Laki-laki bergestur sempurna itu baru saja keluar dari mobil, tubuhnya yang diselimuti tuxedo berwarna hitam menambah kekuasaannya di perusahaan Walton corp.
Beberapa bodyguard berdiri di sisinya memberikan ruang agar Dia dapat leluasa berjalan di atas karpet warna merah yang sudah terbentang sepanjang jalan hingga ke ruangan luas di sebuah perusahaan.
Laki-laki itu berjalan tegap dengan rahang yang gagah, mata elangnya menatap tajam ke segala penjuru.
Merupakan keturunan diningrat dan juga Prancis tak membuat wajah Laki-laki itu terlihat bersahabat.
Semua karyawan yang tersenyum menyambutnya tadi lantas menutup senyum Mereka semua saat CEO baru Mereka yang memiliki wajah sangar itu tiba.
"Pungut itu." tunjuk Laki-laki itu pada sebuah benda yang tergeletak bebas di lantai samping karyawan di sana.
Disaat suasana semua orang menikmati pesta launching dengan pakaian indahnya, Laki-laki itu justru sibuk melihat ke sekeliling. Dia tidak menyukai ada sehelai kotoran atau sampah sedikitpun di ruangan itu.
Gadis yang berdiri di samping sampah satu buah itu sambil memegang gelas lantas melihat ke arah apa yang ditunjuk Laki-laki tersebut, Kemudian dengan paksa Dia mengambil benda itu.
Sebelum membuang sampah gadis itupun melihat ke arah Laki-laki tersebut, tanpa rasa takut Dia balik menatap tajam cowok itu.
"Mulai hari ini Saya tidak suka melihat lingkungan perusahaan ada sampah. Baik di dalam maupun luar sekitar perusahaan," jelasnya dengan sangat tegas.
Gadis itu yang mendengar perkataan Laki-laki tersebut pun memainkan mulutnya jengkel.
Baru juga masuk Laki-laki itu sudah membuat semua karyawan terdiam, bahkan Ayah dari Laki-laki itu kemarin saja tidak membuat peraturan seketat itu.
Belum lagi Mereka hampir pingsan dengan peraturan selanjutnya dari CEO terkejam itu, bagaimana tidak seluruh karyawan tidak ada telat datang pukul 06:30 dan juga waktu istirahat yang biasanya empat puluh lima menit kini hanya diberi dua puluh menit.
*****
"Tulis ulang, Saya tidak menerima proposal seperti ini," ketus Gara selaku CEO grub Walton melempar proposal yang baru diantarkan tersebut.
Dengan menundukkan kepala karyawan perusahaan Walton pun mengambil kembali berkas tersebut, tak berani menatap apalagi membantah.
"Devisi pemasaran, cepat ke ruang Saya sekarang," perintah CEO itu di ruangan.
Terdengar dengan jelas suara Dia di seluruh penjuru gedung berlantai tujuh tersebut.
"Gue rasanya mau break," ucap seorang gadis yang sudah pekang mendengar suara keras dari CEO Mereka sedari tadi.
Baru lima belas menit Laki-laki itu kembali marah-marah kali ini, Dia langsung turun ke bawah. Masuk ke ruangan karyawan biasa yang sibuk membuat proposal Mereka.
"Kerja kalian semua ini lambat," cercanya membuat semua karyawan menghentikan pekerjaan dan menunduk dalam.
Tidak ada yang berani dengan Laki-lakin itu, tangan kanan CEO tersebut yang juga berdiri di samping Laki-laki itu ikut menunduk.
"Kan ini nih yang bikin Gue kesal," gerutu gadis itu dengan pelan berbicara pada temannya.
Di ruangan sebelah Dia mendengar CEO Mereka sedang marah-marah padahal seluruh karyawan sudah berusaha secepat mungkin, memang sepertinya CEO Mereka itu sudah gila.
Bahkan gadis itu ingin menyumpal mulut Laki-laki itu, demi CEO yang tampan dalam halunya sungguh Dia meringis membayangkan CEO Mereka yang jauh dari ekspektasi Mereka.
"Kamu awasi Mereka," tunjuk Laki-laki itu pada seorang anak buahnya berdiri di belakang dirinya tadi.
"Jangan ada satupun dari Mereka yang berhenti bekerja," perintahnya dengan sangat kejam itupun.
