“Baiklah, aku akan tidur di sofa. Kamu tidurlah yang nyenyak. Besok kita bersihkan kamar sebelah.” Rani mengerutkan kening. Apa maksudnya bersihkan kamar sebelah? Ah, dia akan tinggal di sini? Bagaimana ini? Tapi … sudah terlalu larut sehingga tidak berkomentar lagi. Rani memilih pergi ke kamarnya. Wanita itu merebahkan diri, tapi malah sulit terpejam. Sedangkan Gilang, sudah mendengkur halus di sofa depan.
***Meyyis***
“Pagi,” ucap Gilang. Rani melonjak melihat Gilang yang sudah ada di kasurnya.
“P-pak, bagaimana Anda bisa di sini?” ucap Rani.
“Baru saja. Mandilah, aku sudah siapkan sarapan. Kamu harus mengantarku ke rumah dulu.” Gilang bangkit dan membiarkan gadisnya itu untuk membersihkan diri. Rani masuk ke dalam selimutnya.
“Ya Tuhan, apa yang terjadi. Baru saja semlam tidur di sini saja, membuatku jant
“Kamu mau membunuhku?” Gilang memepetkan tubuh Rani ke tembok.“Apa yang Anda lakukan? Jangan seperti ini ….” Rani mendorong tubuh Gilang. Lelaki itu tersenyum melihat tingkah wanita itu.***Meyyis***GIlang mengajak Rani pergi bareng, walau wanita itu selalu menolaknya. Gilang tidak patah semangat. Mungkin tidak akan berbeda dengan Keano mengejar Hafiza. Wanita berambut sebahu itu sudah lebih dulu dekat dengan Keano. Sedangkan Rani dan Gilang baru saja kenal.“Mau sarapan di mana?” tanya Gilang.“Tadi ‘kan sudah, Pak. Masih lapar?” Rani menoleh kea rah Gilang.“Tadi bukankah kamu hanya minum susu?” Rani memandang lelaki itu dengan jurus andalannya. Gilang terdiam tidak berkutik. Lelaki itu hanya fokus untuk menyetir. Dia sedikit takut, jika Rani nekat minta turun. Lelaki itu
“Maaf, Bu Siska. Harusnya tanyakan itu pada Pak Gilang. Tidak ada hubungannya denganku. Saya adalah asistennya, sudah sepantasnya jika bareng dengannya.” Rani mengelak.“Asisten? Pegawai dia tidak hanya kamu, tapi mengapa kamu yang harus bareng?” Rani memang tidak akan lolos dari introgasi wanita berpakaian seksi itu.“Saya hanya mengikuti perintahnya, mohon Anda tanyakan sama beliau. Permisi.” Rani meninggalkan toilet.***Meyyis***Siska mengerutkan kening karena wanita itu berani padanya. Dia akan menyusul wanita itu, tapi di belokan sudah ada Gilang yang mencegat Rani. “Kenapa kamu begini? Apa salahku?” Gilang mencekal lengan Rani.“Sudah aku bilang berkali-kali, jangan seperti ini saat di kantor. Pak, karyawan lain kan berpikir macam-macam.” Gilang menganguk.“Baiklah, aku akan cuek s
“Aku mengawasimu!” tegas wanita bermata lebar itu.Rani mengembuskan napas panjang. Memang tidak menguntungkan berkencan dengan teman sejawat. Banyak sekali rintangannya. Wanita itu memilih fokus pada kerjaannya setelah itu. duh Gusti, pilih nyaman atau kekasih. Semua bagai makan buah simalakama. Tidak makan ayah mati, dimakan ibu yang mati.***Meyyis***Siang ini Keano rapat di luar, akan bertemu dengan investor baru. Lelaki itu tidak mengajak Hafiza, karena memang kali ini wanitanya itu harus menyelesaikan beberapa berkas untuk rapat internal sore nanti. Kenao sudah duduk manis, menunggu investor tersebut datang. Tapi di luar rencana. Lelaki bertubuh tegap itu melihat Brenda juga datang.“Ternyata, seorang Keano juga takut kehilangan investor.” Keano bangkit dan mengantongi tangannya. Dia tersenyum miring melihat Brenda yang sudah berada di depannya. Masih sama penampilannya
