"Iya, memang aku," jawab Mikael.Aneh memang tapi dia memang merasa sangat bangga akan hal itu.Bukan berarti dia tidak menghargai Ananta namun justru sebaliknya. Pria itu merasa Ananta sangat spesial karena menjadi satu-satunya wanita yang masih perawan yang dia sentuh.Arsen pun segera menjentikkan jarinya di depan wajah Mikael dan berujar penuh rasa iri, "Nah, bukannya sudah jelas berarti tidak mungkin ada orang lain sebelum kamu yang menyentuhnya dan tentu saja itu berarti kemungkinan besarnya hanyalah ayah dari anak itu kalau tidak kamu ya orang-orang setelah kamu yang menyentuh dia."Kini penjelasan Arsen memang masuk akal.Ah, Mikael menggigit bibirnya tetapi dia pun saat ini paham akan apa yang dimaksud oleh Arsen."Tapi, Mike. Kalau kamu mau menyelidikinya berarti kamu jelas membutuhkan waktu yang cukup panjang karena kamu sendiri juga sudah bercerita kepadaku kalau informasi yang bisa kamu temukan tentang wanita itu sangatlah sedikit." Arsen kembali melempar sebuah argumen.M
"Astaga, kau sudah gila ya?" Arsen tak tahan lagi dengan kebodohan yang diperlihatkan oleh temannya itu.Mikael memutar bola mata memalas."Ayolah!" ucap Mikael mulai jengkel.Dia sendiri memang tidak bisa berpikir dengan jernih saat ini. Dan hal ini dikarenakan gempuran cerita-cerita yang dilempar oleh Arsen kepadanya tentang Ananta Wiriyo."Mike, kan kamu dekat dengannya. Maksudku, dia kan jadi anak buahmu di resort itu. Kenapa kamu nggak tanya langsung pada dia?" ucap Arsen.Mikael mendesah sebal. "Sen, kalau bertanya kepadanya itu semudah yang kau katakan, aku sudah melakukannya semenjak dulu. Tak perlu membuang uang dan waktu untuk mendekatinya."Arsen membuang napas dengan kasar. "Dia sangat tertutup. Dia tak mungkin mengatakan hal yang sejujurnya kepadaku, aku sangat yakin itu," kata Mikael.Arsen menoleh ke arah Mikael, "Lalu, apa yang akan kau lakukan selanjutnya?""Akan aku buktikan dulu tentang kebenaran anak itu," jawab Mikael.Arsen mendengus malas, "Itu sudah seratus per
"Ya kalau dari yang kudengar memang begitu," jawab Handi.Mereka pun langsung saling berpandangan dengan keheranan yang begitu sangat jelas terlihat di wajah mereka."Kalau memang benar mereka saudaraan, kenapa Bu Nanta kayanya bersikap asing dengan mereka? Tak satu kali pun waktu itu dia menyebut bila mereka adalah keluarganya," balas yang lain."Yang lebih sinting lagi, kalau memang dia itu saudaranya Bu Nanta, kenapa dia malah menyusahkan Bu Nanta dan bikin dia jadi menanggung kerugian yang besar begitu?" Handi merasa kasihan luar biasa, "Aku pikir mereka punya masalah jadi ya ... mungkin situasinya sulit sehingga akhirnya yah ... entahlah, pokoknya. Nggak paham aku."Pria muda itu memilih untuk tidak melanjutkan ucapannya lantaran takut salah bicara. Para staf pun tak bisa bergosip lebih lanjut karena banyak tamu yang mulai berlalu lalang di area lobby. Mereka juga kembali mengerjakan tugas mereka masing-masing karena tak mau dihukum telah lalai akan pekerjaan mereka.Sementara
