“Sebenarnya, mau terkuak juga sia-sia. Semua tidak akan sama. Semua sudah hancur pada waktu itu.” Keano mengangguk.
“Aku tahu, tapi setidaknya orang yang membuatmu sengsara tidak bisa tertawa menikmati kesengsaraanmu.” Hafisah tersenyum. Dia menemukan sandaran yang dapat di jadikan pelindung.
***Meyyis***
Keano menjemput Hafizah malam ini. Mereka bersama masuk ke apartemen. Shasha melihat hunian itu nampak perfek. “Apa kamu suka?” Keano mulai berani memegang pundak kekasihnya tersebut. Hafizah tidak menolak. Karena sebenarnya, dirinya juga menyukai lelaki tersebut dari dulu.
“Aku mencintaimu, aku menunggu saat ini. Fiz, jangan lagi lari dariku.” Keano memeluk kekasihnya tersebut dari belakang.
“Aku ….” Lelaki itu membalik badan wanita yang masih mengenakan baju kerja tersebut. Bibir yang bergetar, membuatnya tergo
“Aku sangat mengerti, aku juga sama. Tapi jangan sekarang. Atau tidak akan indah lagi.”“Benarkah?” Keano melumat kembali bibir polos tersebut, tanpa make-up jauh membuatnya menggila. Keano menikmati setiap centi penolakan Hafizah, yang sebenarnya sebuah penundaan penyerahan.***Meyyis***Pagi hari Fiza panggilan akrab Hafizah melihat ke arah lehernya. Merah kebiruan nampak jelas. Dia menarik napas dan mengembuskannya. Keano memberikan tanda itu sangat dalam, sehingga mungkin akan hilang beberapa hari. “Bagaimana menghilangkannya?” Fiza memegang tanda itu. Selintas, teringat kembali bagaimana semalam lelakinya itu seolah ingin menerkamnya. Sudah pasti saat memberi tanda itu cukup bertenaga.“Kenapa?” Keano datang memeluk dari belakang.“Ini akan jadi pertanyaan.” Fiza masih berusaha menghilangkannya, tapis emakin terliha
“Pak, sehat?” tanya Keano.“Sehat atuh, Den. Sudah tambah besar semakin ganteng aja.” Keano terkekeh.“Kalau tidak ganteng, nona di sebelahku ini mana mungkin mau kuajak pulang?” Keano mencium sekilas pipi Hafizah, membuat wanita itu salah tingkah.Keano menggandeng tangan Hafiza tanpa membiarkan terlepas sedikit pun. “Ma!” teriak Keano. “Mama!” Mengetahui mamanya tidak menyahut, lelaki ganteng itu kembali teriak.“Iya, kenapa musti teriak, sih mirip di hutan saja. Eh, ada Hafiza juga? Lama nggak ketemu, apa kabar, Sayang?” Zahwa langsung memeluk Hafiza, membuat wanita itu gelagapan.“Baik, Tante.” Hafizah tersenyum, tapi sedikit nyengir karena meraasa kaget tadi.“Ah, untung saja kamu ketemu. Kalau tidak, mungkin pangeranmu itu akan bunuh diri di bawah pohon cabe. Tiap
“Yakin tidak mau pulang? Ada menantu kita, lho.” Zahwa menggoda sang suami.“Paling lambat jam dua aku pulang. Aku tahu hanya alasanmu saja menantu, sudah kangen aku ‘kan? Mengulang yang semalam mau?”“Hus, jangan keras-keras, mereka pingin entar.”***Meyyis***Damian terbahak-bahak melihat rona malu istrinya. “Baiklah, aku akan pulang pukul dua mungkin. Menantu suruh nginep saja.” Zahwa mengangguk, setelah mendapatkan satu kecupan jauh dari suaminya memutuskan sambungan.“Sayang, papa akan pulang sekitar jam dua. Kalian nginep?” Keano mengangguk.“Ma, apa pesanan kamarku sudah? Kami mau istirahat?” tanya Keano.“Sudah. Eh, tapi belum boleh satu kamar lho, ya?” Keano tersenyum.“Iya, ayo, Cinta!” Keano mengulurkan tanga
