Bab 59 : Kekesalan Sang Putri
Tiga bulan berlalu semenjak disampaikannya niat Fakhrurrazi untuk mengenal Roseline lebih jauh. Masa surat jaminan keselamatan bagi Steve, Jena, dan Elisa sebagai musta'min juga sudah habis sebulan lalu. Mereka semua memilih untuk menjadi warga Kesulthanan Konstin secara permanen dengan status ahlu dzimmah—kafir asli yang membayar jizyah kepada pemerintah Islam—.
"Steve melamarmu, Elisa?" tanya Jena kepada rekannya. Ia sedikit terkejut atas informasi yang baru saja didengarnya.
Elisa tersipu malu.
"Baguslah, biar kalian tidak sembunyi-sembunyi lagi, surat-suratan," ujar Roseline dengan wajah datar. Dia bukan tidak mengetahui jika Steve berhubungan khusus dengan salah seorang pembantu wanitanya. Hanya saja dia tidak mau ambil pusing, selama mereka tidak melampaui batas. Begitu menurut sang putri.
Elisa cukup terpera
Bab 60 : Hari BahagiaSetelah beberapa hari merenungkan apa yang dinasihatkan oleh Rasyad, tiba saatnya sang putri mengambil keputusan."Jadi, putraku serius ingin meneruskan hubungan kalian ke jenjang pernikahan, Tuan Putri. Bagaimana dengan Anda?" tanya Zara kepada Roseline.Fakhrurrazi, Rasyad, Benazir, dan Lucy menyimak.Suasana terasa hening."A–aku sudah membuat keputusan, Nyonya. Ehm ... in syaa Allah aku menerima lamaran Tuan Fakhrurrazi," ujar Roseline gugup. Ia menundukkan kepala, wajahnya terasa menghangat.Sang pejabat menteri menghela napas. Ada kelegaan yang menerpa ketika akhirnya sang putri menerima pinangan darinya. Haris yang ada di pangkuannya pun dipeluk dan dikecup lekat olehnya, menyalurkan kebahagiaan yang membuncah."Alhamdulillaah, kalau begitu kita akan mempersiapkan acara pern
Bab 61 : Kejadian di Dapur IstanaPerlahan jemarinya menyentuh bibir merekah itu dengan penuh perasaan. Pria itu menelan saliva bagai menelan sebuah kerikil. Hasratnya semakin bertambah memuncak.Sang putri merasa sedikit terganggu. Ia mengerjapkan kelopak mata berbulu lentiknya. Seketika ia terperanjat saat menyadari ada jemari yang meraba bibir dan pipinya. "Tu–tuan ...?""Ehm ...," Fakhrurrazi berdehem, membersihkan kerongkongannya yang terasa kering. Ia menarik ujung bibirnya dengan kaku, "maaf membangunkanmu," ucapnya.Roseline bangkit dan sedikit beringsut menyenderkan punggung ke kepala ranjang. Ditautkan rambutnya ke balik telinga. "Maaf, aku tertidur," ujar Roseline gugup."Apa kau lelah?" tanya Fakhrurrazi.Sang gadis yang baru saja menjadi seorang istri itu mengangguk.Fakhrurrazi menar
Bab 62 : Kegundahan RoselineSehari berikutnya seperti biasa Fakhrurrazi beristirahat hingga matahari mulai merangkak meninggi, karena telah melakukan pekerjaan hingga hampir pagi. Roseline dan Haris bermain di taman.Ketika Sang putri hendak mengambilkan camilan untuk sang anak, tanpa sengaja ia melihat Zara tengah bercakap-cakap berdua dengan Rasyad di dekat kamar lelaki itu. Sang putri mengernyitkan dahi, ia heran. Bukankah Rasyad bilang, tidak boleh berduaan dengan yang bukan mahram? Bahkan dirinya sendiri selalu bersama seseorang jika berbicara dengan pembantunya itu.Ia coba mendekati kedua orang itu.Ketika menyadari kehadiran seseorang, Rasyad segera beringsut agak menjauh dari Zara. Namun, gelagatnya tertangkap oleh pandangan Roseline."Hemm, Ibu ... Andrew?"Zara juga terkejut dengan kedatangan sang putri.
