Mikael Alexander seperti sedang melihat hantu. Laki-laki itu sungguh kesulitan untuk mempercayai apa yang sedang dia lihat. Tetapi anehnya dia malah semakin tertarik dengan pemandangan di depannya itu dan akhirnya berkonsentrasi penuh mengamati keduanya dari jarak yang agak jauh.Meskipun berseberangan dia merasa sangat beruntung sekali karena bisa melihat dari tempatnya duduk lewat kaca jernih yang menghadap langsung ke arah seberang.Kaca itu memang bisa melihat ke arah luar tetapi lain tidak bisa melihat ke arah dalam sehingga hal itu sangat menguntungkan bagi Mikael.Dilihatnya Ananta begitu telaten membersihkan mulut sang bocah dan beberapa kali berbincang riang dengan Sean."Tidak bisa dipercaya," gumam Mikael pelan."Sean anak Ananta? Tapi bagaimana mungkin dia bisa memiliki anak?" ujarnya semakin tidak mengerti.Kepalanya tiba-tiba saja berdenyut dan dia pun semakin kebingungan dengan satu informasi yang baru saja dia dapatkan saat ini.Informasi itu bukanlah sebuah informasi d
Andrew hanya bisa terdiam dan tak berani mengucapkan sepatah kata pun ketika mendengar umpatan sang tuan.Mikael rasanya ingin segera keluar dari mobilnya dan kemudian meminta penjelasan atas kebohongan yang telah dilakukan oleh Ananta.Namun, Andrew yang seperti mengetahui niat sang tuan pun segera berujar cepat, "Sir, Anda tidak bisa ke sana, karena jika mereka tahu Anda sedang mengikuti mereka, itu tidak akan bagus untuk reputasi Anda."Mikael pun berusaha keras menahan diri dan dengan menghembuskan napasnya secara berulang. Dia pun akhirnya bisa mendapatkan kembali ketenangannya setelah berkali-kali mencoba."Lalu, kenapa Sean berkata kalau dia tidak pernah bertemu dengan ayahnya? Apa mungkin anak kecil itu juga telah berbohong padaku?" Belum sempat Andrew mengatakan pendapatnya, dia sudah mendengar Mikael berkata lagi, "Wah! Apa jangan-jangan Ananta juga mengajarinya berbohong? Luar biasa!"Mikael bertepuk tangan karena jengkel."Inilah yang membuatku malas sekali berurusan denga
"Temen-temen Sean di day care." Bocah itu menjawab dengan begitu sangat polos sehingga Ananta malah semakin kesal pada bocah-bocah yang telah mengatakan hal itu kepada putranya.Bagaimana bisa anak-anak seusia Sean berpikir seperti itu?Di dalam hatinya dia mengumpat pada orang tua yang tidak bisa di putra-putri mereka agar memiliki kesopanan sehingga tidak mengatakan hal-hal yang menyakiti hati orang lain seperti yang baru saja terjadi itu.Tak mau membuat putranya semakin berkecil hati, Ananta pun mencoba untuk membesarkan hati sang putra dengan berkata, "Sayang, itu sama sekali tidak benar. Papa Sean itu sama sekali tidak meninggalkan Sean. Dia ... dia hanya pergi karena memiliki urusan di tempat yang sangat jauh."Akhirnya penjelasan seperti itulah yang dipilih oleh Ananta dengan harapan putranya akan dengan mudah memahaminya."Ke mana, Ma?" tanya Sean lagi.Desta yang melihat adegan itu pun semakin merasa begitu bersalah karena dirinyalah yang tadi memulai topik itu sehingga malah
