❤️❤️❤️“Dasar nyebelin!” gerutuku di dalam ruangan kerja.Aku sangat kesal kepada laki-laki yang berada di samping ruangan kerjaku di kantor. Aku tidak mengerti kenapa harus berstatus menjadi istrinya. Hati pria itu keras seperti baja, dingin bak batu es. Terus terang, awalnya aku sama sekali tidak pernah berharap untuk menjadi pendamping hidupnya.Hampir setiap hari sikapnya selalu membuatku ingin mengacak-acak rambutnya. Seenaknya dia memberikan perintah kepadaku seperti karyawati lainnya. Tidak adakah sedikit terlintas di benaknya kalau aku ini adalah istrinya?Istri? Kenapa tiba-tiba aku merasa geli membayangkan kata itu? Sejak kapan aku setuju dan ikhlas menerima dirinya sebagai suamiku? Tidak sama sekali. Menikah dengannya adalah hanya semata-mata karena ingin bebas dari perjodohan yang direncanakan Papa dan Mama.“Kamu harus menikah dengan Rama. Dia pasti akan memberikan segalanya untukmu.” Papa memaksaku beberapa bulan yang lalu untuk menikah dengan tuan tanah yang ada di desa
❤️❤️❤️Setelah selesai makan malam, aku pun memilih masuk kamar untuk melanjutkan pekerjaan yang belum rampung tadi di kantor. Aku tidak mengerti kenapa Farid masih menganggap apa yang kukerjakan tetap tidak sesuai dengan keinginannya.“Kenapa, sih, dia selalu mencari kesalahanku? Ini salah, itu salah. Apa yang kukerjakan semua dianggap salah. Dia itu seperti singa yang ingin m e n e r k a m mangsanya.” Aku menggerutu sambil mencoba memeriksa di mana letak kesalahan pekerjaanku.“Di mana ada singa?” Aku terkejut mendengar suara laki-laki yang selalu membuatku kesal. Kenapa dia secepat ini masuk kamar? Biasanya juga masih asyik menyaksikan acara televisi favoritnya.“Singa apaan?” Aku berusaha untuk mengelak.“Tadi aku dengar kamu sebut singa.” Ternyata pendengarannya dapat diandalkan.“Nggak, kok. Mungkin kamu salah dengar.” Seperti biasa, aku selalu berusaha membela diri.“Terserah, deh. Aku capek, mau istirahat.” Dia pun menghempaskan tubuh di tempat tidur.Dasar laki-laki tidak mem
❤️❤️❤️Aku ragu untuk menanyakan apa yang terjadi terhadap Farid. Aku dapat membayangkan jawaban apa yang akan dia berikan. Selama ini, dia hanya berusaha menyalahkan wanita yang tidak diharapkan ini. Mungkin sebaiknya aku tidak perlu bertanya tentang goresan yang ada di lehernya.“Kenapa lihatin aku? Merasa bersalah?” Ternyata Farid menyadari lirikanku.“Merasa bersalah? Maksudnya apa?” Aku tidak mengerti dengan apa yang dia ucapkan.“Kamu nggak ingat dengan apa yang kamu lakukan padaku?” Aku makin bingung.“Apa yang kulakukan padamu?”“Kamu benar-benar nggak ingat?”Aku berusaha mengingat apa yang terjadi tadi malam. Ya, aku menyelesaikan pekerjaan yang diinginkan Farid. Setelah itu aku tidak mengingat apa-apa lagi. Namun, satu hal yang paling membingungkan adalah ketika aku terbangun, kenapa di tempat tidur Farid?“Aku nggak ingat. Ada apa sebenarnya?” Aku makin penasaran.Farid tiba-tiba menghentikan kendaraan roda empat miliknya di tepi jalan. Entah apa yang dipikirkan laki-laki
