Home / Lain / CINBU dan HURIN (Cinta Seorang Budak) / Bab 45 : Penantian yang Tak Sia-Sia

Share

Bab 45 : Penantian yang Tak Sia-Sia

Author: Adny Ummi
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Bab 45 : Penantian yang Tak Sia-Sia

Pria itu melangkah perlahan, semakin mendekat. Tampak kristal-kristal memenuhi permukaan matanya. Ada bulir bening yang siap memecah dari bendungan pelupuk manik safirnya. 

Zara bangkit dari duduk, begitu juga Benazir yang ikut tertegun. Wanita yang tidak memudar kecantikannya walau usia sudah kepala empat tersebut mengerjapkan mata basahnya. Alisnya bertaut berusaha menajamkan penglihatan yang buram. 

"Ya ... ini aku, Rasyad," ucap pria di hadapannya. Air mata penuh kerinduan telah jatuh berderaian dari pelupuk netra safir itu kini. Suara berat tersebut terdengar serak. 

"Yaa, Allaah ...!" pekik tertahan Zara setelah mendengar pengakuan itu. Seketika tubuhnya luruh, berlutut. Ia menutup wajahnya yang kembali bersimbah air mata. Bahunya berguncang-guncang, menangis sejadi-jadinya. 

Andrew yang kini mengaku bernama Rasyad lan

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • CINBU dan HURIN (Cinta Seorang Budak)   Bab 46 : Bermain Bersama Tuan Andrew

    Bab 46 : Bermain Bersama Tuan AndrewRasyad berusaha bersikap normal. Begitu juga dengan Zara dan Benazir."Yang Mulia," sahut Rasyad membalas teguran sang putri."Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Roseline heran seraya melangkahkan kakinya mendekat menyusul Haris yang sudah di pangkuan sang nenek."Aku mau minta maaf kepada Nyonya Zara soal insiden tadi, Tuan Putri," jawab Rasyad dengan suara tenang. Dia mampu menguasai diri walaupun jantungnya berdegub lebih kencang, khawatir sang putri curiga."Iya, Tuan Andrew meminta maaf kepadaku, Tuan Putri. In syaa Allah aku sudah memaafkannya." Zara menimpali sembari membelai rambut halus sang cucu yang ada di pangkuannya."Oh, begitu. Baguslah kalau Nyonya Zara sudah memaafkanmu, Andrew," sahut sang putri, "pekerjaanmu sudah selesai?" tanya Roseline lagi."

  • CINBU dan HURIN (Cinta Seorang Budak)   Bab 47 : Bagaimana Mengenal Tuhan?

    Bab 47 : Bagaimana Mengenal Tuhan?Sudah sepekan Haris tidak diizinkan oleh Fakhrurrazi berkunjung ke kastil. Bocah itu mulai bosan di istana. Ia ingin bertemu dengan Roseline."Nek, aku ingin bertemu ibuku," rengek Haris kepada Zara. Rengekan bocah tersebut sangatlah mengganggu."Nanti kita minta ayah agar mau mengantar ke sana ya," ujar Zara. Di dalam hati, wanita itu pun sangat merindukan suaminya."Ayah selalu bilang sibuk!" Wajah Haris tampak kesal, tapi menggemaskan."Nanti nenek yang bicara ke ayah," hibur Zara seraya membelai pundak kecil cucunya."Janji ya?""Iya, in syaa Allah," sahut sang nenek."Aku mau main sama Rubi dulu!" Haris lalu berlari meninggalkan Zara di ruang tersebut.Di halaman dekat kebun istana Haris mengajak temannya yang

  • CINBU dan HURIN (Cinta Seorang Budak)   Bab 48 : Ikrar nan Suci

    Bab 48 : Ikrar nan SuciSeketika sorot mata Benazir menjadi cerah. Bibirnya tertarik ke atas. Ia merasa bahwa sang putri makin tertarik kepada Islam. "Menjadi muslim itu dengan mengucapkan ikrar kesaksian bahwa tidak ada yang haq disembah kecuali Allah dan Muhammad itu utusan-Nya. Hanya saja itu bukan sekadar ucapan belaka, Tuan Putri," papar Benazir."Ap–apa yang harus aku lakukan jika ingin masuk Islam, Nek?" tanya Roseline lagi."Tentu Anda harus mengingkari semua sesembahan lain. Anda sudah melakukan itu." Benazir tersenyum lebar."Oh, ya?" Alis Roseline bertautan. Ia masih belum mengerti."Ya. Anda sudah separuh muslim. Hehehe .... " Benazir terkekeh.Sang putri semakin bingung. Dahinya berkerut."Ketentuan dari kesaksian itu ada dua, Tuan Putri," ujar Benazir."Per

