"Nggak penting aku tahu dari mana. Yang sekarang aku mau tahu adalah jawaban kamu," pungkas Alan.Vina seketika gelagapan karena tak tahu bagaimana harus menjawab pertanyaan Alan.Bahkan, hanya dari nada suaranya saja, Vina bisa langsung tahu jika saat ini Alan begitu sangat marah kepadanya.Dikarenakan wanita itu tak kunjung membalas ucapannya, Alan pun kemudian berkata, "Kita bicara di Apple restaurant siang ini."Tak menunggu balasan dari Vina, pria itu sudah dengan cepat memutuskan panggilan telepon itu.Begitu selesai memanggil sama istri, Alan sontak melempar ponselnya dengan begitu sangat kesal.Dia pun beralih menoleh ke arah Bagus, salah satu anak buah yang paling dia percayai."Sekarang di mana posisi Vina?" tanya Alan."Masih di perjalanan, Pak. Tak terlalu jauh dari the Himalaya Resort."Alan menggigit bibir bawahnya karena mulai frustrasi. "Harusnya aku tahu kalau wanita itu akan berbuat nekat. Sebenarnya apa yang ada di dalam kepalanya sampai menemui Ananta lagi?"Namun,
Bagus pun segera mengatakan hasil dari pencariannya kepada Alan yang memang sudah menunggunya. Alan pun seketika langsung saja bergegas menuju ke rumah dari orang yang telah ditemui oleh istrinya itu."Kita lihat, sebenarnya apakah dia memang benar-benar setia kepadaku atau sebenarnya hanya bualan saja," ujar Alan.Sungguh dia akan senang bila mendapati istrinya ternyata berselingkuh darinya. Itu bisa menjadi salah satu cara yang bisa dia gunakan untuk lepas dari Vina Wiriyo.Meskipun ini bukan berarti bila dia akan mengejar-ngejar Ananta lagi, tapi setidaknya bisa lepas dari wanita yang tidak bisa dia cintai itu akan membuatnya lega.Di sisi lain saat ini Mikael Alexander baru saja turun dari mobiln mewahnya yang seharga enam miliar rupiah ditemani oleh Andrew yang selalu berada di sampingnya.Bukan karena Mikael satu-satunya yang menjadi pemilik mobil mewah itu tapi masalahnya adalah itu mobil keluaran jenis terbaru sehingga beberapa orang yang mengetahui tipe mobil itu menjadi tak
Di samping sang pembawa itu ada dua badut yang membuat perayaan ulang tahun itu semakin meriah. Ananta yakin putranya sangat menikmati acara itu dikarenakan dia pun juga menyukai badut.Bahkan, secara khusus beberapa waktu yang lalu Sean mengatakan jika perayaan ulang tahunnya yang berikutnya dia ingin melihat badut."Pertanyaannya sangat mudah sekali, Nanti kalian tinggal angkat tangannya dan kemudian maju untuk mengucapkan jawabannya." Ananta tersenyum melihat putranya yang terlihat begitu sangat antusias di sana."Oke, sekarang pertanyaan pertama ya. Ini tentang warna pelangi. Hayo, berapakah jumlah warna di dalam pelangi kita?" tanya seorang pembawa acara itu.Tanpa diduga ternyata begitu banyak sekali anak-anak yang mengangkat tangan dan terpaksa mereka harus mengambil salah seorang yang tercepat.Seorang gadis kecil maju ke depan dan kemudian menyebutkan 7 warna yang ada di dalam pelangi itu dengan tepat."Hebat. Kak Nadia dapat hadiah dari Kak Sherina ya."Anak yang sedang mer
Sean melihat wajah ibunya yang tampak bingung tetapi berkali-kali tetap tersenyum kepadanya ketika mereka berdua sudah sampai di rumah. Sebelumnya, di dalam perjalanan sang ibu sama sekali tidak mengajaknya berbicara dan dia pun juga tidak ingin mengganggu sehingga dia memilih untuk diam saja.Sean tahu pasti sang ibu sedang memikirkan kejadian yang telah terjadi di daycara itu."Ma, maafkan Sean ya." Bocah kecil itu tiba-tiba saja berkata dengan tatapan sedih pada sang ibu.Melihat sang putra menampilkan ekspresi seperti itu tentu saja membuat Ananta menjadi ikut bersedih, "Kenapa kamu harus minta maaf, Sayang? Sean nggak salah apa-apa.""Tapi Sean yang udah buat Mama sedih gara-gara tadi di daycare."Ananta merasa sangat bodoh karena telah membuat putranya menjadi kebingungan karena emosi sesaatnya. Jelas sekali semua yang terjadi bukanlah kesalahan Sean, tapi para staf di daycare yang seharusnya tahu dengan benar hal-hak yang terlarang.Wanita cantik itu pun segera menghempaskan s
