Para karyawan the Himalaya Resort yang sudah mengenal Ananta sejak lama itu terlihat bingung.Namun, Sherly yang menjawab ucapan salah satu anak buahnya itu, "Apa yang tidak mungkin? Kini setelah melihat ternyata Pak Mikael menikahi Ananta, semua hal itu mungkin terjadi termasuk Sean yang ternyata putra kandung mereka berdua."Wanita itu juga tengah melihat betapa miripnya Sean dan Mikael sehingga dia berpikir semuanya sangat mungkin.Alexa punikut menanggapi juga, "Benar. Aku baru sadar kalau wajah mereka begitu sangat mirip, seolah Sean itu adalah versi muda dari Pak Mikael. Ya enggak?"Ternyata bukan hanya Alexa dan Sherly saja yang mendukung pendapat Handi, tetapi kemudian Cindy juga beranggapan, "Kalian benar. Kemungkinan besar Sean memang putra kandung Pak Mikael. Rambut sama, warna mata juga sama. Dan lihatlah senyum mereka, sama persis."Dia lalu melanjutkan dengan cepat, "Kalau saja kalian semua masih ingat, di saat Sean kecelakaan w
"Tentu, tentu saja, mari bicara," balas Desta seakan mendapatkan apa yang dia inginkan. Sungguh Haruka tidak pernah menyangka bila laki-laki yang menurutnya sangat kaku seperti Andrew itu bisa terpancing dengan apa yang dilakukan oleh Desta.Padahal, beberapa waktu yang lalu Andrew terlihat masih tidak menyukainya dan bahkan sangat terganggu jika ada dirinya di sekitar orang itu. Awalnya Haruka mengira bila Andrew kemungkinan besar memang sama sekali tidak menyukai dirinya. Tetapi, melihat cara Desta menggoda laki-laki itu dan ekspresi yang ditunjukkan oleh Andrew, Haruka ingin sekali percaya bahwa Andrew memiliki perasaan untuk dirinya.Semoga kamu benar-benar menyukaiku, orang kaku! Haruka membatin.Andrew kemudian mengajak Desta untuk berbicara di bagian pinggir gedung agar tak ada yang mengganggu mereka."Baiklah, sekarang kita sudah berdua saja. Apa yang ingin Anda bicarakan dengan saya?" Desta bertanya dengan tatapan santai.Andrew heran sekali melihat ada orang yang begitu t
Mikael Alexander pun kemudian segera menceritakan tentang bagaimana dia dulunya pernah bertemu dengan Ananta di suatu klub malam secara tidak sengaja.Setelah itu dia melanjutkan ceritanya tentang bagaimana Ananta akhirnya terusir dari keluarga besar itu sampai akhirnya harus hidup hanya berdua dengan putra mereka hingga kemudian bertemu dengan Mikael setelah bertahun-tahun lamanya.Saat mendengar cerita itu, Helen sontak membungkam mulutnya sendiri karena terlalu terkejut. Rasa tak percaya langsung menguasai dirinya."Mike, kau ini sedang tidak mengarang sebuah cerita kan? Bukan kisah dalam novel kan yang sedang kamu katakan ini?" ucap Helen rasanya masih terlihat sulit untuk mempercayainya.Mikael berkata setelah menghela napas, "Helen, tentu saja itu nyata. Untuk apa aku mau repot-repot mengarang cerita? Apa menurutmu aku memiliki waktu luang yang begitu sangat banyak untuk membaca novel lalu menceritakannya kepadamu?"Sungguh dia tak berpikir bila kakaknya akan berpikir konyol sep