  • CINBU dan HURIN (Cinta Seorang Budak)   Bab 49 : Belajar Surat Al Fatihah

    Bab 49 : Belajar Surat Al FatihahRasyad sedikit heran, mengapa sang putri kelihatan begitu gembira. "Aku dengar Anda mencariku, Yang Mulia?""Ya, Andrew. Ke mana saja kau seharian kemarin?" tanya Roseline masih dengan senyuman di balik cadarnya."Ada pekerjaan yang harus aku lakukan di pasar," jawab Rasyad."Oh, begitu.""Apakah ada hal yang penting, Tuan Putri?" tanya Rasyad lagi."Ya! Ini penting sekali." Netra biru nan indah sang putri berbinar-binar. Hatinya terasa membuncah karena kebahagiaan yang sangat.Rasyad menyimak. Dahinya mengernyit, tapi bibirnya tersenyum melihat sang putri yang tampak sangat bahagia."Sekarang aku adalah seorang muslimah," ujar sang putri dengan menarik kedua ujung bibirnya. Entah mengapa suaranya terdengar bergetar dan matanya kini dipenuhi kaca-kaca.

  • CINBU dan HURIN (Cinta Seorang Budak)   Bab 50 : Tawaran dari Zara

    Bab 50 : Tawaran dari ZaraBocah itu terlihat sangat antusias mendengar berita ke-Islaman sang putri.Benazir mengangguk seraya menyunggingkan senyuman ke arah Haris. "Aku mengajak Tuan Putri Roseline ke masjid menemui Syaikh Ahmad Imran. Beliau yang menuntunnya bersyahadat," ujarnya seraya mengedarkan pandangan kepada Zara dan Fakhrurrazi."Alhamdulillaah! Doaku dikabulkan Allah. Allah baik ...!" Haris tampak sangat riang.Zara dan Fakhrurrazi tercengang mendengar hal itu."Maa syaa Allah, alhamdulillaah," seru Zara sembari melihat ke arah sang putri.Roseline tersenyum di balik cadarnya. Ia melirik ke arah Fakhrurrazi, hendak melihat reaksi sang pejabat menteri. Entah mengapa gadis itu penasaran dengan tanggapan pria itu. Jantungnya berdegup kencang."Kalau itu benar, suruh Tuan Andrew menghadapku. Bi

  • CINBU dan HURIN (Cinta Seorang Budak)   Bab 51 : Jalan Kebersamaan

    Bab 51 : Jalan Kebersamaan"Yang Mulia, aku pergi sekarang." Rasyad pamit kepada Roseline di depan ruangannya.Akhirnya Rasyad menerima tawaran dari sang istri. Di dalam hati, pria itu pun sebenarnya ingin sekali dekat dengan Zara. Sudah sangat lama mereka berpisah. Betapa besar kerinduannya untuk bersama lagi seperti dulu.Setelah siang tadi ia mengurus pembaruan surat jaminan keselamatan kepada musta'min, tiba waktunya ia harus meninggalkan kastil. Pria itu telah mengundurkan diri dari toko gandum di mana ia bekerja.Roseline tersenyum tipis di balik kain penutup wajahnya. "Sering-sering kunjungi aku kemari ya, Andrew," pinta Roseline."Tentu saja, Tuan Putri. In syaa Allah aku akan sering datang." Rasyad mengangguk."Baiklah, hati-hati di jalan.""Assalamualaikum," Rasyad pun membalikkan badan kemudian mel

