masih menjahit gaun. Ini harus deadline. Kedua mataku menangkap ada dompet. Aku menghentikan jahitku.“Dompet siapa ini?” Aku mengamati dompet tersebut. ”Maaf iya aku buka.” Aku membuka dan melihat isinya. Banyak sekali dolar. Devano. Ada foto Devano disini
Gadis itu mondar-mandir sambil melipatkan kedua tangannya, dia masih menunggu seseorang yang membuat dia sekarang marah. Devano Christopher. Bukanya dia menjemput dirinya di bandara. Devano seolah acuh kepadanya. Sesekali dia mengibaskan rambutnya. Warna bibir lipstiknya yang merah merona sangat menggoda siapa saja yang melihatnya. Nafasnya tersengal-sengal. Seorang pria paruh baya hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah laku gadis itu.“Sampai kapan kau akan menunggu dirinya, Natasya. Ponselnya saja tidak aktif.” Papa Devano sedang membaca sebuah proposal dari klien Devano. Hari ini Devano akan meeting dengan klien. ”Anak sialan itu ke mana lagi?” Papa Devano melepas kacamatanya dan sesekali memijat pelipisnya. Kadang dia bingung dengan tingkah anaknya itu. Devano makin dewasa makin tidak karuan saja. Makanya dia akan menikahkan dirinya dengan Natasya. Natasya adalah wanita yang pas buat Devano.“Om, dimana dia? Nomornya tidak aktif. Huh! Kemarin aku mendengar suara perempuan m
Masih di mobil bersama Casanova, Devano ...Devano masih mengulurkan tangannya berharap aku mau berkenalan dengannya. Aku masih tertunduk tanpa memandang orang yang aku rindu selama ini kenapa dia tidak mengingatku? Apakah ada kembaran Casanova, tetapi aku merasa dia adalah Devano yang ku rindukan. Devano menghela nafas panjang dan menurunkan tangannya.“Baru kali ini aku dicuekin sama perempuan.” Devano menggerutu. ”Kau ini gadis yang cuek sekali. Baiklah jika kau tidak mau memperkenalkan namamu. Aku tetap akan stay disini dan jangan harap kau bisa keluar dari mobil ini sampai kau memberitahu siapa namamu.” Devano bersikeras, dia memakai kacamata hitamnya kembali. Terlihat maskulin. Aku meliriknya sekilas. Astaga tidak bertemu lama dia masih tampan saja.“Aku Clara.” Aku langsung memandang ke depan tanpa menjabat tangan dan berbohong. Aku ingin tahu apakah dia masih ingat aku atau tidak sebagai Raina.“Nama yang beautiful. Okey Clara. Sekarang aku mau lihat wajah kamu. Dari tadi kamu