Happy reading
"Oh my God, kok Lo bisa sih ketemu sama cowok setampan itu," pekik sahabat Delia dengan histeris bin lebay."Hello Tania Bin alay mana Gue tau," balas Delia menutup telinganya tak ingin mendengar celotehan dari gadis di sebelahnya itu lagi.
"Nasib Lo ya emang bagus banget, setiap berurusan sama cowok ketemu yang modelan kayak begitu mulu," gumam sahabat gadis itu menopang dagunya di atas meja kantin.
Patut diakui aura Delia memang mampu menarik cogan-cogan tajir mendekat, bagaimana tidak setelah berurusan dengan Faisal—mantan pacarnya itu, Dia langsung bertemu oleh cowok seperti Gara.
Ya cowok yang semalam memabukkan Delia itu adalah mantan pacarnya, bukan pacarnya.
Mereka hari ini ada jam pagi di kampus untuk bertemu dengan Dospem (Dosen Pembimbing) skripsi Mereka. Mahasiswa semester tujuh itu tampak tenang di tengah persiapan ujian skripsi Mereka.
"Please Tania jangan buat pikiran Gue yang tenang ini kacau oleh cowok tampan itu," keluh Delia yang juga menompang wajahnya di atas meja.
"Setidaknya Lo bersyukur sama Faisal karena mau memperkosa Lo, akhirnya Lo ketemu cowok tampan itu," kata sahabat Tania yang dengan kalimatnya ngawur itu, memang tidak ada kalimat yang lebih berbobot lagi apa mendeskripsikan pertemuan itu.
"Hadeh nggak ada kalimat yang lebih bagus apa Nya?" tanya Delia mencebikkan bibirnya.
"Hahahaha maaf Gue nggak senormal Lo," kekeh sahabat Delia itu tertawa sampai memperlihatkan gigi putihnya.
"Hmm ... bersyukur deh Gue udah putus dari Faisal. Sumpah mesum banget tuh cowok," keluh Delia mengingat kejadian semalam.
Dia tidak cukup murahan pula memberikan kehormatannya pada cowok kotor seperti Faisal. Dan juga Dia tidak ingin memberikan hal itu pada orang yang tidak dicintainya, memang betul jika Delia suka pada Faisal sebab cowok itu memiliki otak yang sangat cerdas tapi untuk mencintainya. Sekeras apapun Delia mencoba tetap saja Dia tidak bisa, dan Dia memutuskan hubungan Mereka.
"Lo itu hanya kagum sama Faisal Ya, bukan cinta sama Dia," kata Tania yang tidak bisa Delia bantah.
Memang benar kalau Dia memang cinta pasti Dia akan memberikan segenap tubuhnya pada Faisal, tapi melihat kejadian semalam dirinya jadi takut sendiri.
Saat Mereka sedang mengetik laporan skripsi Mereka di perpustakaan, seorang pria yang lumayan tinggi datang ke meja dimana mereka tengah fokus itu.
"Delia ...," panggil pria itu berdiri di samping Delia.
Delia yang sedang fokus pada layar laptop pun mendongakkan kepalanya agar dapat melihat wajah siapa yang memanggilnya itu, saat bertemu dengan netra cowok itu tubuh Delia langsung merespon diam dan kaku seketika.
Buku-buku jarinya sampai gemetaran dan telapak tangannya juga berkeringat, Tania yang duduk di sebelah Delia itupun akhirnya merangkul bahu Delia.
"Please menjauh dari Gue," lirih Delia dengan pelan. Netranya beralih menatap kosong meja perpustakaan.
"Delia maafin Gue," ujar Faisal mencoba memohon dengan ingin menggapai tangan Delia.
"Jangan sentuh Gue," teriak Delia hingga membuat semua orang yang tenang di dalam perpustakaan itu menoleh ke arah mereka bertiga.
"Maafin Gue Del," pinta Faisal lagi yang justru membuat Delia semakin ketakutan.
Bayang-bayang kejadian semalam berputar di kepalanya, Dia masih ingat sekali bagaimana perlakuan Faisal padanya sampai ingin memukul kepalanya dengan botol kaca.
Delia menggelengkan kepalanya tidak menerima maaf dari Faisal, Dia meminta pada Tania untuk membawanya itu menjauh dari pria ini.
*****
"Kalau mau libur besok malam ini lembur," teriak seorang Laki-laki berwajah dingin berdiri di ambang pintu ruangan karyawannya.
