“Pak, lihat Rani tidak? Rani yang asisten saya.” Satpam yang ditanyai mengingat wajah Rani, kemudian memberi tahu bahwa wanita itu sudah pulang satu jam yang lalu lewat pintu belakang.
“Ck, kamu menghindariku? Baiklah, jangan salahkan aku.” Gilang pulang dengan membawa amarahnya. Lelaki dua puluh tujuh tahun itu menyetir dengan sedikit ugal-ugalan.
***Meyyis***
Gilang sampai di rumah dengan berlari. Lelaki menjulang itu masuk ke rumah dengan menekan sandi apartemen dan masuk langsung teriak mencari Rani. “Rani! Ran ….” Gilang menemukan dia sedang di kamar, terdengar suara gemercik air di kamar mandi. Pintu kamar tidak di tutup, sehingga lelaki dua puluh tujuh tahun itu masuk ke kamarnya. Kamar mandi ini didesan untuk pribadi. Jadi, memiliki kaca bayangan. Sejujurnya, Gilang menelan ludah melihat siluet tubuh Rani yang mandi. Bayangannya sudah amburadul menyaksikan gerakannya yan
Rani hanya tersenyum dan berjalan menuju ke depan lemari.“Kawin, yuk? Aku sudah ingin memilikimu.” Rani diam membisu, mendengar ajakan dari Gilang.“Jangan bercanda tentang menikah.” Rani berusaha lepas, tapi Gilang memeluknya sangat erat. Lelaki itu tidak peduli lagi kalau Rani marah. Dia memeluk erat tubuh yang mulai mengering itu.***Meyyis***“Aku tidak pernah bercanda.” Rani berhenti memberontak.“Aku percaya padamu. Tapi bagaimana dengan keluargamu?” Gilang membalik badan Rani agar berhadapan dengannya.“Dengar, Sayang. Akau akan melakukan apa pun untuk bisa dekat denganmu. Untuk kita selalu bersama.” Rani meneteskan air mata. Memabuat Gilang mengusap dengan jem[ol kirinya. “Kenapa malah menangis?” Lelaki itu memeluk sang kekasih dengan sangat erat.
“Aku mencintaimu.” Bisikan dari Gilang membuat Rani memasrahkan diri. Wanita itu sudah arut dalan gelora yang menciptakan keringat membanjiri seprei tersebut, membuat Gilang lebih agresif. Dia meremas lebih kencang ketika penyatuan itu berhasil menciptkan jeritan karena Rani merasakan sakit yang sangat menyayat. Wanita itu merintih dan berakhir dengan tangisan karena sadar, sudah melakukan hal yang tidak seharusnya. Dia menyerahkan mahkota yang telah dijaga selama ini. Masih dengan napas pendek-pendek, Gilang memeluk sang kekadih yang amsih histeris.“Maafkan aku, tidak bisa mengontrol diri. Jangan menangis.” Gilang kembali melumat bibir manis sang kekasih. Kali ini untuk meredakan ledakan emosi dari wanita dua puluh enam tahun itu.***Meyyis***Mentari sudah malu-malu menyusup ke jendela melewati celah horden ketika dua insan tidur saling memeluk. Gilang memeluk erat Rani ketika ada pergerakan da
“Aku akan mengeringkan rambutmu selama, sepanjang, seluruh hidupku. Cinta ini bukan sesaat.” Setelah kering, Gilang mengajaknya berganti baju. Bahkan, lelaki itu tanpa sungkan lagi berganti di depan Rani. Sedangkan Rani, masih memiliki rasa malu. Dia masuk ke kamar mandi. Melihat tingkah calon istrinya, Gilang tertawa. Lelaki itu kini sudah rapi dengan jas mahalnya. Rani keluar dari kamar mandi, memilihkan dasi dan mengenakan di leher Gilang. Lelaki itu merasa bahagia, hingga tidak berpaling sedikit pun dari wajah Rani.“Kenapa memandang begitu?”“Karena kamu sangat cantik.” Rani mencubit hidung sang kekasih, berakhir melumat bibirnya.***Meyyis***“Kamu memang sialan, lagi banyak kerjaan begini malah cuti. Sebenarnya kamu ke mana, sih?” tanya Keano.“Menikah,” singkat Gilang.&ld