"Sekalipun Mereka ingin minum," lanjutnya kemudian berbalik kembali menuju lift menaiki lantai teratas.
Mereka semua yang ada di dalam ruangan tersebut pun saling pandang dan bergidik ngeri sebelum melanjutkan pekerjaan Mereka.
Sungguh ironis sekali jika Mereka harus menjalani hari bekerja Mereka seperti ini terus.
*****
"Saya tidak menerima alasan apapun," tegasnya pada seorang karyawan yang meminta izin tidak masuk bekerja besok sebab istrinya mau melahirkan.
"Tapi Saya mohon sekali ini saja Tuan," mohon Laki-laki itu berlutut di hadapan CEO grub Walton.
Dengan beringasnya Laki-laki tersebut menampar wajah salah satu karyawannya yang bahkan berumur lebih tua darinya.
Perlu diingat Laki-laki itu tidak memandang umur pada siapapun, Dia yang terkuat dan terkejam.
*****
"Gara," teriak salah seorang Laki-laki parubaya melihat anaknya yang baru masuk ke Mansion.
"Apa?" balas Laki-laki itu menatap malas seseorang yang sudah berada di hadapannya itu.
"Kapan Kamu akan menikah?" tanya Laki-laki tersebut langsung to the point.
Mengingat anak semata wayangnya itu sudah berusia hampir 26 tahun, Dia sudah sangat khawatir pasalnya anaknya itu tidak pernah sekalipun berdekatan atau membawa seorang wanita ke mansion ini. Jangankan ke mansion desas-desus dari berbagai berita pun tak pernah ada.
Dua tahun yang lalu
*****
TBC
Thanks guysHappy readingLampu gemerlap dan suara hingar bingar memenuhi sebuah ruangan yang sangat bising itu.Alunan musik DJ terus diputar menambah sensasi para pengunjung, goyangan lemah gemulai juga diliuk-liukkan Mereka. Permainan dari berbagai wanita penghibur itu membuat suasana semakin panas.Gara duduk di sebuah bar mengabaikan suara alamunan musik juga wanita penghibur yang sejak tadi menjajakan tubuhnya pada Gara. Dengan menepis kasar Gara berulang kali melepaskan tangan wanita tersebut."Saya tidak berminat pada Anda," ketus Gara pada wanita itu.Tatapannya tajam menghunus ke arah wanita tersebut yang memakai pakaian kurang bahan, dengan cepat dan tak ingin menerima kekasaran yang lebih parah wanita itu menjauh."Di sini mulu Lo," ejek seseorang yang baru sampai dan mengambil tempat duduk di sebelah Gara."Apaan sih Lo," ketus Gara melepas tangan cowok itu yang memegang tuxedonya.Ntah tangan dari mana itu, yang jelas G
Happy readingSeperti biasa Gara sudah berada di meja bar sebuah club malam yang terletak di daerah Jakarta timur.Alunan musik kian berguncang saat jam menunjukkan pukul 23:00 wib, kebiasaan Gara sepulang bekerja bukannya langsung pulang ke Mansion Dia justru langsung ke club malam.Hanya untuk menikmati whisky dan menenangkan sejenak kepenatannya. Dion kembali lagi saat sebelumnya pergi ke kamar mandi, tidak ingin membuang kalimat Gara hanya diam saja melihat Dion yang sudah duduk di sebelahnya itu."Satu botol," pinta Dion pada pelayan bar yang berada di seberang meja. Gara yang mendengar hal itupun lantas menoleh pada orang di sebelahnya itu, tidak biasanya Dion langsung meminta satu botol sekaligus."Lo kenapa?" tanya Gara tanpa berbasa-basi lagi.Terlihat guratan hitam di bawah mata cowok di sebelahnya itu, juga rambut-rambut yang sudah tumbuh di sekitar wajah tampan Laki-laki itu. Bisa ditebak kalau Dia sudah hampir
