Share

2. Sidang Keluarga

Penulis: Zila Aicha
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Saat ini, Ananta baru saja memasuki ruang meeting bersama dengan sang ayah yang merupakan CEO Wiriyo Group dan juga neneknya selaku pemilik perusahaan raksasa itu. 

Setelah kejadian yang telah terjadi satu bulan yang lalu itu, hari di mana Ananta pulang pagi dengan keadaan kacau, Ananta berperilaku lebih baik dan tak sekali pun berbuat ulah.

Dia kembali menjadi Ananta yang penurut dan tak pernah keluar malam lagi. Ananta sendiri berusaha menerima kenyataan bahwa dirinya sudah tak perawan lagi tetapi tetap menyembunyikan kejadian malam itu rapat-rapat. 

Dia tetap bersikap seperti biasa pada Alan, tunangan yang begitu dia cintai, tapi sering kali diliputi perasaan bersalah yang begitu besar.

Alma Wiriyo, sang nenek pun juga memberi kesempatan baru bagi Ananta untuk bergabung di Wiriyo Group setelah melihat Ananta tak lagi bersikap di luar batas.

Hari itu adalah acara peresmian Ananta menjabat sebagai manajer di perusahaan besar itu. 

Semua petinggi perusahaan itu langsung saja berdiri dan baru duduk setelah Alma mempersilakan mereka untuk duduk. 

"Selamat pagi, sesuai dengan keterangan yang telah diberikan kepada Anda semua. Pagi ini saya akan sampaikan jika cucu saya-Ananta Wiriyo baru saja resmi bergabung ke dalam perusahaan ini sebagai manajer pemasaran." 

Semua orang pun bertepuk tangan menyambut Ananta. Mereka memang sudah menanti-nanti kedatangan Ananta yang akan menjadi pewaris berikutnya menggantikan Johan. 

Hal ini dikarenakan mereka percaya bila Ananta akan menjadi salah satu orang yang akan mampu membuat kemajuan bagi perusahaan.

Ananta membungkuk singkat dan memulai pidatonya, "Terima kasih. Saya senang sekali akhirnya bisa ikut menjadi bagian dari perusahaan ini, Saya ...." 

Ananta tak bisa meneruskan ucapannya lantaran tiba-tiba saja layar projector di ruang itu menyala dan menampilkan sebuah video yang membuat Ananta terhenyak. 

Video yang sedang terputar itu adalah video di mana ia menari di klub malam dan terlihat sangat mabuk berat.

Tak hanya itu, di dalam video itu dia terlihat bersama dengan seorang pria yang wajahnya tidak terlalu terlihat dengan jelas. Jantungnya Ananyta hampir saja copot dari tempatnya.

"I-itu ...." 

"Astaga ...." 

Semua orang di ruangan meeting itu pun mulai berbisik-bisik, terlihat kaget luar biasa.

Johan terbelalak kaget, "Nanta. Apa yang sudah kamu lakukan?" 

"Pa, Nanta nggak tahu. Nek, itu ...." 

Para petinggi di perusahaan itu pun mulai berbisik. 

Alma berdiri sembari menggebrak meja, "Meeting selesai." 

Satu per satu dari mereka pun ke luar, meninggalkan Alma, Johan dan juga Ananta. 

"Nenek, Nanta bisa jelasin," ujar Ananta tergagap. 

"Apa yang kamu mau jelasin? Video tarian gila kamu di klub itu?" ujar Alma sambil mendelik marah. 

"Nanta, kamu sudah sangat mengecewakan Papa." 

Ananta menunduk, "Tapi itu hanya sekali, Pa. Nek, hanya satu kali. Ananta nggak pernah melakukan hal itu lagi." 

"Dasar cucu tidak berguna! Kau sudah mencoreng nama baik keluarga Wiriyo di depan para petinggi perusahaan," ucap Alma terlihat kesal pada cucunya.

"Nek, Nanta minta maaf. Nanta nggak bermaksud begitu."

