"Bukan begitu, hari ini dia bertemu dengan tamu yang penting. Kamu lakukan saja pekerjaanmu di kantor dengan baik."Jeremy memang selalu bersikap dingin terhadap siapa pun.Jika pria itu benar-benar tidak suka pada seseorang, dia tidak mau berhubungan sedikit pun dengannya, tidak akan mengizinkan orang itu muncul di depannya.Melihat Vina terdiam, Thasia berkata padanya, "Kamu harus fokus pada pekerjaanmu, fokus melakukan pekerjaanmu dengan baik, jangan fokus pada apakah Pak Jeremy menyukaimu atau nggak.""Memangnya kalau dia nggak suka padamu, maka kamu nggak akan bersemangat lagi bekerja di sini?" Penjelasan Thasia terdengar sangat jelas.Vina berpikir sejenak. "Kak Thasia benar, aku mengerti, aku nggak boleh putus semangat!"Thasia berkata, "Sana kerjakan kerjaanmu."Setelah itu Vina pun kembali mengerjakan pekerjaannya.Jeremy bertemu dengan perwakilan PT Sintrom, jika begitu setelah pulang kerja nanti Thasia bisa bebas, dia berpikir pergi ke rumah orang tuanya.Namun, tanpa disang
Napas Thasia menjadi berat.Dia tetap menutupi hal ini. "Nggak, hanya ingin makan makanan yang rasanya lebih pekat saja."Bianca waktu itu juga sempat menanyakannya, bahkan dia bilang ingin bercerai dengan Jeremy, jika sampai ibunya tahu dirinya hamil, entah apalagi yang harus dia jelaskan.Setelah mendengar ini Bianca pun berkata, "Baguslah kalau nggak hamil, karena kamu sudah memutuskan untuk bercerai, repot kalau saat ini kamu hamil."Bianca tidak berkomentar lagi, Santo terus memberinya isyarat melalui tatapan mata.Santo berkata pada Thasia, "Thasia, makanlah yang banyak. Urusan anak muda biarkan saja dia yang urus sendiri.""Ya."Thasia mengangguk.Karena sedang hamil selera makannya jadi berubah, juga gampang merasa ngantuk.Setelah makan dia merasa sangat ngantuk.Saat Thasia ingin berbaring di kamarnya Tony malah meneleponnya."Bu Thasia, Pak Jeremy mabuk.""... Dia ada di mana?"Thasia tidak bisa mengabaikan hal ini.Tony berkata, "Aku dan Vina sedang mengantarnya ke Vila Ang
Begitu Vina berjalan pergi, mata gelap Jeremy menatap tubuh Thasia."Habis dari mana sampai membawa barang sebanyak itu?"Karena kantongnya tembus pandang, jadi bisa terlihat bahwa isinya berupa makanan yang sudah dibungkus.Thasia berkata, "Pergi ke rumah orang tuaku.""Nggak ketemu Jason?" tanya Jeremy lagi.Saat ini Jeremy tidak terlihat sedang mabuk.Kelihatannya Vina memang bisa belajar dengan cepat.Thasia terlihat tenang. "Dia sedang ada urusan, kami nggak sesenggang itu."Setelah mengatakan hal itu Thasia berjalan ke arah dapur sambil membawa dua kantong besar.Karena akan tinggal di sini cukup lama, Thasia juga tidak berkomentar apa pun.Setelah Thasia selesai meletakkan barang-barangnya, Jeremy mengangguk pada Thasia, mengisyaratkan wanita itu untuk menghampirinya. "Sini."Thasia tidak ingin berdebat dengan pria itu, jadi dia pun segera mendekatinya.Jeremy mengulurkan tangannya, detik berikutnya Thasia masuk ke dalam pelukan pria itu.Aroma alkohol yang pekat pun tercium ole
Thasia takut dengan tindakan pria itu selanjutnya, jadi dia berkata, "Baiklah."Jeremy merasa puas. "Kamu akhir-akhir sedang sakit mag, tapi kenapa malah tambah gendut?"Tubuh Thasia membeku.Jeremy sudah beberapa kali berkata seperti ini.Thasia pun segera mencari alasan. "Mungkin akhir-akhir ini waktu istirahatku nggak teratur, jadi wajahku kelihatan sedikit gendut. Kalau pencernaan nggak baik juga bisa menjadi gendut ...."Jeremy mengerutkan keningnya. "Bukankah sudah ada Vina? Seharusnya kerjaanmu sudah nggak begitu banyak, 'kan?""Mungkin aku yang terlalu perfeksionis."Thasia hanya bisa menjawabnya seperti itu, bahkan tidak berani memandang Jeremy.Jeremy terlihat tidak senang. "Kenapa aku merasa kamu nggak ingin membahas hal ini denganku, jadi kamu terus mencari alasan?""Nggak."Thasia merasa panik, tapi juga tidak berani terlihat terlalu panik.Thasia tidak ingin Jeremy terlalu memperhatikan tubuhnya, tapi pada akhirnya malah jadi seperti ini.Thasia merasa sedikit pusing."Ka
