Bab 58 : Jawaban Sang Putri
Seusai membereskan peralatan bekas sarapan, Zara pun merapikan diri juga sang cucu. Kemudian mereka bersama-sama menuju ke kamar Rasyad. Ternyata lelaki itu sedang berlatih pedang di dekat sebuah pohon.
Zara dan Haris mendekati pria tersebut.
"Tuan Andrew!" tegur Haris dengan suaranya yang khas.
Rasyad menghentikan kegiatannya dan menoleh ke arah Zara beserta cucu kesayangannya. "Tuan Kecil," tegur Rasyad.
Zara merekahkan senyuman manis kepada sang suami.
"Antarkan aku ke ibuku, Tuan Andrew!" pinta Haris riang.
Rasyad tahu siapa yang Haris maksudkan dengan sebutan 'ibuku' itu. Ia mengalihkan pandangan dari Haris ke arah sang istri, meminta tanggapan.
Zara mengangguk.
"Baik, sebentar aku bersiap dulu," jawab Rasyad, kemudia
Bab 59 : Kekesalan Sang PutriTiga bulan berlalu semenjak disampaikannya niat Fakhrurrazi untuk mengenal Roseline lebih jauh. Masa surat jaminan keselamatan bagi Steve, Jena, dan Elisa sebagai musta'min juga sudah habis sebulan lalu. Mereka semua memilih untuk menjadi warga Kesulthanan Konstin secara permanen dengan status ahlu dzimmah—kafir asli yang membayar jizyah kepada pemerintah Islam—."Steve melamarmu, Elisa?" tanya Jena kepada rekannya. Ia sedikit terkejut atas informasi yang baru saja didengarnya.Elisa tersipu malu."Baguslah, biar kalian tidak sembunyi-sembunyi lagi, surat-suratan," ujar Roseline dengan wajah datar. Dia bukan tidak mengetahui jika Steve berhubungan khusus dengan salah seorang pembantu wanitanya. Hanya saja dia tidak mau ambil pusing, selama mereka tidak melampaui batas. Begitu menurut sang putri.Elisa cukup terpera
Bab 60 : Hari BahagiaSetelah beberapa hari merenungkan apa yang dinasihatkan oleh Rasyad, tiba saatnya sang putri mengambil keputusan."Jadi, putraku serius ingin meneruskan hubungan kalian ke jenjang pernikahan, Tuan Putri. Bagaimana dengan Anda?" tanya Zara kepada Roseline.Fakhrurrazi, Rasyad, Benazir, dan Lucy menyimak.Suasana terasa hening."A–aku sudah membuat keputusan, Nyonya. Ehm ... in syaa Allah aku menerima lamaran Tuan Fakhrurrazi," ujar Roseline gugup. Ia menundukkan kepala, wajahnya terasa menghangat.Sang pejabat menteri menghela napas. Ada kelegaan yang menerpa ketika akhirnya sang putri menerima pinangan darinya. Haris yang ada di pangkuannya pun dipeluk dan dikecup lekat olehnya, menyalurkan kebahagiaan yang membuncah."Alhamdulillaah, kalau begitu kita akan mempersiapkan acara pern
Bab 61 : Kejadian di Dapur IstanaPerlahan jemarinya menyentuh bibir merekah itu dengan penuh perasaan. Pria itu menelan saliva bagai menelan sebuah kerikil. Hasratnya semakin bertambah memuncak.Sang putri merasa sedikit terganggu. Ia mengerjapkan kelopak mata berbulu lentiknya. Seketika ia terperanjat saat menyadari ada jemari yang meraba bibir dan pipinya. "Tu–tuan ...?""Ehm ...," Fakhrurrazi berdehem, membersihkan kerongkongannya yang terasa kering. Ia menarik ujung bibirnya dengan kaku, "maaf membangunkanmu," ucapnya.Roseline bangkit dan sedikit beringsut menyenderkan punggung ke kepala ranjang. Ditautkan rambutnya ke balik telinga. "Maaf, aku tertidur," ujar Roseline gugup."Apa kau lelah?" tanya Fakhrurrazi.Sang gadis yang baru saja menjadi seorang istri itu mengangguk.Fakhrurrazi menar
Bab 62 : Kegundahan RoselineSehari berikutnya seperti biasa Fakhrurrazi beristirahat hingga matahari mulai merangkak meninggi, karena telah melakukan pekerjaan hingga hampir pagi. Roseline dan Haris bermain di taman.Ketika Sang putri hendak mengambilkan camilan untuk sang anak, tanpa sengaja ia melihat Zara tengah bercakap-cakap berdua dengan Rasyad di dekat kamar lelaki itu. Sang putri mengernyitkan dahi, ia heran. Bukankah Rasyad bilang, tidak boleh berduaan dengan yang bukan mahram? Bahkan dirinya sendiri selalu bersama seseorang jika berbicara dengan pembantunya itu.Ia coba mendekati kedua orang itu.Ketika menyadari kehadiran seseorang, Rasyad segera beringsut agak menjauh dari Zara. Namun, gelagatnya tertangkap oleh pandangan Roseline."Hemm, Ibu ... Andrew?"Zara juga terkejut dengan kedatangan sang putri.