Semua karyawan perusahaan Walton corp itupun lantas terdiam, mereka tadi yang menggerutu dengan lantang menciut saat suara Bos mereka sudah memenuhi ruangan.
"Marah-marah mulu Lo." tiba-tiba Dion sudah berada di belakang tubuh Gara.
Pria dewasa satu itu membuat semakin jengkel saja, Dia mengangkat bibirnya melihat ke arah sahabatnya itu lalu berucap dengan ketus.
"Ngapain Lo ke sini?" ketusnya kemudian membalikkan tubuh kembali menuju ruangannya yang ada di lantai atas.
"PMS Lo," sindir Dion mengejek Gara yang selalu marah-marah itu.
Pria dewasa seperti mereka ini rentan akan emosional selain tidak ada yang dapat mengurangi emosi juga kurangnya refreshing, siapa lagi kalau bukan Gara.
Hiburan malamnya tidak cukup untuk meredam emosi yang menumpuk di dalam dirinya itu, Dia memerlukan seseorang yang dapat mengatasi kegundahannya.
Tidak. Tidak. Gara tidak memerlukan itu semua. Di kamusnya tidak ada yang namanya seorang wanita ataupun cinta, Dia hanya memerlukan harta dan alkohol yang menjadi candu bagi dirinya.
"Kalau nggak ada yang penting mending Lo pulang," ketus Gara melihat ke arah pria yang kini dengan seenaknya berselonjoran di atas sofa ruangannya.
"Sadis banget sih Lo sama sahabat sendiri," lirih Dion merengutkan wajahnya.
Bukannya terbujuk Gara justru semakin jijik melihat kelakuan sahabatnya itu, tak ingin ikut menjadi gila Dia kembali mengambil dokumennya lalu melanjutkan pekerjaannya yang tertunda tadi.
"Lo udah liat berita," ucap Dion membuka kembali percakapan mereka.
Gara yang fokus pada pekerjaannya itupun mengalihkan wajahnya ke arah Dion dengan mengangkat sebelah alis.
"Apa?" tanya Gara tak mengerti, Dia mengangkat sebelah alisnya seraya meminta penjelasan.
"Lo jadi trending topik pagi ini, seorang CEO Walton corp menggendong wanita keluar dari club," kata Dion, jangan lupakan nada berbicaranya seperti seorang reporter.
*****
TBC
Thanks guysHappy reading"Lo jadi trending topik pagi ini, seorang CEO Walton corp menggendong wanita keluar dari club," kata Dion, jangan lupakan nada berbicaranya seperti seorang reporter.Gara yang mendengar hal itupun hanya memutar bola matanya malas, demi apapun di muka bumi ini Dia tidak memedulikan hal itu. Patut diakui paparazzi di modernisasi seperti sekarang menjadi pekerjaan yang lumayan untuk mereka. Tak ingin ambil pusing Gara kembali fokus pada pekerjaannya."Hah? Woi Walton Gue butuh penjelasan Lo," pekik Dion melihat respon dari Gara yang biasa saja itu.Dia tidak ada berencana menjelaskan apapun apa pada sahabatnya ini? seorang Gara itu memang sangat bodoamat sekali bahkan tentang dirinya sendiri."Dia siapa?" tanya Dion lagi berusaha meredam emosinya tadi akibat pria yang dengan santai itu meletakkan kakinya di atas meja."Perempuan," jawab Gara dengan singkat.Memang betul kan itu seorang pere
Happy readingGara menghembuskan napas kasar melihat ruangannya itu berantakan dan berserakan oleh bungkus makanan, ulah pria itu tadi yang baru lima belas menit meninggalkan ruangannya itu. Siapa lagi kalau bukan Dion, tanpa membereskan terlebih dahulu bekas makanan itu Dion pamit untuk menjemput pujaan hatinya."Edo ...," teriak Gara dari dalam ruangan memanggil salah satu anak buah kepercayaannya itu, dengan cepat Laki-laki bertubuh kekar itu memberi hormat pada Gara."Panggilkan cleaning service, suruh Dia bersihkan seluruh ruangan ini dan Kamu amati Dia, jangan Kamu tinggalkan sebelum Dia selesai membersihkan ini," perintah Gara pada Laki-laki tersebut.Tanpa ingin membantah Laki-laki itupun memberi hormat kemudian melangkah keluar memanggil cleaning service.Sementara Gara melangkahkan kakinya, menuju sebuah lemari yang ada di samping kiri meja kantornya dan memencet tombol remote, tombol itupun berfungsi setelah dipencet lemari itu ber
