"Jangan ribut lagi! Kalau ada orang dipukul dan jadi simpanan orang lain juga nggak ada hubungannya dengan kita! Kalian pikiran saja urusan kalian masing-masing!""Wanita yang menjadi simpanan malah mengeluarkan kartu hitamnya untuk pamer? Sungguh konyol, pantas saja aku heran, dia masih muda kenapa sudah bisa menjadi sekretaris CEO, ternyata dia mengandalkan kemampuannya di ranjang!""Thasia sungguh hebat, kemarin itu saat di sebuah acara Pak Jeremy sampai mengamuk karena membelanya, kalian juga pasti nggak tahu kalau cinta pertama Pak Jeremy sampai pergi karena kesal padanya.""Benarkah? Thasia hebat sekali, kenapa dia nggak membuat Jeremy menikahinya?""Memangnya mudah menjadi istri orang kaya?"...Pada akhirnya netizen malah membicarakan Thasia, bahkan mengedit foto Thasia menjadi hitam putih, memarahi Thasia panjang lebar.Lisa merasa sangat senang melihat ini.Saat ini Lisa juga merencanakan sesuatu, dia membuka semua barang yang dibawa Thasia.Di dalamnya ada sarang walet.Lisa
Saat melihat ini Yasmin sudah tidak bisa merasa tenang lagi, amarahnya langsung meluap.Dia langsung memerintahkan pengawal di sisinya, "Ikuti Jeremy dan Thasia."Jika Thasia sampai ditangkap, Jeremy tidak mungkin hanya diam saja.Kenyataannya memang seperti itu.Jeremy sudah tiba di kantor polisi.Thasia, Sabrina dan Novita sedang ditahan di ruang interogasi yang sama. Novita punya orang yang akan menjaminnya, selama ada yang menjaminnya, maka dia sudah bisa dibebaskan.Dia sengaja meminta satu ruangan dengan Thasia dan Sabrina.Karena dengan begini saat dirinya dibebaskan, dia bisa pamer di depan kedua orang itu.Namun, tanpa diduga orang yang dibebaskan duluan adalah Thasia, dan orang yang datang menjaminnya adalah CEO PT Okson, Jeremy sendiri.Jeremy hari ini memakai kemeja abu dengan jas hitam, tinggi badannya yang 188 cm berdiri dengan tegak di sana dan terlihat dingin. Namun, tatapan matanya yang tajam membuat orang sungkan padanya.Saat Jeremy muncul semua orang pun mengerti, t
Novita juga tidak bisa menolak."Baiklah."Thasia berkata lagi, "Harus ada bukti bahwa kamu nggak akan mencari masalah dengan Sabrina lagi. Cepat buat surat pernyataan.""Oke."Novita mengiakannya demi tidak bermasalah dengan Jeremy.Tidak sampai tiga menit, Novita sudah selesai menulis surat pernyataan, bahkan demi lebih menjaminkan lagi, ada juga cap tangannya.Siapa sangka, saat hendak diserahkan pada Thasia, wanita itu berkata pada Novita, "Orang yang harus tahu jaminan ini itu Sabrina."Novita pun hanya bisa menyerahkannya pada Sabrina.Sabrina membaca isinya sebentar. Novita menulisnya dengan cukup cepat. Tanpa disangka, saat ini Jeremy berkata, "Tony, laporkan bahwa dia telah mengelabui opini publik, tahan selama beberapa hari!""Baik."Tony dengan cepat mengiakannya.Novita tercengang. Dirinya adalah desainer baju, juga cukup terkenal, bahkan putri kesayangan Keluarga Sari, bagaimana mungkin dia ditahan selama beberapa hari di kantor polisi?Bukankah nanti dia akan menjadi baha