Rasa takutpun segera menyergap Liana. Terlihat sangat jelas tak begitu jauh di depan matanya ada sebuah pemandangan di mana sebuah keluarga begitu saling menyayangi. Jelas dia bahkan sudah kalah jauh sebelum dia bertarung untuk mendapatkan hati Mikael Alexander. Dia kalah telak. Sudah sangat mustahil baginya merebut hati Mikael.Wanita itu bahkan tak sanggup untuk memikirkan apa yang harus dia lakukan selanjutnya karena saking terkejutnya."Astaga, mengapa aku bisa sebodoh ini? Kenapa aku tidak mengetahui apapun padahal semuanya sudah terpampang dengan begitu sangat jelasnya?" Wanita itu menggumam sendirian tetapi karena tak mau terlihat berada di sana oleh Ananta, dia segera memilih untuk pergi dari tempat itu dengan tergesa-gesa."Eh, kenapa dia?" tanya seorang calon karyawan.Salah seorang temannya menanggapi, "Dia pasti sangat kaget sekali. Terlalu malu mungkin, jadi sampai memilih untuk pergi.""Ya lagian dia itu tadi somnbong banget, sampai heran sendiri aku. Kok bisa ada oran
Mendengar pernyataan dari Ananta, tentu saja seketika membuat semua orang yang ada di tempat itu terkejut bukan main.Vina menjadi orang pertama yang berani membuka mulut. "Apa kata Mbak Nanta? Mbak Nanta istri Mikael? Bagaimana bisa?""Dan apa kata Mbak tadi? Direktur utama? Apa maksudnya lagi itu?" tanya Vina.Ananta sungguh tak menyangka akan berhadapan dengan adiknya seperti ini lagi. Sungguh, tak sekali pun dia pernah berpikir untuk menyakiti keluarganya.Akan tetapi, dia harus melakukannya. "Apa kamu tadi tidak dengar apa yang aku katakan, Vin? Aku ... istri Mikael Alexander. Masa kurang jelas?" tanya Ananta.Vina ternganga. Masih kesulitan menerima kenyataan tapi sebelum dia sempat membalas ucapan sang kakak, Ananta dengan cepat berkata, "Aku direktur utama yang akan menggantikan papa."Wanita itu segera menoleh ke arah sang papa dan terlihat sedih karena harus mengatakan hal itu, tapi Ananta memilih untuk meneguhkan hati dan mengabaikan rasa empatinya sedikit dalam hal ini.J
Hi, pembaca Zila yang baik. Terima kasih sudah mengikuti kisah ini hingga di chapter 100. Sekarang kita lanjut ke season 2 yah. Season 2 ini kita pindah ke London, di mana Mikael, Ananta dan Sean menjalani hidup baru di sana. Jadi, jangan heran ketika banyak sekali tokoh baru yang muncul dan bahkan tidak ditemukan di season 1. 90 persen memang baru. Namun, itu semua demi keperluan cerita ya Readers, tidak diada-ada. Disesuaikan dengan konteks cerita kok. Semoga suka ya dan tetap tungguin selalu update-nya yah. Buku ini update setiap hari. Namun, jika libur, diusahakan hanya libur satu kali dalam satu minggu. Salam hangat dari Zila Aicha
London, 3 tahun kemudian"Ma, apakah papa akan mengantarkan aku ke sekolah?" tanya Sean di suatu pagi.Ananta mencoba untuk tetap tersenyum pada sang putra, "Maaf, Sayang. Papa masih tidur. Hari ini tak bisa mengantar Sean ke sekolah. Sean sama Mama saja ya?"Sean terlihat begitu sangat kecewa atas ucapan sang mama, tapi bocah kecil yang saat ini sudah berusia delapan tahun itu mengangguk paham ke arah sang ibunda."Oh iya apa kita akan mampir ke rumah Bibi Helen saat pulang nanti?" tanya Sean yang sudah sangat merindukan adik sepupunya."Belum bisa, Sayangku. Mama ada janji dengan teman Mama, besok saja ya, Nak?" balas Ananta terlihat tidak enak.Akan tetapi, sekali lagi Sean mengangguk paham. Bocah itu seakan tak ingin membuat sang mama kerepotan sehingga memilih untuk menerima semuanya."Anak pintar," puji Ananta sambil mengelus rambut putranya.Setelah selesai sarapan, Ananta segera meminta pelayan untuk membawa tas milik sang putra ke mobil, sementara dirinya mengambil tasnya di
