"Tidak ada apa-apa, kepo banget sih!"Intan menarik tangan Julaika, wanita bohay yang kaget dengan perlakuan sang Nyonya Muda kepanya.Mengikuti apa pun yang diperintahkan oleh Intan, istri pertama dari suaminya."Jangan pernah berkata apa pun pada Darma, berjanjilah. Ini hanya rahasia antara kita berdua."Tatapan tajam Intan pada sang asisten, kedua mata indah itu beradu pandang, akhirnya mengangguk sebagai tanda setuju.Julaika memberanikan diri untuk memeluk istri pertama Darma yang cantik, ternyata hatinya juga sangat baik.Terbesit rasa bersalah tersimpan di lubuk hatinya terdalam, telah mencuri hati dan cinta dari suaminya yang sangat dicintai."Hanya bisnis kecil saja sampai kalian bisik-bisik di belangku?" ujar Darma sambil berdiri dan bersandar di pintu. Mata Indah sang Ceo menatap kedua wanita yang ia halalkan itu dalam keadaan damai tanpa ada sengketa, membuatnya merasa bahagia luar biasa."Apa pun bisnis kami, Darma tidak boleh ikut campur. Aku ada perlu sedikit dengan Jul
"Gairah kamu, Intan. Tumben." Darma berkata dasar sambil menatap tubuh istrinya yang lunglai di ranjang. Akhirnya ia pun tidak memenuhi kemauan sang istri ingin memaduh kasih, hanya dilihat dan diabaikan begitu saja."Tidak enak, bermain dengan orang setengah sadar." bisik Darma di telinga Intan lalu beranjak ingin pergi meninggalkan tempat tidur mewah itu.Akan tetapi, sebelum pria gagah itu beranjak pergi, tangan Intan dengan cepat menarik tubuh suaminya hingga terjatuh ke ranjang dan menindih tubuhnya yang langsing."Auuhhhhh!" teriak Intan, sebab merasa kesakitan karena terbentur kepalanya dengan kepala suami. Ia pun kini mengusap dengan tangan kiri. Rasanya kepala berputar dan berterbangan kupu-kupu kecil mengitari dan terus berputar di kepala."Makanya jangan asal tarik, enak bukan sakitnya?"Intan diam saja, tidak menjawab sama sekali meski satu parah kata pun. Tatapan penuh cinta yang ia berikan kepada sang suami, agar ia sedikit peka dan mengetahui isi hatinya, karena sedang
Menyebalkan!" Intan melemparkan bantal ke arah Darma yang ada di samping. Dengan rasa yang amat kesal ia tidak mampu lagi berkata-kata, hanya sorot mata yang merah dengan tatapan tajam seperti hendak memakan.Darma hanya menangkap bantal yang dilemparkan istrinya, lalu dilemparkan kembali dengan lebih keras dan secara mendadak."Auhhhhh!""Napa, sakit?" tanya Darma sambil berjalan menuruni ranjang mewah mereka. Ia pun berjalan menuju kamar mandi.Darma membersihkan tubuh ke kamar mandi, tubuhnya gerah dan berkeringat, kini didinginkan agar otak dan pikiran menjadi dingin.Intan kecewa kecewa terhadap apa yang terjadi, bagaimana ia bisa begitu menginginkan hubungan dengan suaminya pada saat yang kurang tepat, berakibat Darma merasa kecewa, beranggapan dia dipermainkan."Achhhhh!" Lagi-lagi ia merutuki diri sendiri dan marah pada apa yang baru saja terjadi. Menggigit bibir bawah dan memukul bantal berulang kali.Dengan kesal, ia memunguti pakaian yang berserakan di lantai dan dikenakan
