Keira mengedipkan matanya beberapa kali, berusaha mencerna maksud dari ucapan Navier kepadanya. Dia tidak salah dengar bukan saat ini? Dia sangat yakin alat pendengarannya masih berfungsi dengan sangat baik. Jadi dia tidak mungkin salah dengar.
"Kenapa? Apa kau tidak bisa melakukannya?" tanya Navier dengan kedua mata birunya yang masih menatap Keira.Keira menggelengkan kepalanya dengan perlahan. "T-Tidak, tentu saja bisa Tuan Wal-- Navier.""Itu jauh lebih baik," ucap Navier yang lalu memasukkan potongan steak itu ke dalam mulutnya.Keira benar-benar di landa kebingungan dan keterkejutan saat ini. Sebab selama ini tidak ada satupun pegawai di Lyon Corp yang Navier perbolehkan untuk memanggilnya dengan menggunakan nama depannya.Namun sekarang, apa yang sedang terjadi?!Apa makiannya sudah membuat Navier tidak waras?"Aku sudah memaafkanmu karena telah memaki ku. Anggap saja makan malam ini sebagai permintaan maafmu kepadaku," jelas Navier tanpa menatap Keira. Seakan-akan steak itu jauh lebih menarik daripada Keira.Terjawab lah sudah kebingungan Keira atas makan malam dadakan ini. Tapi jika ini sebagai permintaan maaf Keira, bukankah dia yang harusnya membayar semua makanan ini?Entahlah, Keira tidak akan pernah mengerti dengan pemikiran orang kaya."Dan aku tidak akan memecatmu," sambung Navier.Keira terkejut mendengar ucapan Navier. Saking terkejutnya, dia bahkan tidak bisa berkata-kata saat ini. Semua ini benar-benar diluar dugaannya. Mengingat betapa galak dan tidak berperasaannya Navier selama ini.Navier tidak akan tanggung-tanggung memecat pegawainya jika membuat kesalahan sedikitpun, bahkan jika orang itu memohon kepadanya.Sedangkan Keira telah bersikap sangat tidak sopan dengan berteriak, memaki, bahkan menunjuk Navier tepat di wajahnya. Apakah Navier sudah salah makan?Aneh!Benar-benar aneh!Navier menuangkan wine itu ke dalam gelas Keira yang telah kosong. "Apa kau masih ingin bekerja di perusahaanku?"Keira menelan ludahnya dengan susah payah. Lihatlah bagaimana kedua mata biru itu menatapnya saat ini, seakan-akan sedang mengintimidasinya dan tidak ingin menerima sebuah penolakan.Setelah terdiam beberapa detik, perlahan Keira menganggukkan kepalanya. "Y-Ya, saya masih ingin bekerja di Lyon Corp," jawab Keira.Sebenarnya dia juga tidak bisa membohongi diri sendiri kalau dia masih sangat membutuhkan pekerjaan ini. Karena hanya Lyon Corp satu-satunya perusahaan yang membayarnya dengan gaji paling tinggi juga posisi yang bagus.Itu sebab dia sudah mencoba berbagai macam pekerjaan sebelumnya.Kasir.Pelayan.Bahkan cleaning servis.Semuanya telah Keira coba dan dia jalani dengan sepenuh hati. Hingga sebuah keberuntungan datang kepadanya saat salah satu teman nya memperkenalkan Lyon Corp kepadanya. Dan akhirnya dia berhasil bekerja di perusahaan raksasa itu."Good. Aku harap kau bisa bekerja dengan baik, tentunya dengan di bawah perintahku," ucap Navier menopang dagunya.Keira mendadak merinding. Ucapan Navier terdengar jauh lebih mengerikan dari semua film horor yang telah dia tonton sebelumnya."T-Tentu Tuan Walsh," Navier mengerutkan alisnya. "Maksud saya, tentu Tuan N-Navier."Mereka berdua lalu melanjutkan kembali makan malam itu dengan keheningan. Hanya terdengar suara dentingan dari pisau dan garpu di antara mereka. Canggung? Tentu saja sangat canggung!Namun mungkin itu hanya berlaku bagi Keira. Sebab saat ini Navier terlihat biasa-biasa saja dan menikmati makanan itu.'Cih, bagaimana dia bisa memiliki kekasih jika dia dingin seperti ini! Pantas saja dia belum menikah.' batin Keira.Yah, atasannya itu memang