"Nggak penting aku tahu dari mana. Yang sekarang aku mau tahu adalah jawaban kamu," pungkas Alan.Vina seketika gelagapan karena tak tahu bagaimana harus menjawab pertanyaan Alan.Bahkan, hanya dari nada suaranya saja, Vina bisa langsung tahu jika saat ini Alan begitu sangat marah kepadanya.Dikarenakan wanita itu tak kunjung membalas ucapannya, Alan pun kemudian berkata, "Kita bicara di Apple restaurant siang ini."Tak menunggu balasan dari Vina, pria itu sudah dengan cepat memutuskan panggilan telepon itu.Begitu selesai memanggil sama istri, Alan sontak melempar ponselnya dengan begitu sangat kesal.Dia pun beralih menoleh ke arah Bagus, salah satu anak buah yang paling dia percayai."Sekarang di mana posisi Vina?" tanya Alan."Masih di perjalanan, Pak. Tak terlalu jauh dari the Himalaya Resort."Alan menggigit bibir bawahnya karena mulai frustrasi. "Harusnya aku tahu kalau wanita itu akan berbuat nekat. Sebenarnya apa yang ada di dalam kepalanya sampai menemui Ananta lagi?"Namun,
Bagus pun segera mengatakan hasil dari pencariannya kepada Alan yang memang sudah menunggunya. Alan pun seketika langsung saja bergegas menuju ke rumah dari orang yang telah ditemui oleh istrinya itu."Kita lihat, sebenarnya apakah dia memang benar-benar setia kepadaku atau sebenarnya hanya bualan saja," ujar Alan.Sungguh dia akan senang bila mendapati istrinya ternyata berselingkuh darinya. Itu bisa menjadi salah satu cara yang bisa dia gunakan untuk lepas dari Vina Wiriyo.Meskipun ini bukan berarti bila dia akan mengejar-ngejar Ananta lagi, tapi setidaknya bisa lepas dari wanita yang tidak bisa dia cintai itu akan membuatnya lega.Di sisi lain saat ini Mikael Alexander baru saja turun dari mobiln mewahnya yang seharga enam miliar rupiah ditemani oleh Andrew yang selalu berada di sampingnya.Bukan karena Mikael satu-satunya yang menjadi pemilik mobil mewah itu tapi masalahnya adalah itu mobil keluaran jenis terbaru sehingga beberapa orang yang mengetahui tipe mobil itu menjadi tak
Di samping sang pembawa itu ada dua badut yang membuat perayaan ulang tahun itu semakin meriah. Ananta yakin putranya sangat menikmati acara itu dikarenakan dia pun juga menyukai badut.Bahkan, secara khusus beberapa waktu yang lalu Sean mengatakan jika perayaan ulang tahunnya yang berikutnya dia ingin melihat badut."Pertanyaannya sangat mudah sekali, Nanti kalian tinggal angkat tangannya dan kemudian maju untuk mengucapkan jawabannya." Ananta tersenyum melihat putranya yang terlihat begitu sangat antusias di sana."Oke, sekarang pertanyaan pertama ya. Ini tentang warna pelangi. Hayo, berapakah jumlah warna di dalam pelangi kita?" tanya seorang pembawa acara itu.Tanpa diduga ternyata begitu banyak sekali anak-anak yang mengangkat tangan dan terpaksa mereka harus mengambil salah seorang yang tercepat.Seorang gadis kecil maju ke depan dan kemudian menyebutkan 7 warna yang ada di dalam pelangi itu dengan tepat."Hebat. Kak Nadia dapat hadiah dari Kak Sherina ya."Anak yang sedang mer
Sean melihat wajah ibunya yang tampak bingung tetapi berkali-kali tetap tersenyum kepadanya ketika mereka berdua sudah sampai di rumah. Sebelumnya, di dalam perjalanan sang ibu sama sekali tidak mengajaknya berbicara dan dia pun juga tidak ingin mengganggu sehingga dia memilih untuk diam saja.Sean tahu pasti sang ibu sedang memikirkan kejadian yang telah terjadi di daycara itu."Ma, maafkan Sean ya." Bocah kecil itu tiba-tiba saja berkata dengan tatapan sedih pada sang ibu.Melihat sang putra menampilkan ekspresi seperti itu tentu saja membuat Ananta menjadi ikut bersedih, "Kenapa kamu harus minta maaf, Sayang? Sean nggak salah apa-apa.""Tapi Sean yang udah buat Mama sedih gara-gara tadi di daycare."Ananta merasa sangat bodoh karena telah membuat putranya menjadi kebingungan karena emosi sesaatnya. Jelas sekali semua yang terjadi bukanlah kesalahan Sean, tapi para staf di daycare yang seharusnya tahu dengan benar hal-hak yang terlarang.Wanita cantik itu pun segera menghempaskan s