“Apakah malam ini mau saya temani jalan-jalan malam? Akan ada pengalaman yang akan saya bagikan.” Keano tidak bisa mentoleransi perbuatan Brenda. Dia memilih pamit. Kalau saat ini tidak mendapatkan investor, bisa mencari di lain kesempatan. Dia tidak mentoleransi lelaki yang tidak setia. Dilihat saja nanti malam, jika malam nanti lelaki itu datang memenuhi undangan Brenda, maka sudah pasti Keano tidak akan menidaklanjuti pertemuan ini.“Jalan, Pak.” Keano memerintahkan supir untuk meninggalkan lokasi. Dia butuh penyegaran, istrinya … kali ini tidak akan lolos dari rayuannya untuk mendinginkan pikirannya.***Meyyis***Keano sampai ke kantor, melihat sang istri masih sibuk mempersiapkan rapat. Seluruh karyawan disuruh keluar dari tempat itu. Hafiza tidak menyadari keberadaan Keano yang sudah ada di belakangnya, memeluknya. “Au … ada banyak orang, lepaskan.” Hafiza berusaha
“Jangan menolak, ini murni dari seorang teman.” Lelaki yang usianya sudah matang seharusnya itu, tersenyum dan terpaksa menerimanya. Hafiza berjalan cepat menuju tempat rapat untuk meletakkan berkas-berkas itu pada meja peserta rapat.***Meyyis***Sepanjang rapat sore itu, Gilang selalu memandang Rani hingga beberapa kali tidak fokus, ketika Keano menanyakan bab tugasnya. “Bagaimana? Apakah bisa dikatakan semua sesuai prosedur?” tanya Keano.“Cantik,” jawabnya. Keano mengerutkan kening, bisa-bisanya saat rapat tidak fokus. Rani menggaruk keningnya, sedangkan Keano sendiri menarik napas melihat sahabtnya itu kasmaran tidak karuan seperi itu. Peserta rapat semua tertawa kecil mendengar perkataan dari Gilang itu. Lealki bermata lebar itu terus memandangi Rani sambil tertawa. Semua peserta rapat sedikit bingung dan saling menoleh, melihat tingkah konyol Keano.Ra
“Pak, lihat Rani tidak? Rani yang asisten saya.” Satpam yang ditanyai mengingat wajah Rani, kemudian memberi tahu bahwa wanita itu sudah pulang satu jam yang lalu lewat pintu belakang.“Ck, kamu menghindariku? Baiklah, jangan salahkan aku.” Gilang pulang dengan membawa amarahnya. Lelaki dua puluh tujuh tahun itu menyetir dengan sedikit ugal-ugalan.***Meyyis***Gilang sampai di rumah dengan berlari. Lelaki menjulang itu masuk ke rumah dengan menekan sandi apartemen dan masuk langsung teriak mencari Rani. “Rani! Ran ….” Gilang menemukan dia sedang di kamar, terdengar suara gemercik air di kamar mandi. Pintu kamar tidak di tutup, sehingga lelaki dua puluh tujuh tahun itu masuk ke kamarnya. Kamar mandi ini didesan untuk pribadi. Jadi, memiliki kaca bayangan. Sejujurnya, Gilang menelan ludah melihat siluet tubuh Rani yang mandi. Bayangannya sudah amburadul menyaksikan gerakannya yan
Rani hanya tersenyum dan berjalan menuju ke depan lemari.“Kawin, yuk? Aku sudah ingin memilikimu.” Rani diam membisu, mendengar ajakan dari Gilang.“Jangan bercanda tentang menikah.” Rani berusaha lepas, tapi Gilang memeluknya sangat erat. Lelaki itu tidak peduli lagi kalau Rani marah. Dia memeluk erat tubuh yang mulai mengering itu.***Meyyis***“Aku tidak pernah bercanda.” Rani berhenti memberontak.“Aku percaya padamu. Tapi bagaimana dengan keluargamu?” Gilang membalik badan Rani agar berhadapan dengannya.“Dengar, Sayang. Akau akan melakukan apa pun untuk bisa dekat denganmu. Untuk kita selalu bersama.” Rani meneteskan air mata. Memabuat Gilang mengusap dengan jem[ol kirinya. “Kenapa malah menangis?” Lelaki itu memeluk sang kekasih dengan sangat erat.
