“Ah, kalian membuatku ingin cepat pulang.” Keano dan Hafiza terkikik kecil mendengar sang penjual megeluh karena merindukan sang istri. Mereka melanjutkan makan sendiri-sendiri.
“Setelah ini serang sang istri, Pak.” Mereka tetawa meskipun tidak saling kenal.
***Meyyis***
Mereka pulang ke rumah dengan membawa sejuta kebahagiaan. Minggu depan akan melangsungkan resepsi pernikahan, untuk mengumumkan bahwa mereka sudah menikah sekaligus untuk memperkenalkan produk baru yang akan diluncurkan bukan depan. Sudah pasti akan banyak rintangan yang terjadi, apalagi menurut tilik sandi juga perusahaan Brenda yang bergerak di bidang yang sama akan memperkenalkan produk baru juga.
“Sayang, kenapa?” Zahwa memeluk Keano yang sedang memandang nyalang lurus ke langit.
“Tidak apa-apa. Kemarilah!” Keano mengubah posisi menjadi Hafiza yang ada di
Seluruh penghalang sudah berpindah berserakan di lantai. Suara-suara kesenangan mulai meluncur dari bibir masing-masing membuat mereka fokus dengan seluruh aktivitas yang menggoda untuk dinikmati lebih panjang. bercak-bercak jejak kepemilikan tercetak lebih banyak dari hari biasanya. Mereka larut dalam pesona cinta yang panas malam ini. Sebuah keajaiban dalam hubungan yang bernama cinta.***Meyyis***Pesta yang sudah dirancang malam ini akan menjadi kenyataan. Seluruh karyawan di perusahaan hadir sebagai bentuk penghormatan pada atasan mereka. Di ruang ganti, Keano dan Hafiza sedang dirias oleh sang penata. Keano yang duduk berdampingan dengan sang istri memberikan dukungan moril karena wanita itu terlihat gugup dan gelisah.“Sayang, tidak udah panik,” ucap Keano.“Aku gugup,” jawab Hafiza.“Tarik napas panjang.” Hafiza menuruti perkataan
seorang penata risa berjalan menuju pelaminan untuk membenarkan lipstick yang berantakan karena ulah Keano yang menyesap bibir merah merkah itu. “Lain kali lakukan saat sudah selesai, Bos. Berantakan ini,” tukas sang penata rias. Keano dan Hafiza hanya tersenyum.***Meyyis***Malam ini pesta sangat meriah. Sepulang pesta, Gilang menemui Vita yang kali ini datang dengan saing papa. Lelaki itu akan memberikan peringatan kepada sang ibu tiri akan tindakannya. Lelaki itu mencegat langkah kedua paruh baya tersebut yang meringsek menuju keluar gedung.“Tunggu!” cegah Gilang. Kedua paruh baya itu berhenti.“Aku akan memberikan peringatan untuk yang terakhir kali. Jangan sentuh dan mengusik istriku. Kalau tidak berhenti, jangan bertanya apa yang akan aku lakukan kepadamu!” bentak Gilang“Tunggu, Sayang. Apa maksudmu?” Vita pura-pura bodoh dengan kalimat Gilang tersebut.
“Kamu selalu membuatku menggila,” pekik Gilang. Rani mengikuti tempo lambat sang suami dan menerima sentuhan-sentuhan halus yang membuat lelaki bermata elang itu bergairah karena merasakan tantangan datang dari sang istri. Tangannya sudah menyusup ke dalam kaos tipis yang masih membalut tubuh wanita itu. ***Meyyis***Malam setelah pesta Keano dan Hafiza langsung pulang. Belum habis kebahagiaan mereka karena sudah selesai melakukan resepsi yang selama ini diimpikan, sudah datang masalah baru. Salah satu cabang menelepon ada masalah dengan pengiriman produk di wilayah Jawa.“Ada apa?” tanya Hafiza.“Ada kesalahan produk di bagian Jawa Tengah. Aku curiga ada sabotase atau kesalahan pengiriman. Sebab saat uji kelayakan sudah benar-benar diuji sampai lolos. Maaf, Sayang. Aku harus meninggalkanmu.” Keano menangkup kedua pipi sang istri dan menyatukan kening mereka.