"Tapi semua petinggi perusahaan ini sudah tahu, Nanta. Dan bahkan foto-fotomu bersama laki-laki nggak jelas mukanya itu terpampang tadi. Mau apa lagi kamu?" ucap Johan marah luar biasa. 

Ananta tercekat.

Beberapa jam kemudian, Ananta telah duduk di lantai di depan seluruh anggota keluarga Wiriyo yang duduk di kursi semuanya. 

Gadis itu hanya bisa menunduk dalam, tak tahu apa yang harus dia lakukan. 

Vina, adik kandung Ananta yang baru saja pulang kuliah itu pun juga ada di sana tapi hanya memilih diam dan menjadi penonton. 

"Keluarga Alan Samudera telah menghubungi, mereka memutuskan pertunangan kalian. Sekarang, Alan sedang pergi ke North Carolina untuk melupakan kamu," ujar Alma memulai percakapan. 

Ananta mendongak kaget, "Alan tahu? Tapi dia tahu dari mana, Nek?"' 

"Tentu saja dia tahu. Dia bahkan juga mendapat video dan foto-foto kamu yang setengah telanjang bersama dengan pria lain itu. Menurutmu, setelah dia tahu hal itu, dia masih mau menghubungimu?" ujar Belinda tajam. 

Pikiran Ananta sudah semakin kacau.

"Tapi Nanta benar-benar nggak pernah berniat mengkhianati Alan. Waktu itu Nanta mabuk, Ma. Nanta nggak tahu kalau ...." 

"Sudahlah, kami nggak butuh denger alasan kamu, Nanta. Alan telah mengkonfirmasi saat malam itu kamu berbohong kepadanya. Dia mengatakan dengan jelas, malam itu kamu ke klub itu diam-diam. Sekarang, katakan siapa laki-laki yang bersamamu itu!" ucap Alma. 

Ananta terbungkam. 

Bagaimana ia bisa mengatakannya? Ia sendiri juga tidak tahu, ia hanya ingat wajahnya. 

"Kenapa tak mau menjawab?" Alma sudah kehilangan kesabarannya. 

Ia benar-benar sudah kehilangan muka hari ini. Video dan foto itu sudah tersebar dalam waktu singkat. 

Sekarang ini, cucunya yang ia banggakan itu telah menjadi buah bibir di perusahaannya.

Sialnya, Ananta menjadi buah bibir bukan karena prestasi, melainkan skandal yang telah dia buat. 

"Nanta ... nggak bisa bilang, Nek." 

Johan mendelik tajam, "Kamu itu sudah gila, Nan? Kamu udah mencoreng nama baik keluarga ini dengan bertingkah liar, dia harus menikahi kamu untuk menutupi skandalmu itu. Terus kamu nggak mau mengatakan identitas si bajingan itu?" 

Ananta hanya terdiam, tak tahu bagaimana harus menjawab. 

"Atau kamu sengaja menyembunyikan identitas dia, begitu?"

Mata indah Ananta melebar. 

"Tidak, Nek. Nanta ...."

"Kalau kamu nggak mau bilang, kamu angkat kaki saja di rumah ini," ucap Alma.

Pupil mata Ananta membesar.

"Tapi, Nek. Nanta sungguh-sungguh menyesal. Nanta nggak akan mengulanginya, tolong ampuni Nanta."

Alma menatap tajam cucunya.

"Kalau kamu kekeuh tidak mau mengatakannya, maka pergi saja dari rumah ini dan jangan pernah kembali ke keluarga ini lagi!" ujar Alma dingin. 

"Nek, tolonglah. Tolong beri kesempatan buat Nanta sekali lagi, Nanta janji akan membuat Nenek bangga. Percaya sama Nanta!" pinta Ananta. 

"Apa? Bangga? Videomu itu sudah menghancurkan reputasi keluarga kita di depan para petinggi. Kamu mau buat keluarga ini semakin hancur reputasinya, Nanta dengan kamu masuk ke perusahaan?" tuduh Alma. 

