Meraka akhirnya masuk, Bima yang masih dalam gendongan, mulai bangun dan mengucek matanya "Ini rumah siapa, Mama?" katanya sambil mengantuk Sebelum Lina menjawab, Reynaldi terlebih dahulu menjawab," Ini rumah Papa, sayang." Bimaa menatap wajah papanya dengan wajah polos, kemudian berganti kewajah Lina. Seolah-olah ingin penjelasan dari mamanya. "Mama?" tanya Bima Lina tersenyum tipis, berusaha untuk tetap tenang, lalu berkata," Untuk sementara kita tinggal disini dulu, sayang." Bima mengangguk pelan, lalu tiba-tiba mengambil tangan Reynaldi." Kalau ini rumah Papa, boleh aku lihat kamar untukku?" Reynaldi terkejut sesaat, sebelum akhirnya berkata," Tentu saja,sayang." Kedua orang beda usia itu berjalan bergandengan tangan. Sementara Lina hanya bisa menatap mereka dengan perasaan terharu. Mereka seperti ayah dan anak pada umumnya. Meskipun mereka sudah terpisah sudah cukup lama. Ada ikatan batin yang tidak bisa dipisahkan oleh jarak dan waktu. "Hem...Lina menggele
Mereka terus saja berdebat diruangan itu. Fanny terlihat sangat emosi, dia terus saja bicara. Sementara pria di hadapannya, tidak percaya kalau wanita yang menjadi istrinya selama ini, sudah berubah menjadi wanita yang mengerikan. Fanny tertawa sinis." Ini sangat lucu tuan Reynaldi, apa kamu lupa, dulu kamu sudah mengusirnya tanpa perasaan. Sekarang seolah- olah, kamu seperti suami yang Sayang dan perhatian pada keluarganya." Fanny terus saja bicara, memancing kesabaran pria didepannya, tangan Reynaldi mengepal, terlihat jelas rahanya megeras, sebelum akhirnya dia berkata, " Kau! Semua karena kau yang memulai. Semua juga kau yang membuat skenarionya." "Aku? tanya Fanny tanpa merasa bersalah. "Kamu yang menyuruh aku mencari rahim pengganti, Fanny!Kamu yang menyuruh aku menikah lagi, sekarang kamu berkata seolah-olah aku yang menghancurkan semuanya." ucap Reynaldi mulai terpancing emosi. Wajah Fanny berubah menjadi dingin dan datar. "Aku tidak masalah kalau kamu perduli pa
"Hai sayang, panggil aku Mami, Fanny, Ya! Aku juga Mami kamu. Karena aku istri Papa kamu, sayang. " ujar Fanny terus dengan sandiwaranya. Bima diam kebingungan, Melihat kearah Lina. Lina diam tidak bisa berkata-kata. "Bima sayang, tunggu di dalam ya, nanti Mama buatin susu. " cepat Lina meraih punggung Bima, lalu mendorong nya kedalam kamar. Belum sempat Bima berjalan kekamar, Fanny sempat mengusap rambut Bima , lalu berkata, " Anak ganteng, Anak sehat, Anakku juga kan?" "Cukup Fanny, sekarang keluar dari rumah ini!" Lina cepat sadar dan tidak ingin terbawa arus permainan Fanny. Fanny tersenyum sinis, " Kamu tidak akan bisa menghalangi keinginanku Lina." "Kalau kamu mau perang, silahkan. Dan aku tidak akan mundur. Aku ibunya, aku yang melahirkan dan membesarkannya." ujar Lina geram "Kita lihat saja, siapa yang jadi pemenangnya, " kata Fanny santai "Aku pulang, tapi kamu tunggu khabar dariku." Fanny melangkah keluar rumah. Dia pergi meninggalkan villa itu dengan
