Di sisi lain Lisa juga sedang melakukan pemotretan.Dirinya dan Angel menggunakan tema yang sama, dia berfoto dengan tema kerajaan zaman dahulu."Bagus Lisa, cantik sekali!"Fotografer memotretnya dari segala sisi."Dari sisi sini sangat bagus, hasilnya begitu memuaskan!"Fotografer memotret sambil memuji Lisa.Seketika Lisa semakin percaya diri, dia bergaya dengan sangat fokus.Lisa memang lebih cantik dari Angel, di dunia hiburan, cantik merupakan keunggulan, ada beberapa artis yang hanya karena cantik bisa menjadi terkenal.Lisa bisa berakting, juga cantik, maka dia pasti bisa menjadi terkenal.Sasaran Lisa yang sebenarnya bukanlah Angel, melainkan Thasia.Siapa suruh Angel bekerja sama dengan Thasia?Kali ini jika dia bisa menang dari Angel, maka itu artinya dia juga menang dari Thasia.Kalau kali ini dia menang, maka lain kali juga begitu.Angel melihat hasil fotonya, dia merasa puas, foto-foto ini pasti akan menjadi terkenal."Selagi acara ini masih heboh, cepat sebarkan fotonya,
"Benar sekali, kalau mereka dibandingkan aku lebih suka videonya Angel, aku benar-benar suka perannya di drama ini!"Lisa merasa sangat kesal.Apa yang mereka bicarakan?Mereka bilang foto Angel lebih bagus daripada miliknya?Mana mungkin!Jelas-jelas dirinya lebih cantik daripada Angel.Asistennya Lisa juga berada di sampingnya, saat melihat orang yang menyukai video itu sampai 10 juta, dia mulai mengoceh, "Apa-apaan para netizen ini, jelas-jelas Kak Lisa yang lebih cantik, Angel itu sedang memancing perasaan orang tentang drama itu, memangnya dia nggak bisa cari tema baru? Dia bahkan membuat video pendek, hanya orang biasa yang membuat hal seperti itu, mana mungkin artis membuat video pendek, dasar nggak tahu malu!"Asistennya Lisa tidak suka melihat tindakan Angel ini.Artis yang membuat video pendek biasanya bukan artis terkenal, mereka hanya ingin menghasilkan uang dari video itu.Dia sangat tidak suka dengan tindakan Angel ini.Brak! Lisa melempar ponselnya!Asistennya ingin mene
Kent malah berkata, "Malam saja, di tempat biasa."Wanita berambut merah itu tersenyum dengan penuh arti. "Oke, aku akan menunggumu."Setelahnya wanita itu segera berjalan pergi.Begitu dia pergi Kent dengan tenang mengembalikan semua organ binatang tadi ke dalam.Kemudian menjahitnya kembali dengan perlahan.Tidak peduli proses bedah tadi sekejam apa, saat ini jantung binatang itu berdetak lagi.Setelahnya Kent melepas sarung tangannya, menggunakan cairan antiseptik dan sabun mencuci tangannya berkali-kali, hingga aroma darah menghilang dia baru pergi.Dia mengemudi ke tempat pertanian.Ada orang yang berjaga di pintu, saat melihat mobil Kent, dia segera membuka pintu dan mempersilakannya masuk.Ada bunga yang menghiasi tempat itu, lalu di dalamnya hanya ada strawberry.Strawberrynya belum dipetik, banyak yang sudah busuk.Kent turun dari mobil, dia tersenyum. Melihat strawberry yang ditanam dengan baik, dia merasa senang.Penjaga pintu memberinya sebuah keranjang.Kent menerima keran