masih lajang dengan kata lain belum memiliki istri. Sulit di percaya bukan? Pria tampan dan se-kaya Navier belum memiliki pendamping hidup. Tapi memang itulah kenyataan yang bahkan membuatnya dan pegawai yang lainnya bertanya-tanya.Namun sekarang sepertinya dia tidak perlu lagi bertanya-tanya, melihat sifat Navier yang sedingin Kutup Utara."Keira Asher. Apa itu nama panjangmu?" ucap Navier menyandarkan punggungnya pada kursi itu.Keira mengangguk. "Benar, itu nama panjang saya. Ayah saya yang memberikan nama itu."Navier lalu terdiam sejenak. Dia memainkan jari telunjuknya pada pinggir gelas wine itu. "Kau tidak memiliki kekasih?"Keira tersedak untuk yang kedua kalinya. Salah kan Navier karena pertanyaan yang lagi-lagi diluar dugaan itu! Dia seakan-akan sedang melakukan interview mendadak saat ini."T-Tidak, saya tidak memiliki kekasih Tuan." jawab Keira menggelengkan kepalanya. Dia memang sudah tidak memiliki kekasih sejak tiga tahun yang lalu.Entahlah, Dia mungkin terlalu sibuk untuk mencari uang hingga tidak lagi memperdulikan tentang percintaan yang menurutnya bisa menghambatnya."Bagaimana dengan Tuan? Apa Tuan Navier memiliki kekasih?" Keira balik bertanya. Dia segera menutup mulutnya dengan menggunakan tangan kanannya setelah menyadari ucapannya.Bodoh!Benar-benar bodoh!Navier mengedipkan kedua matanya beberapa kali, lalu sedikit memiringkan kepalanya. "Kenapa? Kau juga penasaran dengan kehidupan pribadi ku seperti yang lainnya?"Dengan cepat Keira menggelengkan kepalanya."T-Tidak... tidak! Maafkan saya," panik Keira melihat ekspresi wajah Navier yang begitu datar.Selamat Keira, karena kali ini kau telah berhasil menggali kuburan mu sendiri....Pemilik kedua kaki jenjang itu berjalan dengan kepala yang tertunduk. Dia memukul kepalanya dengan pelan. "Bodoh! Bodoh!" gumam Keira.Keira masih merutuki mulutnya yang tidak dapat dia kontrol. Makan malam mereka beberapa menit yang lalu berkahir dengan semakin canggung, karena pertanyaan bodoh yang dia lontarkan kepada Navier. Dan lagi-lagi itu karena kesalahannya.Tapi tidak apa-apa, karena kabar baiknya dia tidak akan dipecat dari pekerjaannya. Dan semua itu terima kasih kepada Navier yang telah memaafkannya.BUGH!"Awww!" rintih Keira memegang dahinya yang baru saja menabrak punggung Navier. Salah kan Navier yang berhenti dengan tiba-tiba.Didepan sana telah terlihat sebuah mobil hitam mengkilap. Navier membuka pintu mobil itu lalu menoleh ke belakang. "Aku akan mengantarmu pulang."Keira langsung mengangkat kepalanya yang tertunduk. "Tidak! Tidak perlu! Saya bisa pulang sendiri," tolaknya dengan cepat."Kenapa? Ini sudah malam dan sudah menjadi tugasku untuk menjaga keselamatan pegawaiku," jelas Navier.Meskipun galak dan dingin tapi Navier tetap peduli kepada seluruh pegawainya. Terlebih lagi jika itu menyangkut keselamatan pegawainya. Yang mana saat ini Keira termasuk dalam salah satu pegawainya, karena itulah dia memutuskan untuk mengantar Keira pulang.Lagi pula dia tidak mungkin membiarkan seorang wanita pulang sendirian saat langit sudah gelap seperti ini.What a gentelman."Tidak perlu, teman saya akan datang menjemput Tuan Walsh," tolak Keira untuk yang kedua kalinya. Dia terpaksa berbohong saat ini.Dia tidak ingin merepotkan Navier yang telah mengajaknya makan malam. Selain itu dia juga tidak ingin membuat mobil mewah Navier harus masuk ke dalam gang yang cukup sempit hanya untuk mengantarnya pulang."Navier," tegur Navier dengan penuh penekanan."Ah! Tuan Navier," Keira memperbaiki ucapannya. Dia belum bisa membiasakan diri dengan panggilan baru itu."Baiklah