Setelah asistennya Lisa pergi mencari tahu, dia berkata di telinganya, "Kak Lisa, aku dengar pelakunya Thasia, dia yang membuat masalah ini!"Mata Lisa pun beralih ke arah Thasia.Thasia dan Sabrina sedang mengobrol, membandingkan gaun di tangan mereka. Hal ini membuat Lisa merasa tidak senang, dia berjalan ke arah mereka dan berkata, "Thasia, ternyata kamu pelakunya. Kamu tahu bahwa aku akan menghadiri acara hari ini, jadi kamu ingin mempermalukanku?"Melihat Thasia sedang berdandan, dia mencibir, "Kenapa? Kamu ingin bersaing denganku? Kamu juga ingin dilirik oleh Jeremy?"Thasia sedang duduk di kursi, sementara penata rias Sabrina sedang menata rambutnya. Thasia bisa melihat ekspresi sombong Lisa melalui cermin.Hanya di depannya saja wanita itu akan menunjukkan wajahnya yang garang ini.Thasia tidak mengangkat kepalanya, dia berkata dengan dingin, "Kamu suka sekali membuat asumsi sendiri, aku berdandan untuk menyenangkan diriku sendiri.""Sok sekali kamu, kenapa kamu mengganggu wakt
Tindakannya mengejutkan semua orang.Mereka pun tertegun.Angel juga membuka matanya lebar-lebar."Thasia, kamu cari mati, ya? Kamu berani memukul Lisa!" Rekan kerjanya tadi merasa terkejut.Lisa ditampar hingga wajahnya menoleh ke samping, dia tertegun selama beberapa detik.Thasia berkata, "Kamu menampar Sabrina duluan, anggap saja ini balasan dari tamparan itu!"Siti segera mendorong Thasia menjauh setelah sadar kembali, "Kamu sudah gila? Kamu berani memukul Kak Lisa ...."Thasia juga menampar Siti. "Entah bagaimana Lisa bisa memiliki asisten yang begitu kurang ajar sepertimu, nggak heran kalau kamu dipukul!""Kamu ... Thasia, kamu ...."Ketika Siti melihat Thasia tidak takut sama sekali, dia merasa sangat marah sehingga tidak dapat berbicara dengan jelas.Lisa menutupi wajahnya, dia menangis dan berkata dengan lemah, "Siti, sudahlah, kita nggak bisa melawannya ....""Nggak bisa melawan siapa?"Yasmin berjalan masuk datang dengan tergesa-gesa. Ketika dia melihat Lisa dipukuli, dia l
Kata-kata Jeremy yang tiba-tiba itu membuat semua orang yang hadir tercengang cukup lama.Sudah menikah?Apakah mereka pantas mendengar hal ini?Wajah Lisa langsung menjadi pucat, dia menatap Jeremy dengan mata memerah, seolah-olah ada pisau tajam yang menusuk hatinya.Lisa mengepalkan tangannya.Berani sekali pria itu mengaku sudah menikah di depan begitu banyak orang!Jeremy telah memberinya pukulan besar, Lisa hampir kehilangan keseimbangan tubuhnya. Untungnya, Yasmin di sebelah menopangnya.Thasia menatap Jeremy lagi, dia pun merasa gugup. Thasia tidak tahu apa yang Jeremy pikirkan dan bagaimana bisa dia berkata seperti itu di depan begitu banyak orang.Hal ini membuat Thasia sedikit bingung.Seketika dia tidak bisa bereaksi.Pada saat yang sama dia juga merasa gugup.Seketika di benak Thasia terlintas perkataan Jeremy pada malam pernikahannya. Jika orang lain mengetahui pernikahan mereka, maka dirinya akan menerima akibatnya.Kejadian saat ini terasa tidak nyata.Yang lain juga te
Lisa membenci Thasia karena telah merebut prianya.Jelas-jelas dirinya telah berkorban banyak demi Jeremy, kenapa Thasia yang mengambil semua miliknya?!Yasmin mengambil tisu dan menyeka air mata Lisa. "Lisa, bersabarlah. Pada akhirnya semua akan menjadi milikmu."Yasmin memberi Lisa bisikan menenangkan.Lisa harus bersabar, karena pada akhirnya semua akan menjadi miliknya.Sorot mata Lisa menjadi dingin lagi...."Thasia, kamu lihat nggak tadi Jeremy mempermalukan Lisa di depan umum?" Sabrina berkata sambil tersenyum, "Aku senang sekali! Lihat nggak tadi wajah Lisa sudah sangat pucat, kalau ibu mertuamu nggak menopangnya, dia sudah pasti jatuh!""Lisa pasti merasa sangat malu hari ini, ada begitu banyak orang yang melihatnya, aku penasaran bagaimana dia akan berbohong lagi ke depannya!"Berbicara tentang hal ini, Sabrina pun memuji Jeremy, "Aduh, menurutku Jeremy juga nggak seburuk itu, seenggaknya dia mau melindungimu!"Jika pria itu bisa membela Thasia di depan banyak orang, bahkan
