Disinilah aku berada saat ini, di dalam ruangan yang cukup besar. Di dalam sini terdapat satu meja kayu jati yang cukup panjang. Terdapat barang-barang milik ku yang sempat hilang beberapa menit yang lalu di atas meja jati itu.
Aku berjalan ke arah meja itu, kemudian duduk dengan perlahan. Kursi ini sangat rupanya sangat nyaman dari yang kukira. Jauh berbeda dengan kursi milikku yang sebelumnya. Mataku kembali melihat sekeliling ruangan yang di dominasi oleh warna coklat gelap ini.Terdapat beberapa vas bunga yang di tata dengan sediam rupa di dalam ruangan ini. Sementara di belakangku terdapat sebuah rak buku yang di isi oleh map dengan berbagai macam warna. Semuanya di tata dengan sangat rapi.Aku lalu mengambil benda yang terbuat dari plastik di atas meja ini. Dan beberapa detik kemudian kedua mataku membulat dengan sempurna, setelah membaca tulisan yang ada di papan nama itu.'Keira Asher, Personal Secretary.'Benar, namaku tertulis dengan jelas pada papan nama itu. Membuatku membaca bahkan mengeja namaku berulang-ulang kali.Aku sungguh di landa kebingungan saat ini bahkan aku masih berusaha mencerna apa yang baru saja terjadi. Semuanya terlalu tiba-tiba. Begitu banyak hal yang terjadi, hingga tidak dapat membuatku berpikir dengan baik.Rasanya baru beberapa menit yang lalu aku menangis di dalam toilet dan sekarang aku berakhir di dalam ruangan ini. Aku dapat memahami jika saja aku di pindahkan ke divisi yang lebih rendah karena telah membuat kesalahan besar saat rapat tadi. Tapi...Sekertaris?Are you kidding me?!Aku bahkan sama sekali tidak paham apa yang membuatku bisa menjadi seorang sekretaris setelah di permalukan di ruang rapat tadi.Pukk... Pukk... Pukk!"Aku sedang tidak bermimpi rupanya," ucapku setelah menepuk-nepuk pipiku sebanyak tiga kali. Memastikan kalau aku sedang tidak bermimpi.Sekarang aku tahu mengapa semua pandangan itu mengarahkan kepadaku, itu karena hal mengejutkan ini! Yang sama sekali tidak pernah diduga oleh siapapun, termasuk diriku sendiri.Aku menyadarkan punggung di kursi ini, melihat ke arah langit-langit ruangan yang telah menjadi milikku. Lalu perlahan sebuah senyuman terukir pada wajahku. "Tapi, bukankah ini hal yang bagus?"Setelah di pikir-pikir, bukankah kenaikan posisi ini merupakan hal yang bagus untukku? Sebab aku mendapatkan posisi yang sangat bagus juga penting di perusahaan ini. Terlebih lagi gaji yang ku dapatkan sudah pasti akan bertambah."YUHUUUUU!" aku berdiri dan melompat, lalu mengangkat kedua tanganku setinggi mungkin. "Ini adalah hari terbaikku!"Aku membatalkan ucapanku yang sebelumnya. Karena kesedihan yang ku rasakan sebelumnya telah terkalahkan oleh rasa gembira yang ku rasakan saat ini.Dan satu hal yang dapatku pelajari hari ini, yaitu kehidupan memanglah penuh dengan kejutan. Seperti yang ku alami saat ini."Astaga, aku harus bagaimana?! Aku sangat senang!" senyuman yang tidak dapat luntur dari wajahku. "Ooh! Terima kasih Dewi Fortuna!" ucapku kembali melompat-lompat kecil....Beberapa pegawai berjalan melewatiku dan beberapa dari mereka melihatku dengan tatapan yang sulit untuk di jelaskan. Bahkan tak jarang ada yang berbisik, entah apa yang mereka bicarakan.Menggunjingku?Mungkin saja, terlebih lagi kalian tentunya tahu apa yang telah terjadi padaku hari ini. Sudah pasti ada yang merasa iri ataupun tidak terima atas hal ini.Itu karena di perusahaan ini, bukanlah hal yang mudah untuk