kalau begitu aku tidak akan memaksamu, selamat malam Nyonya Keira.""Selamat malam Tuan Navier."Navier masuk ke dalam mobil miliknya. Keira masih berdiri di atas trotoar itu, menunggu hingga mobil Navier pergi dari sana. Namun tidak lama kemudian kaca jendela mobil itu terbuka dengan perlahan, memperlihatkan Navier.Keira mengerutkan alisnya, dia sedikit menundukkan kepalanya. "Apa anda melupakan sesuatu Tuan Navier?" tanya Keira. Mungkin saja atasannya itu telah melupakan sesuatu di dalam restoran.Navier menoleh, menatap Keira yang sedang menunggu jawaban darinya. "Sampaikan salamku pada Tuan Asher," ucapnya yang lalu menutup kembali kaca jendela mobil miliknya.Mobil Navier pun melaju pergi dari restoran. Meninggalkan Keira yang terbengong cukup lama dan masih berada di posisinya. "A-Apa dia menyebut nama ayahku?"Satu...Dua...Tiga."DAN APA DIA BARU SAJA TERSENYUM?!" teriak Keira dengan kencang.Langit yang tadinya gelap kini telah berubah warna menjadi biru terang. Begitupun dengan sang surya yang telah kembali menjalankan tugasnya untuk menerangi bumi. Sama halnya dengan wanita berambut panjang yang telah bangun dari tidurnya untuk memulai aktivitas.Dia menatap pantulan dirinya pada cermin itu. Kini dia telah menggunakan kemeja putih yang dia gulung hingga sebatas siku dengan rok merah selutut, menjadi pilihan pakaiannya hari ini.KREK...Dia berjalan keluar dari kamar miliknya. Lalu berjalan ke arah dapur, di meja makan itu tersaji sarapan yang telah dia siapkan sejak beberapa menit yang lalu. Membuat sarapan adalah salah satu hal yang harus dia lakukan setiap harinya.Wajib! Setelah memastikan semuanya telah siap. Kedua kaki telanjangnya berjalan ke arah sebuah pintu yang tidak jauh berbeda dari dapur. Dia terdiam di depan pintu itu, tangan kanannya terangkat untuk mengetuk pintu itu.Namun, tangannya tiba-tiba terhenti. Terlihat raut wajah yang sulit di jelaskan pada w
Disinilah aku berada saat ini, di dalam ruangan yang cukup besar. Di dalam sini terdapat satu meja kayu jati yang cukup panjang. Terdapat barang-barang milik ku yang sempat hilang beberapa menit yang lalu di atas meja jati itu.Aku berjalan ke arah meja itu, kemudian duduk dengan perlahan. Kursi ini sangat rupanya sangat nyaman dari yang kukira. Jauh berbeda dengan kursi milikku yang sebelumnya. Mataku kembali melihat sekeliling ruangan yang di dominasi oleh warna coklat gelap ini.Terdapat beberapa vas bunga yang di tata dengan sediam rupa di dalam ruangan ini. Sementara di belakangku terdapat sebuah rak buku yang di isi oleh map dengan berbagai macam warna. Semuanya di tata dengan sangat rapi.Aku lalu mengambil benda yang terbuat dari plastik di atas meja ini. Dan beberapa detik kemudian kedua mataku membulat dengan sempurna, setelah membaca tulisan yang ada di papan nama itu.'Keira Asher, Personal Secretary.' Benar, namaku tertulis dengan jelas pada papan nama itu. Membuatku mem
Manik hazel itu menatap kendaraan yang sedang berlalu lalang di hadapannya, juga gedung-gedung pencakar langit yang menjulang tinggi. Entahlah, semua pemandangan itu selalu terlihat menarik baginya.Dia begitu menyukai suasana langit sore yang begitu menenangkan, di matanya semuanya terlihat begitu indah. Ternyata benar kata pepatah, dimana pun kau berada kau pasti akan menemukan sebuah keindahan. Meskipun hanya kau seorang diri yang menyadarinya.Namun saat sedang terhanyut, pikirannya yang tenang tiba-tiba menjadi buyar. Sebab mengingat ucapan Navier kala itu. "Hah... sebenarnya apa yang salah dengannya?" gumam Keira.Keira benar-benar di buat bingung juga gelisah dengan sikap Navier yang begitu ajaib. Sikap Navier bahkan lebih sulit untuk di mengerti dari soal matematika yang pernah ia kerjakan sebelumnya.Keira menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. "Ahhhh! Aku bisa gila!" teriaknya tertahan.PUK! "Hey! Kau baik-baik saja?"Mendengar suara itu Serena perlahan-lahan meno