Hafiza memegang lehernya yang terkena sabetan pisau. “Bagaimana aku menjelaskan kepada suamiku? Sisika tidak akan lolos kalau Keano tahu. Hal itu akan memperparah dendamnya, hingga mmebuat Rani terancam bahaya,” analisa Hafiza. Dia menekan lehernya agar darah tidak keluar terlalu banyak. Setelah menemukan kotak obat, langsung membalut lukanya.“Bagaimana? Ah … sepertinya akan sulit, karena Siska melakukannya tepat di bawah CCTV.”***Meyyis***Hafiza memebersihkan lukanya. Baru terasa perih, saat luka itu menyentuh air. Setelah darahnya tidak lagi mengucur, wanita itu membalut lukanya. Dengan hati-hati melepas baju yang bersimbah darah. Agar suaminya tidak curiga, wanita berlesung pipi tersebut mencuci segera baju yang terkena darah itu, tetapi sedikit sulit.“Ini kenapa aku enggan mengenakan baju putih. Selalu sulit kalau terkena noda. Lebih baik aku buang saja.” Hafiza menjadi tidak s
“Kita lakukan di rumah temanmu. Keano ke luar kota.”“Apa? Kita harus ke sana.” Rani langsung turun dari ranjang. Hampir saja akan jatuh jika Gilang tidak menopangnya.“Ayo, buruan! Bengong?” Gilang tersenyum, bangkit dari duduknya.***Meyyis***Giang dan Rani sampai di rumah Hafiza. Mereka sudah tahu sandi masuk ke rumah itu, jadi tidak mengetuk. Lagi pula, ada satpam yang menjaga. Kedua insan itu langsung ke kamar Hafiza.“Dia baik-baik saja,” ucap Rani, “lebih baik tidur saja,” lanjutnya. Mereka keluar dari kamar Hafiza bernaksud untuk pergi ke kamarnya yang biasa di tempati saat mereka menginap. Rani berhenti saat melihat barang yang tidak sesuai letaknya. Hafiza dan Keano tipe perfeksionis. Bukan, Keano saja. Sehingga Hafiza biasanya mengikuti.“Tunggu,” pinta Rani. Gilang berhenti mengikuti instr
“Kita menyingkir, Ma. Sepertinya akan tidak sehat untuk berada di sini.” Aku harus pergi dari sini. Tidak, jangan sekarang. Orang yang aku sebut papa, yang sudah melukai mama dan aku begitu dalam. “Baiklah, tapi kamu tidak akan bilang pun, Keano punya sejuta cara untuk tahu. Hmmm, setidaknya kamu katakana siapa yang melakukannya?” Hafiza menoleh ke arah sahabatnya itu. “Siska.” Gilang dan Rani saling menoleh. Mereka seakan saling memberi kode, sebenarnya apa yang terjadi? Apa yang SIska incar. Rani atau Hafiza? ***Meyyis*** Gilang dan Rani akhirnya menemaninya malam itu. Hafiza merasa lebih tenang. Malam kian beranjak hingga angin bertiup lebih kencang dari biasanya. Rani seperti ibunya Hafiza membelai wanita itu. "Fiz, selma ini kamu sudah sangat susah. Kurang baik apa sama orang lain? Tapi tetap saja mereka jahat padamu." Rani berbicara sendiri karena Hafiza sudah terlelap. terdengar burung malam berlalu menghampiri taman yang
“Baiklah, tapi kamu tidak akan bilang pun, Keano punya sejuta cara untuk tahu. Hmmm, setidaknya kamu katakana siapa yang melakukannya?” Hafiza menoleh ke arah sahabatnya itu. Keano berdiri di balik jendela untuk memandang indahnya suasana pagi itu lelaki berambut cepak itu masih memegang gelasnya untuk disesap, setidaknya menenangkan pikirannya. ***Meyyis*** Keano pula dari bertugas pada esok harinya. Seharian ini, Hafiza memilih mengenkan syal untuk menutupi lehernya. Lelaki bermata lebar itu langsung ke antor saat pulang, karena belum waktunya bubar kerja. Istrinya pasti masih di perusahaan. Lelaki bertinggi menjulang itu langsung ke ruangan sang istri. “Hai,” sapa Keano. Tangannya memeluk sang istri untuk memberi tahu bahwa dirinya merindukan. Hafiza kaget bukan kepalang. Wanita itu hanya tersenyum segaris karena takut suaminya mengetahui. “Tumben pakai syal?” Jantung Hafiza bagai