Bab 63 : Rahasia yang Terungkap"Jadi, besok kita akan menyampaikan tentang dirimu kepada semua orang, Tuan?" tanya Zara memastikan.Beberapa hari belakangan ini mereka memang berencana mengungkap kebenaran tentang jati diri Rasyad yang sesungguhnya."Ya, saat ini aku sudah yakin semua siap menerima kenyataan. Putri Roseline juga sudah di tangan yang tepat. Semenjak mereka berencana menikah, hatiku sangat lega." Rasyad menghela napas.Zara menyimak."Selama ini aku merasa ada tanggungjawab besar di pundakku. Aku teringat akan putri kandungku sendiri jika melihat Putri Roseline. Aku sangat bersyukur kepada Allah, Dia menganugerahkan hidayah Islam kepadanya, bahkan memberikan seorang suami yang bertanggung jawab," papar Rasyad kepada sang istri yang ada di pelukkannya kini.Zara menguntai senyum tipis. Ia membelai pelan dada sang s
Bab 64 : Cerita tentang Tuan AndrewRoseline sangat bingung dan heran, apa yang sebenarnya tengah terjadi. "Maksudnya apa ini? Andrew adalah suami Ibu?" tanyanya dengan suara lirih, tetapi tetap terdengar. Ditatapnya Zara, Andrew, terakhir sang suami dengan sorot penuh tanda tanya.Fakhrurrazi mengangguk pelan, bibirnya berusaha tersenyum. Ia menyusut air mata keharuan dengan jari-jarinya."Andrew, jelaskan padaku! Jadi ... kau adalah Tuan Rasyad Najmudin yang menghilang, yang diceritakan oleh Nenek Benazir itu? Yang dulunya adalah sulthan di Negeri Al Hajjaz?" cecar Roseline ke arah pembantu prianya itu."Benazir pernah menceritakannya?" tanya Zara dengan suara lembut sambil mendekati wanita muda itu."Ya, Bu. Kata Nenek Benazir, ibu kehilangan suami dan seorang bayi. Suamimu dulu adalah seorang sulthan. Kalian dulu tinggal di Kota Barkah, lalu diserang o
Bab 65 : Pesan dari Raja Negeri HauraKeesokan harinya, Fakhrurrazi mengajak Rasyad untuk sarapan pagi bersama di ruang keluarga mereka."Hari ini kita akan menghadap sulthan, Tuan. Bagaimana menurut Anda?" tanya Fakhrurrazi kepada Rasyad di sela-sela makan pagi mereka."Baiklah," sahut Rasyad singkat sembari meraih cawan di hadapan, lalu meneguk airnya perlahan."Jadi Tuan Andrew ini kakekku?" tanya Haris setelah menyimak pembicaraan orang dewasa di sekitarnya. Ia juga terkejut dengan kenyataan ini."Iya, Sayang. Panggil kakek ya ...." ujar Zara lembut sembari membelai rambut halus sang cucu."Baik, Nek!" sahut Haris, "Aku senang punya kakek yang hebat bermain pedang seperti Tuan Andrew!" lanjutnya girang sambil mengangkat kepalan tangan ke atas.Rasyad dan Fakhrurrazi tertawa melihat tingkah bocah kec
Bab 66 : Menantang BalikRahang Fakhrurrazi tampak mengeras. Ia sangat geram mendengar isi surat tersebut. Bagaimana tidak, seseorang yang begitu dekat dan ia pedulikan saat ini hendak dirampas begitu saja oleh raja yang kafir seperti Hamran.Langsung saja sang pejabat menteri mencabut pedang dari sarungnya. Lalu melangkah dengan cepat ke arah utusan tersebut.Secara spontan Rasyad menghentikan langkah Fakhrurrazi yang terlihat begitu marah. "Sabar, Razi! Kendalikan dirimu, mereka mu'ahid!"Mu'ahid adalah kafir asli yang darah dan hartanya haram untuk ditumpahkan. Mereka hanya utusan untuk menyampaikan pesan.Sulthan Konstin pun turun dari kursi singgasananya mendekati Fakhrurrazi dan menepuk pundaknya, berusaha menenangkan. "Sabar, Akhi ... kita tidak akan menyerahkan istri Anda kepada kafir seperti mereka." Ia memahami kemarahan Fakhrurrazi.