Happy readingTidak ada pilihan lain setelah satu jam berpikir Delia menganggukkan kepalanya untuk menerima solusi dari kedua orang pasangan di depannya itu, dengan terpaksa Delia melebarkan senyumnya. Mau tidak mau Dia, demi skripsinya yang sudah di bab 2 itu Delia harus terjun ke lapangan.Dion melebarkan senyumnya di seberang sana, sementara Tania memeluk tubuh sahabatnya itu. Untung saja Delia ingin menerima solusi dari Dion, kalau tidak Dia pasti akan jauh dari Delia dan itu tidak diinginkan Tania. Dia takut dan akan kesusahan."Well jadi kapan Gue harus nemuin sahabat Bang Dion," ucap Delia melepaskan pelukan pada tubuh Tania."Besok siang ya," balas Dion di seberang sana membuat jadwal sendiri.Tania dan Delia pun mengangguk menyetujui,"Makasih Bang Dion."kemudian Delia melanjutkan mengetik kembali, sedangkan Tania masuk ke
Happy reading"Jadi Lo mau kan bantuin Gue?" tanya Dion lagi yang juga meneguk botol soda itu.Dengan terpaksa Gara akhirnya menganggukkan kepala, sebenarnya Dia malas sekali berurusan dengan wanita apalagi itu masih mahasiswa, mahasiswa jaman sekarang itu tak ubahnya dari anak sekolahan. Umurnya juga masih kisaran dua puluh satu tahunan paling tua saja mungkin dua puluh tigaan. Jadi pemikiran mereka masih kekanak-kanakan, dan hal itu akan menyusahkan.Memasukkan seorang mahasiswa ke perusahaannya paling pantangan bagi Gara, tapi demi sahabat satunya itu Gara mengiyakan."Lo emang sahabat terbaik Gue," puji Dion dengan lebay seraya memeluk tubuh Gara, laki-laki dewasa itu lantas merasa jijik sendiri."Lepasin," perintah Gara dengan dingin pada Dion yang tak kunjung ingin melepasnya itu.Dilain tempat Delia dan Tania sedang makan bersama di dalam kamar Tania, Delia yang sibuk dengan layar laptopnya itu harus menghentikan dulu tuga
Happy reading''Pulang sana,'' usir Gara mendengar suara pintu tersebut di tutup. tanpa mengalihkan pandangannya dari layar komputer. Mendengar hal itu Dion menatap tajam ke arah pria kejam tersebut. Laki-laki itu memang tak pernah merasa bersalah sedikitpun walaupun sudah membuat sahabatnya itu marah.''Songong banget sih Lo,'' ketus Dion sambil berjalan ke arah Gara. Melihat laki-laki itu yang sudah memberikan kunci ruangan tersebut ke atas meja. Gara dengan segera memencet remote supaya ruangan itu tertutup kembali oleh lemari sehingga tak terlihat.''Bodoamat,'' balas Gara tanpa memedulikan wajah Dion yang sudah kelewat kesal.''Dasar perjaka kejam,'' gerutu Dion, mendengar hal itupun Gara lantas mengangkat kepalanya menatap tajam ke arah Dion.cowok yang ada di depannya itupun kemudian berlari terbirit-birit, tak berani menghadapi harimau yang
Happy reading"Gue kok jadi cemas sendiri ya Nya," ucap seorang merapikan pakaian dan juga dandannya itu."Hmm ... Lo kayak mau ngelamar pekerjaan aja Delia," sahut gadis di sebelahnya itu yang sedang duduk di sisi ranjang seraya memperhatikan Delia yang sibuk sekali.Hingga Dia merasa kalau Delia itu bukan mau magang skripsi tapi seolah ingin mendaftar pekerjaan. Beberapa kali gadis itu mengganti pakaian dan juga memperbaiki dandannya, padahal kalau dilihat dari mata banyak orang penampilan Delia itu sudah sangat perfect.Gadis itu berbalut dengan rok berwarna cream panjang yang terbelah hingga bawah pahanya dan dilengkapi dengan kemeja berwarna putih, rambutnya Dia cepol rapi."Sumpah Gue nggak pede banget," ucap Delia lagi ingin memilih pakaian dari lemari yang masih di terbuka itu, tapi sebelum Dia kembali mengganti pakaiannya sudah dicegat lebih dulu oleh Tania."Nggak ya ... nggak Lo itu udah perfect," jelas Tania menghadap