Tergagap Ananta saat dia membalas, "Tentu saja saya tidak begitu, Sir.""Ah, kalau begitu kamu lebih suka aku berada di sini?" balas Mikael dengan senyum tertahan di bibir seakan memang sengaja ingin mengoda wanita cantik itu dengan senyumnya yang menawan.Ananta langsung saja kesal. Wajah Mikael yang sekarang sangat jauh berbeda dengan wajahnya yang selalu diperlihatkannya biasanya. Saat ini wajah Mikael tampak polos dan hangat.Tapi Ananta telah sadar dirinya ini sedang dijebak. Dia pun berusaha untuk mengabaikan wajah Mikael dan segera saja membalas, "Sir, maaf. Saya sepertinya harus segera menyelesaikan beberapa tugas ini."Dia berkata tanpa memandang ke arah Mikael dan hal itu membuat Mikael menjadi terheran-heran.Hm, apakah itu caramu ketika kamu sedang terpojok, Ananta? Mengalihkan topik karena sudah tidak bisa membalas ucapanku? Mikael membatin.Menarik! puji pria itu di dalam hatinya.Bagi Mikael, hal itu sangat menantang dan layak untuk digali lain kali jika dia memiliki w
Justin pun segera menjelaskan lebih lanjut perihal cara menelepon Alan Samudera. Keesokan harinya, di hadapan sama orang, kecuali putranya, Sean, Ananta melakukan sebuah panggilan pada Alan. Terlihat Mikael awalnya tidak suka melihat istrinya menelepon mantan pacarnya dulu tetapi dia tidak bisa memprotesnya. "Alan, ini aku ... maaf, aku harus melakukan ini," kata Ananta mengawali panggilan itu. Tentu saja dalam layar itu Alan terlihat begitu sangat terkejut. Tetapi, laki-laki itu malah langsung bertanya, "Vina. Bagaimana keadaan Vina, Nanta?" Anehnya wajah laki-laki itu terlihat begitu sangat sedih sehingga Ananta cepat-cepat menceritakan masalah tentang Vina. Betapa terkejutnya pria itu kalau mendengar kondisi mantan istrinya itu, tanpa menunda-nunda lagi dia berkata, "Aku akan segera pergi ke Indonesia dan menjenguk dia." Tak disangka-sangka oleh keluarga Wiriyo, Alan Samudera tampak tak menghindar dari mereka dan bahkan telah memutuskan untuk membantu mereka. "Aku tidak meny
Ananta memejamkan matanya seolah mencoba untuk tetap kuat. Dia tak boleh terlihat lemah di depan suaminya itu, meskipun kenyataannya dia saat ini memang sedang melemah.Wanita itu tak membalas sepatah kata pun perkataan suaminya hingga kemudian Mikael Alexander menghentikan ucapannya sendiri. Dia tak lagi melanjutkan perkataan kejamnya.Ketika dia melihat istrinya sedang menutup matanya dan bahkan dia bisa melihat bagaimana tubuh Ananta sedikit bergetar karena mendengarkan perkataannya itu, Mikael segera mundur ke belakang dan memegang kepalanya dengan rasa frustrasi yang sangat mengganggunya."Astaga, apa yang sudah aku lakukan?" gumam Mikael yang kini menatap istrinya dengan penuh penyesalan.Ananta bahkan belum berani membuka mata sehingga Mikael kini kembali melangkah ke depan lalu mendekati istrinya dengan perlahan. Dia ingin merengkuh istri tercintanya itu dan menenangkannya."Sayang, maafkan aku. Aku-""Tidak apa-apa," ucap Ananta yang langsung mundur ke belakang setelah dia ta