“Kamu mau mati muda? Keluar!” sarkas Keano. Gilang hanya tertawa dan menutup kembali pintunya. Setelah kepergian Gilang, Keano bangkit untuk mengunci pintunya.“Kita lanjutkan?” Hafiza hanya tersenyum. Bagai membangkitkan singa lapar, sekarang Keano yang bergairah untuk memberikan pengalaman berharga pada istrinya. Kini mereka larut dalam gairah yang menggila.***Meyyis***Tanpa di suruh orang-orang Keano sudah mencari Siska. Kali ini, tuntutannya lebih ganas dari sebalumnya. Dia di dakwa dengan pasal berlapis karena sudah berani mendekati istri bos. Keano hanya mempercaayakan hal ini pada pengacaranya agar sang istri tidak mengetahuinya.Gilang yang mendengar ibu tirinya terseret dalam kasus segera menghubungi sang papa. Meskipun dirinya sangat benci dengan sang ibu tiri, akan tetapi masih punya Nurani untuk hal itu. Papanya Gilang segera ke kantor polisi untuk mengetahui kebenarannya.
“Kamu yakin dengan keputusanmu? Brenda, tolong jangan memutuskan sambungan. Tetap hubungi aku,” tutur Keano.“Dari dulu, kamu memang baik. Aku tidak janji, tapi akan kuusahakan.” Brenda pergi dari ruangan Keano setelah pamit. Keano masih tidak menyangka, jika saudaranya berubah sedrastis itu.***Meyyis***Hafiza masuk ke ruangan suaminya, mendengar Brenda sudah meminta maaf dan akan melepaskan semua tentang perusahaan. Mendengar hal itu, Hafiza memeluk sang suami karena merasakan senang yang teramat. Kali ini, tujuan yang dilakukan suaminya untuk membawa Brenda kembali ke jalan yang benar, sudah tercapai. Memang seharusnya begitu sebagai seorang kakak memperlakukan adiknya.“Baiklah, karena aku sedang bahagia, dedek bayi mau minta apa dari papa?” tanya Keano sambil memeluk sang istri dari belakang.“Aku pingin nasi megono,” ucap Hafiza.“Nasi megono? Siap!” Keano bangkit, mencari se
“Aku akan mandi dulu.” Brenda meninggalkan ruangan itu, kemudian mandi di kamarnya. Air matanya luruh bersama air yang mengalir. Belum pernah ada, seseorang yang memperhatikannya seperti itu. Kehadiran Andy malam ini membuatnya menyadari bahwa jalan selalu akan terbuka lebar. Bahwa Tuahan masih ada untuknya.Brenda keluar dari kamar untuk berganti baju. Wanita itu keluar kembali untuk mencari Andy. Lelaki itu tidur di kursi yang dihimpitkan, dijajar. Brenda membangunkannya.“Ada kamar tamu di sana. Kamu bisa menggunakannya.” Bagaimana lelaki itu bisa meluluhkan hati Brenda, bahkan membuatnya percaya pada lelaki itu. padahal, baru saja mengenalnya. Wanita itu tidak lagi berprasangka buruk pada orang asing, ada apa dengan Brenda? Mungkinkah … ah, tidak mungkin jatuh cinta dengan pria asing yang baru setengah jam dikenalnya.***Meyyis***Brenda sudah bisa tidru, wanita itu bahkan tidur sudah beberapa jam