Tergagap Ananta saat dia membalas, "Tentu saja saya tidak begitu, Sir.""Ah, kalau begitu kamu lebih suka aku berada di sini?" balas Mikael dengan senyum tertahan di bibir seakan memang sengaja ingin mengoda wanita cantik itu dengan senyumnya yang menawan.Ananta langsung saja kesal. Wajah Mikael yang sekarang sangat jauh berbeda dengan wajahnya yang selalu diperlihatkannya biasanya. Saat ini wajah Mikael tampak polos dan hangat.Tapi Ananta telah sadar dirinya ini sedang dijebak. Dia pun berusaha untuk mengabaikan wajah Mikael dan segera saja membalas, "Sir, maaf. Saya sepertinya harus segera menyelesaikan beberapa tugas ini."Dia berkata tanpa memandang ke arah Mikael dan hal itu membuat Mikael menjadi terheran-heran.Hm, apakah itu caramu ketika kamu sedang terpojok, Ananta? Mengalihkan topik karena sudah tidak bisa membalas ucapanku? Mikael membatin.Menarik! puji pria itu di dalam hatinya.Bagi Mikael, hal itu sangat menantang dan layak untuk digali lain kali jika dia memiliki w
Hati Mikael yang kelewat tidak karuan itu pun semakin menjadi-jadi. Terlebih lagi ketika Sean kembali berkata, "Kata Mama, Sean memiliki seorang papa. Tapi papa hidup jauh dari kami dan bekerja jauh juga."Dia mengatakannya dengan ekspresi wajah tanpa dosa dan Mikael tak sanggup berpaling dari tatapan itu."Mama bilang kalau Sean boleh berkata pada teman-teman kalau Sean benar-benar memiliki papa tapi ... Sean bingung saat Kakak cantik itu bertanya tentang pekerjaan papa. Sean enggak tahu."Perkataan polos itu buat Mikael menjadi orang bodoh seketika. Dia memejamkan matanya selama beberapa detik guna mengontrol emosi yang mulai bangkit dari dalam dirinya. Dikarenakan tidak sanggup menahannnya, Mikael pun dengan cepat langsung memeluk putranya itu untuk pertama kalinya. Dia harap pelukan itu bisa membunuh rasa tidak nyaman yang mulai menggeroti hatinya.Maafin Papa, Sean. Maafkan Papa. Ini semua salah Papa. Mikael membatin.Pria itu kini tahu betapa dirinya telah berbuat hal brengsek
"Tidak penting hubungan saya dengan Sean itu apa, tapi yang pasti ... Anda telah melakukan sebuah kesalahan besar dengan tidak memberitahu pihak penyelenggara atas apa yang terjadi di hari ulang tahun temannya," ucap Mikael dengan nada dingin.Kepala day care yang bernama Liana itu tentu saja terkejut dengan perkataan yang diucapkan dengan begitu datar dan penuh tuduhan itu.Terlebih lagi orang yang mengucapkannya itu menatapnya dengan tatapan menusuk seakan ingin mencabik-cabik dirinya. Ini pertama kali dirinya menghadapi orang yang begitu dominan tapi terlihat luar biasa sangat menawan seperti pria berwajah bule itu.Dia bahkan menjadi sangat gugup ketika pandangannya bertemu dengan pria yang menurutnya begitu sangat tampan seperti yang digambarkan oleh satpamnya itu.Bodohnya dia, dia tidak bertanya terlebih dahulu pada sang satpam tentang keperluan tamunya sehingga dia tidak bisa mengantisipasi apapun. "Ah, saya mengerti," ucap wanita itu pada akhirnya. "Apa yang Anda mengerti?"