Ijab-qabul berlangsung dengan hidmad. Rani meneteskan air mata, ketika penghulu mengatakan bahwa pernikahannya sah. Hafiza memeluknya erat, ketika tubuh mungil terbalut gaun pernikahan itu tergugu. “Selamat, kamu sudah resmi menjadi Nyonya Gilang. Jangan menangis!” Hafiza menepuk punggung sang sahabat.“Aku tidak ingin menangis, tapi ….” Hafiza tersenyum, padahal matanya juga sudah bersimbah air mata.“Kita bahagia saja hari ini.” Mereka saling melepas pelukan.***Meyyis***Proses ijab sudah selesai. Mereka mampir ke restoran untuk makan dan merayakan sedikit kebahagiaan itu. “Gilang, kamu sudah gila. Kamu juga Rani, kenapa ikuti saja ide gila dari manusia somplak satu itu?” Rani tersenyum malu-malu mendengar kekeasalan Keano.“Ini semua di luar rencana, Ke. Aku khilaf.” Gilang mengakui dosa semalam yang dip
“Ah, masih sakit yang itu.” Gilang mengerti. Dia melakukannya dengan sangat hati-hati, sehingga wanitanya juga merasakan sensasi hangat dari pergerakan tubuhnya. Sampai akhirnya mereka dapat terpuaskan berdua. Gilang terkapar di samping sang istri. Satu kecupan mendarat di kening untuk mengakhiri sesi percintaan itu.***Meyyis***Sang Dewi mlam telah menunjukkan kecantikannya di langit. Keano dan Hafiza sudah siap mengantarkan Rani dan Gilang menuju ke rumah kediaman keluarga besar Gilang. Mereka menggunakan mobil milik Keano untuk menuju ke sana.Rani yang baru pertama kali ke rumah Gilang, menganga melihat bangunan mewah bak istana tersebut. “Ini beneran rumahmu? Pantas saja, mereka tidak merestui kita. Aku dan kamu memamng bagai langit dan bumi.” Rani merasa ciut nyali untuk melangkah menuju ke dalam.“Jangan khawatir. Ada aku. Mereka mau setuju atau tidak, yang penti
“Sayang, maafkan aku. Ini sudah kupotongin.” Gilang menukar piring miliknya dan milik Rani. Ibu tiri Gilang melirik tajam ke arah lelaki mud aitu, tidak suka dengan perlakuan yang diberikan oleh Gilang. Tidak mungkin hanya sampai di situ. Kita tunggu babak selanjutnya, yang akan dilakukan oleh wanita paruh baya yang gemar melakukan perawatan itu,***Meyyis***“Siapa namamu, Nona?” tanya mama tirinya Gilang.“Rani, Nyonya.” Wanita paruh baya itu mengangguk.“Rani? Apa pekerjaanmu.” Gilang membanting sendok dan garpu ke atas piring, sehingga membuat semuanya kaget.“Bisa diam? Kalau mau tahu profil dia, tanya denganku. Tapi satu yang pasti. Aku menikahi dia untuk jadi pendamping hidupku. Bukan jadi boneka bisnis atau jadi pembantu bisnis. Jadi, siapa pun dia, bisakah diabaikan? Aku bener-bener muak! Kalau kamu masih ingin
“Maafkan aku. Kita pulang? Supir sudah datang.” Keano membukakan pintu untuk sang istri yang masih tergugu. Dia memeluknya, agar kepala sang istri bersender di pundaknya. Tidak lama, Hafiza terlelap.“Kamu pasti sangat sakit. Kita akan ke makam umi besok. Tidurlah malam ini.” Keano membelai rambut Hafiza.***Meyyis***Malam ini Keano tidak langsung mengajak istrinya pulang. Dia berputar dulu untuk menghibur sang pujaan hati tersebut. Lelaki muda itu mengajak sang istri ke taman bermain untuk membuat wanita cantik itu lebih baik. Seperti biasa, Keano mengajak istrinya kembali ke masa kecil agar seluruh masalah bisa menguap dari pikiran sang istri.“Kita naik komendi putar?” ajak Keano. Hafiza akhirnya tersenyum setelah suaminya memaksa menaiki komedi putar. Dia sedikit terhibur. Wanita berambut tergerai itu menaiki kuda dengan posisi menyamping karena me
