Siapa yang mengirim pesan kepada Keyra?
POV KENZO 🏵️🏵️🏵️ Duniaku terasa gelap saat mengetahui wanita yang selama ini aku cintai sudah menikah dengan laki-laki lain. Aku juga mengetahui kebenaran itu tanpa disengaja. Alea—teman saat masih duduk di bangku sekolah, yang mengungkapkan kenyataan pahit itu. Keyra Larasati merupakan sahabat lama, juga cinta pertamaku. Kami saling mengenal saat masih SMP hingga kelas satu SMA. Penyesalan yang membuat dadaku terasa sesak sekarang adalah pernyataan cinta yang tidak terungkap hingga dia berstatus sebagai seorang istri. Aku sangat bahagia kala itu setelah bertemu dengan Keyra di perusahaan klien baruku. Aku sempat berbincang dengannya untuk menanyakan kabar dan meminta nomor kontaknya. Namun, banyak perubahan yang terjadi pada dirinya. Keyra tidak bersedia memberikan nomor ponselnya kepadaku, bahkan dirinya bersikap seolah-olah ingin menghindar. Aku akhirnya mendapatkan nomor kontak sang pujaan hati dari Alea. Setelah beberapa minggu berlalu, aku pun mengetahui kenyataan yang s
🏵️🏵️🏵️ Sore ini, aku kembali membuka tulisan Keyra. Judul cerita yang dia tulis sudah makin banyak. Ternyata dia benar-benar menyalurkan hobinya yang belum tersalurkan dulu. Aku masih mengingat harapan yang pernah dia ucapkan. “Suatu saat nanti, aku berharap agar apa yang kuinginkan dapat terkabul.” Keyra mengucapkan harapan itu kesekian kalinya di depanku kala itu. “Semoga kamu menjadi penulis hebat nanti, Key.” Aku selalu berusaha memberikan dukungan kepadanya. Jika mengingat apa yang telah kami jalani di masa lalu, hati ini benar-benar sakit. Aku kembali menyesali kesalahan yang telah membuat diriku kehilangan Keyra. Seandainya kata cinta itu keluar dari bibir ini untuknya, mungkin sekarang Keyra akan bersama denganku. Akan tetapi, kenyataan tidak selamanya seindah harapan. Saat ini, Keyra justru memilih hidup dengan laki-laki lain. Cinta yang aku pendam selama ini berakhir dengan penyesalan dan kekecewaan. Keyra telah pergi dari sisiku. “Apa yang kamu rasakan saat bersamak
🏵️🏵️🏵️ Sore ini, aku sengaja tidak langsung pulang ke rumah setelah keluar dari kantor. Aku memilih menuju taman di Gedung Gonggong Tanjungpinang. Tempat itu sangat asri karena pemandangannya, kita juga dapat langsung melihat keindahan laut. Setelah tiba di tempat tujuan, aku pun duduk di salah satu bangku taman sambil menikmati udara sore. Tidak pernah kuharapkan sama sekali, tiba-tiba mata ini melihat sosok yang telah membuat hatiku kecewa. Tidak jauh dari tempat dudukku, tampak sepasang suami istri sedang tertawa. Kenapa aku harus menyaksikan kemesraan yang mereka tunjukkan? Aku tidak sanggup melihat wanita itu bersandar di bahu si pria. Perutnya juga kini telah membesar. Keyra, wanita yang sudah lama menghiasi relung hatiku, kini di depan mata tampak sangat bahagia bersama laki-laki yang sudah resmi menjadi suaminya. Seandainya dulu kata cinta terucap dari mulut ini untuk dirinya, mungkin aku yang akan berada di posisi pria tersebut. Mungkin akan lebih baik jika aku pergi d
🏵️🏵️🏵️ Pemandangan di taman Gedung Gonggong tadi sore tidak seindah biasanya. Semua ini terjadi karena Kenzo. Entah kenapa aku harus bertemu dengan laki-laki itu di sana, padahal beberapa hari yang lalu, dia juga menghubungiku melalui sosmed. Aku dengan tegas mengirim pesan kepadanya agar menjauhiku. Aku tidak ingin terjadi kesalahpahaman lagi dengan Farid hanya karena perbuatan Kenzo. Bagiku sekarang, dia hanya masa lalu, tidak lebih. Aku telah memantapkan hati untuk mencintai laki-laki yang kini berada di sampingku. Aku sudah ikhlas memberikan segalanya untuknya. Aku yakin kalau Farid suami idaman. Akan tetapi, ada satu hal yang tidak dapat kupahami atas apa yang Farid katakan tadi sore di taman. Dia mengaku bertemu dengan penulis yang bernama Rafa setiap hari. Apa dia tahu kalau Rafa itu aku? Kenapa dia menyembunyikan hal ini? “Kok, diam aja, Sayang? Jangan bilang lagi mikirin orang yang baru ketemu dengan kita tadi di taman.” Bukan Farid namanya kalau tidak membuatku kesal.