Akhirnya malam sepi berubah menjadi hangat, apa yang diinginkan didapat. Kedua suami istri yang menikmatinya malam panjang tanpa kendala, kehangatan dan cinta disajikan bersama hingga mendapatkan kepuasan dan nikmatHingga fajar menyambut pagi, keduanya masih terkena bersama mimpi indah. Tidak ada yang lebih indah selain mendapatkan cinta kasih dari pasangan halal, meskipun menjadi yang kedua.Julaika terbangun terlebih dahulu, ia pun mengucapkan syukur Alhamdulillah, bisa juga merasakan kehangatan suami meski hanya beberapa kali di saat malam hari, biasanya habiskan waktu bersama istri pertama.Wanita yang berparas cantik bertubuh bohay itu mandi dini hari, menyiram seluruh tubuhnya hingga basah, diguyur dari sebelah kanan tubuhnya sebanyak tiga kali, kemudian menyiram area badan yang sebelumnya kiri.Menggosok lembut dengan sabun mawar, menggunakan sampo kesukaan dan tidak lupa bergosok gigi hingga bersih. Terakhir ia mengambil air wudhu untuk menjalankan kewajiban sebagai hamba yan
"Mama ini cucu terus yang diminta. Sabar napa. Mas Darma masih sibuk bekerja setiap hari. Jadi …." "Jadi kalian tidak punya waktu untuk berdua? Bercinta pun jarang. Bahkan kebersamaan yang harusnya dieratkan juga belum bisa begitu?" "Intinya belum rezeki, Ma. Intan dan mas Darma sudah berusaha. Memang belum diberi amanah saja. Mama sabar saja, suatu hari Intan akan memberikan cucu yang banyak." Ibu dan anak tetap adu argumen tentang calon anak. Bagaimana juga mamanya Intan, Puri Berlian sangat berharap memiliki cucu. Agar tidak kesepian di masa tua. "Kamu itu harus bisa memikat hati suami. Laki-laki tidak bisa dilepas seutuhnya. Meski diawasi sekali-kali. Apalagi tampan, kaya, royal dan baik hati begitu. Harus waspada kamu Intan, banyak pelakor di luar sana. Mereka mengancam pernikahan yang belum kuat seperti pernikahan kalian." Bu Puri Berlian, janda kaya raya yang masih cantik itu duduk di sebelah putri cantik kesayangan. Memegang tangan, menatap ke mata indah sang anak. "Intan
Darma diam saja, tidak menjawab pertanyaan Cantika. "Kok diam. Usah ragu begitu wahai Bos kami yang kaya raya. Pinjami salah satu apartemenmu yang kosong. Hitung-hitung amal kebaikan. Kami yang merawat hartamu agar bersih, bagaimana?" pinta Cantika. "Ayolah, Darma. Biarkan kami juga menikmati rezekimu sebahagian. Dengan menempati salah satu apartemen milikmu, itu artinya dirimu menjadi orang dermawan dan rela berbagi kebahagiaan. Percaya dech, pasti rezeki akan berlimpah dan mengalir deras untuk orang baik." "Kalian ini, benar-benar pintar merayu. Baiklah, aku akan menjadi sebagai orang baik, ehemm. Aku pinjami apartemen yang tidak jauh dari perusahaan, agar kalian datang tepat waktu dan tidak pernah terlambat. Apa pun pasilitas yang ada di apartemen, boleh kalian berdua gunakan." "Hore …!" "Mari kita berangkat sekarang. Biar malam ini kami bersihin, bagaimana Julaika?" Cantika memainkannya mata kiri kepada Julaika. Janda bohay berambut gelombang itu menyambut dengan senyuman ma
Julaika dan Cantika melompat kegirangan mendapatkan kartu kredit dari Darma secara cuma-cuma. "Benar-benar royal dan baik hati Darma kepada kita berdua. Hanya modal kata-kata manis saja, kita mendapatkan apa yang kita inginkan. Sungguh beruntung Intan, mendapatkan lelaki sempurna seperti dia. Ceo tampan baik hati, memiliki kepedulian tingkat dewa, meski kita hanya sahabat lama, dia tidak perhitungan dengan harta yang dipunya. Sungguh dia adalah manusia langka pada masa ini." Cepat tidur, besok kita bekerja sebaik mungkin. Buat dia bangga menerima kita sebagai asistennya. Ambil hatinya, baiki bawahannya, lihat saja, dalam waktu tidak begitu lama, apa pun yang kita inginkan dapat diraih dengan sangat mudah. "Apa misimu Julaika?" "Jangka panjang atau pendek?" "Hidup bahagia berkecukupan. Tanpa kekurangan materi lagi seperti dahulu. Mungkin Tuhan telah mendengar doa kita. Langkah kanan menuju Darma, ternyata sebuah keberuntungan yang tidak akan berulang dua kali." "Apakah dirimu akan