naik ataupun merubah jabatan. Sebab mereka harus melewati beberapa tes yang bisa dikatakan cukup sulit, terlebih lagi Navier sendiri lah yang akan mengetes mereka.Aku menggaruk belakang leherku dengan canggung. Ini yang pertama kalinya aku menjadi pusat perhatian juga merasa tidak nyaman. Akupun meletakkan kembali nampan yang telahku ambil sebelumnya dan berjalan pergi dari kantin perusahaan.Yah, ini sudah waktunya untuk istirahat makan siang namun aku membatalkan niatku untuk makan di kantin perusahaan bersama pegawai yang lainnya. Selain merasa tidak nyaman, kali ini Yeeun juga tidak bersamaku.Karena beberapa menit yang lalu aku mendapatkan pesan dari Yeeun, kalau dia harus pergi untuk mengambil beberapa data dari pabrik produksi. Dan tentunya aku tidak mungkin untuk melarangnya."Hah... tidak apa-apa, aku bisa makan saat pulang nanti," ucapku memegang perutku.Aku berjalan pergi ke salah satu koridor yang paling sepi di antara koridor yang lainnya. Di ujung koridor itu terlihat sebuah mesin minuman yang memang sengaja di letakkan di setiap koridor. Juga terdapat tempat duduk di samping mesin minuman itu.CLANG!Aku memasukkan tanganku ke dalam mesin minuman itu, mengambil sekaleng soda yang baru saja ku beli. "Oh! Aku kan hanya membeli satu."Sepertinya sekali lagi Dewi Fortuna berpihak kepadaku. Aku pun mengambil dua kaleng soda itu dan duduk di kursi itu. Lalu meminum sekaleng soda yang baru saja ku beli. "Ah! Ini jauh lebih baik!"Seorang diri di koridor ini memang jauh lebih baik. Tentunya ini bukan yang pertama kalinya aku datang kemari. Aku sering kemari untuk menenangkan diri, khususnya setelah mendapatkan kemarahan dari atasanku.Siapa lagi kalau bukan, Navier!Rasa kesal langsung kembali menyelimuti hatiku mengingat pria itu. "Ugh! Benar-benar psikopat gila!" kesalku sambil meremas kaleng soda milikku. "Ah, Alien. Yah... dia pasti alien gila!"Aku sangat yakin ada yang salah dengan otak pria itu dan itu sudah pasti!Coba saja kalian pikirkan baik-baik, manusia macam apa yang memiliki sifat yang tidak menentu dan seperti dia? Tidak ada, hanya dia seorang!"Apa itu panggilan baru untukku?"Aku membeku saat itu juga, dengan gerakan patah-patah aku menoleh ke samping. Pucuk dicinta ulam pun tiba, pria yang baru saja ku bicarakan kini sudah berada di koridor ini.Kedua kaki jenjang dengan sepatu pantofel hitam mengkilap itu berjalan ke arahku. Atau mungkin lebih tepatnya ke arah mesin minuman yang tepat berada di sampingku.Aku langsung memalingkan wajahku, enggan untuk melihatnya. Apa kalian lupa dengan apa yang telah dia lakukan kepadaku?! Aku akan bersikap seolah-olah dia tidak ada. Namun tidak lama kemudian aku mendengar suara tombol dari mesin meminum itu."Apa mesin ini rusak?" ucap pemilik suara serak itu. Aku meliriknya yang sedang menatap mesin minuman itu dengan keheranan.Aku memejamkan mataku sejenak lalu menghela nafas. "Hah... Ini, anda bisa mengambilnya Tuan Walsh," tanganku terulur, memberikan sekaleng soda yang belumku buka kepadanya.Tentunya dengan wajahku yang masih enggan untuk melihatnya. Bagiku saat ini tembok jauh lebih menarik daripada wajah atasanku itu.Navier mengambil sekaleng soda itu dari tanganku. "Terima kasih."'Ayo, cepatlah pergi dari sini,' batinku. Berharap dia segera pergi dan menghilang dari koridor ini.Namun, aku merasakan kursi tempatku duduk sedikit bergoyang. Aku pun menoleh dan saat itulah aku