Bab 73 : Ekstra PartSetelah Hurin sembuh sepenuhnya, ia pun diboyong kembali ke Kesulthanan Konstin. Sampai di sana, wanita muda jelita itu disambut meriah oleh sang ibu, Zara Shaka Arb. Hurin sangat bahagia. Kini ia merasa sangat sempurna dengan keluarga yang lengkap.Selama hampir dua bulan Hurin mengalami nifas akibat kehilangan janin yang ternyata sudah berusia sebulan lebih. Selama itu juga ia mengonsumsi madu pilihan juga ramu-ramuan dari tabib istana untuk mengembalikan kesehatan dan kesuburannya. Sejak wanita jelita itu masuk Islam, inilah kali pertama dalam waktu yang lama ia tidak menjalankan ibadah shalat. Ia sangat rindu untuk melakukan itu.Inilah hari di mana ia telah selesai melewati masa nifas yang sampai empat puluh hari. Akhirnya kerinduannya untuk shalat terobati. Karena merasa bersih di waktu Isya, ia pun mengqada shalat magrib, dilakukan di waktu Isya. Setelah selesai shalat, wanita muda itu duduk d
Bab 72 : TerangFakhrurrazi bersama lima orang pengawalnya heran melihat perbatasan di lembah Sira. Tenda-tenda milik pejabat dan tentara Negara Konstin telah bersih. "Ke mana semua orang?" tanya pria itu. Matanya diedarkan ke sekeliling tempat itu."Mereka tidak mungkin pulang, Tuan! Kita tidak melihat mereka menuju jalan pulang." Salah seorang pengawal mendekati Fakhrrurazi. Mereka semua masih di atas tunggangannya masing-masing.Sang pejabat menteri mengangguk. "Kita menyebar dan berkumpul lagi di sini untuk melaporkan hasil penglihatan masing-masing sampai menjelang Dzuhur. Kau dan kau ke arah sana, kau juga kau ke sana. Aku dan dia ke sana!" perintah Fakhrurazi mengarahkan kelima prajuritnya."Baik, Tuan!" jawab para prajurit itu serentak.Sampai menjelang waktu Dzuhur, Fakhrurazi bersama seorang pengawal yang memeriksa arah barat, tidak mendapat tanda-tanda keberadaan orang
Bab 71 : Hurin?"Ini surat dari Putri Mahkota Andusia," ujar salah seorang utusan dari Kerajaan Haura.Sulthan Abdul Aziz memberi isyarat kepada Fakhrrurazi. Sang pejabat menteri pun mengambil surat itu kemudian membacanya. Betapa terkejutnya ia ketika membaca tulisan tangan sang istri.'Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.Aku memutuskan untuk tidak kembali kepada engkau, Suamiku ... Raja Negeri Haura mejanjikanku kesenangan. Lagi pula kau hanya pejabat menteri biasa. Aku pasti lebih bahagia menjadi permaisuri dari Raja Hamran.Maafkan aku mengecewakanmu. Katakan kepada Sulthan Abdul Aziz, tidak perlu repot lagi berperang. Aku sudah memutuskan untuk memilih Raja Hamran dibandingkan suamiku sendiri.Oh, iya, aku tunggu berita kau menalaqku, Tuan Fakhrurazi.TertandaRoseline'Seketika
Bab 70 : Keputusan RoselineSetelah setengah harian mengobrol bersama Lucy, Roseline dan Jena pun pamit untuk pulang seusai shalat Dzuhur. Namun, sang putri berniat mengunjungi Elisa sebelum kembali ke istana."Wah, aku rindu sekali dengan Elisa, Tuan Putri!" seru Jena senang.Roseline mengulas senyuman. "Kita ke pasar dulu beli camilan dan buah untuknya. Dia 'kan sedang hamil, tentu dia senang dibawakan buah seperti waktu itu," ujar wanita cantik tersebut.Jena mengangguk dengan bibir yang senantiasa tersenyum.Rumah Elisa dan Steve berada di pinggiran kota. Melewati sedikit wilayah yang penuh dengan pepohonan. Hutan yang tidak begitu lebat. Bersama Nu'man, kusir baru keluarga, Roseline dan Jena menuju ke sana setelah mendapatkan camilan dan buah-buahan dari pasar.Tengah hari itu langit begiu cerah. Perjalanan menuju rumah Elisa memang t
