Semua hancur, dan dia sangat marah. Setelah pulang, bukan senyum manis yang dia dapat. Tapi muka kusut dan juga pembangkangan pada perkataannya yang dia dapatkan. Makin jauh dan jauh dari harapannya untuk berbagi kasih dengan sang istri. Dia memang tidak pandai merayu wanita. Dia juga tidak bisa bicara lemah lembut untuk menundukan hati Tias. Hingga hanya sebuah sarkasme yang terdengar, jika dia kecewa pada apapun.
Galih mengambil kotak berwarna biru yang di simpannya di saku celan. Membuka kotak itu membuat hatinya lirih perih. Dilihatnya kembali cincin itu, yang dibeli khusus untuk istrinya. Sampai hari ini, masih ada rasa cinta di sudut hatinya. Hanya saja, entah mengapa dia merasa sangat kecewa dengan wanitanya itu.
Diletakkan kotak itu di atas meja, kemudian berlalu dengan mobil kesayangannya. Pergi ke tempat hiburan mungkin lebih baik. Dia menyetir dengan kecepatan tinggi. Tidak perduli lampu merah, terus saja menuju ke sebuah club m
“Nama yang cantik, secantik orangnya.” Galih tanpa sungkan mencium tangan wanita itu, sehingga terjadi hal yang tak terduga, wanita itu menarik tangan Galih, sehingga keduanya berhimpitan sangat dekat. Bau harum tubuh wanita itu membuat Galih mabuk kepayang. Dia ingin mengahbisi wanita itu di atas ranjang seketika itu juga. Galih sudah kalap. Tidak ada lagi rasa malu. Dia membawa wanita itu ke sofa, untuk menikmati halus tubuhnya. Tangannya sudah bergerilya masuk ke dalam baju minim yang di kenakan oleh wanita itu.Milea sangat menikmati sentuhan halus dari sang lelaki. Dengan ganas, lelaki berambut undercut itu membuka resleting yang menghalani tubuh indah wanita itu dari pandangan matanya.“Jangan di sini. Kau boleh memilikiku di kamar atas.” Galih tanpa aba-aba langsung membopong sang wanita, hingga menaiki tangga. Tidak ada kata mundur atau menyerah untuk sebuah kenikmatan. Milea menempelkan member card, kemudian
“Nama yang cantik, secantik orangnya.” Galih tanpa sungkan mencium tangan wanita itu, sehingga terjadi hal yang tak terduga, wanita itu menarik tangan Galih, sehingga keduanya berhimpitan sangat dekat. Bau harum tubuh wanita itu membuat Galih mabuk kepayang. Dia ingin mengahbisi wanita itu di atas ranjang seketika itu juga. Galih sudah kalap. Tidak ada lagi rasa malu. Dia membawa wanita itu ke sofa, untuk menikmati halus tubuhnya. Tangannya sudah bergerilya masuk ke dalam baju minim yang di kenakan oleh wanita itu. Milea sangat menikmati sentuhan halus dari sang lelaki. Dengan ganas, lelaki berambut undercut itu membuka resleting yang menghalani tubuh indah wanita itu dari pandangan matanya. “Jangan di sini. Kau boleh memilikiku di kamar atas.” Galih tanpa aba-aba langsung membopong sang wanita, hingga menaiki tangga. Tidak ada kata mundur atau menyerah untuk sebuah kenikmatan. Milea menempelkan member card, kemudian pintu itu terbuka ku
Hingga, berulang dan berulang, dunia hitam mereka dimulai, di atas tangis seorang istri yang selalu menanti dan menangis di sudut rumahnya. Tias menengadahkan tangan, agar suaminya baik-baik saja malam ini, kendari sudah menyakitinya. Setelah selesai berdo’a, wanita dengan mukena warna putih itu melenggang keluar, bermaksud melihat suaminya apakah masih ada. Kosong, hanya angin yang berseliwetan menerpa mukenanya yang masih melekat di tubuhnya. Bunyi benda jatuh terdengar di bawah meja, karena tersampar mukenanya.“Apa ini?” Pertanyaan Tias terjawab sendiri, saat membukanya. Tias meneteskan air matanya, melihat kilatan cincin itu. Kenapa tak ada hentinya sang lelaki menyiksanya. Jika tujuannya adalah ingin memberi kejutan kepadanya, kenapa menyakitinya. Rasanya jiwa ini mau memberontak dan memporandakan seluruh jagad raya. Dia luruh ke lantai. Tangisnya meledak. Sampai kapan ini akan berlalu. Kenapa komunikasi antar mereka sel