Belinda yang sedari tadi hanya diam pun mulai berbicara, "Kita bisa cari suami bayaran untuk Nanta, Ma." 

"BELINDA. Kamu pikir ini semudah itu? Jangan gila!" bentak Alma tak terkendali lagi hinga membuat Belinda terlonjak kaget. 

"Apa ada jaminan orang yang kita bayar tidak akan membocorkan rahasia tentang kejadian itu? Salah-salah malah kita bisa diperas," balas Alma. 

Belinda sontak menutup mulutnya rapat-rapat, merasa percuma memberikan pendapatnya. 

Ibu mertuanya itu begitu keras hati. Tak mungkin dirinya akan mau mendengarkan apa yang ia katakan. 

Harapan yang tadinya muncul itu pun perlahan hilang dari benak Ananta. Ia pun kemudian bangkit perlahan, "Baiklah, kalau itu mau Nenek. Nanta akan pergi dari rumah ini." 

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Artana Siregar Siregar
kasian banget ananta
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • CEO Tampan Itu Ayah Putraku    3. Pencarian

    "Nanta!" pekik Johan, agak terkejut putrinya memilih jalan itu. Alma menghela napas panjang dan berkata dengan datar, "Silakan angkat kaki dari rumah ini. Mulai detik ini, kamu bukan bagian dari keluarga ini lagi. Dan jangan sekali pun kamu berani menggunakan nama 'Wiriyo' di belakang nama kamu. Ngerti kamu?" Sakit. Sangat sakit. Itulah yang Ananta rasakan saat ini tapi Ananta berusaha tegar. Dia tahu keputusan neneknya sudah bulat."Baik, Nek. Nanta tidak akan pernah kembali lagi ke rumah ini dan meninggalkan nama belakang keluarga 'Wiriyo'."Alma mengangguk puas. Setidaknya salah satu pembawa masalah dalam keluarganya akan segera meninggalkan rumah itu.Setelah cucunya itu pergi, dia tinggal menghapus jejak sang cucu sehingga tak ada lagi yang bisa menjatuhkan nama besar keluarganya lagi.Dengan air mata yang mulai jatuh membasahi pipinya, Ananta berbalik dan bergerak menuju kamarnya. Dia bergegas membawa beberapa barang yang dia anggap penting lalu kemudian dia menuruni tangga be

  • CEO Tampan Itu Ayah Putraku    4. Kehidupan yang Berbeda

    "Wanita itu? Apa maksud Anda itu ...." "Ya, wanita penghibur yang berdansa denganku dan menghabiskan malam denganku saat itu," jawab Mikael, semakin membuat Andrew terkesiap. Ia cukup kaget. Pasalnya ini pertama kalinya tuan mudanya mencari-cari seorang wanita. Apa yang membuat wanita begitu spesial? pikir Andrew bingung. Saat sudah sampai di Indonesia, Mikael terheran-heran dengan apa yang ia sedang lakukan. "Aku pikir aku memang sudah gila." Ia menggelengkan kepalanya dan bergumam sendirian sambil berkacak pinggang, "Mikael, kamu memang benar-benar sudah tidak waras." Pria bermata biru terang itu pun melangkahkan kakinya ke dalam klub malam yang mempertemukan dirinya dengan wanita yang tidak bisa lupakan sampai detik ini. Seperti biasa, begitu ia masuk, ia langsung menjadi pusat perhatian. Dengan begitu mudahnya ia membuat beberapa wanita melihatnya dengan tatapan tertarik. Siapa yang tak terpesona dan jatuh hati pada seorang Mikael Alexander yang memiliki garis wajah yang b