“Masalahnya, semuanya atas nama anaknya sekarang. Kamu tahu, kalau aku minta cerai sekarang tidak akan dapat apa-apa, tapi kalau dia mati sendiri, akan lain ceritanya. Bukankah begini lebih baik? Kamu juga menikmati percintaan kita dengan baik ‘kan?” Lelaki itu mencium ibu tiri Hafiza bahkan di tempat ramai seperti ini. Sangat menjijikkan.***Meyyis***Rani dan Gilang pulang ke apartemennya. Kedua insan itu kini saling diam. Gilang tidak tahu harus bagaimana? Rasa sakitnya membuat diri menjadi enggan untuk melakukan apa pun.“Kak, Rani tidak tahu bagaimana menghiburmu. Aku jadi semakin sedih melihatmu begini,” ucap Rani. Dia memeluk sang pujaan hati yang kini berada dibelakang jendela dengan erat. Gilang baru menyadari, kediamannya justru membuat istri yang baru dinikahi beberapa jam itu, menjadi sedih. Merekka bahkan tidak menempati kamar bulan madu, malah kembali ke apartemen. 
“Kamu yakin dengan keputusanmu? Brenda, tolong jangan memutuskan sambungan. Tetap hubungi aku,” tutur Keano.“Dari dulu, kamu memang baik. Aku tidak janji, tapi akan kuusahakan.” Brenda pergi dari ruangan Keano setelah pamit. Keano masih tidak menyangka, jika saudaranya berubah sedrastis itu.***Meyyis***Hafiza masuk ke ruangan suaminya, mendengar Brenda sudah meminta maaf dan akan melepaskan semua tentang perusahaan. Mendengar hal itu, Hafiza memeluk sang suami karena merasakan senang yang teramat. Kali ini, tujuan yang dilakukan suaminya untuk membawa Brenda kembali ke jalan yang benar, sudah tercapai. Memang seharusnya begitu sebagai seorang kakak memperlakukan adiknya.“Baiklah, karena aku sedang bahagia, dedek bayi mau minta apa dari papa?” tanya Keano sambil memeluk sang istri dari belakang.“Aku pingin nasi megono,” ucap Hafiza.“Nasi megono? Siap!” Keano bangkit, mencari se
“Aku akan mandi dulu.” Brenda meninggalkan ruangan itu, kemudian mandi di kamarnya. Air matanya luruh bersama air yang mengalir. Belum pernah ada, seseorang yang memperhatikannya seperti itu. Kehadiran Andy malam ini membuatnya menyadari bahwa jalan selalu akan terbuka lebar. Bahwa Tuahan masih ada untuknya.Brenda keluar dari kamar untuk berganti baju. Wanita itu keluar kembali untuk mencari Andy. Lelaki itu tidur di kursi yang dihimpitkan, dijajar. Brenda membangunkannya.“Ada kamar tamu di sana. Kamu bisa menggunakannya.” Bagaimana lelaki itu bisa meluluhkan hati Brenda, bahkan membuatnya percaya pada lelaki itu. padahal, baru saja mengenalnya. Wanita itu tidak lagi berprasangka buruk pada orang asing, ada apa dengan Brenda? Mungkinkah … ah, tidak mungkin jatuh cinta dengan pria asing yang baru setengah jam dikenalnya.***Meyyis***Brenda sudah bisa tidru, wanita itu bahkan tidur sudah beberapa jam