Thasia berkata, "Semua ini berkat kemampuanmu, kamu juga yang memberiku ide ini, kalau orang lain ada ide sepertimu, dia juga akan mendapat hasil yang sama. Apalagi membantumu bisa dibilang juga membantuku."Angel berkata sambil tertawa, "Bisa bertemu orang sepertimu sungguh beruntung, kita benar-benar berjodoh. Sudahlah, aku masih ada kerjaan, lain kali kita baru bicara lagi.""Oke."Setelah panggilan itu terputus, kedua tangan Veren menopang meja, dia mengedipkan mata pada Thasia. "Thasia, aku merasa semua hasil kerjaanmu sangat baik, kamu bahkan bisa menjadi manajernya Angel.""Kamu terlalu memujiku." Thasia merasa malu dipuji seperti ini. "Kalau terkenal pasti, mungkin nggak bisa sampai ke TV dan sebagainya, tapi video pendek ini sudah cukup."Zaman sekarang sudah tidak seperti dulu yang harus melalui media baru bisa terkenal.Seseorang yang pertama kali mencoba hal baru pasti akan selalu diingat oleh orang lain.Saat jam pulang kerja, Thasia berkata pada Veren. "Sudah jam pulang k
Berhasil!Namun, tidak lama setelahnya, dia melihat di belakang ada mobil yang mengikutinya.Mengikutinya terus tanpa mau berhenti.Sopir itu menambah kecepatan mobilnya.Saat ini di jalan ada banyak mobil, begitu dia menambahkan kecepatan mobil, pihak lawan juga melakukan hal yang sama.Orang itu mengejarnya tanpa peduli akan bahaya.Sopir taksi masih ingin hidup, dia tidak bisa menambah kecepatan mobilnya lagi, kalau tidak kemungkinan akan terjadi tabrakan.Mobil sport itu terus mengejarnya.Hal ini berlangsung cukup lama, hingga mereka melewati jembatan, mobilnya terhimpit sampai ke pinggir.Detik berikutnya akan jatuh ke sungai.Sopir itu hanya bisa menginjak rem.Mobil sport yang mengikutinya juga berputar, berhenti di depan mobilnya, menghalangi sopir itu untuk kabur.Kent tidak ragu sama sekali, dia segera turun dari mobilnya.Wanita itu menenangkan dirinya, baru membuka pintu mobil dan bertanya, "Kenapa kamu mengejarku? Apakah ada urusan mendesak? Kamu selalu datang tepat waktu
Redly merasa tidak mengerti.Dirinya dan Kent sudah menjalankan tugas bersama selama bertahun-tahun, dia tidak pernah melihat pria itu bersikap seperti ini.Kent hanya diam, setelah memasukkan Thasia ke dalam mobil, tanpa menoleh dia langsung pergi dari sana.Redly melihat mobil Kent menjauh tanpa memberinya penjelasan, matanya menatap dengan sakit. Benarkah pria itu sudah tidak peduli pada nyawanya sendiri?Namun, Redly tidak bisa diam saja melihat Kent dibunuh.Tangan Redly terkepal cukup lama, dia segera menenangkan hatinya, merapikan rambutnya dan bersikap seolah-olah tidak ada yang terjadi.Masuk ke mobil dan meninggalkan tempat itu.Kent langsung membawa Thasia pulang.Dia tidak tahu kata sandi tempat Thasia, jadi dia membawa wanita itu ke rumahnya.Dia meletakkan Thasia di sofa, setelah memastikan tidak ada luka di tubuhnya, dia duduk di samping untuk menunggunya.Matanya melirik wajah Thasia, matanya yang berwarna coklat menatap dengan lekat, tangannya yang tidak tertutup baju
Kent menurunkan tatapannya, dia hanya berkata, "Aku nggak akan menyakitimu."Thasia segera berdiri, dia menjaga jarak dengan pria itu sambil berkata, "Aku nggak tahu harus memercayaimu atau nggak, tapi kamu juga seharusnya bukan orang baik-baik. Aku harap kita jangan terlalu sering berhubungan."Thasia tidak berani terlalu akrab dengan Kent.Yang paling penting saat ini dia harus melindungi dirinya.Kent tersenyum dengan pahit, matanya menatap strawberry yang baru dia petik, lalu menyerahkannya pada Thasia. "Kamu suka makan strawberry, aku baru saja memetiknya, ambillah."Thasia tidak menerimanya, malah berkata dengan waspada, "Nggak perlu, terima kasih."Setelahnya dia berjalan keluar.Saat ini bahkan telapak tangannya berkeringat.Detik sebelumnya dia sempat berpikir apakah Kent sedang berpura-pura? Apakah pria itu ingin membunuhnya? Semua hal itu masih tidak jelas.Namun, Thasia merasa dia tidak seharusnya berada di rumah Kent.Pria itu tinggal di sebelahnya, mungkin ini pertanda ba