  • CEO Tampan Itu Ayah Putraku    5. Setelah Lima Tahun

    Lima tahun kemudian, "Sean, baik-baik ya di sini! Nanti Tante Haruka yang jemput Sean," ucap Ananta sambil berjongkok, menatap sang putra. "Okay, Ma. Sean kan memang anak baik," sahut bocah berusia lima tahun itu. Ananta memeluk putranya lalu mencium pipinya sebelum menyerahkan Sean pada petugas day care. Setelah memastikan Sean sudah berbaur dengan teman-temannya yang juga merupakan anak-anak yang dititipkan di tempat itu, Ananta segera mengambil motornya dan mengemudikannya menuju ke tempat kerja. Sesungguhnya, Ananta sudah mampu membeli sebuah mobil, tapi prioritasnya saat ini adalah memberikan rumah yang lebih nyaman untuk sang putra, sehingga dia menabung uang hasil kerjanya untuk itu. The Himalaya Resort. Sebuah resort yang menjadi tempat bekerja Ananta sejak tiga tahun lalu. Tempat itu berhektar-hektar luasnya dan menjadi salah satu yang paling terkenal di kota itu. Tamunya pun tidak hanya berasal dari dalam negeri, tapi juga luar negeri. Tidak heran, dulu Ananta mati-mat

  • CEO Tampan Itu Ayah Putraku    6. Kesalahan Kecil

    Tergagap, Ananta membiarkan pria asing itu mengambil buket bunga itu tapi dia sendiri masih terbengong-bengong.Tidak, Ananta. Dia tidak mungkin ingat kepadamu. Itu sudah bertahun-tahun berlalu. Laki-laki di depanmu ini seorang Don Juan. Mana mungkin dia ingat akan salah satu mangsanya?Kau hanya terlalu banyak berpikir, Ananta. Wanita itu menggelengkan kepala, mencoba meyakinkan dirinya bila pria asing itu benar-benar sudah melupakannya.Mikael berdeham agak keras hingga Ananta tersadar dan segera berkata, "Sir, mari ikut kami!"Mikael tidak membalas dan hanya menatap Ananta dengan datar, tapi anehnya Ananta tahu pria itu sedang menunggu dirinya untuk menunjukkan jalan.Dengan hati yang sedang bercampur aduk, Ananta berjalan di depan Mikael, diikuti oleh rombongan.Mereka diarahkan ke sebuah ruangan yang telah dipersiapkan sebelumnya. "Silakan menikmati penyambutan kami, Sir, Maam." Ananta berujar dengan sopan, mencoba menenangkan diri meskipun gagal. Namun, melihat sikap datar Mi

  • CEO Tampan Itu Ayah Putraku    7. Sesuatu yang Aneh

    Melihat tatapan sepasang mata sebiru lautan milik anak kecil itu, Mikael merasakan sesuatu yang aneh tengah menyergapnya. Suatu perasaan asing yang tak dikenalnya. Rasa iba dan tak tega.Tiba-tiba saja hanya dengan sebuah tatapan itu, Mikael mendadak menjadi luluh seketika, "Baiklah, baiklah. Paman akan menyelamatkannya untukmu."Si anak kecil itu langsung tersenyum lebar, memamerkan deretan gigi putihnya yang rapi.Bergegas Mikael memanjat pohon itu dengan begitu mudahnya, lalu membebaskan anak kucing yang terjerat tali itu dan membawanya turun ke bawah. Dia menyerahkannya pada anak itu. Anak kecil itu berteriak dengan gembira saat si binatang berbulu itu telah berada di dalam dekapannya.Matanya terlihat berbinar-binar. Tanpa sadar Mikael tersenyum.Mikael memperhatikan dia mengelus-elus kucing itu dengan penuh kelembutan sampai-sampai Mikael rasanya tak bisa melepaskan pandangannya dari anak kecil itu."Kucing imut, kamu udah aman. Bermainlah dengan riang ya!" Anak kecil itu kemu