  • CINBU dan HURIN (Cinta Seorang Budak)   Bab 52 : Kesempatan Bersama

    Bab 52 : Kesempatan BersamaJarak antara Zara dan Rasyad tidak begitu jauh. Hanya sekitar empat depa saja. Wanita empat puluh tiga tahun tersebut tertegun melihat siapa yang ada di ruangan itu. Dia tidak tahu, kalau ternyata hari ini pria pujaan hatinya mulai tinggal di istana. Dekat dengannya."Ibu mencari Haris?" tanya Fakhrurrazi membuyarkan tatapan lekat sang ibu kepada Rasyad. Pria itu merasa heran, mengapa sang bunda terdiam begitu saja ketika melihat pembantu sang putri Andusia tersebut."Ehemm .... " Zara membersihkan tenggorokan yang seketika terasa kering, "iya, Nak. Tadi Haris bermain di halaman kebun. Ibu sebentar saja ke kamar, tahu-tahu dia sudah hilang," jawabnya."Ada Tuan Andrew, Nek!" ujar Haris sambil memegang jemari sang nenek."Oh, iya," sahut Zara menjawab sang cucu, "apa Tuan Andrew pindah kemari hari ini?" tanyanya. Hati wanita itu

  • CINBU dan HURIN (Cinta Seorang Budak)   Bab 53 : Mulai Membuka Diri

    Bab 53 : Mulai Membuka DiriSayup-sayup terdengar suara adzan dari masjid. Waktu Dzuhur pun tiba."Ah, sudah adzan. Sebaiknya kita bersiap-siap untuk shalat, Tuan Putri," ajak Benazir sekaligus mengalihkan perhatian.Tadinya Roseline masih menanti kelanjutan cerita yang disampaikan oleh Benazir. Ia cukup penasaran dengan kisah ibunda dari si pejabat menteri yang tampan. "Ehm ... baiklah, Nek. Mari kita bersiap untuk shalat!" sahut gadis tersebut sembari bangkit dari duduknya.Mereka pun mengambil wudhu dan melaksanakan shalat berjama'ah.***"Nek!"Terdengar suara Haris memanggil sang nenek.Sontak Zara semakin mempercepat gerakan merapikan pakaiannya dengan wajah panik."Biar aku yang mengalihkan perhatiannya," ujar sang suami, karena telah lebih dahulu rapi.&n

Latest chapter

  • CINBU dan HURIN (Cinta Seorang Budak)   Bab 73 : Ekstra Part

    Bab 73 : Ekstra PartSetelah Hurin sembuh sepenuhnya, ia pun diboyong kembali ke Kesulthanan Konstin. Sampai di sana, wanita muda jelita itu disambut meriah oleh sang ibu, Zara Shaka Arb. Hurin sangat bahagia. Kini ia merasa sangat sempurna dengan keluarga yang lengkap.Selama hampir dua bulan Hurin mengalami nifas akibat kehilangan janin yang ternyata sudah berusia sebulan lebih. Selama itu juga ia mengonsumsi madu pilihan juga ramu-ramuan dari tabib istana untuk mengembalikan kesehatan dan kesuburannya. Sejak wanita jelita itu masuk Islam, inilah kali pertama dalam waktu yang lama ia tidak menjalankan ibadah shalat. Ia sangat rindu untuk melakukan itu.Inilah hari di mana ia telah selesai melewati masa nifas yang sampai empat puluh hari. Akhirnya kerinduannya untuk shalat terobati. Karena merasa bersih di waktu Isya, ia pun mengqada shalat magrib, dilakukan di waktu Isya. Setelah selesai shalat, wanita muda itu duduk d

  • CINBU dan HURIN (Cinta Seorang Budak)   Bab 72 : Terang

    Bab 72 : TerangFakhrurrazi bersama lima orang pengawalnya heran melihat perbatasan di lembah Sira. Tenda-tenda milik pejabat dan tentara Negara Konstin telah bersih. "Ke mana semua orang?" tanya pria itu. Matanya diedarkan ke sekeliling tempat itu."Mereka tidak mungkin pulang, Tuan! Kita tidak melihat mereka menuju jalan pulang." Salah seorang pengawal mendekati Fakhrrurazi. Mereka semua masih di atas tunggangannya masing-masing.Sang pejabat menteri mengangguk. "Kita menyebar dan berkumpul lagi di sini untuk melaporkan hasil penglihatan masing-masing sampai menjelang Dzuhur. Kau dan kau ke arah sana, kau juga kau ke sana. Aku dan dia ke sana!" perintah Fakhrurazi mengarahkan kelima prajuritnya."Baik, Tuan!" jawab para prajurit itu serentak.Sampai menjelang waktu Dzuhur, Fakhrurazi bersama seorang pengawal yang memeriksa arah barat, tidak mendapat tanda-tanda keberadaan orang

  • CINBU dan HURIN (Cinta Seorang Budak)   Bab 71 : Hurin?