“Kenapa menolongku?” tanya Brenda.“Karena melihatmu.” Brenda memejamkan mata. Untuk sesaat wanita itu merasakan ketenangan batin. lelaki itu membuka matanya untuk mempercayai hidup.***Meyyis***Lelaki itu menuntun Brenda masuk ke dalam rumah. Di sebuah meja, ada air putih juga gelas. Lelaki dengan jaket jeans itu menuangkan air tersebut. “Minumlah agar lebih tenang.” Brenda menenggak air putih itu hingga tandas. Keringatnya membanjiri kening hingga ke leher. Wanita itu duduk lemas di kursi tersebut.“Masih banyak yang membutuhkan kita,” ucap lelaki itu.“Kamu bukan aku, bagaimana bisa berkomentar?” ketus Brenda.“Baiklah, kamu tahu kaki ini?” Lelaki itu menunjukkan kaki kanannya yang sudah tersambung dengan … mungkinkah kaki robot? Brenda menoleh ke arah lain setelah melihatnya.“Aku putus ada karenanya. Namun, kaki ini yang menuntunku ke arah kesuk
Mereka kembali memberikan kenyamanan pada masing-masing di kamar mandi itu. Aura romantic semakin terasa ketika membilas di bawah pancuran shower. Keduanya saling melepaskan lagi rasa cinta.***Meyyis***Brenda duduk termenung di balkonnya. Jika tidak diselamatkan, mungkin saja perusahaan kali ini jadi benar-benar hancur. Tidak ada lagi yang dapat dimintai tolong. Semua kenalannya sudah tidak ada lagi yang dapat dihubungi. Brenda menjadi frustasi. Wanita itu belum pernah mengalami krisis seperti ini.“Brenda, gunakan otakmu seperti biasa,” ucap Cassandra datang dengan minuman di tangannya.“Tidak ada yang bisa kulakukan, Ma. Semuanya tidak bisa melawan Keano. Masih sama, semua perusahaan yang aku hubungi di bawahnya,” tutur Brenda.“Kamu tidak bisa memikat Keano? Tidak ada pria yang menolak kesenangan,” tutur Cassandra.“Ma, apakah mama baru mengenal Keano? Bahkan seluruh dunia sudah berada di sampin
“Kamu benar, tapi anak kita lelaki yang kuat seperti sang papa. Dirinya tetap ingin membantu orang tuanya, bukankah itu seksi?” Keano tidak lagi berdebat dengan sang istri, karena semuanya akan percuma jika wanita itu sudah berkeinginan.***Meyyis***Langkah kecil Keano membuat perusahan Arsan kalang kabut. Keputusannya untuk menarik dana suplay perusahaan miliknya tersebut, terbukti ampuh. Arsan sudah lupa, bahwa dibalik berdirinya perusahaan miliknya tersebut, ada andil Damian, pastilah lelaki itu tidak bersih melepaskan. Hal itu diketahui Keano juga lewat arus bank dan finansial papanya, tidak butuh penjelasan dari lelaki yang berjuluk macan bisnis tersebut.“Tenang, Sayang. Kita akan melihat pertunjukan sebentar lagi. Jika mama dan papa berhati lembut selama ini, tidak dengan Keano. Aku bisa jadi singa daratan yang menyeramkan. Bukankah begitu?” Keano menarik tangan sang istri agar berada di depannya. Kedua pahanya mengapit kaki
Brenda duduk termenung ketika sang papa sudah pulang. Hatinya bingung harus menerima tugas tersebut. Papanya memang berkata benar, akan tetapi membujuk Direktur berhati batu macam direktur DAC sangat membuatnya sakit kepala. Tangannya menjambak rambut sendiri.***Meyyis***Mendengar kesulitan yang dihadapi oleh sang istri, Keano tidak bisa tinggal diam, hari ini, ellaki itu akan datang ke kantor dan sibuk menyelesaikan beberapa kesepakatan. Keano menjadi sangat marah, kali ini akan bertarung bahkan menghabisi Brenda dan Arsan. Sudah cukup, selam ini diam dan tidak melakukan hal yang semestinya.Dirinya bukan sang ibu yang memiliki hati selembut sutra. Keano akan menjadi seorang singa ganas jika sudah diusik. Lelaki bermata colakat itu masih dengan bantuan tongkatnya, siang ini menemui Arsan dan akan mengintimidasinya.“Siang, Om. Masih ingat saya.” Keano sudah sampai di perusahaan milik Arsan.“Maaf, Tuan. Bapak ini menerobos masu