melihat Navier duduk tempat di sampingku. Aku yang terkejut tentunya segera menjaga jarak darinya.Pssshh!Navier membuka sekaleng soda itu lalu meneguknya. Aku dapat melihat jakunnya yang bergerak setiap kali meneguk soda itu. Membuatnya seakan-akan sedang berakting di dalam sebuah iklan.Dia menjauhkan kaleng soda itu dari bibirnya. Secepat mungkinku alihkan pandanganku. Bisa-bisa aku mati malu jika kedapatan sedang memperhatikannya.Berulang-ulang kali aku mengumpat di dalam hati. Sepertinya Dewi Fortuna tidak lagi bersamaku saat ini, sebab orang yang sangat tidak inginku lihat dan temui saat berada sedang duduk dan berada di sampingku.Sial!Benar-benar sial!Hanya keheningan yang menyelimuti di antara kami. Tidak satupun dari kami yang ingin berbicara, seolah-olah kami sedang berada di dunia masing-masing. Hingga..."Kau suka dengan posisi barumu?" tanya Navier dengan tiba-tiba.Aku terlonjak. Terkejut mendengar pertanyaan yang tiba-tiba di lontarkan kepadaku. "Kenapa anda bertanya?" ucapku dengan setengah hati."Karena aku yang memberikan posisi itu kepadamu," jawab Navier.Kali ini ucapan Navier berhasil membuatku melihat ke arahnya. "A-Apa? Bukankah anda membenciku?"Terkejut.Aku benar-benar terkejut mendengar apa yang baru saja Navier katakan kepadaku beberapa detik yang lalu. Sebab sama sekali tidak pernah terlintas di pikiranku jika Navier akan membuatku menjadi sekertarisnya."Apakah aku pernah mengatakan kepadamu kalau aku membencimu Nyonya Keira?" Navier menoleh, menatapku dengan mata se-biru lautan miliknya.Aku terdiam.Aku tidak bisa mengatakan apapun."Well, Aku harap kau menyukainya," sambung Navier.Jika sebelumnya aku enggan untuk menatapnya, kali ini aku menatapnya dengan kerutan di dahiku. "Anda benar-benar aneh.""Aneh?""Yah, anda sangat aneh. Anda telah memarahi dan mempermalukanku saat rapat tadi. Tapi sekarang anda malah membuatku menjadi sekertaris anda."Untuk pertama kalinya, aku benar-benar di buat kebingungan dengan sifat seseorang yang begitu aneh. Aku bahkan sama sekali tidak bisa mengerti jalan pikirannya yang menurutku sangat membingungkan.Aku beranjak dari kursi itu kemudian berdiri di hadapan Navier. "Tapi, terima kasih atas posisi yang telah anda percayakan padaku. Aku pasti tidak akan mengecewakan anda Tuan Walsh."Aku membungkukkan badanku, lalu melangkah pergi dari sana. Karena merasa sudah tidak ada lagi hal yang perlu di bicarakan di antara kami. Toh, aku juga telah menunjukkan rasa terima kasihku kepadanya. Seiring dengan langkah ku, aku pun menetapkan niat untuk menjaga jarak darinya. Namun baru beberapa langkah sebuah suara membuatku berhasil menghentikan langkahku."Tuan Navier!"Aku terdiam sejenak, mendengar suara yang menggema di koridor. Perlahan aku menoleh ke belakang, melihat Navier yang masih berada di posisi yang sama. Tangan kanan nya memutar-mutar kaleng soda yang telah kosong itu.Panggilan itu... gara-gara panggilan itu, dia membuatku di permalukan saat rapat tadi. Namun sekarang, mengapa dia kembali menyebutkan panggilan itu?Amarahku yang sebelumnya telah menghilang perlahan kembali tersulut, hanya karena mendengar panggilan bodoh itu. "Ah, tenang saja aku tidak akan memanggil anda seperti itu lagi Tuan Wal--""Tidak, panggilan itu... only between you and me," potong Navier. Dia beranjak dari kursi itu dengan tangannya yang tidak lagi memainkan kaleng soda itu. "Itu hanya berlaku untukmu," ucap