  • CEO Tampan Itu Ayah Putraku    8. Si Kaya

    "Oh, iya, baik. Mohon ditunggu. Saya akan segera ke sana, Sir," ucap Ananta.Begitu Ananta menutup panggilan itu, beberapa staf terlihat menunggu reaksi Ananta.Tapi, Handi yang jelas tidak memiliki kesabaran yang setebal kamus bahasa Indonesia itu pun bertanya, "Gimana, Bu? Siapa yang dari Cleveland memanggil, Bu?"Panggilan yang ditujukan pada nomor saluran Ananta adalah panggilan yang jelas hanya berasal dari gedung Cleveland. Sementara yang lain biasanya akan bertujuan ke saluran lain."Kamar nomor 2."Handi melebarkan mata, "Si pria bule ganteng itu?"Ananta mendengus, "Semua pria di kamar Cleveland itu bule dan ganteng."Ananta tidak menampik fakta itu."Ah, Bu Nanta. Maksud saya si pria pirang yang Ibu beri buket bunga tadi itu lho. Si kaya," jelas Handi.Ananta mengeryit heran, "Si kaya? Julukan apa lagi itu?"Staf lain berkomentar, "Bu Nanta gimana sih? Masa Ibu nggak tahu? Itu, Bu. Pak Mikael Alexander yang menyewa Cleveland kan memang kaya banget, Bu. Tadi, kami sudah me-goo

  • CEO Tampan Itu Ayah Putraku    9. Salah Orang?

    Ananta menatap ke arah sahabatnya itu dengan tatapan bingung, "Apa yang harus aku lakukan sekarang?" Haruka buru-buru meletakkan cokelat panasnya di atas meja dan berkata, "Bentar, Nan. Kamu ... yakin itu dia? Si bule itu?" Haruka bahkan terlihat lebih gugup daripada Ananta. "Ya. Itu benar-benar dia. Memang dia, Haruka." Ananta menghela napas panjang. Bayangan laki-laki itu secara tiba-tiba terlihat di depannya dan di sampingnya ada seorang anak kecil, yakni putranya sendiri sebagai perbandingan. Mendadak, Ananta langsung menelan ludah dengan gugup, "Rambut pirang, mata biru. Dia sangat mirip dengan Sean. Oh, tidak. Maksudku Sean sangat mirip dengannya." "Ya Tuhan. Mereka sangat-sangat mirip, Haruka." Ananta sudah terlihat begitu lemas kala menjelaskan hal itu. Dia kini sudah tidak bisa berpikir jernih lagi. "Nan, ingat-ingat lagi deh. Mungkin kamu salah orang, Nan." Ananta menggeleng, tentu tidak mungkin salah mengenalinya. Untuk soal fisik memang Sean dan Mikael mem

  • CEO Tampan Itu Ayah Putraku    10. Kamu Menolakku?

    "Jangan ngaco! Mana ada orang yang suka sama seseorang hanya karena bertemu satu kali? Bahkan, kami tidak mengobrol apapun, Haruka," bantah Ananta. Haruka menyeringai, "Nggak mengobrol? Yakin?" "Iyalah, aku mabuk. Gimana bisa ngobrol?" balas Ananta, masuk akal. "Gimana pas di ranjang? Masa kamu atau dia nggak mengeluarkan suara?" tanya Haruka. Ananta menaikkan sebelah alis, "Apa maksudmu?" Haruka berkata sambil menahan senyum, "Oh, Baby. Ini sangat luar biasa." Gadis itu bahkan juga membuat suara desahan yang membuat daun telinga Ananta seketika berubah menjadi merah muda. "Iya, iya di sana. Aku menyukaimu, aku-" Haruka tak sempat melanjutkan perkataannya lantaran Ananta telah melemparinya dengan sebuah bantal. Gadis itu malah cengengesan. "Hih, kamu tuh. Kebanyakan nonton blue film ya, sampai omonganmu jadi ngawur!" ucap Ananta sedikit kesal. Bukannya mengoreksi ucapannya, Haruka malah berujar lagi, "Serius, Nan. Aku yakin kalian berdua pasti mengatakan hal-hal yan

