Happy ReadingDelia pergi bersama Tania hari ini meninggalkan dua orang yang ada di apartemen, ini hari terakhir Tania berada di Amerika. Ia akan kembali sebab Dion memiliki banyak pekerjaan dan begitu pula dengan Tania yang akan memulai sebuah bisnis."Dion selalu saja meminta bayi," ujar Tania di sela-sela mereka berjalan ke pusat perbelanjaan. Mendengar itu Delia pun mengelus tangan Tania."Sabar ... jangan terburu-buru Tania, Aku yakin Dion akan mengerti," Balas Delia kalimat gadis itu tentu saja bisa menenangkan Tania yang akhir-akhir ini sedikit galau.Tentunya memiliki bayi tidaklah mudah terutama bagi Tania yang tidak memiliki pengalaman apapun, memiliki adik atau edukasi mengenai pengasuhan. Tania belum siap menjadi orang tua Ia masih ingin menjadi satu-satunya seseorang yang ada di dalam pikiran Dion. Tania masih ingin dimanja, masih seperti berpacaran, tidak ingin diganggu dan juga belum mengurusi bayi.Setiap perempuan tentu memiliki masanya masing-masing untuk siap menjad
Happy Reading"Gara Kamu mungkin bisa memaksakan hubungan ini tapi, apakah Kamu bisa menentang keluargamu. Aku bahkan tidak memiliki lagi tenaga untuk hal ini, Aku hanya ingin hidup tenang Aku harap Kamu mengerti dengan keputusanku...," jelas Delia seraya melepaskan pegangan tangan dari laki-laki yang ada di hadapannya."Benarkah? bukan Kamu lebih menginginkan David?" tuduhan Gara itu seketika membuat Delia menggeleng tidak habis pikir dengan apa yang dikatakan laki-laki itu."Kamu pikir Aku wanita gampangan?" ujar sinis Delia berbalik tak ingin menatap Gara.Gara memang selalu saja egois, mudah sekali menyudutkan orang dan itu membuat Delia muak. Tumbuh di keluarga konglomerat jelas membuatnya jauh lebih egois dari kebanyakan laki-laki."Saya tidak menuduh demikian," kata Gara yang masih berdiri di samping Delia."Lantas apa," balas Delia marah melebarkan tangannya yang semua disilangkan. "Saya hanya ingin Kamu kembali," pinta Gara masih kekeuh dengan keinginannya."Please Gara ...
Happy ReadingDelia duduk di sudut ruang tamu apartemennya, memandangi jendela yang menampilkan pemandangan kota New York yang sibuk. Pikirannya kacau, dan tekanan yang dia rasakan semakin bertambah setiap hari. Kehadiran Gara, sahabat lamanya yang tiba-tiba muncul di Amerika, memberikan kehidupannya putaran yang tak terduga.Sejak kedatangan Gara, Delia merasa seakan-akan dirinya terperangkap. Pertemanan yang seharusnya menjadi sumber kebahagiaan dan dukungan, sekarang berubah menjadi beban yang sulit dia pikul. Gara terus mendorong Delia untuk tetap berada di dekatnya, membuatnya sulit untuk memiliki waktu dan ruang pribadi.Hari ini, Gara kembali dengan senyuman ramahnya, membawa sejumput misteri di matanya. Delia mencoba menutupi rasa frustasinya saat Gara bercerita tentang petualangannya di New York. Tetapi, setiap kata yang keluar dari mulut Gara membuat Delia semakin merasa tertekan."Delia, Kamu harus coba ini!" ucap Gara dengan semangat berlebihan, sementara Delia hanya menga
Happy ReadingAngin lembut menyambut kepulangan Gara ke tanah airnya, Indonesia. Langit senja terhampar di atas, memberikan kedamaian setelah serangkaian peristiwa pahit yang baru saja dialaminya. Gara tiba di rumahnya dengan beban hati yang sulit diungkapkan.Orang tuanya, yang merasa cemas dan penuh kekhawatiran, segera menyambutnya dengan pelukan hangat. Namun, kekhawatiran itu segera berubah menjadi pertanyaan tajam saat mereka menyadari bahwa Gara membawa beban rahasia yang belum terungkap.Setelah beberapa hari pulang, orang tua Gara merasa perlu mendapatkan penjelasan yang lebih jelas. Mereka memutuskan untuk menemui laki-laki yang ada di belakang pertemuan Gara dan Delia selama beberapa minggu terakhir. Sebuah pertemuan diatur, suasana haru dan tegang menciptakan latar belakang yang intens.Di tengah ruangan, suasana berubah menjadi hening ketika orang tua Gara dan laki-laki tersebut saling berhadapan. Wajah Gara dipenuhi kecemasan, dan di matanya tergambar konflik batin yang