Navier menatapku dari ujung koridor.Manik hazel itu menatap kendaraan yang sedang berlalu lalang di hadapannya, juga gedung-gedung pencakar langit yang menjulang tinggi. Entahlah, semua pemandangan itu selalu terlihat menarik baginya.Dia begitu menyukai suasana langit sore yang begitu menenangkan, di matanya semuanya terlihat begitu indah. Ternyata benar kata pepatah, dimana pun kau berada kau pasti akan menemukan sebuah keindahan. Meskipun hanya kau seorang diri yang menyadarinya.Namun saat sedang terhanyut, pikirannya yang tenang tiba-tiba menjadi buyar. Sebab mengingat ucapan Navier kala itu. "Hah... sebenarnya apa yang salah dengannya?" gumam Keira.Keira benar-benar di buat bingung juga gelisah dengan sikap Navier yang begitu ajaib. Sikap Navier bahkan lebih sulit untuk di mengerti dari soal matematika yang pernah ia kerjakan sebelumnya.Keira menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. "Ahhhh! Aku bisa gila!" teriaknya tertahan.PUK! "Hey! Kau baik-baik saja?"Mendengar suara itu Serena perlahan-lahan meno
“Selamat pagi Keira!”“Selamat pagi Keira!”Sang pemilik nama yang mendengar semua sapaan itu merasa terkejut. Pasalnya ini hal yang belum pernah terjadi sepanjang karirnya bekerja di Lyon Corp, terlebih lagi sebelumnya ia selalu mendapatkan tatapan sinis dari beberapa rekan kerjanya. Namun sekarang? Mereka menyapa dan tersenyum kepadanya.Baik, ini adalah hal yang sangat baik.Perasaan senang pun menyelimuti hati Keira, sebuah senyuman terukir pada wajah cantiknya. “Selamat pagi!” balas Keira dengan semangat dan ramah.KIni Keira telah berada di ruangan miliknya dan hal pertama yang ia lakukan adalah mengambil beberapa map berisikan berkas yang berada di meja miliknya. Ia kemudian keluar dari ruangan miliknya dengan mebawa map-map tersebut. Kedua kaki dengan sepasang high heels hitam berjalan melewati beberapa ruangan, membuatnya sesekali berpapasan dengan pegawai lainnya.Hingga langkahnya berhenti di depan sebuah pintu berukuran besar di antara pintu yang lainnya. Ia menganggkat ta
Keira menatap dirinya pada pantulan cermin itu, mengeluarkan sebuah lipstick merah dari dalam tas miliknya. Ia memoleskan dengan perlahan lipstick itu pada bibir seksinya, membuat penampilannya semakin mempesona dengan rambutnya yang ia biarkan tergerai dengan indahnya. Tidak perlu khawatir, perusahaan tempat ia bekerja tidak memiliki peraturan yang mengharuskan pegawai wanita untuk mengikat rambut.Setelah merasa puas dengan penampilannya ia kembali memasukkan lipstick dengan harga yang cukup mahal itu ke dalam tas miliknya. Ia kemudian mengeringkan tangannya yang sedikt basah dengan menggunakan tissue yang selalu di sediakan di dalam toilet itu.Keira melihat layar ponsel miliknya. “Hah… sepertinya aku datang terlalu cepat.”Bukankah ia terlalu rajin? Bahkan waktu di ponsel miliknya masih memperlihatkan angka tujuh. Well, ini memang bukan yang pertama kalinya ia datang lebih cepat dari pegawai lainnya hal seperti ini sering terjadi.Dan karena itu, bukankah ia seharusnya mendapatkan