🏵️🏵️🏵️ “Waktu itu kamu nggak ikut makan malam. Dia dengan semangat membawakan makanan untuk kamu ke kamar. Dia tampak khawatir karena merasa bersalah. Dia cerita di meja makan kalau dia sudah membuatmu sedih.” Aku sangat terharu mendengar penuturan mami mertua. Aku masih sangat ingat kalau saat itu Farid telah membuatku kesal hingga tidak bersedia makan malam bersama, padahal selama ini aku berpikir kalau perhatian yang Farid lakukan malam itu merupakan ide mami mertua, ternyata salah. “Sore, Mih, Sayang.” Tiba-tiba terdengar suara Farid. Dia langsung duduk di sampingku. “Lagi ngomongin apa, nih?” tanya laki-laki itu lalu mencium perutku. “Ngomongin kamu,” jawabku sekenanya. “Hebat, ya, ngomongin suami di belakang.” “Ngomonginnya, kan, yang baik-baik.” Mami turut menimpali. “Oh, ya ... Mami tinggal dulu, ya. Mau mandi.” Wanita paruh baya itu pun beranjak meninggalkan aku dan Farid di ruang TV. “Kamu mandi, gih.” Aku menangkupkan kedua tanganku ke wajah Farid. “Tumben romant
🏵️🏵️🏵️ “Aku mau jelasin sesuatu.” “Sepertinya serius banget.” “Iya. Tapi sebelumnya kamu janji nggak akan marah.” Aku sangat tahu seperti apa sifat Farid. “Iya, Sayang. Kenapa aku harus marah?” Aku berharap agar Farid serius dengan ucapannya. Aku pun menceritakan tentang apa yang kusaksikan pagi ini. Di mana Kenzo menjemput Nayla ke rumah. Aku berharap agar Farid dapat menyikapi apa yang terjadi dengan pikiran dewasa. “Apa? Sejak kapan masa lalu kamu mengenal Nay?” Farid meninggikan suaranya. Ternyata dia tetap tidak dapat menahan diri. “Tadi kamu janji nggak akan marah. Aku nyesal cerita ke kamu.” “Jadi, kalian kembali ketemu? Gimana perasaan kamu?” Dasar laki-laki menyebalkan. Dia justru menyudutkan diriku. “Kenapa kamu seolah-olah ingin menyalahkanku? Kamu tetap aja sama seperti dulu, selalu melemparkan kesalahan padaku. Sebenarnya kamu menganggapku sebagai apa? Aku membencimu!” Aku pun mengakhiri pembicaraan lalu menutup telepon. Niat hati ingin meminta pendapat Fari
🏵️🏵️🏵️ “Lepasin! Sakit!” Aku berusaha menarik tanganku, tetapi tidak berhasil. “Aku mencintai anakku. Dia juga darah dagingku. Bagaimana mungkin kamu berpikiran sesempit itu?” “Aku nggak akan lepasin sebelum kamu jelasin apa maksud ucapanmu.” “Aku capek menghadapi sikap egoismu. Kamu selalu berusaha melemparkan kesalahan padaku. Kamu selalu menganggap kalau aku masih memikirkan masa laluku. Dengan perut sebesar ini, kamu masih sanggup memberikan tuduhan seperti itu? Apa maumu sebenarnya?” Aku ingin menjauh darinya, tetapi dia masih menggenggam tanganku. “Kamu nggak ngerti apa yang kurasakan saat kamu dulu mengaku mencintai cowok lain di depanku. Itu membuatku takut kehilanganmu. Oleh karena itu, aku berjanji kalau kamu hanya milikku hingga malam itu pun terjadi. Hasilnya calon anak kita.” Aku tidak percaya dengan apa yang dia katakan. “Jadi, kamu menjebakku?” Aku memukul-mukul dadanya dengan tangan kiriku, sedangkan tangan kanan masih dia genggam. “Kamu istriku, nggak mungkin