Wajah Yasmin seketika terlihat tidak senang.Jeremy tidak ingin menerima tamu? Jelas-jelas pria itu sengaja menghindarinya.Yasmin tidak peduli pada hal ini, dia bersikeras untuk masuk.Namun, baru saja berjalan sebentar, beberapa satpam sudah muncul di depannya, satpam yang berdiri di depan berkata padanya dengan formal, "Bu, jangan membuat masalah di sini. Kalau ingin bertemu Pak Jeremy, kamu bisa menunggunya di rumah atau menelepon beliau."Kemudian satpam itu menambahkan lagi, "Coba kamu pikir, di sini ada banyak orang. Kalau ada yang melihat ini dan sampai heboh di internet, bukankah masalahnya jadi gawat?"Dada Yasmin bergerak naik turun, dia terlihat sangat marah.Jeremy sengaja menghindarinya, mana mungkin pria itu mau mengangkat teleponnya?Jeremy melakukan hal ini pasti karena Thasia, pria itu melindungi Thasia dari dirinya!Bagus!Jeremy sampai melakukan hal ini demi Thasia!Yasmin pun pergi dari sana dengan kesal....Di kantor presdir.Setelah Jeremy membawa Thasia ke kant
Thasia menunduk. "Nggak, aku hanya asal bicara saja, jangan dimasukkan ke dalam hati. Aku masih ingat dengan kontrak kita. Lagi pula, kamu juga tahu aku menyukai orang lain."Thasia tahu jika dirinya berkata seperti ini Jeremy pasti akan marah, tapi dia tidak punya pilihan.Thasia juga punya gengsi, jadi dia tidak ingin Jeremy tahu bahwa dirinya sedang cemburu.Saat mendengar perkataan Thasia, senyuman Jeremy pun membeku, ekspresinya menjadi dingin. "Di kantor kamu itu sekretarisku, kalau aku memerintahmu, kamu hanya boleh mengangguk."Maksud kalimatnya adalah jangan pernah melawan.Thasia mengangguk. "Oke."Kemudian Thasia berjalan ke arah Jeremy.Pijatan Thasia sangat lembut, dan yang paling penting itu aroma di tubuh Thasia bisa membuat Jeremy merasa nyaman. Setelah beberapa saat Jeremy pun menutup matanya, tubuhnya menjadi lebih rileks....Di saat yang sama, Yasmin malah pergi ke Kediaman Keluarga Siris.Bianca sudah tidak suka pada Yasmin karena terakhir kali wanita itu berani me
Sebelum Jeremy berbicara Bianca sudah menutup panggilannya.Suara telepon ditutup itu seakan-akan mengetuk hati Jeremy, dia menggenggam ponselnya dengan erat, wajahnya yang tampan seperti ditutupi dengan awan gelap, terlihat sangat mengerikan.Saat Thasia berjalan masuk, dia langsung melihat tampang tidak senang Jeremy.Sedangkan ponselnya berada di genggaman pria itu.Hati Thasia pun berdetak dengan kencang.Sekarang daftar rumah sakit selalu menggunakan ponsel.Melihat ekspresi Jeremy ini, mungkinkah pria itu melihat nomor pendaftarannya, serta catatan transaksinya?Terutama saat kedua mata tajam pria itu melirik Thasia, seketika Thasia merasa panik, dia bahkan tidak tahu harus bagaimana menghadapi Jeremy, saat ini pihak lawan tiba-tiba berkata dengan nada dingin, "Thasia, kamu memberi tahu ibumu kita akan bercerai?"Tadi Thasia masih merasa panik.Setelah mendengar pertanyaan Jeremy ini, dia pun menghela napas lega.Thasia merapatkan bibirnya. "Bukankah sudah sepatutnya aku memberi
Jeremy tidak mendengarkan perkataannya. Dia tidak ingin mendengarkan omong kosong gadis ini, dia hanya ingin menegaskan satu hal. "Kamu nggak akan bisa menggantikan Thasia, jadi berhentilah berangan-angan!""Terima kasih atas nasihatnya Pak Jeremy. Aku akan segera menelepon pihak restoran untuk mengantarkan makanan baru!"Vina masih tidak berani melirik Jeremy.Jeremy berkata dengan nada dingin, "Nggak perlu!"Setelah berkata seperti itu Jeremy segera bangkit berdiri, lalu meninggalkan Vina sendirian.Walaupun Jeremy sudah pergi meninggalkan kantor, Vina masih merasa takut. Jeremy merasa dirinya ingin menggantikan posisi Thasia, tapi Thasia memang mempekerjakan dirinya untuk menggantikan posisi wanita itu.Dengan kekuasaan Jeremy, pria itu bisa saja memecatnya.Dirinya sekarang sudah bekerja di PT Okson, jika sampai dipecat, apakah perusahaan lain masih mau menerimanya bekerja setelah melihat CV-nya?Apalagi!Yang dia hadapi ini adalah pebisnis nomor satu di Ibu Kota, kepala Keluarga O