Happy readingDelia duduk cemas di bangku tengah mobil Dion sembari membaca file skripsinya, Dia tidak tau kenapa dirinya bisa merasa cemas seperti itu.Sedangkan Tania duduk asik mengobrol bersama dengan kekasihnya itu, mungkin kalau bukan ada Delia Dia sudah bercumbu dengan pria itu.Melihat keduanya tampak senang tidak membuat Delia menurunkan rasa gugupnya."Santai aja Delia," ucap Dion pada gadis yang dilihatnya lewat kaca mobil dari tadi terlihat gugup itu."Hmm iya Bang," balas gadis itu mengembangkan senyumnya sedikit.Mobil Dion membelah jalanan kota dengan kecepatan sedang, dua puluh menit akhirnya mobil yang dinaiki mereka bertiga itupun akhirnya tiba di sebuah perusahaan ternama—Walton corp.Tania dan Delia turun lebih dulu, sembari menunggu Dion memarkirkan mobil mereka berdua menunggu di lobby, beberapa karyawan sibuk dengan tugas mereka masing-masing tidak ada yang menyantai di perusahaan itu.Perusah
Happy readingTubuh Delia kian bergetar ketika Gara menyelipkan sehelai anak rambutnya yang jatuh di wajahnya ke balik daun telinga.Melihat gadis yang gugup seraya menggigit bibirnya membuat Gara memundurkan tubuhnya kembali, sebelum itu Dia mengangkat ujung bibirnya sedikit tanpa di ketahui cowok itu."Jangan digigit bibirnya," kata laki-laki itu dengan wajah dingin walaupun begitu masih terselip nada perhatian.Tania dan Dion yang melihat aktivitas Gara dan Delia itupun menunjukkan wajah yang sulit diartikan, pasangan itu merasa sedikit aneh dengan tingkah laku pria kejam satu itu jarang sekali Dia ingin berbicara bersama gadis yang baru dikenalnya."Jadi ini mahasiswa yang Dion bilang itu," ucap Gara kembali dengan wajah sangarnya.Delia mengangkat wajah untuk dapat melihat wajah asli pria itu, tapi semakin rahang kokoh milik Gara mengeras Dia semakin tertarik ol
Happy ReadingSetelah beberapa bulan berlalu, keluarga Delia dan Gara memutuskan untuk merencanakan liburan keluarga yang istimewa. Destinasi yang mereka pilih adalah kota yang penuh keajaiban, kekayaan budaya, dan kemegahan arsitektur modern—Dubai.Pesawat mereka mendarat dengan nyaman di Bandara Internasional Dubai, mengawali petualangan yang tak terlupakan. Delia, Gara, Daniel, Tania, Dion, dan tentu saja, Chiya, mengeksplorasi setiap sudut kota dengan penuh semangat.Pertama-tama, mereka mengunjungi Burj Khalifa, menara tertinggi di dunia. Melihat keindahan kota Dubai dari ketinggian, mereka merasa terpana oleh keajaiban arsitektur modern. Chiya memandangi gemerlap lampu kota dengan mata yang berbinar-binar."Dubai benar-benar luar biasa, Tante Delia! Semuanya begitu indah," ujar Chiya penuh kagum.Delia tersenyum, "Iya, sayang. Ini adalah pengalaman yang luar biasa, dan aku senang kita bisa berbagi momen ini bersama-sama."Mereka juga menjelajahi kawasan The Palm Jumeirah, pulau
Happy ReadingBulan itu, keluarga Delia dan Gara bersiap untuk merayakan momen yang luar biasa. Daniel, sang anak yang pernah bandel, kini akan melangkah di atas panggung untuk menerima gelar lulusan suma cum laude di Amerika. Keberhasilannya ini tak hanya menjadi kado istimewa untuk Daniel, tetapi juga menjadi buah dari perjalanan panjang keluarga ini.Seiring berjalannya waktu, Daniel telah menemukan arah hidupnya. Setiap tugas dan ujian yang dihadapinya membentuknya menjadi seorang mahasiswa yang berdedikasi dan berprestasi. Meskipun pernah melewati masa-masa sulit, tetapi kegigihan dan dukungan dari keluarganya, terutama Delia dan Gara, membantu Daniel tumbuh menjadi individu yang tangguh dan berprestasi.Pada pagi hari kelulusannya, keluarga ini berkumpul dengan penuh semangat. Delia dan Gara, dengan penuh kebanggaan, memandang putra mereka yang telah melewati serangkaian ujian akademis. Mereka tahu bahwa momen ini tidak hanya tentang prestasi Daniel, tetapi juga tentang perjalan