Meskipun tidak terlalu sedih tetapi Desta tetap saja pasti akan kehilangan sosok Haruka yang telah menjadi pusat poros hidupnya selama beberapa waktu ini.Gadis itu bukan hanya sosok pacar tapi juga sosok teman yang selalu ada untuknya. Walaupun dia pun yakin bila Haruka tidak mungkin berubah dan membiarkannya sendirian, tapi dia pun juga pasti akan merasa sedikit tidak nyaman ketika berada di dekay Haruka.Namun, dia tidak memiliki pilihan lain selain menerima semua kenyataan itu sehingga dia bisa melangkah ke depan dengan tenang."Ini hanya salah satu perjalanan hidup, Des. Nggak masalah."Haruka sendiri malah begitu sangat lega karena telah menyatakan perasaannya yang sesungguhnya kepada Desta dan pulang dalam keadaan yang cukup riang.Walaupun dia juga merasa kehilangan Desta, tapi tidak adil bagi Desta jika hubungan itu dilanjut. Jelas sekali bila dia tak bisa setia pada Desta dan hal itu malah akan membuat hubungan keduanya tidak berjalan dengan sehat."Kok kamu nggak bareng sam
"Nyumpahin? Ya bukan begitu, tapi lebih ke berharap kalau kamu memang bisa balikan sama dia karena dia itu laki-laki yang baik buat kamu. Sayang banget kalau laki-laki kaya Alan malah kamu lepas gitu aja," ucap Ananta.Haruka pun cemberut seketika ketika mendengarnya dan segera membalas tanpa ampun, "Kalau kamu memang tahu dia itu laki-laki yang sangat baik, kenapa nggak kamu aja yang ambil dia jadi pacar kamu?"Aneh. Entah mengapa kalimat itu terlontar begitu saja dari mulut Haruka. Tapi, kalau dipikir-pikir, Alan memang cocok-cocok saja jika menjadi ayah Sean.Ananta memutar bola matanya malas dan segera melempar sahabatnya itu dengan menggunakan sebuah bantal besar.Haruka tertawa tanpa rasa bersalah, "Kok ngamuk? Ya kata kamu kan dia baik banget jadi kenapa kamu nggak jadiin si Desta sebagai ayah pengganti buat Sean aja?"Benar. Itu sekali lagi tak terpikirkan dengan matang di dalam kepalanya, tapi Haruka senang mengatakannya."Heh, makin ngawur aja kamu ngomongnya!" Ananta mendeli
"Selidikilah kalau kamu mau tahu kebenarannya!" ucap Arsen dengan raut wajah yang serius.Mikael sulit untuk meyakinkan dirinya sendiri bila ada sebuah kemungkinan Sean adalah anaknya. Tapi Arsen tidak membiarkan sahabatnya itu untuk ragu-ragu lagi sehingga dia pun berujar, "Heh, kamu coba pikir lebih dalam deh mengenai hal ini.""Apa lagi maksudmu?" tanya Mikael dengan nada heran.Arsen kini merasa bila dirinya lebih pintar daripada Mikael, sebab untuk urusan seperti ini nyatanya dia lebih peka dan realistis dibandingkan dengan temannya itu.Padahal dulu di saat mereka masih berkuliah di universitas yang sama, selain menonjol karena ketampanannya yang sanggup memikat semua wanita, Mikael juga dikenal sebagai salah satu mahasiswa yang paling cerdas hingga pria itu juga menjadi asisten dosen kala itu.Namun, sungguh kali ini Mikael yang dia kenal tidaklah seperti Mikael yang dulu yang bisa benar-benar menggunakan otaknya dengan benar."Mike, semua orang tahu kalau kamu itu nggak pernah
"Iya, memang aku," jawab Mikael.Aneh memang tapi dia memang merasa sangat bangga akan hal itu.Bukan berarti dia tidak menghargai Ananta namun justru sebaliknya. Pria itu merasa Ananta sangat spesial karena menjadi satu-satunya wanita yang masih perawan yang dia sentuh.Arsen pun segera menjentikkan jarinya di depan wajah Mikael dan berujar penuh rasa iri, "Nah, bukannya sudah jelas berarti tidak mungkin ada orang lain sebelum kamu yang menyentuhnya dan tentu saja itu berarti kemungkinan besarnya hanyalah ayah dari anak itu kalau tidak kamu ya orang-orang setelah kamu yang menyentuh dia."Kini penjelasan Arsen memang masuk akal.Ah, Mikael menggigit bibirnya tetapi dia pun saat ini paham akan apa yang dimaksud oleh Arsen."Tapi, Mike. Kalau kamu mau menyelidikinya berarti kamu jelas membutuhkan waktu yang cukup panjang karena kamu sendiri juga sudah bercerita kepadaku kalau informasi yang bisa kamu temukan tentang wanita itu sangatlah sedikit." Arsen kembali melempar sebuah argumen.M