Thasia tertegun, dia mengangkat kepalanya, menatap Jeremy dengan tidak percaya.Pria itu belum pernah memujinya.Ada apa dengannya hari ini?Thasia dan Jeremy saling berpandangan. "Benarkah?"Jeremy mengulurkan tangannya, membelai rambut di wajah Thasia, lalu tertawa pelan. "Kamu nggak percaya diri?"Thasia merasa gugup karena sedang mencoba gaya baru, tapi dia tidak mau mengakuinya. "Bukan begitu.""Kamu terlihat cantik malam ini, baju ini sangat cocok untukmu."Jeremy memeluk pinggangnya, tubuh Thasia pun terdorong maju beberapa langkah, hingga masuk ke pelukan pria itu."Aku rasanya nggak ingin orang lain melihatmu," kata Jeremy dengan suara rendah dan serak.Napas panasnya menerpa wajah Thasia, membuat orang terlena. Pipi Thasia pun memanas, lalu dia mendorong Jeremy menjauh. "Jangan meledekku. Kalau kamu bilang cantik berarti cantik."Thasia tersenyum tipis.Mata Jeremy sedikit menyipit dan dia menundukkan kepalanya. "Kenapa kalau aku bilang cantik maka berarti cantik?"Thasia men
"Pak Jeremy." Seseorang mendekat untuk menyapanya, kemudian orang itu memandang Thasia. "Ternyata Nona Thasia. Nona Thasia biasa terlihat nggak suka berdandan, tapi hari ini kamu cantik sekali, aku sampai terkejut!"Pria itu mendekat dan hendak berjabat tangan dengan Thasia."Anda terlalu memuji, ini semua karena riasan. Aku nggak secantik pasangan Anda malam ini." Thasia yang sudah terbiasa bersikap formal langsung tersenyum dan ingin membalas jabatan tangan pihak lawan.Namun, Jeremy menghalanginya. "Nggak perlu bersikap formal malam ini."Thasia menarik tangannya kembali.Pria yang menyapa mereka bukannya marah malah menggodanya. "Pak Jeremy sungguh protektif."Di sisi lain."Lihatlah, pasangan Pak Jeremy malam ini ternyata sekretarisnya, aku pikir bakal orang lain!" ujar Angel."Menurutku status sekretaris itu cukup spesial!"Lisa berdiri di sebelah orang-orang itu, dia sedang mengenakan gaun cadangan saat ini. Dibandingkan dengan Thasia, penampilannya jauh lebih jelek.Setelah Jer
Thasia meringis kesakitan.Sakit. Ternyata bukan mimpi.Jeremy benar-benar memijat kakinya.Jeremy memperhatikan ekspresinya, dia pikir pijatannya terlalu kuat, jadi dia tanpa sadar bertanya, "Sakit?"Thasia menggelengkan kepalanya. "Nggak."Thasia tertegun, ujung hidungnya terasa sedikit basah, lalu berkata, "Hanya saja aku nggak menyangka kamu akan memijat kakiku."Thasia sangat terkejut mendapat perlakuan lembut pria ini.Jeremy mengangkat tatapannya. Matanya yang gelap terlihat sedikit sedih, dia berkata dengan lembut, "Kamu pasti kesakitan."Thasia menggelengkan kepalanya dan tidak berkata apa-apa.Dia tidak merasa keberatan.Dia hanya bertepuk sebelah tangan saja.Jeremy menggosok kakinya, menyalurkan suhu tubuhnya yang hangat, membuat rasa sakit yang dirasakan Thasia berkurang.Wanita itu fokus menatapnya, tenggelam dalam kelembutan Jeremy, tapi tetap terjaga setiap saat.Matanya tertuju pada mata Jeremy yang gelap, hidungnya yang mancung, kemudian ke bibir merahnya ....Pada sa
"Panggil aku Bu Thasia saja." Thasia berkata dengan acuh tak acuh, "Rasanya aneh kamu tiba-tiba menggunakan panggilan lain. Lagi pula, saat ini sedang ada banyak orang."Tony tidak mengerti kenapa Thasia dan Jeremy merahasiakan hubungan mereka, jelas-jelas mereka ini suami-istri.Namun, hal ini urusan mereka, dia tidak mau ikut campur.Dia hanya mengikuti permintaan Thasia. "Oke, Bu Thasia."Thasia sudah selesai makan, mereka pun pergi ke area lelang.Saat di jalan, Thasia menabrak seseorang, karena sudah biasa bersikap formal dia pun berkata duluan, "Maaf.""Nggak apa-apa, Nona Thasia, terima kasih untuk minumannya tadi."Thasia mendongak, ternyata orang yang dia tabrak adalah Angel.Thasia dengan sopan menyapanya, "Nona Angel."Angel tersenyum tipis, dia menjabat tangan Thasia dengan ramah. "Nona Thasia, kamu sungguh cantik hari ini, pantas saja Pak Jeremy terpesona padamu."Thasia segera menjelaskan hubungan mereka, "Bukan begitu, Nona Angel, jangan salah paham, aku hanya sekretaris