Lina merasa seluruh dunianya runtuh. "Aku tidak akan membiarkan semuanya terjadi." Melihat wanita didepannya limbung dan kacau, spontan pria itu mengenggam tangannya. "Aku sudah menghubungi pengacara terbaik, Lina. Kita akan menghadapi ini semua bersama." Lina mengangkat wajahnya, ada air mata dimatanya, tapi juga ada kemarahan yang membara disana. "Kita lihat siapa yang menang Fanny, aku akan menghadapinya." gumamnya. ##l Malam itu Lina baru saja menidurkan Bima. Ketika ponselnya berdering, ada panggilan dari no tidak dikenal. Dengan hati-hati dia mengangkatnya. " Hallo." Suara pelan dan dingin terdengar dari seberang sana." Bima dalam bahaya, Lina." Lina diam seaakan darahnya berhenti mengalir. " Siapa ini!" "Seseorang yang ingin kamu tahu, bahwa Fanny tidak pernah main-main. Kalau kamu tidak menyerahkan Bima, sesuatu yang buruk akan terjadi." Lina meremas ponselnya, suaranya bergetar dan takut. "Jangan sentuh anakku!" Tidak ada suara lagi dari sebera
"Yang Mulia, itu adalah salah satu bukti, bahwa klien kami tidak terlibat dalam skandal itu. Nyonya Fanny lah yang membuat cerita palsu, dia yang mengatur semua skenarionya. Agar Lina di skorsing dan di tuduh mengelapkan uang perusahaan. Semua bertujuan agar reputasinya buruk dan dia tidak bisa lagi bekerja di perusahaan itu. Dan foto didalam ponsel itu menunjukan pembayaran yang dilakukan untuk melakukan fitnah pada Lina." Ruang sidang yang tadinya tenang, mendadak menjadi riuh. Fanny yang sejak awal percaya diri, tiba-tiba wajahnya menjadi pucat. Hakim diam, dia terus memperhatikan bukti itu, sampai akhirnya hakim berkata, " Apakkah ini benar, Nyonya Fanny." Fanny mencoba untuk biasa saja, tapi tetap saja ekspresi wajahnya terlihat gugup, dia tidak menyangkaa kalau agnes akan berbuat seperti itu. Berada d puhak Reynaldi dan Lina, yang menjadi musuhnya. "Yang Mulia, aku rasa ini tidak ada hubungannya dengan kasus ini."ujar Fanny pucat Pengacara Fanny pun berdiri, la
"Amplop apa itu? Kenapa bisa ada dimeja makan? Kenapa mereka bisa masuk?" Dengan tangan gemetar diambilnya amplop itu, kemudian dibukanya, ada beberapa foto disana, foto dirinya dengan Bima.Yang diambil dari kejauhan. Ada tulisan mengancam disana. " Kau mungkin menang saat ini, tapi sampai kapan kamu bisa melindungi anakmu." Tubuh Lina kaku seketika, jantungnya berdegup dengan kencang. "ini bukan main-main, mereka terus membuntuti kami." ucapnya sendiri. Lina merasa binggung, bagaimana semua ini bisa sampai ke meja makannya, bukankah diluar ada penjaga yang ditugaskan oleh Reynaldi. Cepat dia mengambil ponselnya, dan menekan tombol panggilan. "Ada apa?" tanya Reynaldi begitu mengangkat panggilan. Lina mencoba mengendalikan suaranya yang bergetar. "Seseorang mengirim lagi foto-foto Bima dan aku, ada yang mengawasi kami lagi, tapi bagaimana mungkin ini bisa terjadi? Bagaimana dengan pengawal yang ada di depan pintu apartemen itu?" Diseberang sana Reynaldi diam bebera
Lina merasa dadanya bergemuruh, nafasnya turun naik menahan emosi. Spontan dia berdiri dan berkata."Kabur? Aku diusir!?Aku difitnah!" Hakim mengetuk palu, " Harap tenang Nona Lina! Patuhi peraturan persidangan." " Maaf Yang Mulia! Saya terbawa emosi!" ujar Lina sambil menangkupkan kedua tangannya di dada dan kembali duduk di kursinya. Setelah sidang kembali dimulai Reynaldi berdiri dan berkata."Yang Mulia tuduhan ini tidak benar. Lina tidak pernah kabur dan meninggalkan Bima. Aku yang mengusirnya dari rumah. Kalau ada yang bersalah. Itu aku , orang yang paling bersalah. Akhirnya sidangpun selesai. Mendengar kesaksian dari Reynaldi, ruangan sidang menjadi riuh. Semua orang menyoraki pria itu dan kesalahannya dimasa lalu. Hakim menatap Reynaldi dengan tajam. "Apakah anda mau bersumpah, sudah memberikan kesaksian dan berkata seperti itu?" Reynaldi mengangguk tanpa ragu," IyaYang Mulia." Seketika wajah Fanny terlihat panik. Cepat dia sembunyikan semuanya dengan tata