    Bab 71 : Hurin?"Ini surat dari Putri Mahkota Andusia," ujar salah seorang utusan dari Kerajaan Haura.Sulthan Abdul Aziz memberi isyarat kepada Fakhrrurazi. Sang pejabat menteri pun mengambil surat itu kemudian membacanya. Betapa terkejutnya ia ketika membaca tulisan tangan sang istri.'Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.Aku memutuskan untuk tidak kembali kepada engkau, Suamiku ... Raja Negeri Haura mejanjikanku kesenangan. Lagi pula kau hanya pejabat menteri biasa. Aku pasti lebih bahagia menjadi permaisuri dari Raja Hamran.Maafkan aku mengecewakanmu. Katakan kepada Sulthan Abdul Aziz, tidak perlu repot lagi berperang. Aku sudah memutuskan untuk memilih Raja Hamran dibandingkan suamiku sendiri.Oh, iya, aku tunggu berita kau menalaqku, Tuan Fakhrurazi.TertandaRoseline'Seketika

  • CINBU dan HURIN (Cinta Seorang Budak)   Bab 70 : Keputusan Roseline

    Bab 70 : Keputusan RoselineSetelah setengah harian mengobrol bersama Lucy, Roseline dan Jena pun pamit untuk pulang seusai shalat Dzuhur. Namun, sang putri berniat mengunjungi Elisa sebelum kembali ke istana."Wah, aku rindu sekali dengan Elisa, Tuan Putri!" seru Jena senang.Roseline mengulas senyuman. "Kita ke pasar dulu beli camilan dan buah untuknya. Dia 'kan sedang hamil, tentu dia senang dibawakan buah seperti waktu itu," ujar wanita cantik tersebut.Jena mengangguk dengan bibir yang senantiasa tersenyum.Rumah Elisa dan Steve berada di pinggiran kota. Melewati sedikit wilayah yang penuh dengan pepohonan. Hutan yang tidak begitu lebat. Bersama Nu'man, kusir baru keluarga, Roseline dan Jena menuju ke sana setelah mendapatkan camilan dan buah-buahan dari pasar.Tengah hari itu langit begiu cerah. Perjalanan menuju rumah Elisa memang t

  • CINBU dan HURIN (Cinta Seorang Budak)   Bab 69 : Keyakinan Diri

    Bab 69 : Keyakinan DiriKarena pikiran berat yang senantiasa mengusik, Roseline jatuh sakit. Badannya panas dan beberapa kali muntah, hingga membuat orang di sekitarnya khawatir. Fakhrrurazi memutuskan untuk mengambil cuti beberapa hari agar bisa merawat sang istri."Bagaimana keadaannya?" tanya Zara cemas kepada putranya setelah tiga hari sang putri sakit. Tampak di tangannya membawa sepinggan kecil potongan buah."Alhamdulillah, panasnya sudah turun, Bu," jawab Fakhrurrazi di depan pintu kamarnya sambil memegang bejana air yang sudah kosong. Sepertinya ia ingin ke dapur untuk mengisinya.Zara kemudian melangkah masuk melewati dua lapis tabir yang menyekat ruang itu menjadi tiga bagian. Tampaklah Roseline yang tengah melamun menatap ke arah jendela sambil berbaring di ranjangnya. Haris terlihat tengah memijat kaki sang ibu dengan jemari kecilnya.Ketika menyadari kedatangan Zara