Happy reading Dengan mencoba mengabaikan suara dan sorotan dari paparazi Gara menggendong tubuh gadis itu, membawanya masuk ke sebuah rumah sakit. Gadis yang diketahuinya bernama Delia tadi itu tak kunjung sadarkan diri juga, Gara merasa keberatan pula menggendong gadis ini tapi Dia tidak bisa mengabaikannya sebab Dia yang membawa gadis ini tadi. Setelah masuk ke ruangan UGD gadis itu telah di pindahkan ke ruangan rawat inap VIP sesuai permintaan dari Gara. Beberapa bodyguard Gara berjaga di depan ruangan sedangkan Gara duduk di sisi gadis itu menunggu Dia sadar. "Euhm," gumam gadis itu menggeliatkan tubuhnya. Untung saja dirinya sudah diselimuti kalau tidak bagian tubuh gadis itu sudah pasti terekspos. Faktor dari minuman alkohol tadi membuat gadis itu kehilangan kesadaran, dosis yang tinggi dan juga gadis itu tidak terbiasa meminumnya membuatnya jatuh pingsan seperti ini. Kalau bukan bertemu Gara, mungkin keperawanan gadis itu besok pagi sudah hilang. Pacarnya si brengsek itu j
Happy reading"Oh my God, kok Lo bisa sih ketemu sama cowok setampan itu," pekik sahabat Delia dengan histeris bin lebay."Hello Tania Bin alay mana Gue tau," balas Delia menutup telinganya tak ingin mendengar celotehan dari gadis di sebelahnya itu lagi."Nasib Lo ya emang bagus banget, setiap berurusan sama cowok ketemu yang modelan kayak begitu mulu," gumam sahabat gadis itu menopang dagunya di atas meja kantin.Patut diakui aura Delia memang mampu menarik cogan-cogan tajir mendekat, bagaimana tidak setelah berurusan dengan Faisal—mantan pacarnya itu, Dia langsung bertemu oleh cowok seperti Gara.Ya cowok yang semalam memabukkan Delia itu adalah mantan pacarnya, bukan pacarnya.Mereka hari ini ada jam pagi di kampus untuk bertemu dengan Dospem (Dosen Pembimbing) skripsi Mereka. Mahasiswa semester tujuh itu tampak tenang di tengah persiapan ujian skripsi Mereka."Please Tania jangan buat pikiran Gue ya
Happy reading"Lo jadi trending topik pagi ini, seorang CEO Walton corp menggendong wanita keluar dari club," kata Dion, jangan lupakan nada berbicaranya seperti seorang reporter.Gara yang mendengar hal itupun hanya memutar bola matanya malas, demi apapun di muka bumi ini Dia tidak memedulikan hal itu. Patut diakui paparazzi di modernisasi seperti sekarang menjadi pekerjaan yang lumayan untuk mereka. Tak ingin ambil pusing Gara kembali fokus pada pekerjaannya."Hah? Woi Walton Gue butuh penjelasan Lo," pekik Dion melihat respon dari Gara yang biasa saja itu.Dia tidak ada berencana menjelaskan apapun apa pada sahabatnya ini? seorang Gara itu memang sangat bodoamat sekali bahkan tentang dirinya sendiri."Dia siapa?" tanya Dion lagi berusaha meredam emosinya tadi akibat pria yang dengan santai itu meletakkan kakinya di atas meja."Perempuan," jawab Gara dengan singkat.Memang betul kan itu seorang pere
Happy readingGara menghembuskan napas kasar melihat ruangannya itu berantakan dan berserakan oleh bungkus makanan, ulah pria itu tadi yang baru lima belas menit meninggalkan ruangannya itu. Siapa lagi kalau bukan Dion, tanpa membereskan terlebih dahulu bekas makanan itu Dion pamit untuk menjemput pujaan hatinya."Edo ...," teriak Gara dari dalam ruangan memanggil salah satu anak buah kepercayaannya itu, dengan cepat Laki-laki bertubuh kekar itu memberi hormat pada Gara."Panggilkan cleaning service, suruh Dia bersihkan seluruh ruangan ini dan Kamu amati Dia, jangan Kamu tinggalkan sebelum Dia selesai membersihkan ini," perintah Gara pada Laki-laki tersebut.Tanpa ingin membantah Laki-laki itupun memberi hormat kemudian melangkah keluar memanggil cleaning service.Sementara Gara melangkahkan kakinya, menuju sebuah lemari yang ada di samping kiri meja kantornya dan memencet tombol remote, tombol itupun berfungsi setelah dipencet lemari itu ber