"Skorsing! Ada apa ini Pak? Kenapa jadi seperti ini?" Lina merasa benar-benar putus asa, baru saja dia merasa semuanya menjadi lebih baik, tiba-tiba semuanya hancur seketika. Lina berdiri sambil menundukan kepala," Baik Pak! Permisi" katanya sambil keluar ruangan direktur utama itu. Begitu Lina keluar ruangan, Reynaldi langsung mengejarnya, " Lina tunggu! Aku tidak akan membiarkan semua ini terjadi." " Biarkan aku sendiri, Rey." katanya tegas Lina mengemasi barang-barangnya. Dia berniat pulang kerumahnya dengan perasaan kacau.Dimana Bima, anaknya sudah menunggu. Alih- alih menenangkan diri, justru masalah baru menambah sulit keadaanya. Rafka seorang dari masa lalunya, saat dulu Reynaldi mengabaikan, datang kembali. Pria itu berdiri didepan rumah Reynaldi yang ditempati nya bersama Lina. Begitu Lina sampai, dia sangat terkejut melihatnya. "Rafkha?" "Iya ini aku, lama tidak bertemu apa khabarmu?" Lina yang masih syok dan binggung dengan kejadian di kantor
Setelah sekian lama bergelut dengan luka dendam, dan masa lalu, akhirnya kehidupan Reynaldi , Lina, Rakha, Kezia, dan Bima perlahan kembali tenang. Tapi seperti bayangan senja yang datang diam-diam. Sebuah kehadiran baru kembali mengusik ketenangan. Perusahaan milik Reynaldi sedang membuka peluang kerjasama internasional dengan sebuah perusahaan teknologi besar dari Jepang. Kitsuki cooperation. Salah satu urusan dari perusahaan mereka bernama Keyko Kanzaky. Hadir sebagai perwakilan dari kepala proyek merger. Cantik, cerdas, dan mempunyai aura yang sangat kuat dan misterius. Kezia yang mempunyai jabatan yang cukup penting di perusahaan milik ayahnya, merasa ada sesuatu yang tidak beres. Keyko nampak terlalu familiar dengan seluk beluk internal perusahaan. Bahkan yang seharusnya dia tidak mengetahuinya. Sementara Bima yang sudah mulai pulih hatinya berhasil menyelesaikan pendidikan nya dengan cepat. Lalu kembali lagi ke Indonesia. Dia mulai membangun hubungan yang dengan Keyko.
Hubungan Aqila dengan Bima awalnya seperti hubungan kisah cinta anak muda biasa. Bima yang lulusan luar negeri,walaupun kuliahnya belum selesai tercatat sebagai karyawan di perusahaan Reynaldi sebagai Staf Keuangan.Begitupun Aqila, dia wanita cerdas yang masuk lewat jalur tes, sampai akhirnya ditempatkan sebagai manager marketing.Mereka terlihat sering bersama di acara formal perusahaan.Menghadiri pertemuan bisnis, hingga makan malam di tempat eksklusif.Pribadi Aqila yang cerdas, ceria, dan pintar berkomunikasi membuat Bima tertarik dan merasa nyaman dengannya.Aqila juga selalu tahu bagaimana caranya menenangkan Bima saat ada masalah, baik dengan pekerjaannya maupun dengan Papanya.Namun semua berubah, ketika Kezia yang masih satu kantor dengan mereka menyelidiki keberadaan Aqila. Awalnya hanya sekedar ingin tahu, siapa calon kakak iparnya ini. Walaupun sudah ada beberapa kejanggalan dari sikapnya.Dari dokumen lama di sebuah arsip ternyata ayah Aqila dulu juga pernah bekerja di