Pria itu mendengus, lalu meninggalkan tempat ini.Redly terduduk dengan lemas di lantai, dia baru bisa bernapas dengan lega.Wanita itu menyeka darah di bibirnya, salah satu pipinya sedikit membengkak, seketika sudah tidak terlihat secantik biasanya, matanya juga menatap dengan ketakutan.Bisa dilihat bahwa dia benar-benar ketakutan.Mereka adalah orang-orang yang lahir di dunia gelap, mereka tidak akan bisa meninggalkan organisasi ini.Begitu pergi, mereka hanya akan dibunuh.Redly juga mengkhawatirkan Kent, sekarang tindakan pria itu sudah mulai melawan organisasinya.Kalau sampai ketahuan bagaimana?Wajah cantik Redly seketika terlihat cemas. Tidak peduli bagaimanapun dia harus menyelesaikan tugas ini.Semua itu tidak hanya untuk menolong dirinya sendiri, tapi juga untuk menolong Kent.Redly tidak ada waktu untuk berpikir lagi, waktunya hanya seminggu.Ini juga hitungan waktunya dan Kent.Redly segera berdiri, memakaikan foundation untuk menutupi pipinya yang memerah, lalu merapikan
"Oke."Tatapan Kent mengikuti sosok Thasia yang berlalu.Thasia mengendarai sepedanya keluar, dia menuju ke pusat kota.Jaraknya tidak terlalu jauh.Jeremy telah memberinya sebuah vila dengan harga yang sangat mahal.Saat ini jalanan cukup ramai, dia sedang menunggu di lampu merah.Setelah lampu berwarna hijau, dia mendorong sepedanya, tiba-tiba ada orang berkata, "Biar aku bantu."Thasia menoleh ke belakang, dia melihat seorang pria muda sedang mendorong belakang sepedanya.Sepertinya pria itu menyadari Thasia sedang hamil, jadi kesulitan mengendarai sepeda.Hari ini Thasia berpakaian dengan santai. Rambutnya dikepang, memakai sebuah topi dan gaun yang lebar, perutnya sedikit menonjol.Selain ibu hamil yang akan berpakaian seperti ini, yang lainnya tidak mungkin.Thasia merasa dirinya tidak selemah itu, tapi dia juga tidak ingin menolak kebaikannya, jadi dia berkata, "Terima kasih."Dia segera sampai ke seberang, orang itu berjalan ke arah yang berlawanan dengannya.Thasia lanjut meng
Sabrina kira dirinya sedang bermimpi, dia merasa kesal, padahal sebelumnya dia melihat mereka saling mencintai, kenapa sekarang malah bercerai. "Apa yang terjadi? Jeremy itu, dasar pria berengsek, dia cepat sekali berubahnya. Nggak bisa, pokoknya aku harus memberinya pelajaran!"Thasia sudah menerima kenyataan ini. "Nggak perlu, ada baiknya kami bercerai, sekarang aku sudah punya rumah dan uang, aku sudah menjadi janda kaya, meski aku nggak bekerja seumur hidup, aku nggak akan mati kelaparan, kamu seharusnya mengucapkan selama padaku.""Keenakan wanita murahan itu!" Sabrina memosisikan dirinya seperti Thasia, mana mungkin dia terima."Biarkan saja." Thasia berkata, "Kamu nggak perlu mengurusi masalah ini, semua sudah berlalu.""Aku mengerti, hanya saja aku khawatir kamu akan merasa sedih, aku ingin bertanya apakah perlu aku temani, tapi kamu nggak menjawab panggilanku, aku juga nggak tahu kamu ada di mana. Membuatku khawatir saja." Sabrina benar-benar khawatir padanya, tapi juga tahu s