Happy readingTidak ada pilihan lain setelah satu jam berpikir Delia menganggukkan kepalanya untuk menerima solusi dari kedua orang pasangan di depannya itu, dengan terpaksa Delia melebarkan senyumnya. Mau tidak mau Dia, demi skripsinya yang sudah di bab 2 itu Delia harus terjun ke lapangan.Dion melebarkan senyumnya di seberang sana, sementara Tania memeluk tubuh sahabatnya itu. Untung saja Delia ingin menerima solusi dari Dion, kalau tidak Dia pasti akan jauh dari Delia dan itu tidak diinginkan Tania. Dia takut dan akan kesusahan."Well jadi kapan Gue harus nemuin sahabat Bang Dion," ucap Delia melepaskan pelukan pada tubuh Tania."Besok siang ya," balas Dion di seberang sana membuat jadwal sendiri.Tania dan Delia pun mengangguk menyetujui,"Makasih Bang Dion."kemudian Delia melanjutkan mengetik kembali, sedangkan Tania masuk ke
Happy reading"Jadi Lo mau kan bantuin Gue?" tanya Dion lagi yang juga meneguk botol soda itu.Dengan terpaksa Gara akhirnya menganggukkan kepala, sebenarnya Dia malas sekali berurusan dengan wanita apalagi itu masih mahasiswa, mahasiswa jaman sekarang itu tak ubahnya dari anak sekolahan. Umurnya juga masih kisaran dua puluh satu tahunan paling tua saja mungkin dua puluh tigaan. Jadi pemikiran mereka masih kekanak-kanakan, dan hal itu akan menyusahkan.Memasukkan seorang mahasiswa ke perusahaannya paling pantangan bagi Gara, tapi demi sahabat satunya itu Gara mengiyakan."Lo emang sahabat terbaik Gue," puji Dion dengan lebay seraya memeluk tubuh Gara, laki-laki dewasa itu lantas merasa jijik sendiri."Lepasin," perintah Gara dengan dingin pada Dion yang tak kunjung ingin melepasnya itu.Dilain tempat Delia dan Tania sedang makan bersama di dalam kamar Tania, Delia yang sibuk dengan layar laptopnya itu harus menghentikan dulu tuga
Happy ReadingSetelah beberapa bulan berlalu, keluarga Delia dan Gara memutuskan untuk merencanakan liburan keluarga yang istimewa. Destinasi yang mereka pilih adalah kota yang penuh keajaiban, kekayaan budaya, dan kemegahan arsitektur modern—Dubai.Pesawat mereka mendarat dengan nyaman di Bandara Internasional Dubai, mengawali petualangan yang tak terlupakan. Delia, Gara, Daniel, Tania, Dion, dan tentu saja, Chiya, mengeksplorasi setiap sudut kota dengan penuh semangat.Pertama-tama, mereka mengunjungi Burj Khalifa, menara tertinggi di dunia. Melihat keindahan kota Dubai dari ketinggian, mereka merasa terpana oleh keajaiban arsitektur modern. Chiya memandangi gemerlap lampu kota dengan mata yang berbinar-binar."Dubai benar-benar luar biasa, Tante Delia! Semuanya begitu indah," ujar Chiya penuh kagum.Delia tersenyum, "Iya, sayang. Ini adalah pengalaman yang luar biasa, dan aku senang kita bisa berbagi momen ini bersama-sama."Mereka juga menjelajahi kawasan The Palm Jumeirah, pulau
Happy ReadingBulan itu, keluarga Delia dan Gara bersiap untuk merayakan momen yang luar biasa. Daniel, sang anak yang pernah bandel, kini akan melangkah di atas panggung untuk menerima gelar lulusan suma cum laude di Amerika. Keberhasilannya ini tak hanya menjadi kado istimewa untuk Daniel, tetapi juga menjadi buah dari perjalanan panjang keluarga ini.Seiring berjalannya waktu, Daniel telah menemukan arah hidupnya. Setiap tugas dan ujian yang dihadapinya membentuknya menjadi seorang mahasiswa yang berdedikasi dan berprestasi. Meskipun pernah melewati masa-masa sulit, tetapi kegigihan dan dukungan dari keluarganya, terutama Delia dan Gara, membantu Daniel tumbuh menjadi individu yang tangguh dan berprestasi.Pada pagi hari kelulusannya, keluarga ini berkumpul dengan penuh semangat. Delia dan Gara, dengan penuh kebanggaan, memandang putra mereka yang telah melewati serangkaian ujian akademis. Mereka tahu bahwa momen ini tidak hanya tentang prestasi Daniel, tetapi juga tentang perjalan