“Sayang, sudah. Ini rumah sakit jangan histeris! Kita selesaikan baik-baik oke?” Keano memegang tangan sang istri.“Bagaimana bisa diselesaikan baik-baik kalau umi sedang berjuang dalam hidup dan mati karena laki-laki jahanam ini? Hah! Aku akan membunuhmu jika terjadi sesuatu sama umi,” janji Hafiza.***Meyyis***Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Umi Maryam sakarotil maut. Dokter memanggil anggota keluarga, jika nanti terjadi sesuatu. Mereka berkumpul di ruangan itu, dokter masih berusaha. Namun, sejurus kemudian napas dan tanda-tanda vital lenyap dari tubuh Umi Maryam. Wanita paruh baya itu dinyatakan meninggal.Hafiza histeris. Dia memeluk jasat umi sambil menangis histeris. Dia tidak rela jika wanita yang selama ini berjuang bersamanya harus meninggalkannya, saat bahagia seperti ini. Wanita itu bahkan pingsan karena kebanyakan menangis. “Masya Allah!&rd
Keano juga menyesal, tidak dapat mencarikan donor ginjal yang pas untuk sang umi. Lelaki itu mengusap pipi sang istri, dan memandangnya trenyuh. Tapi, dia merasa sedikit lega karena dapat menjaga mulai sekarang. Mendukungnya, memberikan semangat padanya. Berbagi suka dan duka.“Jangan menangis, aku bersamamu.” Keano mencium kening sang istri. ***Meyyis***Beberapa hari ini, istri Keano bagai mayat hidup. Dia hanya tidur, bangun, tidak mau bicara dan juga tidak berinteraksi. Pukulan ini sangat telah mengguncang jiwanya. Keano sampai memanggil psikiater untuk memulihkannya.“Bagaimana keadaannya?” tanya abi. Guratan kesedihan nampak di kening Keano. Walau sudah dapat menekan ibu tiri Hafiza, tapi sesungguhnya belum diketahui dengan pasti motif dari wanita itu mengobrak-abrik rumah tangga Umi dan Abi.Keano menggeleng. Sudah tiga hari, tapi Hafiza tida
“Habiskan kalau enak, jangan menyia-nyiakan makanan.” Zahwa duduk di depan Keano.“Mama sudah makan?” Zahwa mengangkat piring. Ternyata, dia juga belum makan. Mereka makan sambil sesekali bicara masalah bisnis dan beberapa masalah lainnya. Terdengar bunyi benda jatuh. Keano berlari melihat sang istri.***Meyyis***Pagi ini, Hafiza bangun lebih pagi. Dia menyiapkan sarapan untuk Keano. Wanita itu mulai bangkit dari keterpurukan. Tidak banyak memang yang disediakan. Hanya roti sandwich dengan susu segelas.Keano bangun meraba sebelah tempat tidur. Tidak terdapat istrinya. Dia mengerutkan kening, kaget segera bangkit. Lelaki itu keluar dari kamar dengan tergesa-gesa mencari sang istri. “Hai, pagi banget bangunnya?” Keano merasa lega karena melihat sang istri ada di dapur.“Iya, tiba-tiba ingin buat sarapan.” Keano mengangguk.“Oke
“Biarkan,” ucap Keano. Dia memandang lurus ke wajah sang istri. Jatuh pada bibir ranum yang tipis.“Aku bawa kamu ke istanaku ini, untuk jadi ratu bukan pembantu.” Keano mulai memajukan wajahnya. Hasrat untuk menikmati bibir tersebut semakin besar. Dia melumat habis bibir itu, semakin lama semakin dalam dan menuntut. Lelaki itu mulai merasakan hawa panas merasuk ke dalam jiwanya. Tangannya menyerang bagian yang sangat sensitive, sehingga Hafiza tidak mampu menolaknya.***Meyyis***“Sudah bolehkah aku ….” Hafiza mengangguk. Keano membawa tubuh kekasih halalnya tersebut ke ruangan pribainya. Mereka mewarnai pagi dengan bunga-bunga cinta yang selama ini menghiasai Hati. Kuncupnya kini mulai mekar dengan bunga-bunga bersemi did alam dada.Keano mulai memberikan sentuhan hangat dan membenamkan rasa dalam gejolak asmara. Keduanya saling memancarkan gelora ya