“Kenapa menolongku?” tanya Brenda.“Karena melihatmu.” Brenda memejamkan mata. Untuk sesaat wanita itu merasakan ketenangan batin. lelaki itu membuka matanya untuk mempercayai hidup.***Meyyis***Lelaki itu menuntun Brenda masuk ke dalam rumah. Di sebuah meja, ada air putih juga gelas. Lelaki dengan jaket jeans itu menuangkan air tersebut. “Minumlah agar lebih tenang.” Brenda menenggak air putih itu hingga tandas. Keringatnya membanjiri kening hingga ke leher. Wanita itu duduk lemas di kursi tersebut.“Masih banyak yang membutuhkan kita,” ucap lelaki itu.“Kamu bukan aku, bagaimana bisa berkomentar?” ketus Brenda.“Baiklah, kamu tahu kaki ini?” Lelaki itu menunjukkan kaki kanannya yang sudah tersambung dengan … mungkinkah kaki robot? Brenda menoleh ke arah lain setelah melihatnya.“Aku putus ada karenanya. Namun, kaki ini yang menuntunku ke arah kesuk
Mereka kembali memberikan kenyamanan pada masing-masing di kamar mandi itu. Aura romantic semakin terasa ketika membilas di bawah pancuran shower. Keduanya saling melepaskan lagi rasa cinta.***Meyyis***Brenda duduk termenung di balkonnya. Jika tidak diselamatkan, mungkin saja perusahaan kali ini jadi benar-benar hancur. Tidak ada lagi yang dapat dimintai tolong. Semua kenalannya sudah tidak ada lagi yang dapat dihubungi. Brenda menjadi frustasi. Wanita itu belum pernah mengalami krisis seperti ini.“Brenda, gunakan otakmu seperti biasa,” ucap Cassandra datang dengan minuman di tangannya.“Tidak ada yang bisa kulakukan, Ma. Semuanya tidak bisa melawan Keano. Masih sama, semua perusahaan yang aku hubungi di bawahnya,” tutur Brenda.“Kamu tidak bisa memikat Keano? Tidak ada pria yang menolak kesenangan,” tutur Cassandra.“Ma, apakah mama baru mengenal Keano? Bahkan seluruh dunia sudah berada di sampin
“Kamu benar, tapi anak kita lelaki yang kuat seperti sang papa. Dirinya tetap ingin membantu orang tuanya, bukankah itu seksi?” Keano tidak lagi berdebat dengan sang istri, karena semuanya akan percuma jika wanita itu sudah berkeinginan.***Meyyis***Langkah kecil Keano membuat perusahan Arsan kalang kabut. Keputusannya untuk menarik dana suplay perusahaan miliknya tersebut, terbukti ampuh. Arsan sudah lupa, bahwa dibalik berdirinya perusahaan miliknya tersebut, ada andil Damian, pastilah lelaki itu tidak bersih melepaskan. Hal itu diketahui Keano juga lewat arus bank dan finansial papanya, tidak butuh penjelasan dari lelaki yang berjuluk macan bisnis tersebut.“Tenang, Sayang. Kita akan melihat pertunjukan sebentar lagi. Jika mama dan papa berhati lembut selama ini, tidak dengan Keano. Aku bisa jadi singa daratan yang menyeramkan. Bukankah begitu?” Keano menarik tangan sang istri agar berada di depannya. Kedua pahanya mengapit kaki
Brenda duduk termenung ketika sang papa sudah pulang. Hatinya bingung harus menerima tugas tersebut. Papanya memang berkata benar, akan tetapi membujuk Direktur berhati batu macam direktur DAC sangat membuatnya sakit kepala. Tangannya menjambak rambut sendiri.***Meyyis***Mendengar kesulitan yang dihadapi oleh sang istri, Keano tidak bisa tinggal diam, hari ini, ellaki itu akan datang ke kantor dan sibuk menyelesaikan beberapa kesepakatan. Keano menjadi sangat marah, kali ini akan bertarung bahkan menghabisi Brenda dan Arsan. Sudah cukup, selam ini diam dan tidak melakukan hal yang semestinya.Dirinya bukan sang ibu yang memiliki hati selembut sutra. Keano akan menjadi seorang singa ganas jika sudah diusik. Lelaki bermata colakat itu masih dengan bantuan tongkatnya, siang ini menemui Arsan dan akan mengintimidasinya.“Siang, Om. Masih ingat saya.” Keano sudah sampai di perusahaan milik Arsan.“Maaf, Tuan. Bapak ini menerobos masu