“Selamat pagi Keira!”“Selamat pagi Keira!”Sang pemilik nama yang mendengar semua sapaan itu merasa terkejut. Pasalnya ini hal yang belum pernah terjadi sepanjang karirnya bekerja di Lyon Corp, terlebih lagi sebelumnya ia selalu mendapatkan tatapan sinis dari beberapa rekan kerjanya. Namun sekarang? Mereka menyapa dan tersenyum kepadanya.Baik, ini adalah hal yang sangat baik.Perasaan senang pun menyelimuti hati Keira, sebuah senyuman terukir pada wajah cantiknya. “Selamat pagi!” balas Keira dengan semangat dan ramah.KIni Keira telah berada di ruangan miliknya dan hal pertama yang ia lakukan adalah mengambil beberapa map berisikan berkas yang berada di meja miliknya. Ia kemudian keluar dari ruangan miliknya dengan mebawa map-map tersebut. Kedua kaki dengan sepasang high heels hitam berjalan melewati beberapa ruangan, membuatnya sesekali berpapasan dengan pegawai lainnya.Hingga langkahnya berhenti di depan sebuah pintu berukuran besar di antara pintu yang lainnya. Ia menganggkat ta
Keira menatap dirinya pada pantulan cermin itu, mengeluarkan sebuah lipstick merah dari dalam tas miliknya. Ia memoleskan dengan perlahan lipstick itu pada bibir seksinya, membuat penampilannya semakin mempesona dengan rambutnya yang ia biarkan tergerai dengan indahnya. Tidak perlu khawatir, perusahaan tempat ia bekerja tidak memiliki peraturan yang mengharuskan pegawai wanita untuk mengikat rambut.Setelah merasa puas dengan penampilannya ia kembali memasukkan lipstick dengan harga yang cukup mahal itu ke dalam tas miliknya. Ia kemudian mengeringkan tangannya yang sedikt basah dengan menggunakan tissue yang selalu di sediakan di dalam toilet itu.Keira melihat layar ponsel miliknya. “Hah… sepertinya aku datang terlalu cepat.”Bukankah ia terlalu rajin? Bahkan waktu di ponsel miliknya masih memperlihatkan angka tujuh. Well, ini memang bukan yang pertama kalinya ia datang lebih cepat dari pegawai lainnya hal seperti ini sering terjadi.Dan karena itu, bukankah ia seharusnya mendapatkan
Tetes air terlihat berjatuhan dari langit membasahi bumi. Membuat beberapa orang berlarian dengan menggunakan jaket ataupun tas mereka, sementara sebagian dari mereka lebih memilih untuk berlindung dari setiap tetesan air itu, seperti yang di lakukan oleh Keira saat ini.Wanita berambut panjang itu sedang berlindung di samping pintu masuk gedung pencakar langit itu. Ia berdiri di sana sambil memegang tas miliknya yang cukup berat, ia terpaksa menuggu hingga hujan reda sebab tidak membawa payung sepert yang lainnya. Dan juga tidak ingin jatuh sakit jika ia memaksakan diri untuk menerobos hujan yang cukup lebat itu.Mata hazel-nya menatap setiap tetes hujan itu sambil melamun, mengabaikan keadaan di sekitarnya. Ia memang sangat menyukai hujan karena dapat membuatnya merasakan sebuah ketenangan dari suara setiap tetes hujan yang membasahi aspal itu. Namun kali ini untuk yang pertama kalinya hujan tidak dapat menenangkan pikirannya.Dia memegang dadanya dan ia dapat merasakan jantungnya y