Terulang lagi dan lagi, hingga terpuaskan. Mereka terkapar dalam derasnya keringat yang bersatu. Mengalir melewati dada bercampur dengan rasa yang membara pagi ini. Mereka melewatinya dengan sejuta harapan yang tidak bisa dijelaskan.***Meyyis***Esok hari Hafiza kembali bekerja. Sahabatnya semua menyapa. Masih terlihat memang mata cekung dia, karena Kurang sehat. Semua tahu, bahwa Umi Hafiza meninggal. Mereka juga tahu bahwa wanita yang kini tinggal nama itu segalanya bagi Hafizah.“Pagi,” sapa Hafiza pada teman-temannya.“Pagi, pengantin baru, tolong dikondisikan, ya? Matanya sampai cekung begitu?” goda Lisa salah satu temannya.“Hah, apanya? Ini karena nangis, bukan karena begadang. Eh, katanya ada bos baru?” tanya Hafiza.“Kamu nggak tahu kalau suamimu yang jadi bos? Gila memang suamimu itu,” uca
“Kamu yakin dengan keputusanmu? Brenda, tolong jangan memutuskan sambungan. Tetap hubungi aku,” tutur Keano.“Dari dulu, kamu memang baik. Aku tidak janji, tapi akan kuusahakan.” Brenda pergi dari ruangan Keano setelah pamit. Keano masih tidak menyangka, jika saudaranya berubah sedrastis itu.***Meyyis***Hafiza masuk ke ruangan suaminya, mendengar Brenda sudah meminta maaf dan akan melepaskan semua tentang perusahaan. Mendengar hal itu, Hafiza memeluk sang suami karena merasakan senang yang teramat. Kali ini, tujuan yang dilakukan suaminya untuk membawa Brenda kembali ke jalan yang benar, sudah tercapai. Memang seharusnya begitu sebagai seorang kakak memperlakukan adiknya.“Baiklah, karena aku sedang bahagia, dedek bayi mau minta apa dari papa?” tanya Keano sambil memeluk sang istri dari belakang.“Aku pingin nasi megono,” ucap Hafiza.“Nasi megono? Siap!” Keano bangkit, mencari se
“Aku akan mandi dulu.” Brenda meninggalkan ruangan itu, kemudian mandi di kamarnya. Air matanya luruh bersama air yang mengalir. Belum pernah ada, seseorang yang memperhatikannya seperti itu. Kehadiran Andy malam ini membuatnya menyadari bahwa jalan selalu akan terbuka lebar. Bahwa Tuahan masih ada untuknya.Brenda keluar dari kamar untuk berganti baju. Wanita itu keluar kembali untuk mencari Andy. Lelaki itu tidur di kursi yang dihimpitkan, dijajar. Brenda membangunkannya.“Ada kamar tamu di sana. Kamu bisa menggunakannya.” Bagaimana lelaki itu bisa meluluhkan hati Brenda, bahkan membuatnya percaya pada lelaki itu. padahal, baru saja mengenalnya. Wanita itu tidak lagi berprasangka buruk pada orang asing, ada apa dengan Brenda? Mungkinkah … ah, tidak mungkin jatuh cinta dengan pria asing yang baru setengah jam dikenalnya.***Meyyis***Brenda sudah bisa tidru, wanita itu bahkan tidur sudah beberapa jam