Beberapa minggu setelah kejadian di cafe, Kezia dan Rakha memenuhi panggilan polisi untuk menjawab beberapa pertanyaan. Sebagai warga negara yang baik mereka pun datang. Tanya jawab memakan waktu hampir dua jam. Setelah selesai mereka menyempatkan diri melihat keadaan Fanny didalam sel. Tapi kali ini bukan untuk menghakimi atau menyalahkan dia, hanya ingin memastikan kalau sepupu ibu kandungnya ini menyesali semua perbuatannya.“Kezia.” ucapnya pelan.” Maaf, meskipun mungkin kamu tidak bisa memaafkan.” “Aku datang bukan untuk menghukummu, tapi aku hanya ingin memastikan, apa benar hubungan darah itu tidak berlaku untukmu, sampai kamu benar-benar membenci aku dan ibuku.” “Kezia…” ucap Fanny lirih.Kezia berusaha kuat dan tidak mengeluarkan air mata. Tangan Rakha menggenggam tangannya kuat. “Aku ingin semuanya berakhir.” Kezia berjalan keluar sel sambil bergandengan tangan dengan Rakha. Meninggalkan Fanny yang diam dan frustasi.Sementara dirumah Reynaldi, masih saja syok dengan k
Dari kejauhan rumah itu nampak kosong.Lampu lantai satu redup dan hampir gelap, tapi lampu lantai dua menyala dengan terang.Rakha menoleh ke arah Kezia,”Kamu yakin dia disana?” Kezia mengangguk,”Perasaanku mengatakan, Ya.” Sejak kecil…firasatku lebih tajam. Mungkin karena aku hidup selalu diawasi bayang-bayang dia. Setidaknya orang- orang yang menjadi tangan kanan dia dan keluarganya.” Rakha menggenggam tangan Kezia,”Kamu nggak usah takut, kita selesaikan ini sama-sama. Kamu nggak usah khawatir. “ Sementara didalam rumah tua itu, Fanny menghadap ke kaca memandang hujan.Ditangannya ada foto Reynaldi dan Kezia. Dua wajah itu yang sekarang menghantui nya. Targetnya bukan lagi Lina dan Bima. Tapi dua orang ini.“Kamu pikir bisa lolos dariku, bocah kecil. Dan kamu pikir, hidupmu bisa tenang Reynaldi? Setelah kamu mengambil kebahagiaan dariku. Dan menghancurkan semua yang aku miliki?” Dari belakang ruangan seseorang muncul.Seorang pria dengan tubuh tinggi dengan tato bergambar naga
Rumah sakit JiwaDibalik pagar tinggi dan jeruji besi, berukiran rapih, Seorang wanita duduk terpaku diam dan membisu di sudut ranjang besi.Rambutnya panjang dan selalu acak-acakan. Meskipun berkali-kali suster menyisir rambutnya, tapi tetap saja dia akan mengacak-ngacak kembali rambut panjang yang sudah mulai beruban itu.Matanya kosong menatap dinding yang berwarna putih. Fanny.Sudah bertahun-tahun wanita ini dirawat di rumah sakit jiwa ini. Kondisinya mulai membaik sejak Kezia anak dari Erlita sepupunya menjenguk nya.Semenjak itu juga dia mulai menjalani terapi intensif. Sesi psikiater seminggu tiga kali. Dia juga mendapat pengawasan ketat, di dalam kamarnya juga terpasang cctv, untuk merekam tingkah lakunya selama 24 jam.Selama beberapa minggu terakhir ini dia mengalami perubahan yang mencolok, dia mulai bisa berbicara dengan lancar, mengenali wajah perawat. Dan mengucapkan salam pada Dokter.Dia juga mulai senang menulis dan melukis. Meskipun tetap dalam pengawasan para peraw
Pengajuan banding ke Kantor Kejaksaan Tinggi Negeri, dengan hanya membawa bukti-bukti ternyata tidak semudah itu.Pihak Kejaksaan Tinggi ragu kalau itu hanyalah rekayasa, atau salinan digital.“Kamu bisa datangkan saksi hidup. Baru kami bisa membuka kembali kasus ini.” ujar salah satu jaksa Kezia menatap Rakha,” Paman…kita butuh bukti nyata, atau seseorang yang tahu semuanya pada saat itu.”Lina, Rakha, dan Kezia berusaha mencari informasi, mereka ingin membebaskan Reynaldi dari segala tuduhan.Akhirnya dari jejak digital, mereka mengetahui kalau salah satu aset dari Direktur keuangan itu disewakan diam-diam di pinggiran Kota. Sebuah rumah yang cukup tua yang dijaga oleh seorang wanita.Tanpa buang waktu mereka mendatanginya, dan benar saja wanita itu adalah mantan sekretaris Direktur keuangan, namanya Arin.Arin awalnya tidak mau buka mulut,dia diam enggan bicara. Tapi Lina menunjukan foto-foto dirinya bersama Kezia kecil, juga foto-foto Erlita semasa hidup. Akhirnya Arin Luluh.“Ak