Happy ReadingGara, seorang CEO perusahaan ternama, menjalani kehidupannya di puncak kesuksesan bersama Delia, istrinya yang cantik dan cerdas. Mereka adalah pasangan yang tak hanya memiliki kecintaan satu sama lain, tetapi juga saling mendukung dalam mencapai ambisi dan tujuan hidup mereka.Pagi itu, Gara dan Delia tiba di kantor dengan senyuman yang memancar keberhasilan. Kedua pasangan ini tidak hanya memiliki karier cemerlang, tetapi juga membangun fondasi pernikahan yang kokoh. Kehadiran Delia selalu menarik perhatian, bukan hanya karena kecantikannya, tetapi juga kepintarannya dan karismanya yang menghiasi setiap langkahnya.Ketika mereka melangkah masuk ke kantor, para pegawai tidak bisa menyembunyikan keterpesonaan mereka melihat kehadiran Delia. Sebagai seorang wanita yang tangguh dan inspiratif, Delia telah menjadi panutan banyak orang di kantor. Beliau tidak hanya menunjukkan dedikasi yang tinggi dalam karier dan bisnis, tetapi juga memiliki kemampuan untuk menjaga keseimba
Happy ReadingSuatu pagi, Gara datang dengan senyum cerah di wajahnya. Dia duduk di ruang keluarga, bersama Delia yang sedang menikmati secangkir kopi."Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan, sayang," ujar Gara dengan suara lembut.Delia menoleh, merasa penasaran, "Apa itu, Gara?"Gara tersenyum penuh kebahagiaan, "Aku telah memutuskan untuk pindah ke Indonesia."Delia terkejut dan bertanya, "Kenapa tiba-tiba?"Gara menjelaskan, "Aku merasa bahwa ini adalah waktu yang tepat untuk menjalani petualangan baru. Aku ingin merasakan pengalaman hidup di Indonesia, dan aku ingin membangun rumah kita di sana."Delia, meski awalnya kaget, melihat kebahagiaan di mata Gara. Ia merasakan kehangatan dalam keputusan tersebut dan merasa senang bahwa Gara merencanakan sesuatu yang akan memperkaya hidup mereka."Benarkah? Aku senang mendengarnya," kata Delia dengan senyuman.Gara melanjutkan, "Dan, aku telah menemukan sebuah rumah yang sangat bagus di samping rumah Tania. Aku pikir ini akan menjadi temp
Happy ReadingDalam kepadatan rutinitas dan tantangan yang dihadapi oleh keluarga, Chiya, yang masih berstatus sebagai seorang pelajar SMP, dititipkan pada Daniel yang sudah dewasa. Daniel dengan senang hati mengakomodasi keberadaan Chiya di tengah-tengah kesibukannya. Sebagai kakak yang bertanggung jawab, ia berjanji untuk memberikan keamanan dan kenyamanan pada Chiya selama waktu mereka bersama.Suasana di rumah menjadi lebih hidup dengan kehadiran Chiya. Daniel menyadari bahwa sementara ia memiliki tanggung jawab sebagai kakak, ia juga memiliki kesempatan untuk membangun ikatan yang lebih erat dengan adiknya. Chiya, dengan semangat dan keceriaannya, membawa energi positif yang menyenangkan ke dalam rumah.Dalam sebuah malam yang hangat, mereka duduk bersama di ruang keluarga. Daniel sibuk menyelesaikan tugas akhirnya, sementara Chiya sibuk mengerjakan pekerjaan rumah. Meskipun mereka tengah terlibat dalam kesibukan masing-masing, namun tetap ada kehangatan dan rasa saling peduli di