❤️❤️❤️Aku tidak mengerti kenapa Farid selalu saja ingin menyakiti dan menyalahkanku. Mengingat sikap yang dia tunjukkan selama ini, ingin rasanya menyudahi hubungan di antara kami. Mungkin dia tidak tahu bahwa aku tetap bertahan menjadi istrinya, itu semata-mata karena mengingat perhatian dan kebaikan keluarganya.Farid berdiri dari tempat duduknya, lalu menghampiriku. Dia menatapku sangat dekat sambil memegang kuat lenganku. Entah apa yang ada dalam pikiran laki-laki itu. Dia benar-benar membingungkan.“Jawab pertanyaan saya!” Farid kini telah membuatku kesal, lenganku terasa sakit.“Itu pertanyaan yang tidak perlu untuk dijawab.” Aku tetap tidak ingin memberitahukan tentang Kenzo kepadanya.“Apa kamu benar-benar ingin menguji kesabaran saya?” Farid makin kuat m e n c e k a l lenganku.“Sakit, Pak. Lepasin!” Aku berusaha menjauhkan tangannya dari lenganku, tetapi tidak berhasil.“Saya tidak akan lepasin sebelum kamu jawab pertanyaan saya! Siapa Pak Kenzo untuk kamu?” Dia kembali men
❤️❤️❤️Aku menunduk karena tidak sanggup melihat tatapan Farid. Dia tidak tahu apa yang kurasakan saat ini. Dia selalu mampu membuatku merasa ketakutan jika menyaksikan perubahan di wajahnya. Jantungku berdetak lebih kencang.“Siapa teman yang dimaksud Alea?” Begitu pertanyaan yang dia lontarkan kepadaku.“Teman siapa?” Aku memberikan jawaban sambil tetap menunduk.“Teman yang meminta nomor ponselmu.”“Nggak ada.”“Jangan bohong. Tadi kamu terkejut, dan menyindirku. Lihat aku!” Dia menaikkan suara satu oktaf, kemudian mengangkat wajahku.“Aku nggak bermaksud menyindirmu, itu kenyataan. Aku dan kamu tahu kalau pernikahan kita terjadi bukan karena cinta.” Aku tiba-tiba tidak bersikap formal lagi kepadanya seperti biasa kalau sedang berada di kantor.“Jadi, menurut kamu kalau menikah tanpa cinta, kamu bebas memberikan nomor ponsel kamu ke semua orang?” Farid makin mendekatkan wajahnya.“Bukan aku yang kasih, tapi Alea.”“Itu artinya kalau kamu dekat dengan orang itu. Siapa dia?” Dia kemb
🏵️🏵️🏵️ Aku tidak dapat mengelak sekarang, karena ponsel masih berada di dekat telingaku. Farid berjalan makin mendekat ke arahku, tatapannya sangat tajam, seperti orang yang ingin melampiaskan kemarahan. Tidak tahu apa yang akan laki-laki itu lakukan sekarang. Aku pun berdiri lalu segera mengakhiri panggilan masuk dari Kenzo, kemudian memasukkan ponsel ke laci meja kerja. Aku berharap agar Farid tidak bertanya tentang siapa yang telah meneleponku. Kalau sampai dia tahu, entah apa yang akan dia katakan. “Kamu mengabaikan telepon dariku? Sesibuk apa kamu?” Farid mendekatkan wajahnya ke wajahku. “Aku ....” “Apa yang kamu lakukan, Key? Kamu mengabaikan telepon dari suamimu hanya karena sedang menerima telepon orang lain? Kamu pikir aku tidak menyadari kalau kamu sedang menelepon tadi!” Farid berbicara kepadaku sangat keras. “Kenapa kamu selalu membentakku?” Aku sangat sedih mendengar hardikannya. “Kamu yang memaksaku berbuat seperti itu.” “Kamu tidak mengerti dengan apa yang kur
🏵️🏵️🏵️ “Maaf, kali ini aku tidak akan menjawab pertanyaanmu. Kamu nggak perlu tahu siapa laki-laki yang aku cintai.” Aku menolak menjawab pertanyaannya. “Kalau kamu mencintainya, kenapa kamu tidak menikah dengannya?” “Itu yang akan aku lakukan jika kamu mengakhiri hubungan kita. Ceraikan aku, Rid.” Kata perpisahan itu dengan mudah keluar dari bibirku. Farid tiba-tiba menepi lalu menghentikan mobilnys. “Apa yang kamu katakan, Key? Permintaan apa ini?” Dia memegang kedua lenganku. “Bukankan kamu akan bahagia jika kita berpisah? Kamu sendiri yang mengatakan kalau kamu tidak mengharapkan diriku.” Aku selalu mengingatkan apa yang pernah dia ucapkan. “Aku nggak akan menceraikanmu.” Kalimat itu membuatku tidak mengerti dengan apa yang Farid pikirkan saat ini. “Mau kamu apa? Aku mohon, jangan siksa aku seperti ini. Kita tidak mungkin bertahan dengan hubungan palsu ini.” “Hubungan kita tidak palsu. Pernikahan kita sah di mata agama maupun hukum.” “Tapi hubungan yang kita jalani tida