Tetes air terlihat berjatuhan dari langit membasahi bumi. Membuat beberapa orang berlarian dengan menggunakan jaket ataupun tas mereka, sementara sebagian dari mereka lebih memilih untuk berlindung dari setiap tetesan air itu, seperti yang di lakukan oleh Keira saat ini.Wanita berambut panjang itu sedang berlindung di samping pintu masuk gedung pencakar langit itu. Ia berdiri di sana sambil memegang tas miliknya yang cukup berat, ia terpaksa menuggu hingga hujan reda sebab tidak membawa payung sepert yang lainnya. Dan juga tidak ingin jatuh sakit jika ia memaksakan diri untuk menerobos hujan yang cukup lebat itu.Mata hazel-nya menatap setiap tetes hujan itu sambil melamun, mengabaikan keadaan di sekitarnya. Ia memang sangat menyukai hujan karena dapat membuatnya merasakan sebuah ketenangan dari suara setiap tetes hujan yang membasahi aspal itu. Namun kali ini untuk yang pertama kalinya hujan tidak dapat menenangkan pikirannya.Dia memegang dadanya dan ia dapat merasakan jantungnya y
Baiklah, sepertinya sekarang Keira benar-benar akan melompat keluar dari mobil sialan ini! Ia sungguh ingin menghilang dari pria yang saat ini berada di sampingnya, yang sedang menatapnya dan menunggu jawaban darinya. Seketika ia langsung menyesali keputusannya menaiki mobil ini, seharusnya sejak awal ia tetap menolak dan pulang dengan bus.Kali ini ia benar-benar mati kutu.Keira menggaruk belakang lehernya dengan canggung. “S-Saya hanya khawatir saya mengganggu anda yang sedang tidur, Tuan Navier,” jawab Keira.Navier menegakkan tubuhnya. “Anda telah mengkhawatirkan hal yang tidak penting.”Sudah, cukup sudah.Pria bermarga Walsh itu sungguh telah berhasil membuatnya tidak dapat mengatakan apapun lagi. Hingga detik ini Keira masih bertanya-tanya, apa yang membuat pria itu begitu di gilai oleh rekan-rekan kerjanya?Baiklah… baiklah, ia tahu kalian pasti akan mengatakan hal itu.Wajah.Itu bukan yang kalian ingin katakan kepadanya untuk yang kesekian kalinya? Meskipun ia akui wajah Na
Keheningan langsung menyelimuti mereka saat itu juga. Keira dan Navier saling bertukar pandangan antar satu sama lain, hingga Keira segera tersadar dan menggelengkan kepalanya. “A-Ah, bukan Tuan. Sebelumnya perkenalkan, saya Keira sekertaris pribadi Tuan Walsh,” ucap Keira dengan sopan.Benar, Keira lah wanita yang di maksud oleh Peter, yang juga telah berhasil menarik perhatian dari beberapa pegawai yang sedang berada di lobby perusahaan.Peter tertawa kecil. “Ah, maafkan saya karena telah mengira anda kekasih Tuan Walsh,” ucapnya merasa tidak enak karena telah salah sangka.Keira melirik Navier, membuat mata mereka saling bertemu. Keira menunjukkan rasa kesalnya kepada Navier yang hanya diam saja, bukannya menanggapi pertanyaan Peter beberapa detik yang lalu. Sungguh sangat menjengkelkan.“Tidak apa-apa Tuan. Anda tidak perlu minta maaf,” ucap Keira dengan ramah.Peter menoleh, melihat pria tampan yang masih berada di sampingnya. “Tapi bukankah anda memiliki sekertaris yang sangat c
Pintu mansion itu terbuka dengan lebar, mempersilahkan sang pemilik mansion untuk memasuki kediamannya. “Selamat datang Tuan...” sambut pembantu itu membungkukkan badannya dengan sopan.“Sudah aku bilang, tidak perlu menyambutku seperti ini bibi,” ucap Navier melepas dasi yang seharian telah menggantung pada lehernya, juga tidak lupa untuk membuka dua kancing atas kemeja miliknya.Yah, sudah tidak terhitung berapa kali ia mengatakan kepada pembantunya agar tidak perlu menyambutnya setiap kali ia pulang, bahkan ia sama sekali tidak pernah memerintahkan pembantunya untuk melakukan hal itu. Jadi hal ini murni di lakukan atas inisiatif pembantunya sendiri.Entahlah, dia kurang menyukai dirinya yang di perlakukan selayaknya Tuan besar.“Tidak apa-apa Tuan, sudah menjadi kebiasan bagi saya,” senyum pembantu itu.Navier menghela nafas. “Hah... baiklah kalau begitu,” ia lalu berjalan ke arah tangga namun sebelum menaiki tangga itu, ia berbalik ke belakang. “Oh iya, aku lupa. Tidak perlu menyi