Baiklah, sepertinya sekarang Keira benar-benar akan melompat keluar dari mobil sialan ini! Ia sungguh ingin menghilang dari pria yang saat ini berada di sampingnya, yang sedang menatapnya dan menunggu jawaban darinya. Seketika ia langsung menyesali keputusannya menaiki mobil ini, seharusnya sejak awal ia tetap menolak dan pulang dengan bus.Kali ini ia benar-benar mati kutu.Keira menggaruk belakang lehernya dengan canggung. “S-Saya hanya khawatir saya mengganggu anda yang sedang tidur, Tuan Navier,” jawab Keira.Navier menegakkan tubuhnya. “Anda telah mengkhawatirkan hal yang tidak penting.”Sudah, cukup sudah.Pria bermarga Walsh itu sungguh telah berhasil membuatnya tidak dapat mengatakan apapun lagi. Hingga detik ini Keira masih bertanya-tanya, apa yang membuat pria itu begitu di gilai oleh rekan-rekan kerjanya?Baiklah… baiklah, ia tahu kalian pasti akan mengatakan hal itu.Wajah.Itu bukan yang kalian ingin katakan kepadanya untuk yang kesekian kalinya? Meskipun ia akui wajah Na
Keheningan langsung menyelimuti mereka saat itu juga. Keira dan Navier saling bertukar pandangan antar satu sama lain, hingga Keira segera tersadar dan menggelengkan kepalanya. “A-Ah, bukan Tuan. Sebelumnya perkenalkan, saya Keira sekertaris pribadi Tuan Walsh,” ucap Keira dengan sopan.Benar, Keira lah wanita yang di maksud oleh Peter, yang juga telah berhasil menarik perhatian dari beberapa pegawai yang sedang berada di lobby perusahaan.Peter tertawa kecil. “Ah, maafkan saya karena telah mengira anda kekasih Tuan Walsh,” ucapnya merasa tidak enak karena telah salah sangka.Keira melirik Navier, membuat mata mereka saling bertemu. Keira menunjukkan rasa kesalnya kepada Navier yang hanya diam saja, bukannya menanggapi pertanyaan Peter beberapa detik yang lalu. Sungguh sangat menjengkelkan.“Tidak apa-apa Tuan. Anda tidak perlu minta maaf,” ucap Keira dengan ramah.Peter menoleh, melihat pria tampan yang masih berada di sampingnya. “Tapi bukankah anda memiliki sekertaris yang sangat c
Semuanya telah kembali seperti semula, begitupun dengan Keira yang kembali melakukan tugasnya sebagai sekertaris pribadi Navier. Seperti sebelumnya, ia mengatur semua jadwal Navier untuk beberapa bulan kedepan yang jauh lebih padat dari beberapa bulan yang lalu, yang mana merupakan akibat dari hilangnya Navier secara tiba-tiba.Tidak, bukan hanya Navier saja Keira pun harus mengerjakan beberapa laporan yang sudah terbengkalai selama beberapa hari. Mau bagaimana lagi, ia tidak memiliki pilihan lain selain mengerjakan semua hal tersebut karena sudah menjadi tugasnya sebagai sekertaris pribadi Navier. Namun ada yang aneh dan keanehan itu membuat Keira tidak dapat berkonsentrasi melakukan tugasnya.Keira menggelengkan kepalanya dengan pelan. “Tidak… fokuskan dirimu Keira,” gumam Keira.Mata hazelnya perlahan melihat ke arah Navier hyang sedang duduk di seberang sana dari balik laptopnya. Ia memperhatikan kacamata yang bertengger pada hidung mancung itu, kedua mata biru di balik kacamata i
Keira dan Navier saling menatap antar satu sama lain, kebingungan menyelimuti mereka melihat Yeeun saat ini yang sedang membungkukkan badan di hadapan Navier. Dan yang semakin membuat bingung hal tersebut ialah ucapan Yeeun beberapa detik yang lalu.“Nyonya Yeeun, tegakkan badan anda,” ucap Navier.Sesuai dengan ucapan Navier, Yeeun perlahan menegakkan badannya menjadi berdiri di hadapan Navier yang saat ini sedang menatapnya.“Yeeun, ada apa? Apa kau baik-baik saja?” tanya Yeeun sedikit merasa khawatir.Yeeun menatap Navier dan Keira secara bergantian, lalu menghela nafas. “Tuan Walsh, maafkan saya. Saya telah berbohong pada rekan-rekan kerja saya yang lainnya tentang anda dan Keira,” jelas Yeeun merasa tidak enak.Sudah ia katakan sebelumnya bukan? Kalau ia akan meminta maaf dan memberitahukan kepada Navier juga Keira atas kebohongan yang telah ia lakukan kepada rekan-rekan kerjanya. Dan itulah yang sedang ia lakukan saat ini.“Apa yang telah anda katakan pada mereka?” tanya Navier