🏵️🏵️🏵️ “Makanya jangan ngeyel. Aku udah minta kamu tidur di sana, eh, malah diam aja.” Farid menunjuk ke arah tempat tidur. “Tapi nggak harus dengan cara kasar. Kamu selalu saja ingin menyakitiku.” Farid pun duduk di sofa. Sementara aku langsung berdiri lalu melangkah hendak menuju tempat tidur. Akan tetapi, sebelum aku jauh melangkah dari hadapan Farid, dia meraih tanganku. Aku pun berhenti. “Aku minta maaf, Key.” Sungguh, aku tidak mengerti dengan sikapnya. “Untuk apa minta maaf? Bukannya kamu ingin selalu menyakitiku dari awal kita menikah? Aku tahu kalau kamu sengaja melakukan itu karena kamu tidak mengharapkanku. Kamu nggak perlu melakukan itu lagi, aku sudah ikhlas jika harus berpisah denganmu.” Aku makin yakin untuk mengakhiri hubungan kami karena saat ini Kenzo telah kembali. Tiba-tiba Farid menarikku hingga terduduk di sampingnya. “Kenapa kamu harus mengucapkan kata perpisahan padaku? Aku akan mengingatkan kamu kalau aku tidak akan menceraikanmu. Ingat itu.”
🏵️🏵️🏵️Akhirnya, Kenzo dan Nayla resmi menyandang status sebagai pasangan suami istri hari ini. Aku melihat kebahagiaan terpancar di wajah adik iparku tersebut. Aku berharap agar pernikahannya dengan Kenzo langgeng hingga ke akhir hayat.Setelah acara resepsi selesai, aku dan Farid langsung menuju kamar, sedangkan Rafa sudah tertidur pulas digendongan papanya. Farid pun merebahkan sang buah hati kami ke tempat tidur. Sementara aku dan laki-laki tampan itu membersihkan badan secara bergantian ke kamar mandi. Sekarang giliran dia, dan aku memilih berbaring di tempat tidur.Aku kembali mengingat apa yang Kenzo ucapkan dua minggu yang lalu. Aku tidak mengerti dengan jalan pikirannya. Ucapannya menggambarkan seolah-olah dia ingin mengikutiku hingga akhirnya menikahi Nayla. Apa mungkin ini hanya perasaanku saja?Kenzo tidak tahu kalau Farid sudah percaya kepada dirinya untuk membahagiakan Nayla. Farid menganggap Kenzo sebagai laki-laki yang mampu bertanggung jawab karena bersedia menerim
🏵️🏵️🏵️ Di satu sisi, aku mengerti bagaimana perasaan Farid saat kesalahpahaman di antara kami terjadi dulu hingga mengakibatkan perpisahan. Namun di sisi lain, aku juga tidak suka jika dirinya selalu mengungkit masa lalu. Aku ingin menjalani kehidupan rumah tangga kami tanpa adanya bayang-bayang masa lalu. Aku berharap agar Farid memercayai istri yang telah memberikan cinta kepadanya. Dia harus tahu kalau aku sangat bangga memiliki suami seperti dirinya. “Sayang, kamu tahu, nggak?” Aku memainkan rambut Farid. “Apa, Sayang?” Dia mengusap-usap pipiku. “Aku bangga memiliki suami seperti dirimu. Jadi, aku harap kamu tidak akan cemburu lagi mengingat masa laluku.” “Iya, Sayang. Aku juga merasa menjadi pria paling beruntung memiliki istri sepertimu. Jangan ada rahasia di antara kita. Aku janji akan selalu mencintaimu.” Aku sangat bahagia melihat perubahan Farid yang jauh berbeda dari yang dulu. Kini, dia berubah menjadi sosok yang sangat perhatian dan penyayang. Dia tidak pernah la