"Begini, Madam. Kami bisa membantu Anda dengan membuat sebuah tawaran kerjasama dengan perusahaan beliau," kata Justin.Ananta segera mengerutkan keningnya, "Maksud Anda? Anda berniat untuk menawarkan sebuah kerjasama palsu pada Alan?"Justin berdeham kecil saat idenya itu dikatakan demikian, tetapi dia tidak memiliki hak untuk tersinggung karena memang sebutan itu memang tepat."Ini demi menjaga kerahasiaan tujuan Anda, Madam," ucap Justin dengan nada yang terdengar sedikit agak malu.Sebagai seorang detektif, sudah menggunakan berbagai cara dan bahkan dengan cara yang kotor sekalipun untuk menuntaskan kasus-kasusnya.Tidak sekali hanya dua kali dia kerap melakukan sebuah tipu daya agar dia bisa menjebak orang yang dia incar. Akan tetapi, baru sekarang ini dia merasa begitu sangat malu dan tidak nyaman setelah mendengar ucapan dari Ananta Alexander.Dia tidak mengerti. Yang dia ketahui pendapat wanita itu seakan langsung mudah membuatnya goyah.Ada apa denganmu sebenarnya, Justin? Ka
"Luar negeri. Aku yakin dia tidak mungkin berada di Indonesia. Jadi, memang satu-satunya tebakan yang mungkin paling benar adalah dia berada di luar negeri selama ini," kata Alma. "Itu masuk akal. Kalau hanya di dalam negeri tak mungkin informan kita sampai tak berhasil melacak keberadaannya walaupun hanya sedikit," kata Johan. Belinda menganggukkan kepalanya setelah dia memahami semua itu. "Kalau begitu detektif swasta yang disewa oleh Ananta sangatlah bagus karena mereka bisa menemukan keberadaan Alan hanya dalam waktu yang cukup singkat." Sementara itu Ananta yang masih di tengah jalan mengemudikan mobilnya dengan tidak sabar. Dia ingin segera mengetahui informasi tentang Alan dan ingin melakukan apa yang dia inginkan. Begitu sampai di kantor detektif swasta tersebut yang tak terlalu jauh dari rumahnya atau hanya sekitar 15 menit perjalanan menggunakan mobil tanpa kemacetan, Ananta melihat Vincent yang sedang duduk di depan seolah sedang bersantai. Vincent segera berdiri ketik
Dari panggilan itu Mikael menjelaskan, "Maafkan aku, Sayang. Aku sedang begitu sangat sibuk.""Sampai kamu lupa mengabari istri dan anakmu? Yang padahal sedang jauh dari jangkauanmu?" ucap Ananta sinis.Mikael terdiam selama beberapa saat hingga kemudian pria itu kembali berkata, "Maaf, Nanta. Aku benar-benar sedang tidak bisa menghubungi kamu kemarin dan baru sekarang aku bisa menghubungimu."Ananta menghela napas panjang. Kali ini dia benar-benar tidak bisa memahami apa yang sedang dikerjakan oleh suaminya itu.Dia pun juga tak bisa mencari tahu lebih banyak karena keterbatasan yang dia miliki. Dia sudah tidak memiliki Helen dan juga dia pun tak memiliki orang lain yang bisa dia tanyai mengenai sang suami.Menurutnya sangat percuma untuk mendesak Mikael berkata yang sebenarnya."Hm, lalu apa kau akan pergi ke Indonesia atau tidak?" tanya Ananta."Aku tentu saja akan pergi. Bagaimana mungkin aku membiarkan kamu dan Sean sendirian di sana?" ucap Mikael.Nyatanya kamu bahkan lepas kami
Haruka menatap sahabatnya itu dengan seksama, "Boleh. Kamu boleh melakukan apa saja jika itu bisa membantumu, asalkan jangan lupakan satu hal, Nanta."Wanita itu tentu saja tak mau jika sahabatnya itu sampai salah melangkah sehingga dia mencoba untuk memberikan beberapa saran agar masalah yang dihadapi oleh sahabatnya itu bisa terselesaikan tanpa adanya penyesalan ataupun kesalahan lain yang mungkin dia perbuat.Ananta cepat-cepat membalas, "Apa, Haruka?"Haruka menahan napas dan kemudian menghembuskannya secara perlahan, "Ketika kamu sudah mendapatkan bukti yang kamu inginkan itu, kamu tidak boleh goyah. Jangan pernah sekalipun kamu berpikir untuk mundur jika semuanya sudah tersaji di depan mata."Haruka mengamati perubahan ekspresi Ananta dan kini dia yakin bila kali ini sarannya sudah tepat sasaran.Ananta menelan ludahnya dengan gugup ketika dia teringat bagaimana dia membatalkan penyelidikannya kala itu.Padahal hanya satu langkah saja dia pasti sudah tahu apakah suaminya itu mem