Matanya menatap ke arah Kent lagi, pria itu menatapnya dengan tatapan seperti biasa.Bagi Kent hal itu sudah biasa.Thasia akhirnya mengerti, pria ini tumbuh besar di lingkungan yang kejam dan selalu bersembunyi.Seperti katanya, Kent memang hidup di dunia yang gelap, tanpa adanya cahaya.Meski begitu Thasia tetap merasa terkejut, dia tidak mengerti padahal sama-sama manusia, kenapa mereka bisa hidup dengan cara yang sangat berbeda."Kenapa kamu memberikan darahmu padaku?" Thasia ingin menolak. "Aku nanti juga akan siuman kalau pingsan, kamu nggak perlu melukai dirimu, nggak baik bagi tubuhmu, aku nggak mau kamu bertindak seperti ini."Kent tersenyum santai, mungkin hal ini hal paling santai yang pernah dia lakukan. "Nggak masalah, hanya mengeluarkan sedikit darah saja, nggak akan mengancam nyawa.""Nggak boleh bilang begitu, lain kali nggak boleh lagi!" Thasia menentangnya dengan tegas. "Saat kamu bersamaku maka kamu juga harus dihargai, bukan barang untuk dikorbankan, kamu juga nggak
Kent ingin menghindari, jelas dia tidak ingin Thasia menyentuhnya.Saat ini Thasia merasa lebih curiga, dia bertanya, "Kenapa kamu berdarah?"Padahal Kent sudah terluka cukup lama, meski luka di tubuhnya masih belum sembuh total, tidak seharusnya masih meneteskan darah.Kecuali lukanya bertambah lagi.Kent menarik lengan bajunya, tapi beberapa tetes darah itu tidak bisa ditutupi dengan mudah.Pria itu tersenyum, lalu mencari alasan. "Tadi saat memasak nggak sengaja terluka, bukan masalah besar."Alasan itu tidak bisa mengelabui Thasia."Kamu sudah terbiasa melakukan pembedahan, mana mungkin bisa terluka saat memasak. Kamu nggak akan bisa membohongiku!" Thasia mengerutkan keningnya, dia sama sekali tidak percaya pada penjelasannya ini. "Luka ini sepertinya bukan muncul saat kamu memasak tadi, kenapa kamu bisa terluka?"Kent terdiam.Pria itu tidak mau bilang, Thasia tetap punya mata untuk melihat, dia menarik tangan Kent, ternyata di pergelangan tangannya ada luka yang diperban dengan k
"Ini pertama kalinya aku masak."Thasia mengangkat alisnya. "Nggak masalah, aku ingin mencicipi masakanmu, mungkin saja kamu berbakat."Setengah jam kemudian Kent baru berjalan keluar dari dapur.Tidak ada aroma gosong, berarti Kent tidak membuat dapurnya terbakar.Namun, ketika Kent meletakkan masakannya di atas meja, Thasia merasa sangat terkejut.Thasia menatap Kent dengan tatapan ketakutan.Kent pikir Thasia tidak tahu masakan apa ini, jadi dia menjelaskan dengan tenang, "Ini hati ayam, ini ampela ayam ... kedua hal itu termasuk organ dalamnya, ini badan ayam, ini bagian pahanya, ada banyak daging tapi nggak eneg ...."Setelah mendengar penjelasan Kent, dia seakan-akan mendengarkan penjelasan bagian tubuh.Bisa dibayangkan saat Kent memasak, dia membedah ayam itu, begitu melihatnya selera makan Thasia pun menghilang.Sebaliknya malah membuatnya ingin muntah.Melihat Thasia masih belum mulai makan, Kent bertanya, "Kenapa? Kelihatannya nggak enak? Padahal aku sudah berusaha membuatny
Tatapan Kent menjadi rumit, kalau Thasia tahu apa yang telah dirinya lakukan, wanita ini pasti tidak akan berkata seperti itu.Kent saja tidak berani menyentuh tangan Thasia, apalagi melakukan hal jahat padanya.Kent tidak menolak lagi, dia membiarkan Thasia menyentuh tangannya.Mereka berdua terdiam cukup lama, warna darah di gelang mutiara yang dipakai Thasia menjadi lebih pekat, hal ini terlihat oleh wanita itu, dia pun bertanya, "Apakah mutiara di gelang ini bisa berubah warna?"Tatapan Kent menjadi lebih gelap. "Benarkah?"Thasia memosisikan gelang itu di bawah sinar matahari, memang benar warna merahnya jadi lebih pekat. "Aku kira karena ini gelang lama, jadi warnanya bisa lebih gelap, tapi sekarang warna merahnya jadi lebih pekat. Gelang ini biasanya kamu yang pakai, 'kan? Kamu nggak sadar?"Kent tanpa sadar mengelus pergelangan tangannya, tertawa sambil berkata, "Mungkin ini barang palsu, aku nggak tahu, aku nggak pernah tes."Thasia menatap Kent. "Kalau palsu mungkinkah kamu m