Bab 69 : Keyakinan DiriKarena pikiran berat yang senantiasa mengusik, Roseline jatuh sakit. Badannya panas dan beberapa kali muntah, hingga membuat orang di sekitarnya khawatir. Fakhrrurazi memutuskan untuk mengambil cuti beberapa hari agar bisa merawat sang istri."Bagaimana keadaannya?" tanya Zara cemas kepada putranya setelah tiga hari sang putri sakit. Tampak di tangannya membawa sepinggan kecil potongan buah."Alhamdulillah, panasnya sudah turun, Bu," jawab Fakhrurrazi di depan pintu kamarnya sambil memegang bejana air yang sudah kosong. Sepertinya ia ingin ke dapur untuk mengisinya.Zara kemudian melangkah masuk melewati dua lapis tabir yang menyekat ruang itu menjadi tiga bagian. Tampaklah Roseline yang tengah melamun menatap ke arah jendela sambil berbaring di ranjangnya. Haris terlihat tengah memijat kaki sang ibu dengan jemari kecilnya.Ketika menyadari kedatangan Zara
Bab 68 : Kecamuk di Dalam HatiMenjelang dini hari Fakhrurrazi kembali dari bertugas. Ia melihat sang putra dan istrinya telah terlelap. Oleh karena tubuh yang merasa begitu lelah, seusai membersihkan diri lelaki itu pun merebahkan diri di samping Roseline. Lengan kekarnya memeluk pinggang ramping sang istri. Tidak lama kemudian pria itu terlelap dengan sendirinya, ia tak menyadari jejak air mata yang ada di pipi wanitanya.Ketika waktu hampir subuh, Roseline terbangun. Kelopak mata indahnya mengerjap hendak mengembalikan kesadaran. Seketika ia menyadari ada lengan yang memeluk perutnya. Kembali pikiran wanita jelita tersebut terusik dengan kenyataan bahwa pria yang kini berada dekat tanpa jarak itu adalah kakaknya.Roseline menatap lekat wajah lelap sang pria. Sungguh rupawan, walau yang ia tahu pria itu dari ayah berbeda, tetapi bukankah mereka lahir dari rahim yang sama? Begitu pikirnya. Garis wajah di had
Bab 67 : Sebuah Aib yang BesarTiga hari terlewati semenjak Fakhrurrazi menyampaikan berita bahwa Raja Negara Haura hendak merampas sang istri. Roseline sering memikirkan hal itu. Namun, ia selalu mencoba menyembunyikan perasaan kacau juga pikirannya yang berkecamuk. Walaupun sang suami telah mengatakan jika peperangan akan tetap terjadi dengan atau tanpa kejadian ini. Hal itu tetap menjadi beban pikiran bagi wanita jelita tersebut."Jadi, Kesulthanan Konstin akan berperang dengan Kerajaan Haura dua bulan ke depan, Tuan Putri?" tanya Lucy memastikan setelah mendengar cerita dari Roseline.Sudah beberapa pekan sang putri tidak berkunjung ke kastil. Ia sudah merindukan Jena, Lucy, dan Benazir."Ya, begitulah, Nek," jawab sang putri. Mereka tengah duduk berdua di dalam ruangan Lucy."Tapi, kedua negara ini memang tidak pernah akur, bukan? Aku sering mendengar
Bab 66 : Menantang BalikRahang Fakhrurrazi tampak mengeras. Ia sangat geram mendengar isi surat tersebut. Bagaimana tidak, seseorang yang begitu dekat dan ia pedulikan saat ini hendak dirampas begitu saja oleh raja yang kafir seperti Hamran.Langsung saja sang pejabat menteri mencabut pedang dari sarungnya. Lalu melangkah dengan cepat ke arah utusan tersebut.Secara spontan Rasyad menghentikan langkah Fakhrurrazi yang terlihat begitu marah. "Sabar, Razi! Kendalikan dirimu, mereka mu'ahid!"Mu'ahid adalah kafir asli yang darah dan hartanya haram untuk ditumpahkan. Mereka hanya utusan untuk menyampaikan pesan.Sulthan Konstin pun turun dari kursi singgasananya mendekati Fakhrurrazi dan menepuk pundaknya, berusaha menenangkan. "Sabar, Akhi ... kita tidak akan menyerahkan istri Anda kepada kafir seperti mereka." Ia memahami kemarahan Fakhrurrazi.
Bab 65 : Pesan dari Raja Negeri HauraKeesokan harinya, Fakhrurrazi mengajak Rasyad untuk sarapan pagi bersama di ruang keluarga mereka."Hari ini kita akan menghadap sulthan, Tuan. Bagaimana menurut Anda?" tanya Fakhrurrazi kepada Rasyad di sela-sela makan pagi mereka."Baiklah," sahut Rasyad singkat sembari meraih cawan di hadapan, lalu meneguk airnya perlahan."Jadi Tuan Andrew ini kakekku?" tanya Haris setelah menyimak pembicaraan orang dewasa di sekitarnya. Ia juga terkejut dengan kenyataan ini."Iya, Sayang. Panggil kakek ya ...." ujar Zara lembut sembari membelai rambut halus sang cucu."Baik, Nek!" sahut Haris, "Aku senang punya kakek yang hebat bermain pedang seperti Tuan Andrew!" lanjutnya girang sambil mengangkat kepalan tangan ke atas.Rasyad dan Fakhrurrazi tertawa melihat tingkah bocah kec