🏵️🏵️🏵️ Malam ini, seperti biasa dalam keluarga Farid, kami makan malam bersama. Namun, aku tidak melihat Nayla di meja makan. Apa ini ada hubungannya dengan kemarahan Farid tadi sore? Apakah dia marah terhadap kakaknya sendiri? Aku akui kalau sikap yang Farid tunjukkan tadi sore sangat kasar. Mungkin kalau aku yang berada di posisi Nayla, pasti sangat sedih karena hardikan Farid. Entah kenapa laki-laki yang berstatus sebagai suamiku itu tidak berusaha meredam emosi di depan adiknya. Seandainya Farid bertanya baik-baik dengan lembut kepada Nayla, mungkin kejadiannya tidak akan seperti ini. Farid hanya mengandalkan emosi dan amarah dalam menyikapi sesuatu, apalagi berhubungan dengan Kenzo. Dia bersikap seolah-olah menjadi musuh bebuyutan Kenzo. “Nay masih marah, makannya menyusul nanti.” Mami mertua membuka suara. Ternyataa dugaanku benar, Nayla pasti marah. “Untuk apa dia marah?” tanya Farid dengan nada santai. “Bukannya kamu tadi yang bentak dia?” Aku pun memberikan jawaban at
🏵️🏵️🏵️Akhirnya, Kenzo dan Nayla resmi menyandang status sebagai pasangan suami istri hari ini. Aku melihat kebahagiaan terpancar di wajah adik iparku tersebut. Aku berharap agar pernikahannya dengan Kenzo langgeng hingga ke akhir hayat.Setelah acara resepsi selesai, aku dan Farid langsung menuju kamar, sedangkan Rafa sudah tertidur pulas digendongan papanya. Farid pun merebahkan sang buah hati kami ke tempat tidur. Sementara aku dan laki-laki tampan itu membersihkan badan secara bergantian ke kamar mandi. Sekarang giliran dia, dan aku memilih berbaring di tempat tidur.Aku kembali mengingat apa yang Kenzo ucapkan dua minggu yang lalu. Aku tidak mengerti dengan jalan pikirannya. Ucapannya menggambarkan seolah-olah dia ingin mengikutiku hingga akhirnya menikahi Nayla. Apa mungkin ini hanya perasaanku saja?Kenzo tidak tahu kalau Farid sudah percaya kepada dirinya untuk membahagiakan Nayla. Farid menganggap Kenzo sebagai laki-laki yang mampu bertanggung jawab karena bersedia menerim
🏵️🏵️🏵️ Di satu sisi, aku mengerti bagaimana perasaan Farid saat kesalahpahaman di antara kami terjadi dulu hingga mengakibatkan perpisahan. Namun di sisi lain, aku juga tidak suka jika dirinya selalu mengungkit masa lalu. Aku ingin menjalani kehidupan rumah tangga kami tanpa adanya bayang-bayang masa lalu. Aku berharap agar Farid memercayai istri yang telah memberikan cinta kepadanya. Dia harus tahu kalau aku sangat bangga memiliki suami seperti dirinya. “Sayang, kamu tahu, nggak?” Aku memainkan rambut Farid. “Apa, Sayang?” Dia mengusap-usap pipiku. “Aku bangga memiliki suami seperti dirimu. Jadi, aku harap kamu tidak akan cemburu lagi mengingat masa laluku.” “Iya, Sayang. Aku juga merasa menjadi pria paling beruntung memiliki istri sepertimu. Jangan ada rahasia di antara kita. Aku janji akan selalu mencintaimu.” Aku sangat bahagia melihat perubahan Farid yang jauh berbeda dari yang dulu. Kini, dia berubah menjadi sosok yang sangat perhatian dan penyayang. Dia tidak pernah la
🏵️🏵️🏵️ “Iya, Sayang. Memangnya kenapa?” Farid justru bertanya. “Aku, sih, senang. Tapi aku heran lihat perbahanmu. Bukankah selama ini kamu benci banget sama Kenzo?” “Aku akan mengubur kebencian itu demi Nay, Sayang. Semoga dia yang terbaik untuk Nay.” “Syukur, deh, kalau kamu akhirnya mikirin apa yang terbaik untuk Nay.” “Sebenarnya ada sesuatu yang membuatku ingin marah padamu, tapi aku nggak kuasa.” “Kok, marahnya ke aku?” Aku tidak mengerti apa yang Farid pikirkan. “Kamu menutupi