Happy ReadingKabar dari Tania yang ingin memiliki anak lagi membuat Delia merasa begitu bahagia. Senyum merekah di wajahnya, dan matanya bersinar ketika ia memikirkan kebahagiaan yang bisa datang bagi keluarga mereka. Delia sangat mendukung keputusan Tania dan Dion untuk melanjutkan perjalanan cinta mereka dengan membawa anak kedua ke dalam keluarga.Namun, kegembiraan Delia berubah menjadi kekhawatiran dan kesedihan ketika ia mendengar bahwa Tania memiliki benjolan di rahimnya. Mereka berkumpul di ruang keluarga, suasana hati yang cerah mulai berubah menjadi hening dan penuh kekhawatiran."Benjolan di rahim?" Delia berkata dengan suara lembut, tetapi penuh dengan kecemasan. Pandangan matanya menuju Tania, yang duduk di samping Dion, dan keinginan untuk memberi dukungan bersinar di matanya.Tania mengangguk dengan berat hati, "Iya, Delia. Itu adalah berita yang mengejutkan bagiku juga."Delia duduk di samping Tania, meraih tangan temannya dengan penuh kasih sayang. "Kamu tahu kamu ti
Happy ReadingDion dan Tania duduk di ruang tunggu klinik kesuburan, wajah mereka dipenuhi dengan campuran kekhawatiran dan harapan. Setelah perjalanan panjang dan perjuangan untuk memiliki anak pertama, kini mereka sedang dalam tahap konsultasi untuk memberikan adik untuk anak mereka yang tercinta.Dokter memanggil mereka ke ruangannya, dan Dion memberikan senyuman yang mencoba untuk menyiratkan keberanian pada istrinya. Di dalam ruangan, suasana hangat dari cahaya lampu sorot dan dinding berwarna lembut menciptakan lingkungan yang bersahabat. Dokter, seorang wanita berpenampilan ramah, duduk di balik meja dan mengajak mereka untuk duduk."Selamat datang kembali, Dion dan Tania. Bagaimana kita bisa membantu kalian hari ini?" tanya dokter dengan penuh kelembutan.Dion memberi isyarat pada Tania untuk mulai berbicara. Tania menelan ludahnya sejenak sebelum mengungkapkan, "Dokter, kami ingin memiliki anak lagi. Kami sangat mencintai anak kami yang pertama, dan kami ingin memberikan adik
Happy ReadingSementara Delia dan Gara mengeksplorasi keindahan pulau tropis, Daniel menemukan kebebasan yang baru di tengah kesehariannya di kota. Beberapa malam setelah kedua orangtuanya pergi, Daniel dan teman-temannya memutuskan untuk mengunjungi sebuah klub malam yang sedang populer di kota.Berpakaian rapi dengan sentuhan modern, Daniel dan teman-temannya tiba di klub dengan semangat penuh. Musik berdenyut di lantai dansa, cahaya berwarna-warni memenuhi ruangan, menciptakan atmosfer yang penuh kegembiraan. Daniel, yang biasanya lebih suka suasana yang tenang, merasa sedikit canggung pada awalnya. Namun, seiring berjalannya malam, ia menemukan cara untuk menikmati dan merayakan kebebasannya.Sambil menikmati malam di klub, Daniel tetap sadar akan tanggung jawabnya sebagai mahasiswa yang tengah menyelesaikan tugas akhirnya. Ia memutuskan untuk tetap setia pada komitmennya untuk belajar, bahkan di tengah hiruk-pikuk kesenangan malam. Beberapa kali, ia menyusup ke sudut klub dengan
Happy ReadingHari itu, matahari bersinar cerah di langit biru, menandakan awal dari petualangan baru bagi Delia dan Gara. Setelah sekian lama, mereka memutuskan untuk merencanakan liburan berdua, tanpa bayangan kecil yang biasanya selalu ikut serta dalam setiap petualangan mereka. Kali ini, Daniel, anak mereka yang sekarang telah tumbuh dewasa, memilih untuk menghabiskan waktunya bersama teman-teman sebaya daripada bergabung dengan orang tuanya.Delia dan Gara tiba-tiba merasa seperti kembali pada masa-masa awal pernikahan mereka, ketika dunia terasa begitu luas dan penuh kemungkinan. Rencana liburan ini menjadi jembatan yang membawa mereka kembali pada momen-momen romantis yang pernah terjadi di masa lalu.Dengan tas penuh dengan semangat petualangan, mereka berdua berangkat ke destinasi yang telah lama mereka impikan: sebuah pulau tropis yang jauh dari keramaian kota. Perjalanan menuju pulau tersebut pun menjadi pengalaman yang tak terlupakan bagi mereka. Mereka tertawa, bercanda,