"Terima kasih Pak Jaka. Senang bisa satu ruangan dengan anda." "Jangan panggil Pak, dong. Mas saja, soalnya saya belum jadi bapak-bapak. Masih menjadi mas-mas, begitu ya cantik." Ketiganya bersalaman. Jaka mempersilakan kedua wanita cantik untuk duduk di tempat yang sudah disediakan dengan sopan. "Silakan duduk, jangan sungkan-sungkan bila ada yang ingin ditanyakan. Kita satu team kerja di sini. Tujuan sama, membantu Tuan Ceo menjalankan perusahaan agar semakin berkembang." "Terima kasih, Mas Jaka. Mohon bimbingan dan kerja samanya." "Kedua asisten baru itu menduduki kursi masing-masing. Memandang seluruh ruangan, memeriksa satu persatu buku dan tumpukan file yang ada di atas meja." "Mari ikuti saya ke ruangan meeting. Saya akan perkenalkan kalian kepada para stap lain, agar kinerja bisa berjalan dengan maksimal." "Terima kasih, Mas Jaka. Tak kenal maka tak sayang, ya?" Ketiga orang itu menuju ruang meeting, ternyata para stap dan sang Ceo sudah berada di sana. Tanpa membuang
Akhirnya malam sepi berubah menjadi hangat, apa yang diinginkan didapat. Kedua suami istri yang menikmatinya malam panjang tanpa kendala, kehangatan dan cinta disajikan bersama hingga mendapatkan kepuasan dan nikmatHingga fajar menyambut pagi, keduanya masih terkena bersama mimpi indah. Tidak ada yang lebih indah selain mendapatkan cinta kasih dari pasangan halal, meskipun menjadi yang kedua.Julaika terbangun terlebih dahulu, ia pun mengucapkan syukur Alhamdulillah, bisa juga merasakan kehangatan suami meski hanya beberapa kali di saat malam hari, biasanya habiskan waktu bersama istri pertama.Wanita yang berparas cantik bertubuh bohay itu mandi dini hari, menyiram seluruh tubuhnya hingga basah, diguyur dari sebelah kanan tubuhnya sebanyak tiga kali, kemudian menyiram area badan yang sebelumnya kiri.Menggosok lembut dengan sabun mawar, menggunakan sampo kesukaan dan tidak lupa bergosok gigi hingga bersih. Terakhir ia mengambil air wudhu untuk menjalankan kewajiban sebagai hamba yan
Menyebalkan!" Intan melemparkan bantal ke arah Darma yang ada di samping. Dengan rasa yang amat kesal ia tidak mampu lagi berkata-kata, hanya sorot mata yang merah dengan tatapan tajam seperti hendak memakan.Darma hanya menangkap bantal yang dilemparkan istrinya, lalu dilemparkan kembali dengan lebih keras dan secara mendadak."Auhhhhh!""Napa, sakit?" tanya Darma sambil berjalan menuruni ranjang mewah mereka. Ia pun berjalan menuju kamar mandi.Darma membersihkan tubuh ke kamar mandi, tubuhnya gerah dan berkeringat, kini didinginkan agar otak dan pikiran menjadi dingin.Intan kecewa kecewa terhadap apa yang terjadi, bagaimana ia bisa begitu menginginkan hubungan dengan suaminya pada saat yang kurang tepat, berakibat Darma merasa kecewa, beranggapan dia dipermainkan."Achhhhh!" Lagi-lagi ia merutuki diri sendiri dan marah pada apa yang baru saja terjadi. Menggigit bibir bawah dan memukul bantal berulang kali.Dengan kesal, ia memunguti pakaian yang berserakan di lantai dan dikenakan