Setelah percakapan suami istri itu di ruang kerja dirumah mereka. Akhirnya mereka memutuskan untuk membacakan surat wasiat dari Erlita dulu.“Ini sudah saatnya, Kezia sudah berumur lebih dari 17 tahun. Aku tidak mau lagi menunda-nunda semuanya.” Di Ruang kerja Reynaldi, akhirnya duduk berhadapan dengan Lina, Kezia, Dan Notaris yang sudah menunggu bertahun-tahun.Amplop coklat tua di buka perlahan-lahan.Suasana di ruangan itu mulai menegang.Hanya terdengar suara notaris yang mulai membacakan surat wasiat tua peninggalan Erlita.“Jika surat ini dibuka, mungkin aku sudah tidak ada. Tapi aku ingin kebenaran itu ada,anak ini adalah anak dari Reynaldi. Dan aku mau jika anak ini perempuan beri dia nama Kezia, jika dia laki-laki beri dia nama Erlandy, yang artinya Ernita dan Reynaldi.Tapi bukan hanya hal itu, Di Dalam berkas ini juga aku lampirkan bukti transfer rahasia Fanny kepada beberapa oknum. Juga nama-nama yang sudah menghancurkan hidupku.”Mata Kezia membesar.Lina menggenggam tan
Hujan mengguyur kota sangat deras, airnya seperti tumpahan air dari langit yang tidak berhenti. Pikiran Kezia yang kacau, sejak membaca tulisan tangan dari ibunya. Erlita.Banyak kisah yang dilalui ibunya bersama Fanny dan keluarganya. Kezia berniat ingin menyusurinya. Sepulang dari luar kota, dari rumah Neneknya yang sesungguhnya. Erita tidak langsung pulang ke rumah. Dia justru pergi ke rumah sakit dimana Fanny dirawat .Tepatnya rumah sakit jiwa.Kezia sudah berada di gerbang rumah sakit jiwa. Tempat dimana sepupu ibunya dirawat karena mengalami gangguan jiwa.Tapi sayang Kezia tidak mengetahui kisah yang sesungguhnya. Bagaimana Fanny memanfaatkan ibunya dulu, bagaimana Fanny ingin membunuh dia yang masih didalam kandungan dan ibunya dulu. Kezia berjalan memasuki lorong rumah sakit. Bau ciri khas rumah sakit menusuk hidungnya. Membuat kepalanya sedikit pusing dan mual.Kezia wanita yang cerdas, dia mencari tahu di bangsal mana sepupu ibunya dirawat. Setelah mendapat kan datanya d
Pov : Kezia17 tahun kemudian Namaku Kezia usiaku 17 tahun.Kata orang-orang wajahku perpaduan Ibuku juga Papa Rey.Mataku, bibir juga rambutku mirip Papa Rey, tapi senyum dan kulitku mirip almarhumah ibuku, Erlita.Tapi aku di besarkan oleh wanita yang aku panggil Mama Lina. Sejak kecil aku sudah tahu, kalau aku dilahirkan dari rahim yang penuh cerita sedih dan luka, tapi aku dibesarkan oleh cinta yang tak terbatas.Bima kakakku sekarang sudah kuliah di luar negeri, dia sangat tampan. Lukisannya pernah dipamerkan di galeri internasional.Dia kakak yang sangat baik, dia pernah berkata,” Kamu adalah hadiah terindah dari masa lalu kami.” Dan Papa Reynaldi, Dia bukan pria yang sempurna. Tapi dia Papa terbaik yang pernah aku miliki.Luka masa lalunya dengan ibuku dulu, tidak membuatnya menjadi keras, ataupun pemarah. Dia Papa yang baik, walaupun terkadang dia cuek, tapi dia selalu ada bila aku membutuhkan nya.Hari ini aku berada di makam ibuku, Ibu Erlita. Tepat di hari ulang tahun ku