Bab 63 : Rahasia yang Terungkap"Jadi, besok kita akan menyampaikan tentang dirimu kepada semua orang, Tuan?" tanya Zara memastikan.Beberapa hari belakangan ini mereka memang berencana mengungkap kebenaran tentang jati diri Rasyad yang sesungguhnya."Ya, saat ini aku sudah yakin semua siap menerima kenyataan. Putri Roseline juga sudah di tangan yang tepat. Semenjak mereka berencana menikah, hatiku sangat lega." Rasyad menghela napas.Zara menyimak."Selama ini aku merasa ada tanggungjawab besar di pundakku. Aku teringat akan putri kandungku sendiri jika melihat Putri Roseline. Aku sangat bersyukur kepada Allah, Dia menganugerahkan hidayah Islam kepadanya, bahkan memberikan seorang suami yang bertanggung jawab," papar Rasyad kepada sang istri yang ada di pelukkannya kini.Zara menguntai senyum tipis. Ia membelai pelan dada sang s
Bab 64 : Cerita tentang Tuan AndrewRoseline sangat bingung dan heran, apa yang sebenarnya tengah terjadi. "Maksudnya apa ini? Andrew adalah suami Ibu?" tanyanya dengan suara lirih, tetapi tetap terdengar. Ditatapnya Zara, Andrew, terakhir sang suami dengan sorot penuh tanda tanya.Fakhrurrazi mengangguk pelan, bibirnya berusaha tersenyum. Ia menyusut air mata keharuan dengan jari-jarinya."Andrew, jelaskan padaku! Jadi ... kau adalah Tuan Rasyad Najmudin yang menghilang, yang diceritakan oleh Nenek Benazir itu? Yang dulunya adalah sulthan di Negeri Al Hajjaz?" cecar Roseline ke arah pembantu prianya itu."Benazir pernah menceritakannya?" tanya Zara dengan suara lembut sambil mendekati wanita muda itu."Ya, Bu. Kata Nenek Benazir, ibu kehilangan suami dan seorang bayi. Suamimu dulu adalah seorang sulthan. Kalian dulu tinggal di Kota Barkah, lalu diserang o
Bab 65 : Pesan dari Raja Negeri HauraKeesokan harinya, Fakhrurrazi mengajak Rasyad untuk sarapan pagi bersama di ruang keluarga mereka."Hari ini kita akan menghadap sulthan, Tuan. Bagaimana menurut Anda?" tanya Fakhrurrazi kepada Rasyad di sela-sela makan pagi mereka."Baiklah," sahut Rasyad singkat sembari meraih cawan di hadapan, lalu meneguk airnya perlahan."Jadi Tuan Andrew ini kakekku?" tanya Haris setelah menyimak pembicaraan orang dewasa di sekitarnya. Ia juga terkejut dengan kenyataan ini."Iya, Sayang. Panggil kakek ya ...." ujar Zara lembut sembari membelai rambut halus sang cucu."Baik, Nek!" sahut Haris, "Aku senang punya kakek yang hebat bermain pedang seperti Tuan Andrew!" lanjutnya girang sambil mengangkat kepalan tangan ke atas.Rasyad dan Fakhrurrazi tertawa melihat tingkah bocah kec
Bab 66 : Menantang BalikRahang Fakhrurrazi tampak mengeras. Ia sangat geram mendengar isi surat tersebut. Bagaimana tidak, seseorang yang begitu dekat dan ia pedulikan saat ini hendak dirampas begitu saja oleh raja yang kafir seperti Hamran.Langsung saja sang pejabat menteri mencabut pedang dari sarungnya. Lalu melangkah dengan cepat ke arah utusan tersebut.Secara spontan Rasyad menghentikan langkah Fakhrurrazi yang terlihat begitu marah. "Sabar, Razi! Kendalikan dirimu, mereka mu'ahid!"Mu'ahid adalah kafir asli yang darah dan hartanya haram untuk ditumpahkan. Mereka hanya utusan untuk menyampaikan pesan.Sulthan Konstin pun turun dari kursi singgasananya mendekati Fakhrurrazi dan menepuk pundaknya, berusaha menenangkan. "Sabar, Akhi ... kita tidak akan menyerahkan istri Anda kepada kafir seperti mereka." Ia memahami kemarahan Fakhrurrazi.
Bab 67 : Sebuah Aib yang BesarTiga hari terlewati semenjak Fakhrurrazi menyampaikan berita bahwa Raja Negara Haura hendak merampas sang istri. Roseline sering memikirkan hal itu. Namun, ia selalu mencoba menyembunyikan perasaan kacau juga pikirannya yang berkecamuk. Walaupun sang suami telah mengatakan jika peperangan akan tetap terjadi dengan atau tanpa kejadian ini. Hal itu tetap menjadi beban pikiran bagi wanita jelita tersebut."Jadi, Kesulthanan Konstin akan berperang dengan Kerajaan Haura dua bulan ke depan, Tuan Putri?" tanya Lucy memastikan setelah mendengar cerita dari Roseline.Sudah beberapa pekan sang putri tidak berkunjung ke kastil. Ia sudah merindukan Jena, Lucy, dan Benazir."Ya, begitulah, Nek," jawab sang putri. Mereka tengah duduk berdua di dalam ruangan Lucy."Tapi, kedua negara ini memang tidak pernah akur, bukan? Aku sering mendengar