Liana awalnya berpikir untuk menolak ide itu.Bagaimana mungkin dirinya yang memiliki citra yang sangat baik di depan semua orang tua dari anak yang dirawat di day care itu diminta untuk meminta maaf di depan publik?Jelas ini akan langsuk merusak reputasinya. Bisa jadi mereka tidak akan mempercayai dirinya lagi dan itu pasti akan sangat berimbas pada kelangsungan kegiatan day care.Dia tidak sanggup membayangkan apabila para orangtua menarik anak-anak mereka lagi untuk dititipkan di tempat itu. Sudah tentu hal ini akan berdampak pada ekonomi tempat itu.Oh, tetapi itu adalah pikiran yang beberapa detik yang lalu dia pikirkan. Saat dia telah berubah pikiran.Namun, begitu dia mengingat kata-kata pria asing itu yang mengatakan akan membiayai seluruh biaya yang akan digunakan saat acara itu maka pikirannya pun berubah drastis.Dia sangat tampan dan kaya, apakah mungkin aku bisa menggodanya?Sebuah pikiran itu terbersit begitu saja di dalam kepalanya.Ah, kurasa aku bisa menggodanya deng
Justin pun segera menjelaskan lebih lanjut perihal cara menelepon Alan Samudera. Keesokan harinya, di hadapan sama orang, kecuali putranya, Sean, Ananta melakukan sebuah panggilan pada Alan. Terlihat Mikael awalnya tidak suka melihat istrinya menelepon mantan pacarnya dulu tetapi dia tidak bisa memprotesnya. "Alan, ini aku ... maaf, aku harus melakukan ini," kata Ananta mengawali panggilan itu. Tentu saja dalam layar itu Alan terlihat begitu sangat terkejut. Tetapi, laki-laki itu malah langsung bertanya, "Vina. Bagaimana keadaan Vina, Nanta?" Anehnya wajah laki-laki itu terlihat begitu sangat sedih sehingga Ananta cepat-cepat menceritakan masalah tentang Vina. Betapa terkejutnya pria itu kalau mendengar kondisi mantan istrinya itu, tanpa menunda-nunda lagi dia berkata, "Aku akan segera pergi ke Indonesia dan menjenguk dia." Tak disangka-sangka oleh keluarga Wiriyo, Alan Samudera tampak tak menghindar dari mereka dan bahkan telah memutuskan untuk membantu mereka. "Aku tidak meny
Ananta memejamkan matanya seolah mencoba untuk tetap kuat. Dia tak boleh terlihat lemah di depan suaminya itu, meskipun kenyataannya dia saat ini memang sedang melemah.Wanita itu tak membalas sepatah kata pun perkataan suaminya hingga kemudian Mikael Alexander menghentikan ucapannya sendiri. Dia tak lagi melanjutkan perkataan kejamnya.Ketika dia melihat istrinya sedang menutup matanya dan bahkan dia bisa melihat bagaimana tubuh Ananta sedikit bergetar karena mendengarkan perkataannya itu, Mikael segera mundur ke belakang dan memegang kepalanya dengan rasa frustrasi yang sangat mengganggunya."Astaga, apa yang sudah aku lakukan?" gumam Mikael yang kini menatap istrinya dengan penuh penyesalan.Ananta bahkan belum berani membuka mata sehingga Mikael kini kembali melangkah ke depan lalu mendekati istrinya dengan perlahan. Dia ingin merengkuh istri tercintanya itu dan menenangkannya."Sayang, maafkan aku. Aku-""Tidak apa-apa," ucap Ananta yang langsung mundur ke belakang setelah dia ta