Happy ReadingGara dengan wajah masam kembali bekerja dengan di kawal banyak bodyguard seperti biasa semua karyawan akan mundur jika Gara sudah berjalan memasuki gedung kantor. Resepsionis yang ada di depan hanya bisa melihat dengan wajah menunduk dan bersikap formal. Begitupun dengan ruangan yang berisi oleh devisi tanggung jawab yang baru dilewati oleh Gara, mereka kembali fokus setelah melihat dengan sekilas sesosok CEO dingin itu. "Tuan Gara semenjak tidak ada anak magang itu dingin banget ya," celetuk salah seorang yang berada di ruangan usai Gara masuk ke dalam lift. "Iya...Gue juga mikirnya gitu, katanya Tuan Gara udah ada tunangan ya," balas yang lain mulai bergosip. "Iyaa... Lu nggak liat ada gadis yang pernah ke sini itu loh.""Lebih ke anak mami nggak sih.""Cantikan yang anak magang itu ya.""Iya sih...lebih keren....""Hush...udah-udah kerja."Setiap kantor pasti ada saja bahan yang akan mereka gosipkan ntah itu mengenai atasan atau apapun itu. Di dalam ruangannya Gar
Happy ReadingPonsel Delia berdering, menandakan panggilan masuk dari Tania, sahabatnya sejak lama. Delia tersenyum dan menjawab panggilan itu dengan penuh kegembiraan. "Hai, Tania! Bagaimana kabarmu?" sapa Delia dengan suara ceria.Tania, yang berada di tempat yang jauh, merespon dengan antusias, "Hai, Del! Aku rindu mendengar kabarmu. Bagaimana kehidupan di Harvard dan yang terpenting, bagaimana kabar si kecil di dalam perutmu?"Chapter 27: Cerita Tentang Kehidupan di HarvardDelia dengan senang hati menceritakan kembali kesehariannya di Harvard, membagikan pengalaman di kelas, dukungan dari teman-teman sekelas, dan persiapannya untuk menjadi seorang ibu. Tania mendengarkan dengan penuh perhatian, terdengar senang mendengar bahwa Delia tetap tegar meskipun menghadapi kehamilan.Namun, ada satu aspek kehidupan Delia yang membuat Tania penasaran, "Eh, Del, aku juga dengar tentang seorang dokter bernama David. Apa hubunganmu dengannya?"Chapter 28: Cerita Cinta yang MembahagiakanDelia
Happy ReadingGara duduk di meja kerjanya, fokus pada tumpukan pekerjaan yang harus diselesaikan. Suasana di kantor seharusnya menjadi produktif, tetapi ketika Lia memasuki ruangan, atmosfer berubah menjadi tegang.Lia, dengan wajah yang penuh ketidakpuasan, menyapa Gara dengan suara yang lebih keras dari biasanya. "Gara, aku harus bicara denganmu. Mengapa kau selalu menghindariku dan mengapa tidak menghubungiku sama sekali?"Gara mendongak, mencoba menjawab pertanyaan Lia tanpa mengganggu konsentrasi kerjanya. "Lia, aku sibuk dengan pekerjaan dan beberapa hal pribadi. Aku minta maaf jika aku terlihat menghindarimu."Namun, jawaban Gara tidak meredakan kemarahan Lia. "Itu bukan alasan yang cukup, Gara. Kita tunangan, kita harus saling berkomunikasi. Aku khawatir, tahu! Kenapa kau tidak memberitahuku?"Pertemuan di kantor semakin panas. Lia memprotes tentang kehadiran Gara yang semakin jarang dan tanpa pemberitahuan. Gara mencoba menjelaskan, tetapi Lia tidak mendengarkan dengan baik.
Happy ReadingSetelah Lia memberikan pengakuan tentang keputusan Gara untuk memutuskan pertunangan, suasana di rumah Gara menjadi tegang. Orang tua Gara, yang selalu mendukung hubungan antara Gara dan Lia, merasakan kekecewaan dan kemarahan yang mendalam.Bunda Gara menatap Gara dengan tatapan tajam, "Gara, bagaimana bisa kau membuat keputusan seperti ini tanpa memberitahu kami terlebih dahulu? Ini bukan hanya mengenai dirimu, tetapi juga mengenai keluarga dan pertanggungjawabanmu."Tuan Walton, yang sebelumnya tenang, ikut meluapkan rasa kecewa. "Anakku, kita selalu mendukungmu, tapi kau harus mempertimbangkan dampak keputusanmu terhadap orang-orang di sekitarmu. Mengapa kau bertindak tanpa berbicara denganku atau Bundamu?"Gara merasa tertekan dan bersalah. Dia mencoba menjelaskan, "Maafkan Saya. Saya merasa tidak bisa lagi melanjutkan hubungan ini, dan aku tidak ingin membuatnya semakin rumit dengan membicarakannya lebih dulu."Bunda Gara memandang Gara dengan ekspresi campuran ant