Share

132. Nenek Kritis.

Aku membelalakkan mata. Menatap dengan tajam pada wanita paruh baya di depanku. Tangan kanan masih memegang erat ponselnya. 

Bik Asih semakin terdesak. Keringat di keningnya semakin kentara, menetes hingga pipi.

"Angkat teleponnya, berbicaralah!" kataku dengan gerak bibir. Nyaris tak mengeluarkan suara.

"Ha-halo …," terbata Bik Asih mengucap salam.

"Ada apa lagi, Bik?"

Suara itu terdengar sangat familiar di telinga. Mungkinkah? Aku merogoh saku mengambil ponselku sendiri. Mencari fitur untuk merekam suara.

Bik Asih kebingungan. Ia menatapku dengan gugup. Tak tahu harus berkata apa.

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status