Keano tersenyum mendengarnya. Mereka melanjutkan makan dengan lahap. Sesekali, Keano mengusap bibir sang istri yang terkena saos barbeque. Mereka tersenyum bersama, hingga makanan tandas tidak tersisa. Malam ini, rasa tidak nyaman yang sudah dipendam beberapa saat lepas sudah.***Meyyis***Brenda tiba di kantor dengan wajah yang sudah dipenuhi dengan amarah. Sampai mejanya, wanita itu mengamuk dan menyisir mejanya hingga bersih, akan tetapi benda yang ada di mejanya berantakan ke lantai. Wanita itu sangat marah bahwa dirinya dikalahkan oleh Hafiza yang notabennya hanya pimpinan pengganti.“Bodoh kalian semua! Untuk apa aku bayar mahal kalau berakhir gagal. Enyah kalian! Enyah! Perbaiki semuanya. Jangan muncul di hadapanku kalau belum benar.” Brenda melempar barang yang tersisa ke arah beberapa pegawainya.“Aku sungguh tidak tahan lagi.” Pegawainya berbisik pada temannya, setelah keluar dari ruangan Brenda.“Sama,
“Mari makan,” ajak Keano.“Aku sudah makan dengan klien dan Rani. Aku akan menemanimu makan,” ucap Hafiza.“Lupakan.” Keano berbalik dan meninggalkan ruang makan itu. Perutnya tidak lagi lapar. Hafiza merasa sangat bersalah, karena suaminya mempersiapkan semuanya.***Meyyis***Hafiza masuk ke kamarnya untuk mandi dan berganti baju. Sedangkan Keano masih berdiri di depan jendela kamar mereka. Lelaki itu memandang ke arah luar jendela itu. sedangkan Hafiza baru saja selesai mandi, bahkan masih mengenakan handuk kimononya.“Kita makan sekarang?” Hafiza memeluknya dari belakang.“Aku sudah tidak lapar.” Keano hanya diam memandang ke arah luar jendela.“Tidak bisa, harus makan. Aku ganti baju dulu. Nanti kusuapi. Maafkan aku.” Hafiza mencium puncak kepala sang suami. Wanita itu berganti pakaian untuk menemani suaminya makan malam. Meskipun sekarang sudah tengah malam,
“Malam ini, mau makan mi bareng? Kita makan mi ayam sepuasnya, begadang dan makan sosis.” Hafiza tertawa mendengarnya.“Aku ingin, tapi Keano masih membutuhkanku. Oke, aku pamit. Besok kutunggu. Aku akan segera revisi kalau ada yang Kurang pas.” Rani mengacungkan jempolnya dan memeluk sang sahabatn***Meyyis***Hafiza mengembuskan napas berat, wanita itu harus presentasi menyampaikan proposalnya di depan banyak orang untuk memenangkan tender ini. Gilang sebenranya sudah menawarkan diri, akan tetapi wanita itu menolak sebab, menurutnya jika presentasinya berhasil kali ini berarti dirinya memiliki nilai lebih karena CEO pengganti sementara saminya sedang memulihkan diri di rumah. Sebagai pemimpin, tentu para dewan direksi akan percaya padanya, meskipun Keano tidak ada.Sorot lampu mulai hanya fokus kepada dirinya. Hafiza mengembuskan napas panjang. Setelah salam dan mengatakan pembuka, wanita itu mulai presentasi dengan peralat