Bab terbaru

  • CEO Tampan Itu Ayah Putraku    53. The Ending

    Justin pun segera menjelaskan lebih lanjut perihal cara menelepon Alan Samudera. Keesokan harinya, di hadapan sama orang, kecuali putranya, Sean, Ananta melakukan sebuah panggilan pada Alan. Terlihat Mikael awalnya tidak suka melihat istrinya menelepon mantan pacarnya dulu tetapi dia tidak bisa memprotesnya. "Alan, ini aku ... maaf, aku harus melakukan ini," kata Ananta mengawali panggilan itu. Tentu saja dalam layar itu Alan terlihat begitu sangat terkejut. Tetapi, laki-laki itu malah langsung bertanya, "Vina. Bagaimana keadaan Vina, Nanta?" Anehnya wajah laki-laki itu terlihat begitu sangat sedih sehingga Ananta cepat-cepat menceritakan masalah tentang Vina. Betapa terkejutnya pria itu kalau mendengar kondisi mantan istrinya itu, tanpa menunda-nunda lagi dia berkata, "Aku akan segera pergi ke Indonesia dan menjenguk dia." Tak disangka-sangka oleh keluarga Wiriyo, Alan Samudera tampak tak menghindar dari mereka dan bahkan telah memutuskan untuk membantu mereka. "Aku tidak meny

  • CEO Tampan Itu Ayah Putraku    52. Dua Pribadi?

    Ananta memejamkan matanya seolah mencoba untuk tetap kuat. Dia tak boleh terlihat lemah di depan suaminya itu, meskipun kenyataannya dia saat ini memang sedang melemah.Wanita itu tak membalas sepatah kata pun perkataan suaminya hingga kemudian Mikael Alexander menghentikan ucapannya sendiri. Dia tak lagi melanjutkan perkataan kejamnya.Ketika dia melihat istrinya sedang menutup matanya dan bahkan dia bisa melihat bagaimana tubuh Ananta sedikit bergetar karena mendengarkan perkataannya itu, Mikael segera mundur ke belakang dan memegang kepalanya dengan rasa frustrasi yang sangat mengganggunya."Astaga, apa yang sudah aku lakukan?" gumam Mikael yang kini menatap istrinya dengan penuh penyesalan.Ananta bahkan belum berani membuka mata sehingga Mikael kini kembali melangkah ke depan lalu mendekati istrinya dengan perlahan. Dia ingin merengkuh istri tercintanya itu dan menenangkannya."Sayang, maafkan aku. Aku-""Tidak apa-apa," ucap Ananta yang langsung mundur ke belakang setelah dia ta

  • CEO Tampan Itu Ayah Putraku    51. Cara Justin

    "Begini, Madam. Kami bisa membantu Anda dengan membuat sebuah tawaran kerjasama dengan perusahaan beliau," kata Justin.Ananta segera mengerutkan keningnya, "Maksud Anda? Anda berniat untuk menawarkan sebuah kerjasama palsu pada Alan?"Justin berdeham kecil saat idenya itu dikatakan demikian, tetapi dia tidak memiliki hak untuk tersinggung karena memang sebutan itu memang tepat."Ini demi menjaga kerahasiaan tujuan Anda, Madam," ucap Justin dengan nada yang terdengar sedikit agak malu.Sebagai seorang detektif, sudah menggunakan berbagai cara dan bahkan dengan cara yang kotor sekalipun untuk menuntaskan kasus-kasusnya.Tidak sekali hanya dua kali dia kerap melakukan sebuah tipu daya agar dia bisa menjebak orang yang dia incar. Akan tetapi, baru sekarang ini dia merasa begitu sangat malu dan tidak nyaman setelah mendengar ucapan dari Ananta Alexander.Dia tidak mengerti. Yang dia ketahui pendapat wanita itu seakan langsung mudah membuatnya goyah.Ada apa denganmu sebenarnya, Justin? Ka