“Aku mencintaimu.” Bisikan dari Gilang membuat Rani memasrahkan diri. Wanita itu sudah arut dalan gelora yang menciptakan keringat membanjiri seprei tersebut, membuat Gilang lebih agresif. Dia meremas lebih kencang ketika penyatuan itu berhasil menciptkan jeritan karena Rani merasakan sakit yang sangat menyayat. Wanita itu merintih dan berakhir dengan tangisan karena sadar, sudah melakukan hal yang tidak seharusnya. Dia menyerahkan mahkota yang telah dijaga selama ini. Masih dengan napas pendek-pendek, Gilang memeluk sang kekadih yang amsih histeris.“Maafkan aku, tidak bisa mengontrol diri. Jangan menangis.” Gilang kembali melumat bibir manis sang kekasih. Kali ini untuk meredakan ledakan emosi dari wanita dua puluh enam tahun itu.***Meyyis***Mentari sudah malu-malu menyusup ke jendela melewati celah horden ketika dua insan tidur saling memeluk. Gilang memeluk erat Rani ketika ada pergerakan da
“Kamu yakin dengan keputusanmu? Brenda, tolong jangan memutuskan sambungan. Tetap hubungi aku,” tutur Keano.“Dari dulu, kamu memang baik. Aku tidak janji, tapi akan kuusahakan.” Brenda pergi dari ruangan Keano setelah pamit. Keano masih tidak menyangka, jika saudaranya berubah sedrastis itu.***Meyyis***Hafiza masuk ke ruangan suaminya, mendengar Brenda sudah meminta maaf dan akan melepaskan semua tentang perusahaan. Mendengar hal itu, Hafiza memeluk sang suami karena merasakan senang yang teramat. Kali ini, tujuan yang dilakukan suaminya untuk membawa Brenda kembali ke jalan yang benar, sudah tercapai. Memang seharusnya begitu sebagai seorang kakak memperlakukan adiknya.“Baiklah, karena aku sedang bahagia, dedek bayi mau minta apa dari papa?” tanya Keano sambil memeluk sang istri dari belakang.“Aku pingin nasi megono,” ucap Hafiza.“Nasi megono? Siap!” Keano bangkit, mencari se
“Aku akan mandi dulu.” Brenda meninggalkan ruangan itu, kemudian mandi di kamarnya. Air matanya luruh bersama air yang mengalir. Belum pernah ada, seseorang yang memperhatikannya seperti itu. Kehadiran Andy malam ini membuatnya menyadari bahwa jalan selalu akan terbuka lebar. Bahwa Tuahan masih ada untuknya.Brenda keluar dari kamar untuk berganti baju. Wanita itu keluar kembali untuk mencari Andy. Lelaki itu tidur di kursi yang dihimpitkan, dijajar. Brenda membangunkannya.“Ada kamar tamu di sana. Kamu bisa menggunakannya.” Bagaimana lelaki itu bisa meluluhkan hati Brenda, bahkan membuatnya percaya pada lelaki itu. padahal, baru saja mengenalnya. Wanita itu tidak lagi berprasangka buruk pada orang asing, ada apa dengan Brenda? Mungkinkah … ah, tidak mungkin jatuh cinta dengan pria asing yang baru setengah jam dikenalnya.***Meyyis***Brenda sudah bisa tidru, wanita itu bahkan tidur sudah beberapa jam