Berbeda dari hari-hari sebelumnya kali ini seluruh pegawai di perusahaan raksasa itu terlihat begitu sibuk, beberapa dari mereka membawa tumpukan kertas sedangkan yang lainnya berkutat dengan laptop milik mereka. Lantas apa penyebab dari kesibukan mereka?Sebab hari ini adalah hari terakhir bagi mereka untuk mengumpulkan hasil akhir dari design ponsel terbaru yang akan mereka keluarkan. Dapat terlihat dengan jelas raut kecemasan dari wajah mereka, wajar saja sebab mereka berharap hasil kerja mereka dapat memuaskan Navier, CEO mereka. Terlebih lagi kala itu mereka telah mengecewakan Navier dengan hasil design mereka yang kurang memuaskan.Jika kali ini mereka kembali mengecewakan Navier, maka tamalah sudah.Good Bye, Lyon Corp.Dan karena tidak ingin ini menjadi hari terakhir mereka berada di Lyon Corp maka mereka harus bekerja keras dengan menunjukkan kemampuan mereka kepada pria yang selama ini menggaji mereka dengan bayaran tinggi.Yeeun memijat dahinya dengan pelan, ia menyadarkan
Semuanya telah kembali seperti semula, begitupun dengan Keira yang kembali melakukan tugasnya sebagai sekertaris pribadi Navier. Seperti sebelumnya, ia mengatur semua jadwal Navier untuk beberapa bulan kedepan yang jauh lebih padat dari beberapa bulan yang lalu, yang mana merupakan akibat dari hilangnya Navier secara tiba-tiba.Tidak, bukan hanya Navier saja Keira pun harus mengerjakan beberapa laporan yang sudah terbengkalai selama beberapa hari. Mau bagaimana lagi, ia tidak memiliki pilihan lain selain mengerjakan semua hal tersebut karena sudah menjadi tugasnya sebagai sekertaris pribadi Navier. Namun ada yang aneh dan keanehan itu membuat Keira tidak dapat berkonsentrasi melakukan tugasnya.Keira menggelengkan kepalanya dengan pelan. “Tidak… fokuskan dirimu Keira,” gumam Keira.Mata hazelnya perlahan melihat ke arah Navier hyang sedang duduk di seberang sana dari balik laptopnya. Ia memperhatikan kacamata yang bertengger pada hidung mancung itu, kedua mata biru di balik kacamata i
Keira dan Navier saling menatap antar satu sama lain, kebingungan menyelimuti mereka melihat Yeeun saat ini yang sedang membungkukkan badan di hadapan Navier. Dan yang semakin membuat bingung hal tersebut ialah ucapan Yeeun beberapa detik yang lalu.“Nyonya Yeeun, tegakkan badan anda,” ucap Navier.Sesuai dengan ucapan Navier, Yeeun perlahan menegakkan badannya menjadi berdiri di hadapan Navier yang saat ini sedang menatapnya.“Yeeun, ada apa? Apa kau baik-baik saja?” tanya Yeeun sedikit merasa khawatir.Yeeun menatap Navier dan Keira secara bergantian, lalu menghela nafas. “Tuan Walsh, maafkan saya. Saya telah berbohong pada rekan-rekan kerja saya yang lainnya tentang anda dan Keira,” jelas Yeeun merasa tidak enak.Sudah ia katakan sebelumnya bukan? Kalau ia akan meminta maaf dan memberitahukan kepada Navier juga Keira atas kebohongan yang telah ia lakukan kepada rekan-rekan kerjanya. Dan itulah yang sedang ia lakukan saat ini.“Apa yang telah anda katakan pada mereka?” tanya Navier