Bisa dibilang hidupnya cukup beruntung.Lahir di keluarga yang harmonis, banyak orang yang baik padanya.Hanya dalam percintaan saja dia tidak beruntung.Mungkin hidupnya terlalu datar, agar hidupnya lebih berkreasi, dia harus mengalami perasaan kecewa ini.Perkataannya membuat Kent tertawa.Dia duduk di samping Thasia, menjaganya, matanya yang berwarna coklat terlihat sangat lembut."Kamu nggak pernah berkorban untukmu, tapi kamu memberiku kehidupan." Kent tidak menyembunyikan hal ini, ada hal yang harus dihadapi. "Tunggu ingatanmu pulih kamu juga akan tahu."Kent telah beberapa kali menolongnya, Thasia percaya pria ini tidak akan mencelakainya.Meski Kent bukan orang biasa.Sekarang orang yang menemaninya adalah Kent.Thasia tanpa sadar bertanya, "Kamu punya teman?""Nggak punya."Thasia bertanya lagi, "Kamu nggak ada teman?"Kent malah berkata, "Aku nggak perlu teman.""Orang tuamu di mana?""Aku nggak tahu siapa orang tuaku.""Kalau begitu kamu pasti kesepian, nggak ada keluarga da
Bagi Lisa, dia hanya punya pilihan ini.--Thasia tidak tahu bagaimana dirinya melewati malam ini, waktu terasa sangat lama.Dia terus terjaga di sofa sepanjang malam.Setelah dia merasa lebih sadar, matahari sudah mulai terbit.Rasanya lelah.Sangat lelah.Thasia menyeret tubuhnya yang lelah ke kamar mandi, dia mencuci muka, saat melihat wajahnya di kaca dia merasa terkejut.Dia kira dirinya melihat hantu.Matanya memerah, wajahnya sangat pucat, tidak ada rona darah sama sekali, dia terlihat seperti wanita sakit parah.Thasia mengelus wajahnya, dia tidak percaya dirinya menjadi seperti ini.Setelah hatinya dilukai apakah dirinya semenyedihkan ini?Tanpa Jeremy, apakah dirinya tidak bisa hidup lagi?Jawabannya tidak.Bukannya dia sempat berpikir putus hubungan dengan pria itu dan ingin bercerai?Bedanya kali ini pria itu yang meminta pisah.Thasia masih bisa hidup, dia bahkan bisa hidup dengan jauh lebih baik.Thasia sudah memutuskan, sudah cukup dia merasa sedih semalaman, hari-hari s
Lisa sudah membayangkan.Pernikahannya dan Jeremy akan semeriah apa.Dia akan menjadi pengantin paling bahagia di dunia ini.Pada saat ini, Lisa mendengar suara langkah kaki, dia kira pembantu di rumahnya, jadi dia berkata, "Kamu nggak perlu melayaniku, kamu istirahat saja."Namun, suara langkahnya tidak berhenti.Lisa mengerutkan keningnya, dia merasa sedikit kesal, jadi dia melepas maskernya sambil berkata, "Sudah aku bilang ...."Begitu dia menoleh dan melihat dengan lebih jelas siapa yang datang, dia merasa terkejut, dia membuang maskernya dan berkata dengan hormat, "Ayah ....""Lisa." Pria itu menatap Lisa, lalu berkata sambil tersenyum, "Lama nggak bertemu, ternyata kamu sudah besar."Lisa segera berdiri, dia memeluk pria itu. "Ayah, akhirnya kamu dibebaskan, aku sangat rindu padamu!"Pria yang berusia sekitar 50 tahun itu lebih tinggi sedikit dari Lisa, meski sudah tua tubuhnya cukup tegap, dia mengelus kepala Lisa dengan lembut. "Maaf membuatmu sendirian."Lisa berkata, "Nggak