Jeremy meminumnya, rasanya sedikit pahit tapi juga manis.Yang dia minum itu kopi hitam, hanya Thasia yang bisa membuat rasanya menjadi seperti ini.Thasia merasa ragu, tapi dia cukup tertarik. "Kapan kerjaanmu selesai?"Pernikahan mereka, hanya diketahui kedua keluarga mereka, lalu teman dekatnya yang tahu, yang lainnya tidak tahu.Selain akta nikah, foto pernikahan saja mereka tidak ada, apalagi bulan madu.Jika Jeremy membawanya ke Negara Firlanda, maka bisa dibilang itu bulan madu mereka.Anggap saja sebagai kenang-kenangan mereka.Jeremy terdiam sejenak, lalu berkata dengan pelan, "Paling lama satu minggu.""Oke."Dia bisa menunggu jika hanya selama itu.Karena besok tidak perlu ke kantor, dia ingin ke rumah sakit, dia ingin memeriksa kandungannya.Dia bisa menjadikan Sabrina sebagai tameng nanti.Thasia tidak berani terlalu kehilangan fokusnya. "Kalau begitu kamu kerja saja dulu, aku akan kembali ke kamar."Setelah Jeremy mengangguk, Thasia pun berjalan keluar dari ruang kerja.B
Tanpa disangka, begitu berjalan masuk mereka melihat Yasmin di dalam.Wajah Yasmin terlihat tidak senang."Setelah membuat kehebohan, kalian malah asik menjalani hidup sendiri."Masalah Jeremy yang membela Thasia di acara PT Moriz sudah membuat berita heboh di mana-mana.Jeremy melirik Thasia.Thasia langsung mengerti, tapi dia tetap menoleh pada Yasmin dan menyapanya. "Ibu, sarapannya sudah siap, kalau kamu belum makan, aku akan menyuruh mbak membuatkannya juga untukmu."Semua pembantu di vila ini cukup pintar.Karena Thasia tidak ke dapur, saat sudah tiba jamnya sarapan, mereka akan membuatkan sarapan.Namun, Yasmin tidak melirik Thasia sama sekali. "Jeremy, aku sedang berbicara denganmu!"`Jeremy menjawab dengan datar, "Masalah pernikahan kami cepat atau lambat juga akan ketahuan, apalagi semua orang sudah penasaran."Ada begitu banyak orang yang bergosip, Jeremy merasa tidak perlu disembunyikan lagi.Dada Yasmin bergerak naik turun.Dia berusaha menahan amarahnya. "Aku dengar Karen
Jeremy tidak ingin berdebat dengannya. "Barangnya sudah dibawa oleh Thasia, kalau masih ada hal lain kamu bisa telepon."Maksud kalimatnya adalah jika tidak ada masalah, maka jangan datang ke sini.Jeremy tidak suka Yasmin ke sini!Sepertinya Lisa harus lebih berjuang lagi!Yasmin juga tidak ingin berdebat dengan Jeremy lagi. "Aku ini nyonya besar Keluarga Okson, istri ayahmu."Jeremy malas meladeninya, dia pun langsung berjalan pergi....Thasia membawakan semua barang yang dia bawa kepada Lisa dulu.Saat Lisa mendengar suara pintu dibuka, dia kira yang datang adalah Jeremy.Sehingga saat melihat Thasia, senyuman Lisa pun membeku."Kenapa jadi kamu yang datang ke sini?"Thasia berkata, "Ibu mertuaku sedang nggak enak badan, jadi aku membantunya mengantarkan barang untukmu."Setelah berkata seperti itu dia berjalan ke sisi ranjang Lisa, meletakkan barang yang dia bawa di samping ranjang.Setelah Thasia meletakkan barangnya, dia berpikir untuk pergi.Namun, Lisa malah memanggilnya, "Tha
Suara yang familier itu membuat tubuh Thasia membeku.Thasia pun hanya bisa menoleh.Ternyata yang memanggilnya adalah teman kuliahnya dulu, Xander Firnizo.Dia ingat pada Xander.Tiga bulan yang lalu dia berhasil diterima di PT Okson Bagian Teknisi. Waktu itu, Thasia sendiri yang mewawancarainya. Selain fakta bahwa Xander adalah teman kuliahnya, penampilan Xander kala itu cukup bagus, bahkan jauh melampaui semua persyaratan yang ada.Thasia hanya bisa tersenyum. "Kebetulan sekali."Thasia merasa takut karena ingin mempertahankan anaknya ini, jadi dia tadi bersikap waspada."Aku hari ini sedang libur, jadi aku ke sini untuk melakukan pemeriksaan, nggak disangka aku malah bertemu denganmu. Thasia, Jumat depan anak Ketua Kelas sudah satu bulan, apakah kamu akan pergi melihatnya?"Saat Xander melihat Thasia, dia pun mengajaknya berbicara.Ketua kelas mereka saat di bangku kuliah adalah orang yang sangat alim, dia berasal dari pedesaan terpencil. Ketua kelas mereka sangat baik, tidak pedul