"Astaga, kau sudah gila ya?" Arsen tak tahan lagi dengan kebodohan yang diperlihatkan oleh temannya itu.Mikael memutar bola mata memalas."Ayolah!" ucap Mikael mulai jengkel.Dia sendiri memang tidak bisa berpikir dengan jernih saat ini. Dan hal ini dikarenakan gempuran cerita-cerita yang dilempar oleh Arsen kepadanya tentang Ananta Wiriyo."Mike, kan kamu dekat dengannya. Maksudku, dia kan jadi anak buahmu di resort itu. Kenapa kamu nggak tanya langsung pada dia?" ucap Arsen.Mikael mendesah sebal. "Sen, kalau bertanya kepadanya itu semudah yang kau katakan, aku sudah melakukannya semenjak dulu. Tak perlu membuang uang dan waktu untuk mendekatinya."Arsen membuang napas dengan kasar. "Dia sangat tertutup. Dia tak mungkin mengatakan hal yang sejujurnya kepadaku, aku sangat yakin itu," kata Mikael.Arsen menoleh ke arah Mikael, "Lalu, apa yang akan kau lakukan selanjutnya?""Akan aku buktikan dulu tentang kebenaran anak itu," jawab Mikael.Arsen mendengus malas, "Itu sudah seratus per
Justin pun segera menjelaskan lebih lanjut perihal cara menelepon Alan Samudera. Keesokan harinya, di hadapan sama orang, kecuali putranya, Sean, Ananta melakukan sebuah panggilan pada Alan. Terlihat Mikael awalnya tidak suka melihat istrinya menelepon mantan pacarnya dulu tetapi dia tidak bisa memprotesnya. "Alan, ini aku ... maaf, aku harus melakukan ini," kata Ananta mengawali panggilan itu. Tentu saja dalam layar itu Alan terlihat begitu sangat terkejut. Tetapi, laki-laki itu malah langsung bertanya, "Vina. Bagaimana keadaan Vina, Nanta?" Anehnya wajah laki-laki itu terlihat begitu sangat sedih sehingga Ananta cepat-cepat menceritakan masalah tentang Vina. Betapa terkejutnya pria itu kalau mendengar kondisi mantan istrinya itu, tanpa menunda-nunda lagi dia berkata, "Aku akan segera pergi ke Indonesia dan menjenguk dia." Tak disangka-sangka oleh keluarga Wiriyo, Alan Samudera tampak tak menghindar dari mereka dan bahkan telah memutuskan untuk membantu mereka. "Aku tidak meny
Ananta memejamkan matanya seolah mencoba untuk tetap kuat. Dia tak boleh terlihat lemah di depan suaminya itu, meskipun kenyataannya dia saat ini memang sedang melemah.Wanita itu tak membalas sepatah kata pun perkataan suaminya hingga kemudian Mikael Alexander menghentikan ucapannya sendiri. Dia tak lagi melanjutkan perkataan kejamnya.Ketika dia melihat istrinya sedang menutup matanya dan bahkan dia bisa melihat bagaimana tubuh Ananta sedikit bergetar karena mendengarkan perkataannya itu, Mikael segera mundur ke belakang dan memegang kepalanya dengan rasa frustrasi yang sangat mengganggunya."Astaga, apa yang sudah aku lakukan?" gumam Mikael yang kini menatap istrinya dengan penuh penyesalan.Ananta bahkan belum berani membuka mata sehingga Mikael kini kembali melangkah ke depan lalu mendekati istrinya dengan perlahan. Dia ingin merengkuh istri tercintanya itu dan menenangkannya."Sayang, maafkan aku. Aku-""Tidak apa-apa," ucap Ananta yang langsung mundur ke belakang setelah dia ta