rahasia besar dari suamimu.” Wajah Farid tampak serius. “Rahasia besar? Maksudnya?” Aku tidak mengerti apa maksud laki-laki itu. “Hubungan Nay dan pria masa lalunya.” Aku berpikir, apa mungkin Nayla telah menceritakan kebenaran kepada kakaknya tersebut? “Hubungan yang seperti apa?” Aku bersikap seolah-olah tidak mengetahui apa yang terjadi terhadap Nayla. “Kenapa kamu masih berpura-pura, Sayang?” “Jadi, aku harus bilang apa? Aku nggak berani cerita tentang duka yang Nay rasakan. Aku nggak ma
🏵️🏵️🏵️ Dua minggu berlalu setelah aku melahirkan. Aku benar-benar merasakan kebahagiaan yang luar biasa karena memiliki buah hati tercinta. Pun dengan Farid yang tidak ingin jauh dari Rafa apabila sudah pulang kantor. Seperti saat ini, Farid dengan bangganya memangku putra kami di taman belakang setelah dirinya kembali dari aktivitas rutin di kantor. Aku juga turut duduk di sampingnya. Dia makin menunjukkan perhatiannya sebagai seorang suami terhadap diriku. Dia mengaku sangat bangga memiliki istri yang telah melahirkan anaknya. Aku benar-benar tidak melihat lagi sifat egois dan sikap dingin yang dulu dia tunjukkan kepadaku. Kini, dia berubah menjadi sosok yang selalu lembut dan mengalah terhadap istri. “Gantengnya anak Papa.” Farid mengusap pipi Rafa sambil berbicara. “Siapa dulu, dong, yang ngelahirin.” Aku mencoba menggodanya. “Iya, dong. Mamanya cantik.” Dia membelai rambutku. “Wanita terbaik yang bersedia mendampingi hidupku.” Aku tidak kuasa memandang tatapan sendunya.
🏵️🏵️🏵️ Aku tidak mengerti kenapa perutku tiba-tiba sakit, padahal sebelumnya tidak pernah mengalami hal seperti ini. Apa mungkin aku akan segera melahirkan? Rasa sakit itu makin sering muncul. “Aku panggilin Mami, ya, Kak.” Nayla pun keluar dari kamarku. Tidak sampai lima menit, mami mertua dan Nayla akhirnya memasuki kamar. Wanita paruh baya itu memintaku untuk bertahan karena beliau akan menghubungi Farid. Dia pun berbicara dengan putranya tersebut di telepon. “Rid, kamu pulang sekarang. Sepertinya Key akan melahirkan.” Setelah menyampaikan kalimat tersebut, beliau pun menutup telepon. Sekarang tidak hanya perutku yang sakit, tetapi pinggang juga. Nayla mengusap-usapnya, ternyata cara itu dapat mengurangi sedikit rasa sakit. Sementara mami mertua mengelus-elus perutku. “Key gimana, Mih?” Farid pun akhirnya tiba di rumah. Dia langsung menghampiriku. “Kita ke rumah sakit aja sekarang, Rid.” Mami mertua tampak panik. “Iya, Mih.” Farid memapahku keluar kamar menuju mobilnya ya
🏵️🏵️🏵️ “Iya, Sayang. Dia udah nggak sabar untuk keluar. Dia juga harus tahu kalau papanya juga udah pengen banget gendong dia.” Dia mengusap-usap perutku. “Mamanya juga, dong.” Aku turut menimpali. “Iya, deh. Nggak mau kalah. Padahal dulu paling penurut sama suami.” Dia menjauhkan tangannya dari perutku lalu mengusap pipiku. Aku berharap dia sudah lupa dengan kedatangan Kenzo ke rumah ini. “Dulu kamu galak, sering marahin aku. Aku takut, dong.” “Kasihan. Tapi sekarang udah mulai ngelawan.” “Bukan ngelawan, tapi kasih pendapat.” “Tapi aku bahagia dengan perubahan sikap kamu, Sayang. Aku merasa kalau cintaku benar-benar udah sempurna karena dapat balasan darimu.” “Pintar lebay sekarang. Cuek dan egoisnya ke mana?” “Berubah jadi sayang sejak dicintai istri.” “Nggak nyangka, ya, ternyata cowok dingin bisa hangat juga.” “Kamu yang hangatin, Sayang.” Dia memainkan mata kirinya lalu mendekatkan wajahnya. “Mulai lagi, deh.” Aku sangat tahu apa yang Farid inginkan. Tidak masalah