"Begini, Madam. Kami bisa membantu Anda dengan membuat sebuah tawaran kerjasama dengan perusahaan beliau," kata Justin.Ananta segera mengerutkan keningnya, "Maksud Anda? Anda berniat untuk menawarkan sebuah kerjasama palsu pada Alan?"Justin berdeham kecil saat idenya itu dikatakan demikian, tetapi dia tidak memiliki hak untuk tersinggung karena memang sebutan itu memang tepat."Ini demi menjaga kerahasiaan tujuan Anda, Madam," ucap Justin dengan nada yang terdengar sedikit agak malu.Sebagai seorang detektif, sudah menggunakan berbagai cara dan bahkan dengan cara yang kotor sekalipun untuk menuntaskan kasus-kasusnya.Tidak sekali hanya dua kali dia kerap melakukan sebuah tipu daya agar dia bisa menjebak orang yang dia incar. Akan tetapi, baru sekarang ini dia merasa begitu sangat malu dan tidak nyaman setelah mendengar ucapan dari Ananta Alexander.Dia tidak mengerti. Yang dia ketahui pendapat wanita itu seakan langsung mudah membuatnya goyah.Ada apa denganmu sebenarnya, Justin? Ka
"Luar negeri. Aku yakin dia tidak mungkin berada di Indonesia. Jadi, memang satu-satunya tebakan yang mungkin paling benar adalah dia berada di luar negeri selama ini," kata Alma. "Itu masuk akal. Kalau hanya di dalam negeri tak mungkin informan kita sampai tak berhasil melacak keberadaannya walaupun hanya sedikit," kata Johan. Belinda menganggukkan kepalanya setelah dia memahami semua itu. "Kalau begitu detektif swasta yang disewa oleh Ananta sangatlah bagus karena mereka bisa menemukan keberadaan Alan hanya dalam waktu yang cukup singkat." Sementara itu Ananta yang masih di tengah jalan mengemudikan mobilnya dengan tidak sabar. Dia ingin segera mengetahui informasi tentang Alan dan ingin melakukan apa yang dia inginkan. Begitu sampai di kantor detektif swasta tersebut yang tak terlalu jauh dari rumahnya atau hanya sekitar 15 menit perjalanan menggunakan mobil tanpa kemacetan, Ananta melihat Vincent yang sedang duduk di depan seolah sedang bersantai. Vincent segera berdiri ketik
Dari panggilan itu Mikael menjelaskan, "Maafkan aku, Sayang. Aku sedang begitu sangat sibuk.""Sampai kamu lupa mengabari istri dan anakmu? Yang padahal sedang jauh dari jangkauanmu?" ucap Ananta sinis.Mikael terdiam selama beberapa saat hingga kemudian pria itu kembali berkata, "Maaf, Nanta. Aku benar-benar sedang tidak bisa menghubungi kamu kemarin dan baru sekarang aku bisa menghubungimu."Ananta menghela napas panjang. Kali ini dia benar-benar tidak bisa memahami apa yang sedang dikerjakan oleh suaminya itu.Dia pun juga tak bisa mencari tahu lebih banyak karena keterbatasan yang dia miliki. Dia sudah tidak memiliki Helen dan juga dia pun tak memiliki orang lain yang bisa dia tanyai mengenai sang suami.Menurutnya sangat percuma untuk mendesak Mikael berkata yang sebenarnya."Hm, lalu apa kau akan pergi ke Indonesia atau tidak?" tanya Ananta."Aku tentu saja akan pergi. Bagaimana mungkin aku membiarkan kamu dan Sean sendirian di sana?" ucap Mikael.Nyatanya kamu bahkan lepas kami
Haruka menatap sahabatnya itu dengan seksama, "Boleh. Kamu boleh melakukan apa saja jika itu bisa membantumu, asalkan jangan lupakan satu hal, Nanta."Wanita itu tentu saja tak mau jika sahabatnya itu sampai salah melangkah sehingga dia mencoba untuk memberikan beberapa saran agar masalah yang dihadapi oleh sahabatnya itu bisa terselesaikan tanpa adanya penyesalan ataupun kesalahan lain yang mungkin dia perbuat.Ananta cepat-cepat membalas, "Apa, Haruka?"Haruka menahan napas dan kemudian menghembuskannya secara perlahan, "Ketika kamu sudah mendapatkan bukti yang kamu inginkan itu, kamu tidak boleh goyah. Jangan pernah sekalipun kamu berpikir untuk mundur jika semuanya sudah tersaji di depan mata."Haruka mengamati perubahan ekspresi Ananta dan kini dia yakin bila kali ini sarannya sudah tepat sasaran.Ananta menelan ludahnya dengan gugup ketika dia teringat bagaimana dia membatalkan penyelidikannya kala itu.Padahal hanya satu langkah saja dia pasti sudah tahu apakah suaminya itu mem