Heboh.Hanya satu kata itu saja yang dapat menggambarkan situasi di dalam gedung pencakar langit itu saat ini. Terdengar berbagai macam pembicaraan yang membuat orang-orang di dalam sana menunjukkan ekspresi yang berbeda-beda. Dan yang menjadi penyebab kehebohan mereka saat ini adalah atasan mereka bersama sang sekertaris pribadi.“Hey! Hey! Apa kau lihat mereka?!”“God! Bukankah mereka terlihat begitu dekat?!”“Kenapa mereka datang bersama?”“Apa mereka melakukan perjalanan bisnis bersama?!”Yeeun membalikkan badannya. Ia bahkan berusaha untuk menutupi wajahnya dari balik komputer miliknya, ingin rasanya ia menghilang dari kerumunan rekan-rekannya yang sedang membicarakan Keira dan Navier. Bukan tanpa alasan, itu karena ia tidak ingin di serbu dengan berbagai macam pertanyaan oleh rekan-rekannya.Ia tahu kalau hari ini Keira dan Navier akan kembali masuk bekerja, namun ia sama sekali tidak tahu kalau keduanya akan datang bersama!Kacau, ini benar-benar kacau!Yeeun mengumpat dalam ha
Hari telah berganti dengan sang surya yang kembali menyinari seluruh makhluk hidup di muka bumi. Hal itupun menjadi pertanda bagi manusia yang ada di bumi untuk kembali memulai hari dan aktivitas yang telah menunggu mereka. Begitupun dengan wanita dengan kemeja biru muda yang sedang melihat penatulan dirinya di depan cermin, ia sibuk mengatur rambut panjang selembut sutra miliknya.Ia sedikit berputar agar dapat melihat penampilannya secara keseluruhan, memastikan jika penampilannya telah sempurna. Dan sebagai sentuhan akhir ia memoleskan sebuah lipstick merah muda pada bibirnya. “Perfect!” senyum Keira.Setelah merasa puas dengan penampilannya, ia duduk di pinggir ranjang itu. Kali ini ia akan menggunakan high heels hitam senada dengan tas yang akan ia gunakan untuk melengkapi penampilannya.Keira memegang dadanya. Ia dapat merasakan jantungnya yang berdetak dengan cukup kencang. “Gosh… aku sangat gugup,” gumam Keira.Yah, ia merasa gugup saat ini. Bukan tanpa alasan, melainkan karen
Navier berjalan menuruni tangga itu dengan membawa ponsel miliknya. Kedua kakinya berjalan menyusuri mansion miliknya melewati ruang makan, ruang tamu, hingga akhirnya ia berada di taman belakang. Kaki telanjangnya menginjak lantai pinggir kolom renang yang basah itu dengan hati-hati, ia tidak ingin terpeleset apalagi sampai jatuh karena dirinya pasti akan terlihat konyol jika itu terjadi.Mata birunya lalu melihat seorang wanita yang duduk di salah satu kursi tamannya, sepertinya wanita itu sedang menikmati pemandangan taman pribadinya. Ia pun memutuskan untuk berjalan menghampiri wanita itu lalu duduk di samping sang wanita.“Apakah indah?” tanya Navier.Keira menoleh cukup terkejut mendapati Navier yang sedang duduk di sampingnya dengan jarak yang cukup dekat. “Sangat indah. Apa kau sendiri yang menanamnya?”Begitu banyak berbagai macam jenis bunga di taman ini yang di tanam dengan begitu rapi juga terawat dengan baik. Hampir seluruh bunga kesukaannya ada di taman ini, hal itu memb