Mengapa ada bunga ini di sini, Mike? Bunga itu ... untuk siapa?Segala pikiran buruk mulai menguasai otak di dalam kepala cantik Ananta. Wanita yang sedang tidak bisa tenang itu kemudian keluar dari dalam mobil dengan sedikit linglung.Daniel dan Rodrigo sampai saling lempar tatap, terlihat cemas dengan keadaan sang nyonya. Tetapi dua orang pengawal yang sama-sama merangkap menjadi sopir itu tak berani membuka mulut mereka untuk bertanya."Rodrigo, apa Sir Mikael masih di dalam?" tanya Ananta."Masih, Madam." Rodrigo menjawab.Ananta mengangguk dan kemudian dia memerintah, "Tutup mobilnya!"Setelah memberi perintah pada Rodrigo, dia beralih pada Daniel, "Daniel, kembalilah ke pos, aku akan masuk ke dalam.""Baik, Madam," sahut Daniel.Ananta pun berjalan sembari masih menggenggam satu kelopak mawar di tangan kanan. Jantungnya sudah berdetak tidak karuan. Sungguh, dia takut menghadapi kenyataan yang mungkin berakhir menyakitkan.Dia belum sanggup. Astaga, dia mulai teringat akan masa
Justin pun segera menjelaskan lebih lanjut perihal cara menelepon Alan Samudera. Keesokan harinya, di hadapan sama orang, kecuali putranya, Sean, Ananta melakukan sebuah panggilan pada Alan. Terlihat Mikael awalnya tidak suka melihat istrinya menelepon mantan pacarnya dulu tetapi dia tidak bisa memprotesnya. "Alan, ini aku ... maaf, aku harus melakukan ini," kata Ananta mengawali panggilan itu. Tentu saja dalam layar itu Alan terlihat begitu sangat terkejut. Tetapi, laki-laki itu malah langsung bertanya, "Vina. Bagaimana keadaan Vina, Nanta?" Anehnya wajah laki-laki itu terlihat begitu sangat sedih sehingga Ananta cepat-cepat menceritakan masalah tentang Vina. Betapa terkejutnya pria itu kalau mendengar kondisi mantan istrinya itu, tanpa menunda-nunda lagi dia berkata, "Aku akan segera pergi ke Indonesia dan menjenguk dia." Tak disangka-sangka oleh keluarga Wiriyo, Alan Samudera tampak tak menghindar dari mereka dan bahkan telah memutuskan untuk membantu mereka. "Aku tidak meny
Ananta memejamkan matanya seolah mencoba untuk tetap kuat. Dia tak boleh terlihat lemah di depan suaminya itu, meskipun kenyataannya dia saat ini memang sedang melemah.Wanita itu tak membalas sepatah kata pun perkataan suaminya hingga kemudian Mikael Alexander menghentikan ucapannya sendiri. Dia tak lagi melanjutkan perkataan kejamnya.Ketika dia melihat istrinya sedang menutup matanya dan bahkan dia bisa melihat bagaimana tubuh Ananta sedikit bergetar karena mendengarkan perkataannya itu, Mikael segera mundur ke belakang dan memegang kepalanya dengan rasa frustrasi yang sangat mengganggunya."Astaga, apa yang sudah aku lakukan?" gumam Mikael yang kini menatap istrinya dengan penuh penyesalan.Ananta bahkan belum berani membuka mata sehingga Mikael kini kembali melangkah ke depan lalu mendekati istrinya dengan perlahan. Dia ingin merengkuh istri tercintanya itu dan menenangkannya."Sayang, maafkan aku. Aku-""Tidak apa-apa," ucap Ananta yang langsung mundur ke belakang setelah dia ta