“Kenapa menolongku?” tanya Brenda.“Karena melihatmu.” Brenda memejamkan mata. Untuk sesaat wanita itu merasakan ketenangan batin. lelaki itu membuka matanya untuk mempercayai hidup.***Meyyis***Lelaki itu menuntun Brenda masuk ke dalam rumah. Di sebuah meja, ada air putih juga gelas. Lelaki dengan jaket jeans itu menuangkan air tersebut. “Minumlah agar lebih tenang.” Brenda menenggak air putih itu hingga tandas. Keringatnya membanjiri kening hingga ke leher. Wanita itu duduk lemas di kursi tersebut.“Masih banyak yang membutuhkan kita,” ucap lelaki itu.“Kamu bukan aku, bagaimana bisa berkomentar?” ketus Brenda.“Baiklah, kamu tahu kaki ini?” Lelaki itu menunjukkan kaki kanannya yang sudah tersambung dengan … mungkinkah kaki robot? Brenda menoleh ke arah lain setelah melihatnya.“Aku putus ada karenanya. Namun, kaki ini yang menuntunku ke arah kesuk
Mereka kembali memberikan kenyamanan pada masing-masing di kamar mandi itu. Aura romantic semakin terasa ketika membilas di bawah pancuran shower. Keduanya saling melepaskan lagi rasa cinta.***Meyyis***Brenda duduk termenung di balkonnya. Jika tidak diselamatkan, mungkin saja perusahaan kali ini jadi benar-benar hancur. Tidak ada lagi yang dapat dimintai tolong. Semua kenalannya sudah tidak ada lagi yang dapat dihubungi. Brenda menjadi frustasi. Wanita itu belum pernah mengalami krisis seperti ini.“Brenda, gunakan otakmu seperti biasa,” ucap Cassandra datang dengan minuman di tangannya.“Tidak ada yang bisa kulakukan, Ma. Semuanya tidak bisa melawan Keano. Masih sama, semua perusahaan yang aku hubungi di bawahnya,” tutur Brenda.“Kamu tidak bisa memikat Keano? Tidak ada pria yang menolak kesenangan,” tutur Cassandra.“Ma, apakah mama baru mengenal Keano? Bahkan seluruh dunia sudah berada di sampin
“Kamu benar, tapi anak kita lelaki yang kuat seperti sang papa. Dirinya tetap ingin membantu orang tuanya, bukankah itu seksi?” Keano tidak lagi berdebat dengan sang istri, karena semuanya akan percuma jika wanita itu sudah berkeinginan.***Meyyis***Langkah kecil Keano membuat perusahan Arsan kalang kabut. Keputusannya untuk menarik dana suplay perusahaan miliknya tersebut, terbukti ampuh. Arsan sudah lupa, bahwa dibalik berdirinya perusahaan miliknya tersebut, ada andil Damian, pastilah lelaki itu tidak bersih melepaskan. Hal itu diketahui Keano juga lewat arus bank dan finansial papanya, tidak butuh penjelasan dari lelaki yang berjuluk macan bisnis tersebut.“Tenang, Sayang. Kita akan melihat pertunjukan sebentar lagi. Jika mama dan papa berhati lembut selama ini, tidak dengan Keano. Aku bisa jadi singa daratan yang menyeramkan. Bukankah begitu?” Keano menarik tangan sang istri agar berada di depannya. Kedua pahanya mengapit kaki
Brenda duduk termenung ketika sang papa sudah pulang. Hatinya bingung harus menerima tugas tersebut. Papanya memang berkata benar, akan tetapi membujuk Direktur berhati batu macam direktur DAC sangat membuatnya sakit kepala. Tangannya menjambak rambut sendiri.***Meyyis***Mendengar kesulitan yang dihadapi oleh sang istri, Keano tidak bisa tinggal diam, hari ini, ellaki itu akan datang ke kantor dan sibuk menyelesaikan beberapa kesepakatan. Keano menjadi sangat marah, kali ini akan bertarung bahkan menghabisi Brenda dan Arsan. Sudah cukup, selam ini diam dan tidak melakukan hal yang semestinya.Dirinya bukan sang ibu yang memiliki hati selembut sutra. Keano akan menjadi seorang singa ganas jika sudah diusik. Lelaki bermata colakat itu masih dengan bantuan tongkatnya, siang ini menemui Arsan dan akan mengintimidasinya.“Siang, Om. Masih ingat saya.” Keano sudah sampai di perusahaan milik Arsan.“Maaf, Tuan. Bapak ini menerobos masu