Bianca juga mendengus. "Kalau dia berani datang lagi, aku pasti nggak akan membiarkannya pergi begitu saja! Orang baik malah dianiaya, kita nggak melakukan kesalahan apa pun, kenapa harus takut padanya?"Mata Thasia seketika memerah.Orang tuanya bersikap seperti ini demi dirinya.Thasia berkata dengan suara serak, "Aku nggak ingin kalian bertengkar dengan orang lain, biar aku yang urus masalah Yasmin."Yasmin memang tidak suka pada Thasia.Sekarang Jeremy tidak ingin bercerai dengannya, mungkin dia bisa mencari jalan keluar dari Yasmin.Thasia memasak dulu untuk orang tuanya sebelum pergi.Tanpa disangka, saat dia ingin memanggil taksi di depan kompleksnya, dia melihat ada mobil hitam yang terparkir di seberang jalan, kaca mobilnya tidak ditutup, wajah tampan Jeremy muncul di sana.Satu tangan pria itu bergantung di jendela, jari-jari panjangnya sedang menjepit sebatang rokok yang sudah setengah.Thasia merasa ragu, lalu pada akhirnya dia berjalan ke arah pria itu.Gerakan Thasia saat
"Oke."Tatapan Kent mengikuti sosok Thasia yang berlalu.Thasia mengendarai sepedanya keluar, dia menuju ke pusat kota.Jaraknya tidak terlalu jauh.Jeremy telah memberinya sebuah vila dengan harga yang sangat mahal.Saat ini jalanan cukup ramai, dia sedang menunggu di lampu merah.Setelah lampu berwarna hijau, dia mendorong sepedanya, tiba-tiba ada orang berkata, "Biar aku bantu."Thasia menoleh ke belakang, dia melihat seorang pria muda sedang mendorong belakang sepedanya.Sepertinya pria itu menyadari Thasia sedang hamil, jadi kesulitan mengendarai sepeda.Hari ini Thasia berpakaian dengan santai. Rambutnya dikepang, memakai sebuah topi dan gaun yang lebar, perutnya sedikit menonjol.Selain ibu hamil yang akan berpakaian seperti ini, yang lainnya tidak mungkin.Thasia merasa dirinya tidak selemah itu, tapi dia juga tidak ingin menolak kebaikannya, jadi dia berkata, "Terima kasih."Dia segera sampai ke seberang, orang itu berjalan ke arah yang berlawanan dengannya.Thasia lanjut meng
Sabrina kira dirinya sedang bermimpi, dia merasa kesal, padahal sebelumnya dia melihat mereka saling mencintai, kenapa sekarang malah bercerai. "Apa yang terjadi? Jeremy itu, dasar pria berengsek, dia cepat sekali berubahnya. Nggak bisa, pokoknya aku harus memberinya pelajaran!"Thasia sudah menerima kenyataan ini. "Nggak perlu, ada baiknya kami bercerai, sekarang aku sudah punya rumah dan uang, aku sudah menjadi janda kaya, meski aku nggak bekerja seumur hidup, aku nggak akan mati kelaparan, kamu seharusnya mengucapkan selama padaku.""Keenakan wanita murahan itu!" Sabrina memosisikan dirinya seperti Thasia, mana mungkin dia terima."Biarkan saja." Thasia berkata, "Kamu nggak perlu mengurusi masalah ini, semua sudah berlalu.""Aku mengerti, hanya saja aku khawatir kamu akan merasa sedih, aku ingin bertanya apakah perlu aku temani, tapi kamu nggak menjawab panggilanku, aku juga nggak tahu kamu ada di mana. Membuatku khawatir saja." Sabrina benar-benar khawatir padanya, tapi juga tahu s