🏵️🏵️🏵️ “Iya, Sayang. Memangnya kenapa?” Farid justru bertanya. “Aku, sih, senang. Tapi aku heran lihat perbahanmu. Bukankah selama ini kamu benci banget sama Kenzo?” “Aku akan mengubur kebencian itu demi Nay, Sayang. Semoga dia yang terbaik untuk Nay.” “Syukur, deh, kalau kamu akhirnya mikirin apa yang terbaik untuk Nay.” “Sebenarnya ada sesuatu yang membuatku ingin marah padamu, tapi aku nggak kuasa.” “Kok, marahnya ke aku?” Aku tidak mengerti apa yang Farid pikirkan. “Kamu menutupi rahasia besar dari suamimu.” Wajah Farid tampak serius. “Rahasia besar? Maksudnya?” Aku tidak mengerti apa maksud laki-laki itu. “Hubungan Nay dan pria masa lalunya.” Aku berpikir, apa mungkin Nayla telah menceritakan kebenaran kepada kakaknya tersebut? “Hubungan yang seperti apa?” Aku bersikap seolah-olah tidak mengetahui apa yang terjadi terhadap Nayla. “Kenapa kamu masih berpura-pura, Sayang?” “Jadi, aku harus bilang apa? Aku nggak berani cerita tentang duka yang Nay rasakan. Aku nggak ma
🏵️🏵️🏵️ Dua minggu berlalu setelah aku melahirkan. Aku benar-benar merasakan kebahagiaan yang luar biasa karena memiliki buah hati tercinta. Pun dengan Farid yang tidak ingin jauh dari Rafa apabila sudah pulang kantor. Seperti saat ini, Farid dengan bangganya memangku putra kami di taman belakang setelah dirinya kembali dari aktivitas rutin di kantor. Aku juga turut duduk di sampingnya. Dia makin menunjukkan perhatiannya sebagai seorang suami terhadap diriku. Dia mengaku sangat bangga memiliki istri yang telah melahirkan anaknya. Aku benar-benar tidak melihat lagi sifat egois dan sikap dingin yang dulu dia tunjukkan kepadaku. Kini, dia berubah menjadi sosok yang selalu lembut dan mengalah terhadap istri. “Gantengnya anak Papa.” Farid mengusap pipi Rafa sambil berbicara. “Siapa dulu, dong, yang ngelahirin.” Aku mencoba menggodanya. “Iya, dong. Mamanya cantik.” Dia membelai rambutku. “Wanita terbaik yang bersedia mendampingi hidupku.” Aku tidak kuasa memandang tatapan sendunya.
🏵️🏵️🏵️ Aku tidak mengerti kenapa perutku tiba-tiba sakit, padahal sebelumnya tidak pernah mengalami hal seperti ini. Apa mungkin aku akan segera melahirkan? Rasa sakit itu makin sering muncul. “Aku panggilin Mami, ya, Kak.” Nayla pun keluar dari kamarku. Tidak sampai lima menit, mami mertua dan Nayla akhirnya memasuki kamar. Wanita paruh baya itu memintaku untuk bertahan karena beliau akan menghubungi Farid. Dia pun berbicara dengan putranya tersebut di telepon. “Rid, kamu pulang sekarang. Sepertinya Key akan melahirkan.” Setelah menyampaikan kalimat tersebut, beliau pun menutup telepon. Sekarang tidak hanya perutku yang sakit, tetapi pinggang juga. Nayla mengusap-usapnya, ternyata cara itu dapat mengurangi sedikit rasa sakit. Sementara mami mertua mengelus-elus perutku. “Key gimana, Mih?” Farid pun akhirnya tiba di rumah. Dia langsung menghampiriku. “Kita ke rumah sakit aja sekarang, Rid.” Mami mertua tampak panik. “Iya, Mih.” Farid memapahku keluar kamar menuju mobilnya ya
🏵️🏵️🏵️ “Iya, Sayang. Dia udah nggak sabar untuk keluar. Dia juga harus tahu kalau papanya juga udah pengen banget gendong dia.” Dia mengusap-usap perutku. “Mamanya juga, dong.” Aku turut menimpali. “Iya, deh. Nggak mau kalah. Padahal dulu paling penurut sama suami.” Dia menjauhkan tangannya dari perutku lalu mengusap pipiku. Aku berharap dia sudah lupa dengan kedatangan Kenzo ke rumah ini. “Dulu kamu galak, sering marahin aku. Aku takut, dong.” “Kasihan. Tapi sekarang udah mulai ngelawan.” “Bukan ngelawan, tapi kasih pendapat.” “Tapi aku bahagia dengan perubahan sikap kamu, Sayang. Aku merasa kalau cintaku benar-benar udah sempurna karena dapat balasan darimu.” “Pintar lebay sekarang. Cuek dan egoisnya ke mana?” “Berubah jadi sayang sejak dicintai istri.” “Nggak nyangka, ya, ternyata cowok dingin bisa hangat juga.” “Kamu yang hangatin, Sayang.” Dia memainkan mata kirinya lalu mendekatkan wajahnya. “Mulai lagi, deh.” Aku sangat tahu apa yang Farid inginkan. Tidak masalah