Keano tersenyum mendengarnya. Mereka melanjutkan makan dengan lahap. Sesekali, Keano mengusap bibir sang istri yang terkena saos barbeque. Mereka tersenyum bersama, hingga makanan tandas tidak tersisa. Malam ini, rasa tidak nyaman yang sudah dipendam beberapa saat lepas sudah.***Meyyis***Brenda tiba di kantor dengan wajah yang sudah dipenuhi dengan amarah. Sampai mejanya, wanita itu mengamuk dan menyisir mejanya hingga bersih, akan tetapi benda yang ada di mejanya berantakan ke lantai. Wanita itu sangat marah bahwa dirinya dikalahkan oleh Hafiza yang notabennya hanya pimpinan pengganti.“Bodoh kalian semua! Untuk apa aku bayar mahal kalau berakhir gagal. Enyah kalian! Enyah! Perbaiki semuanya. Jangan muncul di hadapanku kalau belum benar.” Brenda melempar barang yang tersisa ke arah beberapa pegawainya.“Aku sungguh tidak tahan lagi.” Pegawainya berbisik pada temannya, setelah keluar dari ruangan Brenda.“Sama,
“Mari makan,” ajak Keano.“Aku sudah makan dengan klien dan Rani. Aku akan menemanimu makan,” ucap Hafiza.“Lupakan.” Keano berbalik dan meninggalkan ruang makan itu. Perutnya tidak lagi lapar. Hafiza merasa sangat bersalah, karena suaminya mempersiapkan semuanya.***Meyyis***Hafiza masuk ke kamarnya untuk mandi dan berganti baju. Sedangkan Keano masih berdiri di depan jendela kamar mereka. Lelaki itu memandang ke arah luar jendela itu. sedangkan Hafiza baru saja selesai mandi, bahkan masih mengenakan handuk kimononya.“Kita makan sekarang?” Hafiza memeluknya dari belakang.“Aku sudah tidak lapar.” Keano hanya diam memandang ke arah luar jendela.“Tidak bisa, harus makan. Aku ganti baju dulu. Nanti kusuapi. Maafkan aku.” Hafiza mencium puncak kepala sang suami. Wanita itu berganti pakaian untuk menemani suaminya makan malam. Meskipun sekarang sudah tengah malam,
“Malam ini, mau makan mi bareng? Kita makan mi ayam sepuasnya, begadang dan makan sosis.” Hafiza tertawa mendengarnya.“Aku ingin, tapi Keano masih membutuhkanku. Oke, aku pamit. Besok kutunggu. Aku akan segera revisi kalau ada yang Kurang pas.” Rani mengacungkan jempolnya dan memeluk sang sahabatn***Meyyis***Hafiza mengembuskan napas berat, wanita itu harus presentasi menyampaikan proposalnya di depan banyak orang untuk memenangkan tender ini. Gilang sebenranya sudah menawarkan diri, akan tetapi wanita itu menolak sebab, menurutnya jika presentasinya berhasil kali ini berarti dirinya memiliki nilai lebih karena CEO pengganti sementara saminya sedang memulihkan diri di rumah. Sebagai pemimpin, tentu para dewan direksi akan percaya padanya, meskipun Keano tidak ada.Sorot lampu mulai hanya fokus kepada dirinya. Hafiza mengembuskan napas panjang. Setelah salam dan mengatakan pembuka, wanita itu mulai presentasi dengan peralat