“Kenapa menolongku?” tanya Brenda.“Karena melihatmu.” Brenda memejamkan mata. Untuk sesaat wanita itu merasakan ketenangan batin. lelaki itu membuka matanya untuk mempercayai hidup.***Meyyis***Lelaki itu menuntun Brenda masuk ke dalam rumah. Di sebuah meja, ada air putih juga gelas. Lelaki dengan jaket jeans itu menuangkan air tersebut. “Minumlah agar lebih tenang.” Brenda menenggak air putih itu hingga tandas. Keringatnya membanjiri kening hingga ke leher. Wanita itu duduk lemas di kursi tersebut.“Masih banyak yang membutuhkan kita,” ucap lelaki itu.“Kamu bukan aku, bagaimana bisa berkomentar?” ketus Brenda.“Baiklah, kamu tahu kaki ini?” Lelaki itu menunjukkan kaki kanannya yang sudah tersambung dengan … mungkinkah kaki robot? Brenda menoleh ke arah lain setelah melihatnya.“Aku putus ada karenanya. Namun, kaki ini yang menuntunku ke arah kesuk
Mereka kembali memberikan kenyamanan pada masing-masing di kamar mandi itu. Aura romantic semakin terasa ketika membilas di bawah pancuran shower. Keduanya saling melepaskan lagi rasa cinta.***Meyyis***Brenda duduk termenung di balkonnya. Jika tidak diselamatkan, mungkin saja perusahaan kali ini jadi benar-benar hancur. Tidak ada lagi yang dapat dimintai tolong. Semua kenalannya sudah tidak ada lagi yang dapat dihubungi. Brenda menjadi frustasi. Wanita itu belum pernah mengalami krisis seperti ini.“Brenda, gunakan otakmu seperti biasa,” ucap Cassandra datang dengan minuman di tangannya.“Tidak ada yang bisa kulakukan, Ma. Semuanya tidak bisa melawan Keano. Masih sama, semua perusahaan yang aku hubungi di bawahnya,” tutur Brenda.“Kamu tidak bisa memikat Keano? Tidak ada pria yang menolak kesenangan,” tutur Cassandra.“Ma, apakah mama baru mengenal Keano? Bahkan seluruh dunia sudah berada di sampin
“Kamu benar, tapi anak kita lelaki yang kuat seperti sang papa. Dirinya tetap ingin membantu orang tuanya, bukankah itu seksi?” Keano tidak lagi berdebat dengan sang istri, karena semuanya akan percuma jika wanita itu sudah berkeinginan.***Meyyis***Langkah kecil Keano membuat perusahan Arsan kalang kabut. Keputusannya untuk menarik dana suplay perusahaan miliknya tersebut, terbukti ampuh. Arsan sudah lupa, bahwa dibalik berdirinya perusahaan miliknya tersebut, ada andil Damian, pastilah lelaki itu tidak bersih melepaskan. Hal itu diketahui Keano juga lewat arus bank dan finansial papanya, tidak butuh penjelasan dari lelaki yang berjuluk macan bisnis tersebut.“Tenang, Sayang. Kita akan melihat pertunjukan sebentar lagi. Jika mama dan papa berhati lembut selama ini, tidak dengan Keano. Aku bisa jadi singa daratan yang menyeramkan. Bukankah begitu?” Keano menarik tangan sang istri agar berada di depannya. Kedua pahanya mengapit kaki
Brenda duduk termenung ketika sang papa sudah pulang. Hatinya bingung harus menerima tugas tersebut. Papanya memang berkata benar, akan tetapi membujuk Direktur berhati batu macam direktur DAC sangat membuatnya sakit kepala. Tangannya menjambak rambut sendiri.***Meyyis***Mendengar kesulitan yang dihadapi oleh sang istri, Keano tidak bisa tinggal diam, hari ini, ellaki itu akan datang ke kantor dan sibuk menyelesaikan beberapa kesepakatan. Keano menjadi sangat marah, kali ini akan bertarung bahkan menghabisi Brenda dan Arsan. Sudah cukup, selam ini diam dan tidak melakukan hal yang semestinya.Dirinya bukan sang ibu yang memiliki hati selembut sutra. Keano akan menjadi seorang singa ganas jika sudah diusik. Lelaki bermata colakat itu masih dengan bantuan tongkatnya, siang ini menemui Arsan dan akan mengintimidasinya.“Siang, Om. Masih ingat saya.” Keano sudah sampai di perusahaan milik Arsan.“Maaf, Tuan. Bapak ini menerobos masu