Heboh.Hanya satu kata itu saja yang dapat menggambarkan situasi di dalam gedung pencakar langit itu saat ini. Terdengar berbagai macam pembicaraan yang membuat orang-orang di dalam sana menunjukkan ekspresi yang berbeda-beda. Dan yang menjadi penyebab kehebohan mereka saat ini adalah atasan mereka bersama sang sekertaris pribadi.“Hey! Hey! Apa kau lihat mereka?!”“God! Bukankah mereka terlihat begitu dekat?!”“Kenapa mereka datang bersama?”“Apa mereka melakukan perjalanan bisnis bersama?!”Yeeun membalikkan badannya. Ia bahkan berusaha untuk menutupi wajahnya dari balik komputer miliknya, ingin rasanya ia menghilang dari kerumunan rekan-rekannya yang sedang membicarakan Keira dan Navier. Bukan tanpa alasan, itu karena ia tidak ingin di serbu dengan berbagai macam pertanyaan oleh rekan-rekannya.Ia tahu kalau hari ini Keira dan Navier akan kembali masuk bekerja, namun ia sama sekali tidak tahu kalau keduanya akan datang bersama!Kacau, ini benar-benar kacau!Yeeun mengumpat dalam ha
Hari telah berganti dengan sang surya yang kembali menyinari seluruh makhluk hidup di muka bumi. Hal itupun menjadi pertanda bagi manusia yang ada di bumi untuk kembali memulai hari dan aktivitas yang telah menunggu mereka. Begitupun dengan wanita dengan kemeja biru muda yang sedang melihat penatulan dirinya di depan cermin, ia sibuk mengatur rambut panjang selembut sutra miliknya.Ia sedikit berputar agar dapat melihat penampilannya secara keseluruhan, memastikan jika penampilannya telah sempurna. Dan sebagai sentuhan akhir ia memoleskan sebuah lipstick merah muda pada bibirnya. “Perfect!” senyum Keira.Setelah merasa puas dengan penampilannya, ia duduk di pinggir ranjang itu. Kali ini ia akan menggunakan high heels hitam senada dengan tas yang akan ia gunakan untuk melengkapi penampilannya.Keira memegang dadanya. Ia dapat merasakan jantungnya yang berdetak dengan cukup kencang. “Gosh… aku sangat gugup,” gumam Keira.Yah, ia merasa gugup saat ini. Bukan tanpa alasan, melainkan karen
Navier berjalan menuruni tangga itu dengan membawa ponsel miliknya. Kedua kakinya berjalan menyusuri mansion miliknya melewati ruang makan, ruang tamu, hingga akhirnya ia berada di taman belakang. Kaki telanjangnya menginjak lantai pinggir kolom renang yang basah itu dengan hati-hati, ia tidak ingin terpeleset apalagi sampai jatuh karena dirinya pasti akan terlihat konyol jika itu terjadi.Mata birunya lalu melihat seorang wanita yang duduk di salah satu kursi tamannya, sepertinya wanita itu sedang menikmati pemandangan taman pribadinya. Ia pun memutuskan untuk berjalan menghampiri wanita itu lalu duduk di samping sang wanita.“Apakah indah?” tanya Navier.Keira menoleh cukup terkejut mendapati Navier yang sedang duduk di sampingnya dengan jarak yang cukup dekat. “Sangat indah. Apa kau sendiri yang menanamnya?”Begitu banyak berbagai macam jenis bunga di taman ini yang di tanam dengan begitu rapi juga terawat dengan baik. Hampir seluruh bunga kesukaannya ada di taman ini, hal itu memb
Mata hazel itu melihat setiap sisi kamar berukuran luas yang di dominasi oleh warna coklat itu, kamar itu bergaya klasik khas Eropa dengan perabotan yang sebagian besar terbuat dari kayu. Matanya tak dapat berpaling sedikitpun dari setiap sisi kamar yang menurutnya sangat luar biasa itu. ia benar-benar seperti sedang berada di dalam kamar seorang ratu yang selama ini selalu ia lihat di dalam film yang ia tonton.Indah.Hanya itu satu-satunya kata yang dapat ia gunakan untuk mendeskripsikan kamar yang telah menjadi miliknya itu. Saat ini Dewi Fortuna sedang berpihak kepadanya namun ia tak tahu harus merasa senang atau tidak, mengingat kebenaran yang baru saja ia ketahui kemarin malam, saat itu dunianya benar-benar akan runtuh.Keira menggelengkan kepalanya dengan pelan. “Tidak… sekarang tenangkan pikiranmu Keira,” gumamnya.Ia hanya ingin melupakan sejenak kebenaran memalukan yang baru ia ketahui setelah sekian lama. Sebentar saja, ia ingin menjernihkan pikirannya dan menikmati kamar