  • CEO Tampan Itu Ayah Putraku    50. Informasi

    "Luar negeri. Aku yakin dia tidak mungkin berada di Indonesia. Jadi, memang satu-satunya tebakan yang mungkin paling benar adalah dia berada di luar negeri selama ini," kata Alma. "Itu masuk akal. Kalau hanya di dalam negeri tak mungkin informan kita sampai tak berhasil melacak keberadaannya walaupun hanya sedikit," kata Johan. Belinda menganggukkan kepalanya setelah dia memahami semua itu. "Kalau begitu detektif swasta yang disewa oleh Ananta sangatlah bagus karena mereka bisa menemukan keberadaan Alan hanya dalam waktu yang cukup singkat." Sementara itu Ananta yang masih di tengah jalan mengemudikan mobilnya dengan tidak sabar. Dia ingin segera mengetahui informasi tentang Alan dan ingin melakukan apa yang dia inginkan. Begitu sampai di kantor detektif swasta tersebut yang tak terlalu jauh dari rumahnya atau hanya sekitar 15 menit perjalanan menggunakan mobil tanpa kemacetan, Ananta melihat Vincent yang sedang duduk di depan seolah sedang bersantai. Vincent segera berdiri ketik

  • CEO Tampan Itu Ayah Putraku    49. Kecurigaan

    Dari panggilan itu Mikael menjelaskan, "Maafkan aku, Sayang. Aku sedang begitu sangat sibuk.""Sampai kamu lupa mengabari istri dan anakmu? Yang padahal sedang jauh dari jangkauanmu?" ucap Ananta sinis.Mikael terdiam selama beberapa saat hingga kemudian pria itu kembali berkata, "Maaf, Nanta. Aku benar-benar sedang tidak bisa menghubungi kamu kemarin dan baru sekarang aku bisa menghubungimu."Ananta menghela napas panjang. Kali ini dia benar-benar tidak bisa memahami apa yang sedang dikerjakan oleh suaminya itu.Dia pun juga tak bisa mencari tahu lebih banyak karena keterbatasan yang dia miliki. Dia sudah tidak memiliki Helen dan juga dia pun tak memiliki orang lain yang bisa dia tanyai mengenai sang suami.Menurutnya sangat percuma untuk mendesak Mikael berkata yang sebenarnya."Hm, lalu apa kau akan pergi ke Indonesia atau tidak?" tanya Ananta."Aku tentu saja akan pergi. Bagaimana mungkin aku membiarkan kamu dan Sean sendirian di sana?" ucap Mikael.Nyatanya kamu bahkan lepas kami

  • CEO Tampan Itu Ayah Putraku    48. Keyakinan

    Haruka menatap sahabatnya itu dengan seksama, "Boleh. Kamu boleh melakukan apa saja jika itu bisa membantumu, asalkan jangan lupakan satu hal, Nanta."Wanita itu tentu saja tak mau jika sahabatnya itu sampai salah melangkah sehingga dia mencoba untuk memberikan beberapa saran agar masalah yang dihadapi oleh sahabatnya itu bisa terselesaikan tanpa adanya penyesalan ataupun kesalahan lain yang mungkin dia perbuat.Ananta cepat-cepat membalas, "Apa, Haruka?"Haruka menahan napas dan kemudian menghembuskannya secara perlahan, "Ketika kamu sudah mendapatkan bukti yang kamu inginkan itu, kamu tidak boleh goyah. Jangan pernah sekalipun kamu berpikir untuk mundur jika semuanya sudah tersaji di depan mata."Haruka mengamati perubahan ekspresi Ananta dan kini dia yakin bila kali ini sarannya sudah tepat sasaran.Ananta menelan ludahnya dengan gugup ketika dia teringat bagaimana dia membatalkan penyelidikannya kala itu.Padahal hanya satu langkah saja dia pasti sudah tahu apakah suaminya itu mem