"Gairah kamu, Intan. Tumben." Darma berkata dasar sambil menatap tubuh istrinya yang lunglai di ranjang. Akhirnya ia pun tidak memenuhi kemauan sang istri ingin memaduh kasih, hanya dilihat dan diabaikan begitu saja."Tidak enak, bermain dengan orang setengah sadar." bisik Darma di telinga Intan lalu beranjak ingin pergi meninggalkan tempat tidur mewah itu.Akan tetapi, sebelum pria gagah itu beranjak pergi, tangan Intan dengan cepat menarik tubuh suaminya hingga terjatuh ke ranjang dan menindih tubuhnya yang langsing."Auuhhhhh!" teriak Intan, sebab merasa kesakitan karena terbentur kepalanya dengan kepala suami. Ia pun kini mengusap dengan tangan kiri. Rasanya kepala berputar dan berterbangan kupu-kupu kecil mengitari dan terus berputar di kepala."Makanya jangan asal tarik, enak bukan sakitnya?"Intan diam saja, tidak menjawab sama sekali meski satu parah kata pun. Tatapan penuh cinta yang ia berikan kepada sang suami, agar ia sedikit peka dan mengetahui isi hatinya, karena sedang
"Tidak ada apa-apa, kepo banget sih!"Intan menarik tangan Julaika, wanita bohay yang kaget dengan perlakuan sang Nyonya Muda kepanya.Mengikuti apa pun yang diperintahkan oleh Intan, istri pertama dari suaminya."Jangan pernah berkata apa pun pada Darma, berjanjilah. Ini hanya rahasia antara kita berdua."Tatapan tajam Intan pada sang asisten, kedua mata indah itu beradu pandang, akhirnya mengangguk sebagai tanda setuju.Julaika memberanikan diri untuk memeluk istri pertama Darma yang cantik, ternyata hatinya juga sangat baik.Terbesit rasa bersalah tersimpan di lubuk hatinya terdalam, telah mencuri hati dan cinta dari suaminya yang sangat dicintai."Hanya bisnis kecil saja sampai kalian bisik-bisik di belangku?" ujar Darma sambil berdiri dan bersandar di pintu. Mata Indah sang Ceo menatap kedua wanita yang ia halalkan itu dalam keadaan damai tanpa ada sengketa, membuatnya merasa bahagia luar biasa."Apa pun bisnis kami, Darma tidak boleh ikut campur. Aku ada perlu sedikit dengan Jul
Karena kesal dengan tingkah suaminya yang bersenang-senang di perusahaan bersama dengan karyawan semua.Intan bergegas mengenakan baju dres hitam, sepatu hak tinggi serta berkaca mata gelap."Pak Danang, antar aku ke perusahaan sekarang!" perintah Intan sambil berkacak pinggang."Siap, Nyonya." Pria yang masih berumur tiga puluh lima tahun yang belum juga menikah itu, langsung lari dan membuka pintu mobil untuk dimasuki oleh sang Nyonya Muda."Mobilnya lebih cepat, Pak Danang!" bentak Intan emosi karena laju mobil yang begitu lambat.Karena mendapatkan bentakan dari Nyonya yang sombong, Danang menaikkan lima kali lebih cepat, sontak mobil menyalip kanan kiri mobil-mobil yang ada di hadapan."Kau mau membunuhku ya!" bentak Intan sambil menjerit ketakutan. Tangan dengan jari-jari yang lentik menutup wajah ayunya.Danang hanya tersenyum di dalam hati, mata melirik kepala majikan yang ketakutan. Kini, kecepatan laju kendaraan menjadi normal seperti semula.Intan bernapas lega, tangan kiri
"Minggu depan aku akan halalkan dirimu di Surabaya!"Ucapan Darma menghentikan langkah Santi. Gadis berbaju merah itu membalik tubuhnya cepat."Aku tunggu hari bahagia itu, tetaplah jaga kesehatan."Diluar dugaan, Santi berbalik mendekati Darma yang masih setia berdiri di sisi depan apartemen. Mencium pipi dan memberikan pelukan hangat.Darma gantian mencium kening dan membalas pelukan hangat dengan menepuk lembut baju Santi.Mata Julaika mengarah ke tempat lain, agar tidak ternoda dengan adegan yang menyayat hati. Bagaimana suami yang disembunyikan selama ini di hadapan orang lain, pun terhadap calon istri ketiganya.Setelah adegan perpisahan calon pasangan suami istri itu, Darma dan Julaika pergi meninggalkan apartemen dalam satu mobil.Di dalam kendaraan roda empat mewah itu, Julaika memilih diam dan menatap ke luar jendela. Melihat sisi luar yang ramai di lintasi lalu lalang kendaraan.Lampu kendaraan menambah warna-warni malam yang kian merambat sunyi. Tanpa ada pembahasan apa pu