Namun, Alan tahu percuma saja dia berpikir karena nyatanya semua yang ada di dalam kepalanya itu tak pernah bisa dia lakukan.Dia lalu memutuskan untuk lanjut berjalan melihat-lihat pemandangan sekitar dan larut dalam dunia yang menurutnya tak sedikitpun bisa menyembuhkan hatinya itu.Sementara itu, Ananta masih menunggu kabar dari sang detektif muda untuk informasi selanjutnya. Pagi itu, Ananta memilih untuk berkunjung ke kediaman Haruka bersama dengan Sean serta seorang sopir keluarga besarnya."Kamu yakin hanya pergi dengan sopir saja, Nanta? Nggak apa-apa, Nanta?" tanya Johan dengan wajah terlihat tidak tenang.Ananta tersenyum pada sang ayah, "Papa nggak perlu khawatir. Ananta bisa sendiri kok. Sama sopir udah cukup. Lagipula, sekarang jarak ke kota itu bisa ditempuh lebih cepat kan?"Johan pun akhirnya melepaskan putri sulungnya itu untuk pergi ke kota di mana Haruka tinggal.Perjalanan itu tak memakan waktu lama dan hanya ditempuh sekitar satu jam lebih saja."Tante," seru Sea
Justin mendengus keras sebelum kemudian menanggapi perkataan Vincent, "Takdir? Takdir yang bagaimana maksudmu?"Tatapannya penuh dengan kebingungan sehingga Vincent pun tak tahan untuk segera menjelaskan."Hm, takdir di antara sepasang muda mudi yang bertemu karena ketidaksengajaan dan-""Jangan gila! Dia sudah memiliki seorang suami dan bahkan anak," sambar Justin cepat agar temannya itu tak lagi berpikir macam-macam.Dia tak mau bila Vincent membayangkan hal yang bukan-bukan.Vincent terlihat terkejut dengan ucapan Justin dan langsung saja dia melihat file yang diisi oleh Ananta tadi."Ah, kau benar. Dia memang sudah menikah dan memiliki seorang anak. Hm, sungguh aku pikir dia itu masih single," kata Vincent masih terlihat sulit percaya.Justin menaikkan alis kanannya lalu menatap Vincent dengan tatapan aneh.Vincent terkikik geli lalu berkata, "Ayolah, dia memang terlihat masih begitu sangat muda kan? Sangat cantik dan tidak terlihat seperti seorang wanita yang telah memiliki seora
"Iya, Pa. Bagaimana menurut Papa?" tanya Ananta tanpa sedikitpun ragu.Johan menggelengkan kepalanya, "Entahlah. Papa belum pernah menggunakan detektif swasta. Jadi, Papa tidak bisa memberikan kamu pendapat."Ananta mengangguk mengerti, "Nanta pernah menyewa detektif swasta di London dan mereka sangat membantu Ananta."Tetapi, Johan terlihat sanksi. "Nanta, kamu tidak bisa membandingkan negara yang pernah kamu tinggali itu dengan Indonesia. Kamu tahu juga kan kalau di sini masih sangat jarang orang yang menggunakan jasa detektif swasta?" Ananta bukannya tidak tahu tetapi justru karena itulah dia sangat ingin menggunakan jasa detektif swasta."Tidak masalah, kita bisa mencobanya walaupun kita masih belum tahu bagaimana cara kerja detektif swasta di sini," kata Ananta.Johan pun hanya bisa mendesah dan berkata, "Baiklah, kalau memang itu yang kamu inginkan, Papa hanya bisa memberikanmu informasi mengenai beberapa kantor detektif swasta yang mungkin bisa kamu pilih."Ananta mengangguk s