"Begini, Madam. Kami bisa membantu Anda dengan membuat sebuah tawaran kerjasama dengan perusahaan beliau," kata Justin.Ananta segera mengerutkan keningnya, "Maksud Anda? Anda berniat untuk menawarkan sebuah kerjasama palsu pada Alan?"Justin berdeham kecil saat idenya itu dikatakan demikian, tetapi dia tidak memiliki hak untuk tersinggung karena memang sebutan itu memang tepat."Ini demi menjaga kerahasiaan tujuan Anda, Madam," ucap Justin dengan nada yang terdengar sedikit agak malu.Sebagai seorang detektif, sudah menggunakan berbagai cara dan bahkan dengan cara yang kotor sekalipun untuk menuntaskan kasus-kasusnya.Tidak sekali hanya dua kali dia kerap melakukan sebuah tipu daya agar dia bisa menjebak orang yang dia incar. Akan tetapi, baru sekarang ini dia merasa begitu sangat malu dan tidak nyaman setelah mendengar ucapan dari Ananta Alexander.Dia tidak mengerti. Yang dia ketahui pendapat wanita itu seakan langsung mudah membuatnya goyah.Ada apa denganmu sebenarnya, Justin? Ka
"Luar negeri. Aku yakin dia tidak mungkin berada di Indonesia. Jadi, memang satu-satunya tebakan yang mungkin paling benar adalah dia berada di luar negeri selama ini," kata Alma. "Itu masuk akal. Kalau hanya di dalam negeri tak mungkin informan kita sampai tak berhasil melacak keberadaannya walaupun hanya sedikit," kata Johan. Belinda menganggukkan kepalanya setelah dia memahami semua itu. "Kalau begitu detektif swasta yang disewa oleh Ananta sangatlah bagus karena mereka bisa menemukan keberadaan Alan hanya dalam waktu yang cukup singkat." Sementara itu Ananta yang masih di tengah jalan mengemudikan mobilnya dengan tidak sabar. Dia ingin segera mengetahui informasi tentang Alan dan ingin melakukan apa yang dia inginkan. Begitu sampai di kantor detektif swasta tersebut yang tak terlalu jauh dari rumahnya atau hanya sekitar 15 menit perjalanan menggunakan mobil tanpa kemacetan, Ananta melihat Vincent yang sedang duduk di depan seolah sedang bersantai. Vincent segera berdiri ketik
Dari panggilan itu Mikael menjelaskan, "Maafkan aku, Sayang. Aku sedang begitu sangat sibuk.""Sampai kamu lupa mengabari istri dan anakmu? Yang padahal sedang jauh dari jangkauanmu?" ucap Ananta sinis.Mikael terdiam selama beberapa saat hingga kemudian pria itu kembali berkata, "Maaf, Nanta. Aku benar-benar sedang tidak bisa menghubungi kamu kemarin dan baru sekarang aku bisa menghubungimu."Ananta menghela napas panjang. Kali ini dia benar-benar tidak bisa memahami apa yang sedang dikerjakan oleh suaminya itu.Dia pun juga tak bisa mencari tahu lebih banyak karena keterbatasan yang dia miliki. Dia sudah tidak memiliki Helen dan juga dia pun tak memiliki orang lain yang bisa dia tanyai mengenai sang suami.Menurutnya sangat percuma untuk mendesak Mikael berkata yang sebenarnya."Hm, lalu apa kau akan pergi ke Indonesia atau tidak?" tanya Ananta."Aku tentu saja akan pergi. Bagaimana mungkin aku membiarkan kamu dan Sean sendirian di sana?" ucap Mikael.Nyatanya kamu bahkan lepas kami
Haruka menatap sahabatnya itu dengan seksama, "Boleh. Kamu boleh melakukan apa saja jika itu bisa membantumu, asalkan jangan lupakan satu hal, Nanta."Wanita itu tentu saja tak mau jika sahabatnya itu sampai salah melangkah sehingga dia mencoba untuk memberikan beberapa saran agar masalah yang dihadapi oleh sahabatnya itu bisa terselesaikan tanpa adanya penyesalan ataupun kesalahan lain yang mungkin dia perbuat.Ananta cepat-cepat membalas, "Apa, Haruka?"Haruka menahan napas dan kemudian menghembuskannya secara perlahan, "Ketika kamu sudah mendapatkan bukti yang kamu inginkan itu, kamu tidak boleh goyah. Jangan pernah sekalipun kamu berpikir untuk mundur jika semuanya sudah tersaji di depan mata."Haruka mengamati perubahan ekspresi Ananta dan kini dia yakin bila kali ini sarannya sudah tepat sasaran.Ananta menelan ludahnya dengan gugup ketika dia teringat bagaimana dia membatalkan penyelidikannya kala itu.Padahal hanya satu langkah saja dia pasti sudah tahu apakah suaminya itu mem