Matanya menatap ke arah Kent lagi, pria itu menatapnya dengan tatapan seperti biasa.Bagi Kent hal itu sudah biasa.Thasia akhirnya mengerti, pria ini tumbuh besar di lingkungan yang kejam dan selalu bersembunyi.Seperti katanya, Kent memang hidup di dunia yang gelap, tanpa adanya cahaya.Meski begitu Thasia tetap merasa terkejut, dia tidak mengerti padahal sama-sama manusia, kenapa mereka bisa hidup dengan cara yang sangat berbeda."Kenapa kamu memberikan darahmu padaku?" Thasia ingin menolak. "Aku nanti juga akan siuman kalau pingsan, kamu nggak perlu melukai dirimu, nggak baik bagi tubuhmu, aku nggak mau kamu bertindak seperti ini."Kent tersenyum santai, mungkin hal ini hal paling santai yang pernah dia lakukan. "Nggak masalah, hanya mengeluarkan sedikit darah saja, nggak akan mengancam nyawa.""Nggak boleh bilang begitu, lain kali nggak boleh lagi!" Thasia menentangnya dengan tegas. "Saat kamu bersamaku maka kamu juga harus dihargai, bukan barang untuk dikorbankan, kamu juga nggak
Kent ingin menghindari, jelas dia tidak ingin Thasia menyentuhnya.Saat ini Thasia merasa lebih curiga, dia bertanya, "Kenapa kamu berdarah?"Padahal Kent sudah terluka cukup lama, meski luka di tubuhnya masih belum sembuh total, tidak seharusnya masih meneteskan darah.Kecuali lukanya bertambah lagi.Kent menarik lengan bajunya, tapi beberapa tetes darah itu tidak bisa ditutupi dengan mudah.Pria itu tersenyum, lalu mencari alasan. "Tadi saat memasak nggak sengaja terluka, bukan masalah besar."Alasan itu tidak bisa mengelabui Thasia."Kamu sudah terbiasa melakukan pembedahan, mana mungkin bisa terluka saat memasak. Kamu nggak akan bisa membohongiku!" Thasia mengerutkan keningnya, dia sama sekali tidak percaya pada penjelasannya ini. "Luka ini sepertinya bukan muncul saat kamu memasak tadi, kenapa kamu bisa terluka?"Kent terdiam.Pria itu tidak mau bilang, Thasia tetap punya mata untuk melihat, dia menarik tangan Kent, ternyata di pergelangan tangannya ada luka yang diperban dengan k
"Ini pertama kalinya aku masak."Thasia mengangkat alisnya. "Nggak masalah, aku ingin mencicipi masakanmu, mungkin saja kamu berbakat."Setengah jam kemudian Kent baru berjalan keluar dari dapur.Tidak ada aroma gosong, berarti Kent tidak membuat dapurnya terbakar.Namun, ketika Kent meletakkan masakannya di atas meja, Thasia merasa sangat terkejut.Thasia menatap Kent dengan tatapan ketakutan.Kent pikir Thasia tidak tahu masakan apa ini, jadi dia menjelaskan dengan tenang, "Ini hati ayam, ini ampela ayam ... kedua hal itu termasuk organ dalamnya, ini badan ayam, ini bagian pahanya, ada banyak daging tapi nggak eneg ...."Setelah mendengar penjelasan Kent, dia seakan-akan mendengarkan penjelasan bagian tubuh.Bisa dibayangkan saat Kent memasak, dia membedah ayam itu, begitu melihatnya selera makan Thasia pun menghilang.Sebaliknya malah membuatnya ingin muntah.Melihat Thasia masih belum mulai makan, Kent bertanya, "Kenapa? Kelihatannya nggak enak? Padahal aku sudah berusaha membuatny
Tatapan Kent menjadi rumit, kalau Thasia tahu apa yang telah dirinya lakukan, wanita ini pasti tidak akan berkata seperti itu.Kent saja tidak berani menyentuh tangan Thasia, apalagi melakukan hal jahat padanya.Kent tidak menolak lagi, dia membiarkan Thasia menyentuh tangannya.Mereka berdua terdiam cukup lama, warna darah di gelang mutiara yang dipakai Thasia menjadi lebih pekat, hal ini terlihat oleh wanita itu, dia pun bertanya, "Apakah mutiara di gelang ini bisa berubah warna?"Tatapan Kent menjadi lebih gelap. "Benarkah?"Thasia memosisikan gelang itu di bawah sinar matahari, memang benar warna merahnya jadi lebih pekat. "Aku kira karena ini gelang lama, jadi warnanya bisa lebih gelap, tapi sekarang warna merahnya jadi lebih pekat. Gelang ini biasanya kamu yang pakai, 'kan? Kamu nggak sadar?"Kent tanpa sadar mengelus pergelangan tangannya, tertawa sambil berkata, "Mungkin ini barang palsu, aku nggak tahu, aku nggak pernah tes."Thasia menatap Kent. "Kalau palsu mungkinkah kamu m