"Ini bukan masalah tega, Julaika. Cobalah mengerti dengan keadaan aku. Ini adalah konsekuensi dirimu yang jadi kedua. Semua keputusan ada di tanganku. Kau adalah pendukung dan tim suksesnya, apa pun itu.""Jadi aku harus rela berbagi cinta darimu dengan yang ketiga?""Wajib itu, tidak ada penolakan terhadap diriku. Kau pula yang harus mengatur pernikahan dengan yang ke tiga, tanpa diketahui oleh Intan.""Mengapa harus aku? Cari aja orang lain untuk menjalani misi ini. Cantika, Abu atau Jaka."Farm maju mendekati Julaika. Tangan gagah itu membelai rambut, turun ke pipi dan berakhir di bibir pink sexi istri keduanya itu."Biasanya, bibir ini selalu berkata ia dan tidak pernah membantah atasan serta suamimu ini. Apa gerangan yang membuat dirimu berkata seperti tadi, heem?"Julaika hanya diam di tempat. Mata menduduk melihat lantai marmer krim yang mengkilat."Jujur, aku cemburu bila dirimu memiliki yang ketiga, apakah ini salah?" tutur lembut untuk mengungkapkan isi hati tanpa ragu."Itu
"Mengertilah, Intan. Aku bekerja keras untuk masa depan keluarga kecil kita!"Darma menutup pintu mobil, kendaraan roda empat itu terus melaju di keramaian jalan raya.Intan menarik napas panjang, masuk mobil baru beserta supir baru. "Maju, Pak!" ujar wanita berkulit mulus diangkat.Mobil melaju dengan kecepatan sedang, saling diam tanpa ada komunikasi antara supir dan majikan. Sesekali supir baru bernama Danang melirik majikan yang muda berbibir pink melalui kaca.Tidak ada senyum manis di wajah Intan. Bahkan baru setengah beberapa jam yang lalu merasakan surga suguhan suami, kini terasa sesakkan dada karena tidak diantar pulang, Melain hanya bersama supir baru."Pak Danang, kita singgah di cafe sekarang.""Siap, Nyonya. Cafe di mana ya?""Cafe Sugar Next," balas Intan.Intan tidak ingin pulang ke rumah sendiri, dia ingin menikmati suasana cafe sore itu agar menetralkan serta naikkan mood yang rusak.Setelah sepuluh menit, mereka sampai di cafe, Intan melenggang santai menuju tempat
"Achhh, ia. Kami masih ingat tentang itu semua, Mama. Tetap berusaha sekuat tenaga. Namun, belum juga dikaruniai anak."Intan menatap lembut ibunya, wanita yang melahirkan ia itu pun membalas dengan tatapan penuh harap."Sampai kapan, Mama harus menunggu? Jangan sampai kejayaan dan jerih payah selama ini yang aku aku lakukan sia-sia tak berpenerus."Puri Berlian mendekati putrinya, duduk di kursi sebelah kanan, memegang kedua tangan dan mengusap lembut."Berusaha lebih sungguh-sungguh, kalian berdua bisa program hamil di dokter, bukankah itu belum kalian lakukan selama ini?"Wanita berkulit mulus itu mengangguk, menatap Darma sambil mengedipkan mata, meminta dukungan dengan bahasa isyarat.Ia, Mama. Kami akan program hamil dengan dokter mulai hari ini. Bagaimana, apakah Mama senang mendengarnya?"Hemmm, baiklah. Mama percaya dengan kesungguhan kalian berdua. Satu lagi, jangan sering-sering bertengkar. Bila ada masalah yang ingin dibicarakan, selesaikan secara baik-baik. Semua bisa dia