Namun, Alan tahu percuma saja dia berpikir karena nyatanya semua yang ada di dalam kepalanya itu tak pernah bisa dia lakukan.Dia lalu memutuskan untuk lanjut berjalan melihat-lihat pemandangan sekitar dan larut dalam dunia yang menurutnya tak sedikitpun bisa menyembuhkan hatinya itu.Sementara itu, Ananta masih menunggu kabar dari sang detektif muda untuk informasi selanjutnya. Pagi itu, Ananta memilih untuk berkunjung ke kediaman Haruka bersama dengan Sean serta seorang sopir keluarga besarnya."Kamu yakin hanya pergi dengan sopir saja, Nanta? Nggak apa-apa, Nanta?" tanya Johan dengan wajah terlihat tidak tenang.Ananta tersenyum pada sang ayah, "Papa nggak perlu khawatir. Ananta bisa sendiri kok. Sama sopir udah cukup. Lagipula, sekarang jarak ke kota itu bisa ditempuh lebih cepat kan?"Johan pun akhirnya melepaskan putri sulungnya itu untuk pergi ke kota di mana Haruka tinggal.Perjalanan itu tak memakan waktu lama dan hanya ditempuh sekitar satu jam lebih saja."Tante," seru Sea
Justin mendengus keras sebelum kemudian menanggapi perkataan Vincent, "Takdir? Takdir yang bagaimana maksudmu?"Tatapannya penuh dengan kebingungan sehingga Vincent pun tak tahan untuk segera menjelaskan."Hm, takdir di antara sepasang muda mudi yang bertemu karena ketidaksengajaan dan-""Jangan gila! Dia sudah memiliki seorang suami dan bahkan anak," sambar Justin cepat agar temannya itu tak lagi berpikir macam-macam.Dia tak mau bila Vincent membayangkan hal yang bukan-bukan.Vincent terlihat terkejut dengan ucapan Justin dan langsung saja dia melihat file yang diisi oleh Ananta tadi."Ah, kau benar. Dia memang sudah menikah dan memiliki seorang anak. Hm, sungguh aku pikir dia itu masih single," kata Vincent masih terlihat sulit percaya.Justin menaikkan alis kanannya lalu menatap Vincent dengan tatapan aneh.Vincent terkikik geli lalu berkata, "Ayolah, dia memang terlihat masih begitu sangat muda kan? Sangat cantik dan tidak terlihat seperti seorang wanita yang telah memiliki seora
"Iya, Pa. Bagaimana menurut Papa?" tanya Ananta tanpa sedikitpun ragu.Johan menggelengkan kepalanya, "Entahlah. Papa belum pernah menggunakan detektif swasta. Jadi, Papa tidak bisa memberikan kamu pendapat."Ananta mengangguk mengerti, "Nanta pernah menyewa detektif swasta di London dan mereka sangat membantu Ananta."Tetapi, Johan terlihat sanksi. "Nanta, kamu tidak bisa membandingkan negara yang pernah kamu tinggali itu dengan Indonesia. Kamu tahu juga kan kalau di sini masih sangat jarang orang yang menggunakan jasa detektif swasta?" Ananta bukannya tidak tahu tetapi justru karena itulah dia sangat ingin menggunakan jasa detektif swasta."Tidak masalah, kita bisa mencobanya walaupun kita masih belum tahu bagaimana cara kerja detektif swasta di sini," kata Ananta.Johan pun hanya bisa mendesah dan berkata, "Baiklah, kalau memang itu yang kamu inginkan, Papa hanya bisa memberikanmu informasi mengenai beberapa kantor detektif swasta yang mungkin bisa kamu pilih."Ananta mengangguk s