Happy ReadingGara, seorang CEO perusahaan ternama, menjalani kehidupannya di puncak kesuksesan bersama Delia, istrinya yang cantik dan cerdas. Mereka adalah pasangan yang tak hanya memiliki kecintaan satu sama lain, tetapi juga saling mendukung dalam mencapai ambisi dan tujuan hidup mereka.Pagi itu, Gara dan Delia tiba di kantor dengan senyuman yang memancar keberhasilan. Kedua pasangan ini tidak hanya memiliki karier cemerlang, tetapi juga membangun fondasi pernikahan yang kokoh. Kehadiran Delia selalu menarik perhatian, bukan hanya karena kecantikannya, tetapi juga kepintarannya dan karismanya yang menghiasi setiap langkahnya.Ketika mereka melangkah masuk ke kantor, para pegawai tidak bisa menyembunyikan keterpesonaan mereka melihat kehadiran Delia. Sebagai seorang wanita yang tangguh dan inspiratif, Delia telah menjadi panutan banyak orang di kantor. Beliau tidak hanya menunjukkan dedikasi yang tinggi dalam karier dan bisnis, tetapi juga memiliki kemampuan untuk menjaga keseimba
Happy ReadingSuatu pagi, Gara datang dengan senyum cerah di wajahnya. Dia duduk di ruang keluarga, bersama Delia yang sedang menikmati secangkir kopi."Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan, sayang," ujar Gara dengan suara lembut.Delia menoleh, merasa penasaran, "Apa itu, Gara?"Gara tersenyum penuh kebahagiaan, "Aku telah memutuskan untuk pindah ke Indonesia."Delia terkejut dan bertanya, "Kenapa tiba-tiba?"Gara menjelaskan, "Aku merasa bahwa ini adalah waktu yang tepat untuk menjalani petualangan baru. Aku ingin merasakan pengalaman hidup di Indonesia, dan aku ingin membangun rumah kita di sana."Delia, meski awalnya kaget, melihat kebahagiaan di mata Gara. Ia merasakan kehangatan dalam keputusan tersebut dan merasa senang bahwa Gara merencanakan sesuatu yang akan memperkaya hidup mereka."Benarkah? Aku senang mendengarnya," kata Delia dengan senyuman.Gara melanjutkan, "Dan, aku telah menemukan sebuah rumah yang sangat bagus di samping rumah Tania. Aku pikir ini akan menjadi temp
Happy ReadingDalam kepadatan rutinitas dan tantangan yang dihadapi oleh keluarga, Chiya, yang masih berstatus sebagai seorang pelajar SMP, dititipkan pada Daniel yang sudah dewasa. Daniel dengan senang hati mengakomodasi keberadaan Chiya di tengah-tengah kesibukannya. Sebagai kakak yang bertanggung jawab, ia berjanji untuk memberikan keamanan dan kenyamanan pada Chiya selama waktu mereka bersama.Suasana di rumah menjadi lebih hidup dengan kehadiran Chiya. Daniel menyadari bahwa sementara ia memiliki tanggung jawab sebagai kakak, ia juga memiliki kesempatan untuk membangun ikatan yang lebih erat dengan adiknya. Chiya, dengan semangat dan keceriaannya, membawa energi positif yang menyenangkan ke dalam rumah.Dalam sebuah malam yang hangat, mereka duduk bersama di ruang keluarga. Daniel sibuk menyelesaikan tugas akhirnya, sementara Chiya sibuk mengerjakan pekerjaan rumah. Meskipun mereka tengah terlibat dalam kesibukan masing-masing, namun tetap ada kehangatan dan rasa saling peduli di