Namun, Alan tahu percuma saja dia berpikir karena nyatanya semua yang ada di dalam kepalanya itu tak pernah bisa dia lakukan.Dia lalu memutuskan untuk lanjut berjalan melihat-lihat pemandangan sekitar dan larut dalam dunia yang menurutnya tak sedikitpun bisa menyembuhkan hatinya itu.Sementara itu, Ananta masih menunggu kabar dari sang detektif muda untuk informasi selanjutnya. Pagi itu, Ananta memilih untuk berkunjung ke kediaman Haruka bersama dengan Sean serta seorang sopir keluarga besarnya."Kamu yakin hanya pergi dengan sopir saja, Nanta? Nggak apa-apa, Nanta?" tanya Johan dengan wajah terlihat tidak tenang.Ananta tersenyum pada sang ayah, "Papa nggak perlu khawatir. Ananta bisa sendiri kok. Sama sopir udah cukup. Lagipula, sekarang jarak ke kota itu bisa ditempuh lebih cepat kan?"Johan pun akhirnya melepaskan putri sulungnya itu untuk pergi ke kota di mana Haruka tinggal.Perjalanan itu tak memakan waktu lama dan hanya ditempuh sekitar satu jam lebih saja."Tante," seru Sea
Justin mendengus keras sebelum kemudian menanggapi perkataan Vincent, "Takdir? Takdir yang bagaimana maksudmu?"Tatapannya penuh dengan kebingungan sehingga Vincent pun tak tahan untuk segera menjelaskan."Hm, takdir di antara sepasang muda mudi yang bertemu karena ketidaksengajaan dan-""Jangan gila! Dia sudah memiliki seorang suami dan bahkan anak," sambar Justin cepat agar temannya itu tak lagi berpikir macam-macam.Dia tak mau bila Vincent membayangkan hal yang bukan-bukan.Vincent terlihat terkejut dengan ucapan Justin dan langsung saja dia melihat file yang diisi oleh Ananta tadi."Ah, kau benar. Dia memang sudah menikah dan memiliki seorang anak. Hm, sungguh aku pikir dia itu masih single," kata Vincent masih terlihat sulit percaya.Justin menaikkan alis kanannya lalu menatap Vincent dengan tatapan aneh.Vincent terkikik geli lalu berkata, "Ayolah, dia memang terlihat masih begitu sangat muda kan? Sangat cantik dan tidak terlihat seperti seorang wanita yang telah memiliki seora
"Iya, Pa. Bagaimana menurut Papa?" tanya Ananta tanpa sedikitpun ragu.Johan menggelengkan kepalanya, "Entahlah. Papa belum pernah menggunakan detektif swasta. Jadi, Papa tidak bisa memberikan kamu pendapat."Ananta mengangguk mengerti, "Nanta pernah menyewa detektif swasta di London dan mereka sangat membantu Ananta."Tetapi, Johan terlihat sanksi. "Nanta, kamu tidak bisa membandingkan negara yang pernah kamu tinggali itu dengan Indonesia. Kamu tahu juga kan kalau di sini masih sangat jarang orang yang menggunakan jasa detektif swasta?" Ananta bukannya tidak tahu tetapi justru karena itulah dia sangat ingin menggunakan jasa detektif swasta."Tidak masalah, kita bisa mencobanya walaupun kita masih belum tahu bagaimana cara kerja detektif swasta di sini," kata Ananta.Johan pun hanya bisa mendesah dan berkata, "Baiklah, kalau memang itu yang kamu inginkan, Papa hanya bisa memberikanmu informasi mengenai beberapa kantor detektif swasta yang mungkin bisa kamu pilih."Ananta mengangguk s