Wanita dengan rambut hitam yang tergerai itu terlihat gelisah, ia tidak dapat duduk dengan tenang sejak beberapa menit yang lalu atau mungkin lebih tepatnya sejak ia menaiki mobil dengan harga fantastis itu. Kegelisahan itu terlihat darinya yang sedang menggigit kukunya saat ini, yang mana merupakan salah satu kebiasan yang ia lakukan saat sedang merasa gelisah maupun gugup.Mata hazel-nye melirik ke arah pria yang sedang duduk di sampingnya dengan kedua mata yang terpejam. Pria itu terlihat begitu tenang sangat jauh berbeda dengannya yang terlihat seperti cacing kepanasan, sebab pria itulah penyebab dari kegelisahannya saat ini.Selain penyebab lain ialah karena dirinya yang di paksa untuk ikut masuk ke dalam mobil ini beberapa menit yang lalu hingga membuatnya tidak memiliki kekuatan untuk menolak. Untuk kesekian kalinya ia mengutuk dirinya karena tidak dapat menolak permintaan atasannya itu.“Aku benar-benar bodoh!” gumam Keira memukul kepalanya dengan pelan.Tidak lama kemudian mo
Keira melihat jam yang tertera pada layar ponselnya. Entah sudah berapa lama ia duduk di halte itu, ia sedang menunggu bus yang ingin ia tumpangi sejak setengah jam yang lalu namun hingga detik ini bus yang ia tunggu tak kunjung datang. Ia melihat sisi kanan dan kirinya tidak ada siapapun di halte itu selain dirinya.Keira menghela nafas. “Hah… kenapa lama sekali?” gumam Keira merasa bosan.Karena tidak ingin rasa bosan membunuhnya ia memutuskan untuk pergi ke salah satu kedai kecil yang tidak jauh berada dari halte itu. Tangan kirinya terangkat mendorong pintu kaca itu sebab tangan kanannya saat ini sedang memegang tas miliknya yang cukup berat.“Selamat datang!” sapa seorang wanita paruh baya dengan ramah.Keira membalas sapaan tersebut dengan senyuman sebelum duduk pada salah satu meja yang ada di dalam sana. Sama saat ia berada di halte, di kedai ini juga tidak ada siapapun selain dirinya mungkin karena hari sudah malam.Ia meletakkan tas miliknya pada kursi kosong yang tepat bera
Seorang wanita terlihat berdiri di depan sebuah rumah yang begitu gelap dengan garis kuning yang masih mengelilimgi rumah tersebut. Ia tidak bisa menjelaskan bagaimana perasaannya saat ini melihat rumah yang selama ini menjadi tempatnya berteduh menjadi sebuah tempat yang menyeramkan. Rumah itu terasa begitu asing baginya.Ia menelan ludahnya dengan susah payah dan dengan berat hati ia melangkahkan kedua kakinya berjalan masuk ke dalam rumah itu. Polisi yang berada di sana untuk menjaga rumah tersebut tidak sedikitpun menghambat langkahnya. Hingga kini ia sudah berada di depan pintu, tangan kanannya meraih gagang pintu itu dan membukanya dengan perlahan.Gelap.Tidak ada sedikitpun cahaya yang menjadi penerang. Dengan hati-hati ia berjalan menyusuri rumah itu berusaha agar tidak menyetuh apapun yang ada di dalam sana. Tangan kanannya ia gunakan untuk meraba tembok, hingga akhirnya menemukan sebuah saklar lampu.KLIK!Hanya dalam hitungan detik rumah yang sebelumnya gelap gulita menjad