“Kamu ini pikirannya kemana-mana. Kita di rumah sakit semalaman. Ya, aku jagain dia lah, emang mau ngapain lagi?” Tias memutar bola matanya malas dengar sahabatnya yang berkata ngawur itu.“Aku tidak tertarik dengan cerita rumah sakit. Aku lebih tertarik kamu cerita soal panggilan itu.” Lita berbunga-bunga ingin tahu lebih detail cerita dari pak menjadi mas.“Hah ... tau ah, lap. Kamu itu melebih-lebihkan. Itu hanya karena dia tidak mau merasa tua di panggil pak. BTW, kamu kemari ini sudah jam berapa? Emang suamimu nggak nyari?” tanya Tias.“Panggilan alam ...” cengir Lita.Wanita berambut sebahu yang di cat pirang itu, tidak menjawab pertanyaan Tias dan berjalan menuju toilet. Rupanya wanita itu sudah hafal letak dan desain rumah Tias. Dengan langkah sedikit gontai karena kekenyangan menuju ke toilet. Dengan tangan kirinya, memutar knop pintu, kemudian
“Yas, ceritakan sama aku. Apa yang sebenarnya terjadi?” Lita memberikan air putih yang baru diambilnya. Tias dengan kecepatan super jet meneguk air putih itu. Wanita dengan lesung di kedua pipinya itu terlihat mengatur nafas yang sangat bergejolak. Detak jantungnya juga sudah membara seperti mau hengkang dari tempatnya.“Ta, aku sering banget mimpi buruk. Dan ...” Kalimat Tias tercekat. Ada luka yang membayang di pelupuk matanya. Rasanya, sangat menusuk tajam. Bahkan Lita dapat merasakannya, sebelum Tias menceritakannya.“Dan? Dan kenapa?” Lita mencari jawaban lewat sorot mata Tias. tapi, tidak juga dapat menebak, apa yang sebenarnya terjadi pada sahabatnya itu.“Hah ...” Terdengar sangat halus tarikan nafas Tias, tapi merasa lelah terdengar.“Ta, dua tahun lalu, mas Galih memaksaku berhubungan intim. Dari situ, aku sering banget mimpi buruk
“Minum dulu, Ta. Maafkan suami gue, ya?” ucap Tias.“Kenapa lo yang minta maaf? Suami lo memang sangat brengsek. Dia sudah putus otaknya tidak bisa berfikir,” umpat Lita.Dengan sekejap wanita itu sudah menghabiskan air putih yang diberikan oleh Tias. Lita menghembuskan nafas beratnya. Dia kembali bergidig ketika lelaki itu menggerayangi tubuhnya. Tangannya yang kekar memegang kedua bola besar yang ada di antara tulang iganya. Lita menggidigkan tubuhnya merasa jijik dengan perlakuan bajingan dari Galih.“Gue pulang, ya?” Lita bangun dan akan beranjak dari ruang makan itu.“Tidak bareng saja? Lagian gue bawa mobil pak Ilham. Harus menjemputnya juga. Aku tidak enak sendirian,” Tias memohon.“Ogah, gue mandi di sini. Suami lo sarap.” Lita sudah berjalan menuju pintu keluar.“Tunggu gue ganti
“Ta, suami lo nggak di rumah, ya?” tanya Tias.“Besok baru pulang. Dia kirim barang ke Malaysia.”Suami Lita memang sopir kapal tongkang pengirim barang. Mereka tidak bertemu setiap harinya. Karena pekerjaannya, paling cepat satu minggu baru suaminya pulang. Akan tetapi, keduanya sudah berkomitmen, untuk saling setia. Walau kenyataannya tidak banyak uang seperti Galih suami Tias. Lita bergidig lagi, ketika ingatannya meluncur ke dalam kejadian satu jam lalu.“Ayo, kita sudah ditunggu pak Ilham.” Tias sengaja memancing agar sahabatnya itu mau bicara. Jika menyangkut menjodohkan dirinya sama Ilham, Lita memang yang paling antusias. Tapi, kali ini Lita tidak bereaksi apapun. Tias menghembuskan nafas halus. Dia memutuskan untuk membawa sahabatnya itu ke psikiater nanti setelah kerja. Bagaimanapun, dia bertanggung jawab, karena yang menyebabkan adalah suaminya.Me
Lita dan Tias sudah sampai ke tempat psikiater. Setelah membayar dengan uang pas, kedua wanita itu turun. Lita pandangannya kosong tanpa ekspresi. Disanalah, Tias bangkit dan ingin menyelesaikan pernikahannya. Ya, suami yang di agungkan selama ini sudah membuatnya merasa jijik, karena membuat sahabatnya juga mengalami hal yang sama.Ida Zaskia, nama dokter psikologi, yang kini juga melakukan terapi untuk Tias. Wanita berperawakan sedang yang anggun dan murah senyum. Demikian kesan pertama yang terjadi.“Assalamualakum.” Sapa Tias.Wanita berhijab dengan jas warna putih itu tersenyum. Ya, salah satu yang di suka oleh Tias adalah dokter itu murah senyum dan membuatnya terasa nyaman.“Waalaikumsalam, Dok. Saya membawa teman saya.” Tias membantu Lita untuk duduk.“Tias, bisa tinggalkan kami, kamu tidak perlu menjelaskan apapun, aku akan mul