Keano tersenyum mendengarnya. Mereka melanjutkan makan dengan lahap. Sesekali, Keano mengusap bibir sang istri yang terkena saos barbeque. Mereka tersenyum bersama, hingga makanan tandas tidak tersisa. Malam ini, rasa tidak nyaman yang sudah dipendam beberapa saat lepas sudah.***Meyyis***Brenda tiba di kantor dengan wajah yang sudah dipenuhi dengan amarah. Sampai mejanya, wanita itu mengamuk dan menyisir mejanya hingga bersih, akan tetapi benda yang ada di mejanya berantakan ke lantai. Wanita itu sangat marah bahwa dirinya dikalahkan oleh Hafiza yang notabennya hanya pimpinan pengganti.“Bodoh kalian semua! Untuk apa aku bayar mahal kalau berakhir gagal. Enyah kalian! Enyah! Perbaiki semuanya. Jangan muncul di hadapanku kalau belum benar.” Brenda melempar barang yang tersisa ke arah beberapa pegawainya.“Aku sungguh tidak tahan lagi.” Pegawainya berbisik pada temannya, setelah keluar dari ruangan Brenda.“Sama,
“Mari makan,” ajak Keano.“Aku sudah makan dengan klien dan Rani. Aku akan menemanimu makan,” ucap Hafiza.“Lupakan.” Keano berbalik dan meninggalkan ruang makan itu. Perutnya tidak lagi lapar. Hafiza merasa sangat bersalah, karena suaminya mempersiapkan semuanya.***Meyyis***Hafiza masuk ke kamarnya untuk mandi dan berganti baju. Sedangkan Keano masih berdiri di depan jendela kamar mereka. Lelaki itu memandang ke arah luar jendela itu. sedangkan Hafiza baru saja selesai mandi, bahkan masih mengenakan handuk kimononya.“Kita makan sekarang?” Hafiza memeluknya dari belakang.“Aku sudah tidak lapar.” Keano hanya diam memandang ke arah luar jendela.“Tidak bisa, harus makan. Aku ganti baju dulu. Nanti kusuapi. Maafkan aku.” Hafiza mencium puncak kepala sang suami. Wanita itu berganti pakaian untuk menemani suaminya makan malam. Meskipun sekarang sudah tengah malam,
“Malam ini, mau makan mi bareng? Kita makan mi ayam sepuasnya, begadang dan makan sosis.” Hafiza tertawa mendengarnya.“Aku ingin, tapi Keano masih membutuhkanku. Oke, aku pamit. Besok kutunggu. Aku akan segera revisi kalau ada yang Kurang pas.” Rani mengacungkan jempolnya dan memeluk sang sahabatn***Meyyis***Hafiza mengembuskan napas berat, wanita itu harus presentasi menyampaikan proposalnya di depan banyak orang untuk memenangkan tender ini. Gilang sebenranya sudah menawarkan diri, akan tetapi wanita itu menolak sebab, menurutnya jika presentasinya berhasil kali ini berarti dirinya memiliki nilai lebih karena CEO pengganti sementara saminya sedang memulihkan diri di rumah. Sebagai pemimpin, tentu para dewan direksi akan percaya padanya, meskipun Keano tidak ada.Sorot lampu mulai hanya fokus kepada dirinya. Hafiza mengembuskan napas panjang. Setelah salam dan mengatakan pembuka, wanita itu mulai presentasi dengan peralat