Bisa dibilang hidupnya cukup beruntung.Lahir di keluarga yang harmonis, banyak orang yang baik padanya.Hanya dalam percintaan saja dia tidak beruntung.Mungkin hidupnya terlalu datar, agar hidupnya lebih berkreasi, dia harus mengalami perasaan kecewa ini.Perkataannya membuat Kent tertawa.Dia duduk di samping Thasia, menjaganya, matanya yang berwarna coklat terlihat sangat lembut."Kamu nggak pernah berkorban untukmu, tapi kamu memberiku kehidupan." Kent tidak menyembunyikan hal ini, ada hal yang harus dihadapi. "Tunggu ingatanmu pulih kamu juga akan tahu."Kent telah beberapa kali menolongnya, Thasia percaya pria ini tidak akan mencelakainya.Meski Kent bukan orang biasa.Sekarang orang yang menemaninya adalah Kent.Thasia tanpa sadar bertanya, "Kamu punya teman?""Nggak punya."Thasia bertanya lagi, "Kamu nggak ada teman?"Kent malah berkata, "Aku nggak perlu teman.""Orang tuamu di mana?""Aku nggak tahu siapa orang tuaku.""Kalau begitu kamu pasti kesepian, nggak ada keluarga da
Bagi Lisa, dia hanya punya pilihan ini.--Thasia tidak tahu bagaimana dirinya melewati malam ini, waktu terasa sangat lama.Dia terus terjaga di sofa sepanjang malam.Setelah dia merasa lebih sadar, matahari sudah mulai terbit.Rasanya lelah.Sangat lelah.Thasia menyeret tubuhnya yang lelah ke kamar mandi, dia mencuci muka, saat melihat wajahnya di kaca dia merasa terkejut.Dia kira dirinya melihat hantu.Matanya memerah, wajahnya sangat pucat, tidak ada rona darah sama sekali, dia terlihat seperti wanita sakit parah.Thasia mengelus wajahnya, dia tidak percaya dirinya menjadi seperti ini.Setelah hatinya dilukai apakah dirinya semenyedihkan ini?Tanpa Jeremy, apakah dirinya tidak bisa hidup lagi?Jawabannya tidak.Bukannya dia sempat berpikir putus hubungan dengan pria itu dan ingin bercerai?Bedanya kali ini pria itu yang meminta pisah.Thasia masih bisa hidup, dia bahkan bisa hidup dengan jauh lebih baik.Thasia sudah memutuskan, sudah cukup dia merasa sedih semalaman, hari-hari s
Lisa sudah membayangkan.Pernikahannya dan Jeremy akan semeriah apa.Dia akan menjadi pengantin paling bahagia di dunia ini.Pada saat ini, Lisa mendengar suara langkah kaki, dia kira pembantu di rumahnya, jadi dia berkata, "Kamu nggak perlu melayaniku, kamu istirahat saja."Namun, suara langkahnya tidak berhenti.Lisa mengerutkan keningnya, dia merasa sedikit kesal, jadi dia melepas maskernya sambil berkata, "Sudah aku bilang ...."Begitu dia menoleh dan melihat dengan lebih jelas siapa yang datang, dia merasa terkejut, dia membuang maskernya dan berkata dengan hormat, "Ayah ....""Lisa." Pria itu menatap Lisa, lalu berkata sambil tersenyum, "Lama nggak bertemu, ternyata kamu sudah besar."Lisa segera berdiri, dia memeluk pria itu. "Ayah, akhirnya kamu dibebaskan, aku sangat rindu padamu!"Pria yang berusia sekitar 50 tahun itu lebih tinggi sedikit dari Lisa, meski sudah tua tubuhnya cukup tegap, dia mengelus kepala Lisa dengan lembut. "Maaf membuatmu sendirian."Lisa berkata, "Nggak