"Begini, Madam. Kami bisa membantu Anda dengan membuat sebuah tawaran kerjasama dengan perusahaan beliau," kata Justin.Ananta segera mengerutkan keningnya, "Maksud Anda? Anda berniat untuk menawarkan sebuah kerjasama palsu pada Alan?"Justin berdeham kecil saat idenya itu dikatakan demikian, tetapi dia tidak memiliki hak untuk tersinggung karena memang sebutan itu memang tepat."Ini demi menjaga kerahasiaan tujuan Anda, Madam," ucap Justin dengan nada yang terdengar sedikit agak malu.Sebagai seorang detektif, sudah menggunakan berbagai cara dan bahkan dengan cara yang kotor sekalipun untuk menuntaskan kasus-kasusnya.Tidak sekali hanya dua kali dia kerap melakukan sebuah tipu daya agar dia bisa menjebak orang yang dia incar. Akan tetapi, baru sekarang ini dia merasa begitu sangat malu dan tidak nyaman setelah mendengar ucapan dari Ananta Alexander.Dia tidak mengerti. Yang dia ketahui pendapat wanita itu seakan langsung mudah membuatnya goyah.Ada apa denganmu sebenarnya, Justin? Ka
"Luar negeri. Aku yakin dia tidak mungkin berada di Indonesia. Jadi, memang satu-satunya tebakan yang mungkin paling benar adalah dia berada di luar negeri selama ini," kata Alma. "Itu masuk akal. Kalau hanya di dalam negeri tak mungkin informan kita sampai tak berhasil melacak keberadaannya walaupun hanya sedikit," kata Johan. Belinda menganggukkan kepalanya setelah dia memahami semua itu. "Kalau begitu detektif swasta yang disewa oleh Ananta sangatlah bagus karena mereka bisa menemukan keberadaan Alan hanya dalam waktu yang cukup singkat." Sementara itu Ananta yang masih di tengah jalan mengemudikan mobilnya dengan tidak sabar. Dia ingin segera mengetahui informasi tentang Alan dan ingin melakukan apa yang dia inginkan. Begitu sampai di kantor detektif swasta tersebut yang tak terlalu jauh dari rumahnya atau hanya sekitar 15 menit perjalanan menggunakan mobil tanpa kemacetan, Ananta melihat Vincent yang sedang duduk di depan seolah sedang bersantai. Vincent segera berdiri ketik
Dari panggilan itu Mikael menjelaskan, "Maafkan aku, Sayang. Aku sedang begitu sangat sibuk.""Sampai kamu lupa mengabari istri dan anakmu? Yang padahal sedang jauh dari jangkauanmu?" ucap Ananta sinis.Mikael terdiam selama beberapa saat hingga kemudian pria itu kembali berkata, "Maaf, Nanta. Aku benar-benar sedang tidak bisa menghubungi kamu kemarin dan baru sekarang aku bisa menghubungimu."Ananta menghela napas panjang. Kali ini dia benar-benar tidak bisa memahami apa yang sedang dikerjakan oleh suaminya itu.Dia pun juga tak bisa mencari tahu lebih banyak karena keterbatasan yang dia miliki. Dia sudah tidak memiliki Helen dan juga dia pun tak memiliki orang lain yang bisa dia tanyai mengenai sang suami.Menurutnya sangat percuma untuk mendesak Mikael berkata yang sebenarnya."Hm, lalu apa kau akan pergi ke Indonesia atau tidak?" tanya Ananta."Aku tentu saja akan pergi. Bagaimana mungkin aku membiarkan kamu dan Sean sendirian di sana?" ucap Mikael.Nyatanya kamu bahkan lepas kami
Haruka menatap sahabatnya itu dengan seksama, "Boleh. Kamu boleh melakukan apa saja jika itu bisa membantumu, asalkan jangan lupakan satu hal, Nanta."Wanita itu tentu saja tak mau jika sahabatnya itu sampai salah melangkah sehingga dia mencoba untuk memberikan beberapa saran agar masalah yang dihadapi oleh sahabatnya itu bisa terselesaikan tanpa adanya penyesalan ataupun kesalahan lain yang mungkin dia perbuat.Ananta cepat-cepat membalas, "Apa, Haruka?"Haruka menahan napas dan kemudian menghembuskannya secara perlahan, "Ketika kamu sudah mendapatkan bukti yang kamu inginkan itu, kamu tidak boleh goyah. Jangan pernah sekalipun kamu berpikir untuk mundur jika semuanya sudah tersaji di depan mata."Haruka mengamati perubahan ekspresi Ananta dan kini dia yakin bila kali ini sarannya sudah tepat sasaran.Ananta menelan ludahnya dengan gugup ketika dia teringat bagaimana dia membatalkan penyelidikannya kala itu.Padahal hanya satu langkah saja dia pasti sudah tahu apakah suaminya itu mem