🏵️🏵️🏵️ Malam ini suasana tampak indah, bulan dan bintang telah menunjukkan sinarnya yang terang. Namun, setelah melihat kehadiran Kenzo, aku tiba-tiba tidak menikmati keindahan itu lagi. Saat ini, aku justru khawatir jika Farid menunjukkan sikap egoisnya. Entah kenapa Farid tidak mencoba membuka diri untuk melupakan kejadian di masa lalu, padahal aku sudah berusaha meyakinkan dirinya kalau Kenzo tidak berarti lagi untukku. Dia tidak lebih dari seorang teman lama. Aku ingin mengatakan kepada Farid agar dirinya memberikan kesempatan kepada Kenzo untuk mencintai wanita lain. Kebetulan sekarang Kenzo dekat dengan Nayla. Setiap orang berhak untuk memiliki pilihan. Itu yang aku tahu. Jika aku memberikan saran kepada Farid, aku tidak yakin kalau dia akan menerimanya begitu saja. Apalagi ini berkaitan dengan Kenzo, lelaki yang pernah istrinya cintai. Farid pria yang sulit menerima pendapat orang lain. “Ada perlu apa ke sini, Bro?” Farid pun mengeluarkan suara khasnya, tegas. “Aku ingi
🏵️🏵️🏵️ “Bunga! Kamu sama siapa?” Aku langsung berdiri, lalu menghampiri adikku satu-satunya tersebut. Kami pun berpelukan. Saat hati ini terluka melihat sikap sang adik ipar, tiba-tiba adik kandung datang untuk mengobati. Bunga segera menyalami kedua mertuaku dan Farid. Aku memintanya sarapan, tetapi dia menolak karena akhir-akhir ini selera makannya berkurang. Aku berpamitan lalu beranjak menuju kamar bersama Bunga. Kami memilih duduk di sofa agar dapat melihat keluar dan merasakan hangatnya sinar mentari pagi. Kami pun mulai berbincang dan tertawa. “Hamil Kakak udah gede, ya. Kita udah beberapa bulan nggak ketemu. Kalau video call, Kakak nggak pernah nunjukin perutnya.” Bunga mengusap perutku. “Delapan bulan. Kakak gemukan, nggak?” “Biasanya aja, sih, menurutku. Gemuk perutnya aja.” “Nggak nyangka, ya, awalnya nikah dengan laki-laki bukan pilihan, tapi sekarang justru mengandung anaknya.” “Tapi sekarang udah pilihan, dong.” Bunga memainkan alisnya sambil tersenyum. “Iya.
🏵️🏵️🏵️ Jika ada yang bertanya saat ini seperti apa wajah yang Farid tunjukkan, aku akan menjawab mirip udang rebus. Entah kenapa tiba-tiba dia menunjukkan reaksi seperti orang yang sedang menahan amarah melihatku. “Kamu kenapa?” tanyaku kepada laki-laki itu. Aku pun bangun dari rebahan lalu bersandar ke sandaran ranjang. “Sepertinya kamu sengaja ingin tetap membuatku cemburu. Kenapa, Sayang?” Entah tuduhan apa lagi yang dia tujukan kepadaku. “Maksud kamu apa, sih?” Aku tidak mengerti dengan apa yang Farid katakan. “Lihat ini.” Dia pun memberikan ponselku. Aku membaca pesan masuk di benda pipih tersebut, terdapat nama Kenzo di layar. Dari mana pria itu mendapatkan nomor kontak baruku? Padahal aku sudah menggantinya sejak kejadian Farid mengusirku dari rumah. [Entah kenapa takdir kembali mempertemukan kita. Padahal sebelumnya, aku nggak tahu kalau Nay adik iparmu. Tapi kamu jangan salah sangka, aku sama sekali nggak punya maksud lain. Aku benar-benar tertarik pada Nay setela