Mata hazel itu melihat setiap sisi kamar berukuran luas yang di dominasi oleh warna coklat itu, kamar itu bergaya klasik khas Eropa dengan perabotan yang sebagian besar terbuat dari kayu. Matanya tak dapat berpaling sedikitpun dari setiap sisi kamar yang menurutnya sangat luar biasa itu. ia benar-benar seperti sedang berada di dalam kamar seorang ratu yang selama ini selalu ia lihat di dalam film yang ia tonton.Indah.Hanya itu satu-satunya kata yang dapat ia gunakan untuk mendeskripsikan kamar yang telah menjadi miliknya itu. Saat ini Dewi Fortuna sedang berpihak kepadanya namun ia tak tahu harus merasa senang atau tidak, mengingat kebenaran yang baru saja ia ketahui kemarin malam, saat itu dunianya benar-benar akan runtuh.Keira menggelengkan kepalanya dengan pelan. “Tidak… sekarang tenangkan pikiranmu Keira,” gumamnya.Ia hanya ingin melupakan sejenak kebenaran memalukan yang baru ia ketahui setelah sekian lama. Sebentar saja, ia ingin menjernihkan pikirannya dan menikmati kamar
Wanita dengan rambut hitam yang tergerai itu terlihat gelisah, ia tidak dapat duduk dengan tenang sejak beberapa menit yang lalu atau mungkin lebih tepatnya sejak ia menaiki mobil dengan harga fantastis itu. Kegelisahan itu terlihat darinya yang sedang menggigit kukunya saat ini, yang mana merupakan salah satu kebiasan yang ia lakukan saat sedang merasa gelisah maupun gugup.Mata hazel-nye melirik ke arah pria yang sedang duduk di sampingnya dengan kedua mata yang terpejam. Pria itu terlihat begitu tenang sangat jauh berbeda dengannya yang terlihat seperti cacing kepanasan, sebab pria itulah penyebab dari kegelisahannya saat ini.Selain penyebab lain ialah karena dirinya yang di paksa untuk ikut masuk ke dalam mobil ini beberapa menit yang lalu hingga membuatnya tidak memiliki kekuatan untuk menolak. Untuk kesekian kalinya ia mengutuk dirinya karena tidak dapat menolak permintaan atasannya itu.“Aku benar-benar bodoh!” gumam Keira memukul kepalanya dengan pelan.Tidak lama kemudian mo
Keira melihat jam yang tertera pada layar ponselnya. Entah sudah berapa lama ia duduk di halte itu, ia sedang menunggu bus yang ingin ia tumpangi sejak setengah jam yang lalu namun hingga detik ini bus yang ia tunggu tak kunjung datang. Ia melihat sisi kanan dan kirinya tidak ada siapapun di halte itu selain dirinya.Keira menghela nafas. “Hah… kenapa lama sekali?” gumam Keira merasa bosan.Karena tidak ingin rasa bosan membunuhnya ia memutuskan untuk pergi ke salah satu kedai kecil yang tidak jauh berada dari halte itu. Tangan kirinya terangkat mendorong pintu kaca itu sebab tangan kanannya saat ini sedang memegang tas miliknya yang cukup berat.“Selamat datang!” sapa seorang wanita paruh baya dengan ramah.Keira membalas sapaan tersebut dengan senyuman sebelum duduk pada salah satu meja yang ada di dalam sana. Sama saat ia berada di halte, di kedai ini juga tidak ada siapapun selain dirinya mungkin karena hari sudah malam.Ia meletakkan tas miliknya pada kursi kosong yang tepat bera
Seorang wanita terlihat berdiri di depan sebuah rumah yang begitu gelap dengan garis kuning yang masih mengelilimgi rumah tersebut. Ia tidak bisa menjelaskan bagaimana perasaannya saat ini melihat rumah yang selama ini menjadi tempatnya berteduh menjadi sebuah tempat yang menyeramkan. Rumah itu terasa begitu asing baginya.Ia menelan ludahnya dengan susah payah dan dengan berat hati ia melangkahkan kedua kakinya berjalan masuk ke dalam rumah itu. Polisi yang berada di sana untuk menjaga rumah tersebut tidak sedikitpun menghambat langkahnya. Hingga kini ia sudah berada di depan pintu, tangan kanannya meraih gagang pintu itu dan membukanya dengan perlahan.Gelap.Tidak ada sedikitpun cahaya yang menjadi penerang. Dengan hati-hati ia berjalan menyusuri rumah itu berusaha agar tidak menyetuh apapun yang ada di dalam sana. Tangan kanannya ia gunakan untuk meraba tembok, hingga akhirnya menemukan sebuah saklar lampu.KLIK!Hanya dalam hitungan detik rumah yang sebelumnya gelap gulita menjad