  • CINBU dan HURIN (Cinta Seorang Budak)   Bab 68 : Kecamuk di Dalam Hati

    Bab 68 : Kecamuk di Dalam HatiMenjelang dini hari Fakhrurrazi kembali dari bertugas. Ia melihat sang putra dan istrinya telah terlelap. Oleh karena tubuh yang merasa begitu lelah, seusai membersihkan diri lelaki itu pun merebahkan diri di samping Roseline. Lengan kekarnya memeluk pinggang ramping sang istri. Tidak lama kemudian pria itu terlelap dengan sendirinya, ia tak menyadari jejak air mata yang ada di pipi wanitanya.Ketika waktu hampir subuh, Roseline terbangun. Kelopak mata indahnya mengerjap hendak mengembalikan kesadaran. Seketika ia menyadari ada lengan yang memeluk perutnya. Kembali pikiran wanita jelita tersebut terusik dengan kenyataan bahwa pria yang kini berada dekat tanpa jarak itu adalah kakaknya.Roseline menatap lekat wajah lelap sang pria. Sungguh rupawan, walau yang ia tahu pria itu dari ayah berbeda, tetapi bukankah mereka lahir dari rahim yang sama? Begitu pikirnya. Garis wajah di had

  • CINBU dan HURIN (Cinta Seorang Budak)   Bab 67 : Sebuah Aib yang Besar

    Bab 67 : Sebuah Aib yang BesarTiga hari terlewati semenjak Fakhrurrazi menyampaikan berita bahwa Raja Negara Haura hendak merampas sang istri. Roseline sering memikirkan hal itu. Namun, ia selalu mencoba menyembunyikan perasaan kacau juga pikirannya yang berkecamuk. Walaupun sang suami telah mengatakan jika peperangan akan tetap terjadi dengan atau tanpa kejadian ini. Hal itu tetap menjadi beban pikiran bagi wanita jelita tersebut."Jadi, Kesulthanan Konstin akan berperang dengan Kerajaan Haura dua bulan ke depan, Tuan Putri?" tanya Lucy memastikan setelah mendengar cerita dari Roseline.Sudah beberapa pekan sang putri tidak berkunjung ke kastil. Ia sudah merindukan Jena, Lucy, dan Benazir."Ya, begitulah, Nek," jawab sang putri. Mereka tengah duduk berdua di dalam ruangan Lucy."Tapi, kedua negara ini memang tidak pernah akur, bukan? Aku sering mendengar

  • CINBU dan HURIN (Cinta Seorang Budak)   Bab 66 : Menantang Balik

    Bab 66 : Menantang BalikRahang Fakhrurrazi tampak mengeras. Ia sangat geram mendengar isi surat tersebut. Bagaimana tidak, seseorang yang begitu dekat dan ia pedulikan saat ini hendak dirampas begitu saja oleh raja yang kafir seperti Hamran.Langsung saja sang pejabat menteri mencabut pedang dari sarungnya. Lalu melangkah dengan cepat ke arah utusan tersebut.Secara spontan Rasyad menghentikan langkah Fakhrurrazi yang terlihat begitu marah. "Sabar, Razi! Kendalikan dirimu, mereka mu'ahid!"Mu'ahid adalah kafir asli yang darah dan hartanya haram untuk ditumpahkan. Mereka hanya utusan untuk menyampaikan pesan.Sulthan Konstin pun turun dari kursi singgasananya mendekati Fakhrurrazi dan menepuk pundaknya, berusaha menenangkan. "Sabar, Akhi ... kita tidak akan menyerahkan istri Anda kepada kafir seperti mereka." Ia memahami kemarahan Fakhrurrazi.

  • CINBU dan HURIN (Cinta Seorang Budak)   Bab 65 : Pesan dari Raja Negeri Haura

    Bab 65 : Pesan dari Raja Negeri HauraKeesokan harinya, Fakhrurrazi mengajak Rasyad untuk sarapan pagi bersama di ruang keluarga mereka."Hari ini kita akan menghadap sulthan, Tuan. Bagaimana menurut Anda?" tanya Fakhrurrazi kepada Rasyad di sela-sela makan pagi mereka."Baiklah," sahut Rasyad singkat sembari meraih cawan di hadapan, lalu meneguk airnya perlahan."Jadi Tuan Andrew ini kakekku?" tanya Haris setelah menyimak pembicaraan orang dewasa di sekitarnya. Ia juga terkejut dengan kenyataan ini."Iya, Sayang. Panggil kakek ya ...." ujar Zara lembut sembari membelai rambut halus sang cucu."Baik, Nek!" sahut Haris, "Aku senang punya kakek yang hebat bermain pedang seperti Tuan Andrew!" lanjutnya girang sambil mengangkat kepalan tangan ke atas.Rasyad dan Fakhrurrazi tertawa melihat tingkah bocah kec

DMCA.com Protection Status