Keano tersenyum mendengarnya. Mereka melanjutkan makan dengan lahap. Sesekali, Keano mengusap bibir sang istri yang terkena saos barbeque. Mereka tersenyum bersama, hingga makanan tandas tidak tersisa. Malam ini, rasa tidak nyaman yang sudah dipendam beberapa saat lepas sudah.***Meyyis***Brenda tiba di kantor dengan wajah yang sudah dipenuhi dengan amarah. Sampai mejanya, wanita itu mengamuk dan menyisir mejanya hingga bersih, akan tetapi benda yang ada di mejanya berantakan ke lantai. Wanita itu sangat marah bahwa dirinya dikalahkan oleh Hafiza yang notabennya hanya pimpinan pengganti.“Bodoh kalian semua! Untuk apa aku bayar mahal kalau berakhir gagal. Enyah kalian! Enyah! Perbaiki semuanya. Jangan muncul di hadapanku kalau belum benar.” Brenda melempar barang yang tersisa ke arah beberapa pegawainya.“Aku sungguh tidak tahan lagi.” Pegawainya berbisik pada temannya, setelah keluar dari ruangan Brenda.“Sama,
“Mari makan,” ajak Keano.“Aku sudah makan dengan klien dan Rani. Aku akan menemanimu makan,” ucap Hafiza.“Lupakan.” Keano berbalik dan meninggalkan ruang makan itu. Perutnya tidak lagi lapar. Hafiza merasa sangat bersalah, karena suaminya mempersiapkan semuanya.***Meyyis***Hafiza masuk ke kamarnya untuk mandi dan berganti baju. Sedangkan Keano masih berdiri di depan jendela kamar mereka. Lelaki itu memandang ke arah luar jendela itu. sedangkan Hafiza baru saja selesai mandi, bahkan masih mengenakan handuk kimononya.“Kita makan sekarang?” Hafiza memeluknya dari belakang.“Aku sudah tidak lapar.” Keano hanya diam memandang ke arah luar jendela.“Tidak bisa, harus makan. Aku ganti baju dulu. Nanti kusuapi. Maafkan aku.” Hafiza mencium puncak kepala sang suami. Wanita itu berganti pakaian untuk menemani suaminya makan malam. Meskipun sekarang sudah tengah malam,
“Malam ini, mau makan mi bareng? Kita makan mi ayam sepuasnya, begadang dan makan sosis.” Hafiza tertawa mendengarnya.“Aku ingin, tapi Keano masih membutuhkanku. Oke, aku pamit. Besok kutunggu. Aku akan segera revisi kalau ada yang Kurang pas.” Rani mengacungkan jempolnya dan memeluk sang sahabatn***Meyyis***Hafiza mengembuskan napas berat, wanita itu harus presentasi menyampaikan proposalnya di depan banyak orang untuk memenangkan tender ini. Gilang sebenranya sudah menawarkan diri, akan tetapi wanita itu menolak sebab, menurutnya jika presentasinya berhasil kali ini berarti dirinya memiliki nilai lebih karena CEO pengganti sementara saminya sedang memulihkan diri di rumah. Sebagai pemimpin, tentu para dewan direksi akan percaya padanya, meskipun Keano tidak ada.Sorot lampu mulai hanya fokus kepada dirinya. Hafiza mengembuskan napas panjang. Setelah salam dan mengatakan pembuka, wanita itu mulai presentasi dengan peralat