🏵️🏵️🏵️ Malam ini suasana tampak indah, bulan dan bintang telah menunjukkan sinarnya yang terang. Namun, setelah melihat kehadiran Kenzo, aku tiba-tiba tidak menikmati keindahan itu lagi. Saat ini, aku justru khawatir jika Farid menunjukkan sikap egoisnya. Entah kenapa Farid tidak mencoba membuka diri untuk melupakan kejadian di masa lalu, padahal aku sudah berusaha meyakinkan dirinya kalau Kenzo tidak berarti lagi untukku. Dia tidak lebih dari seorang teman lama. Aku ingin mengatakan kepada Farid agar dirinya memberikan kesempatan kepada Kenzo untuk mencintai wanita lain. Kebetulan sekarang Kenzo dekat dengan Nayla. Setiap orang berhak untuk memiliki pilihan. Itu yang aku tahu. Jika aku memberikan saran kepada Farid, aku tidak yakin kalau dia akan menerimanya begitu saja. Apalagi ini berkaitan dengan Kenzo, lelaki yang pernah istrinya cintai. Farid pria yang sulit menerima pendapat orang lain. “Ada perlu apa ke sini, Bro?” Farid pun mengeluarkan suara khasnya, tegas. “Aku ingi
🏵️🏵️🏵️ “Bunga! Kamu sama siapa?” Aku langsung berdiri, lalu menghampiri adikku satu-satunya tersebut. Kami pun berpelukan. Saat hati ini terluka melihat sikap sang adik ipar, tiba-tiba adik kandung datang untuk mengobati. Bunga segera menyalami kedua mertuaku dan Farid. Aku memintanya sarapan, tetapi dia menolak karena akhir-akhir ini selera makannya berkurang. Aku berpamitan lalu beranjak menuju kamar bersama Bunga. Kami memilih duduk di sofa agar dapat melihat keluar dan merasakan hangatnya sinar mentari pagi. Kami pun mulai berbincang dan tertawa. “Hamil Kakak udah gede, ya. Kita udah beberapa bulan nggak ketemu. Kalau video call, Kakak nggak pernah nunjukin perutnya.” Bunga mengusap perutku. “Delapan bulan. Kakak gemukan, nggak?” “Biasanya aja, sih, menurutku. Gemuk perutnya aja.” “Nggak nyangka, ya, awalnya nikah dengan laki-laki bukan pilihan, tapi sekarang justru mengandung anaknya.” “Tapi sekarang udah pilihan, dong.” Bunga memainkan alisnya sambil tersenyum. “Iya.
🏵️🏵️🏵️ Jika ada yang bertanya saat ini seperti apa wajah yang Farid tunjukkan, aku akan menjawab mirip udang rebus. Entah kenapa tiba-tiba dia menunjukkan reaksi seperti orang yang sedang menahan amarah melihatku. “Kamu kenapa?” tanyaku kepada laki-laki itu. Aku pun bangun dari rebahan lalu bersandar ke sandaran ranjang. “Sepertinya kamu sengaja ingin tetap membuatku cemburu. Kenapa, Sayang?” Entah tuduhan apa lagi yang dia tujukan kepadaku. “Maksud kamu apa, sih?” Aku tidak mengerti dengan apa yang Farid katakan. “Lihat ini.” Dia pun memberikan ponselku. Aku membaca pesan masuk di benda pipih tersebut, terdapat nama Kenzo di layar. Dari mana pria itu mendapatkan nomor kontak baruku? Padahal aku sudah menggantinya sejak kejadian Farid mengusirku dari rumah. [Entah kenapa takdir kembali mempertemukan kita. Padahal sebelumnya, aku nggak tahu kalau Nay adik iparmu. Tapi kamu jangan salah sangka, aku sama sekali nggak punya maksud lain. Aku benar-benar tertarik pada Nay setela