  • CEO Tampan Itu Ayah Putraku    47. Aku Salah

    Namun, Alan tahu percuma saja dia berpikir karena nyatanya semua yang ada di dalam kepalanya itu tak pernah bisa dia lakukan.Dia lalu memutuskan untuk lanjut berjalan melihat-lihat pemandangan sekitar dan larut dalam dunia yang menurutnya tak sedikitpun bisa menyembuhkan hatinya itu.Sementara itu, Ananta masih menunggu kabar dari sang detektif muda untuk informasi selanjutnya. Pagi itu, Ananta memilih untuk berkunjung ke kediaman Haruka bersama dengan Sean serta seorang sopir keluarga besarnya."Kamu yakin hanya pergi dengan sopir saja, Nanta? Nggak apa-apa, Nanta?" tanya Johan dengan wajah terlihat tidak tenang.Ananta tersenyum pada sang ayah, "Papa nggak perlu khawatir. Ananta bisa sendiri kok. Sama sopir udah cukup. Lagipula, sekarang jarak ke kota itu bisa ditempuh lebih cepat kan?"Johan pun akhirnya melepaskan putri sulungnya itu untuk pergi ke kota di mana Haruka tinggal.Perjalanan itu tak memakan waktu lama dan hanya ditempuh sekitar satu jam lebih saja."Tante," seru Sea

  • CEO Tampan Itu Ayah Putraku    46. Takdir Apa?

    Justin mendengus keras sebelum kemudian menanggapi perkataan Vincent, "Takdir? Takdir yang bagaimana maksudmu?"Tatapannya penuh dengan kebingungan sehingga Vincent pun tak tahan untuk segera menjelaskan."Hm, takdir di antara sepasang muda mudi yang bertemu karena ketidaksengajaan dan-""Jangan gila! Dia sudah memiliki seorang suami dan bahkan anak," sambar Justin cepat agar temannya itu tak lagi berpikir macam-macam.Dia tak mau bila Vincent membayangkan hal yang bukan-bukan.Vincent terlihat terkejut dengan ucapan Justin dan langsung saja dia melihat file yang diisi oleh Ananta tadi."Ah, kau benar. Dia memang sudah menikah dan memiliki seorang anak. Hm, sungguh aku pikir dia itu masih single," kata Vincent masih terlihat sulit percaya.Justin menaikkan alis kanannya lalu menatap Vincent dengan tatapan aneh.Vincent terkikik geli lalu berkata, "Ayolah, dia memang terlihat masih begitu sangat muda kan? Sangat cantik dan tidak terlihat seperti seorang wanita yang telah memiliki seora

  • CEO Tampan Itu Ayah Putraku    45. Kebetulan Lain

    "Iya, Pa. Bagaimana menurut Papa?" tanya Ananta tanpa sedikitpun ragu.Johan menggelengkan kepalanya, "Entahlah. Papa belum pernah menggunakan detektif swasta. Jadi, Papa tidak bisa memberikan kamu pendapat."Ananta mengangguk mengerti, "Nanta pernah menyewa detektif swasta di London dan mereka sangat membantu Ananta."Tetapi, Johan terlihat sanksi. "Nanta, kamu tidak bisa membandingkan negara yang pernah kamu tinggali itu dengan Indonesia. Kamu tahu juga kan kalau di sini masih sangat jarang orang yang menggunakan jasa detektif swasta?" Ananta bukannya tidak tahu tetapi justru karena itulah dia sangat ingin menggunakan jasa detektif swasta."Tidak masalah, kita bisa mencobanya walaupun kita masih belum tahu bagaimana cara kerja detektif swasta di sini," kata Ananta.Johan pun hanya bisa mendesah dan berkata, "Baiklah, kalau memang itu yang kamu inginkan, Papa hanya bisa memberikanmu informasi mengenai beberapa kantor detektif swasta yang mungkin bisa kamu pilih."Ananta mengangguk s

DMCA.com Protection Status