Namun, Alan tahu percuma saja dia berpikir karena nyatanya semua yang ada di dalam kepalanya itu tak pernah bisa dia lakukan.Dia lalu memutuskan untuk lanjut berjalan melihat-lihat pemandangan sekitar dan larut dalam dunia yang menurutnya tak sedikitpun bisa menyembuhkan hatinya itu.Sementara itu, Ananta masih menunggu kabar dari sang detektif muda untuk informasi selanjutnya. Pagi itu, Ananta memilih untuk berkunjung ke kediaman Haruka bersama dengan Sean serta seorang sopir keluarga besarnya."Kamu yakin hanya pergi dengan sopir saja, Nanta? Nggak apa-apa, Nanta?" tanya Johan dengan wajah terlihat tidak tenang.Ananta tersenyum pada sang ayah, "Papa nggak perlu khawatir. Ananta bisa sendiri kok. Sama sopir udah cukup. Lagipula, sekarang jarak ke kota itu bisa ditempuh lebih cepat kan?"Johan pun akhirnya melepaskan putri sulungnya itu untuk pergi ke kota di mana Haruka tinggal.Perjalanan itu tak memakan waktu lama dan hanya ditempuh sekitar satu jam lebih saja."Tante," seru Sea
Justin mendengus keras sebelum kemudian menanggapi perkataan Vincent, "Takdir? Takdir yang bagaimana maksudmu?"Tatapannya penuh dengan kebingungan sehingga Vincent pun tak tahan untuk segera menjelaskan."Hm, takdir di antara sepasang muda mudi yang bertemu karena ketidaksengajaan dan-""Jangan gila! Dia sudah memiliki seorang suami dan bahkan anak," sambar Justin cepat agar temannya itu tak lagi berpikir macam-macam.Dia tak mau bila Vincent membayangkan hal yang bukan-bukan.Vincent terlihat terkejut dengan ucapan Justin dan langsung saja dia melihat file yang diisi oleh Ananta tadi."Ah, kau benar. Dia memang sudah menikah dan memiliki seorang anak. Hm, sungguh aku pikir dia itu masih single," kata Vincent masih terlihat sulit percaya.Justin menaikkan alis kanannya lalu menatap Vincent dengan tatapan aneh.Vincent terkikik geli lalu berkata, "Ayolah, dia memang terlihat masih begitu sangat muda kan? Sangat cantik dan tidak terlihat seperti seorang wanita yang telah memiliki seora
"Iya, Pa. Bagaimana menurut Papa?" tanya Ananta tanpa sedikitpun ragu.Johan menggelengkan kepalanya, "Entahlah. Papa belum pernah menggunakan detektif swasta. Jadi, Papa tidak bisa memberikan kamu pendapat."Ananta mengangguk mengerti, "Nanta pernah menyewa detektif swasta di London dan mereka sangat membantu Ananta."Tetapi, Johan terlihat sanksi. "Nanta, kamu tidak bisa membandingkan negara yang pernah kamu tinggali itu dengan Indonesia. Kamu tahu juga kan kalau di sini masih sangat jarang orang yang menggunakan jasa detektif swasta?" Ananta bukannya tidak tahu tetapi justru karena itulah dia sangat ingin menggunakan jasa detektif swasta."Tidak masalah, kita bisa mencobanya walaupun kita masih belum tahu bagaimana cara kerja detektif swasta di sini," kata Ananta.Johan pun hanya bisa mendesah dan berkata, "Baiklah, kalau memang itu yang kamu inginkan, Papa hanya bisa memberikanmu informasi mengenai beberapa kantor detektif swasta yang mungkin bisa kamu pilih."Ananta mengangguk s