Happy ReadingKabar dari Tania yang ingin memiliki anak lagi membuat Delia merasa begitu bahagia. Senyum merekah di wajahnya, dan matanya bersinar ketika ia memikirkan kebahagiaan yang bisa datang bagi keluarga mereka. Delia sangat mendukung keputusan Tania dan Dion untuk melanjutkan perjalanan cinta mereka dengan membawa anak kedua ke dalam keluarga.Namun, kegembiraan Delia berubah menjadi kekhawatiran dan kesedihan ketika ia mendengar bahwa Tania memiliki benjolan di rahimnya. Mereka berkumpul di ruang keluarga, suasana hati yang cerah mulai berubah menjadi hening dan penuh kekhawatiran."Benjolan di rahim?" Delia berkata dengan suara lembut, tetapi penuh dengan kecemasan. Pandangan matanya menuju Tania, yang duduk di samping Dion, dan keinginan untuk memberi dukungan bersinar di matanya.Tania mengangguk dengan berat hati, "Iya, Delia. Itu adalah berita yang mengejutkan bagiku juga."Delia duduk di samping Tania, meraih tangan temannya dengan penuh kasih sayang. "Kamu tahu kamu ti
Happy ReadingDion dan Tania duduk di ruang tunggu klinik kesuburan, wajah mereka dipenuhi dengan campuran kekhawatiran dan harapan. Setelah perjalanan panjang dan perjuangan untuk memiliki anak pertama, kini mereka sedang dalam tahap konsultasi untuk memberikan adik untuk anak mereka yang tercinta.Dokter memanggil mereka ke ruangannya, dan Dion memberikan senyuman yang mencoba untuk menyiratkan keberanian pada istrinya. Di dalam ruangan, suasana hangat dari cahaya lampu sorot dan dinding berwarna lembut menciptakan lingkungan yang bersahabat. Dokter, seorang wanita berpenampilan ramah, duduk di balik meja dan mengajak mereka untuk duduk."Selamat datang kembali, Dion dan Tania. Bagaimana kita bisa membantu kalian hari ini?" tanya dokter dengan penuh kelembutan.Dion memberi isyarat pada Tania untuk mulai berbicara. Tania menelan ludahnya sejenak sebelum mengungkapkan, "Dokter, kami ingin memiliki anak lagi. Kami sangat mencintai anak kami yang pertama, dan kami ingin memberikan adik
Happy ReadingSementara Delia dan Gara mengeksplorasi keindahan pulau tropis, Daniel menemukan kebebasan yang baru di tengah kesehariannya di kota. Beberapa malam setelah kedua orangtuanya pergi, Daniel dan teman-temannya memutuskan untuk mengunjungi sebuah klub malam yang sedang populer di kota.Berpakaian rapi dengan sentuhan modern, Daniel dan teman-temannya tiba di klub dengan semangat penuh. Musik berdenyut di lantai dansa, cahaya berwarna-warni memenuhi ruangan, menciptakan atmosfer yang penuh kegembiraan. Daniel, yang biasanya lebih suka suasana yang tenang, merasa sedikit canggung pada awalnya. Namun, seiring berjalannya malam, ia menemukan cara untuk menikmati dan merayakan kebebasannya.Sambil menikmati malam di klub, Daniel tetap sadar akan tanggung jawabnya sebagai mahasiswa yang tengah menyelesaikan tugas akhirnya. Ia memutuskan untuk tetap setia pada komitmennya untuk belajar, bahkan di tengah hiruk-pikuk kesenangan malam. Beberapa kali, ia menyusup ke sudut klub dengan
Happy ReadingHari itu, matahari bersinar cerah di langit biru, menandakan awal dari petualangan baru bagi Delia dan Gara. Setelah sekian lama, mereka memutuskan untuk merencanakan liburan berdua, tanpa bayangan kecil yang biasanya selalu ikut serta dalam setiap petualangan mereka. Kali ini, Daniel, anak mereka yang sekarang telah tumbuh dewasa, memilih untuk menghabiskan waktunya bersama teman-teman sebaya daripada bergabung dengan orang tuanya.Delia dan Gara tiba-tiba merasa seperti kembali pada masa-masa awal pernikahan mereka, ketika dunia terasa begitu luas dan penuh kemungkinan. Rencana liburan ini menjadi jembatan yang membawa mereka kembali pada momen-momen romantis yang pernah terjadi di masa lalu.Dengan tas penuh dengan semangat petualangan, mereka berdua berangkat ke destinasi yang telah lama mereka impikan: sebuah pulau tropis yang jauh dari keramaian kota. Perjalanan menuju pulau tersebut pun menjadi pengalaman yang tak terlupakan bagi mereka. Mereka tertawa, bercanda,