"Ada apa ini Pak mungkin Bapak salah orang saya tidak melakukan apa-apa," ujar Anggun wanita itu berusaha mengelak, dirinya juga merasa sangat malu karena beberapa kru dan juga pemain lainnya mulai menghampiri.Pihak kepolisian membawa surat yang sah yang tertulis atas nama wanita itu membuat Anggun tidak bisa mengelak lagi.Anggun tak bisa berkata apa-apa lagi mau tidak mau dirinya harus ikut ke kantor polisi bahkan beberapa polisi juga mengawalnya takut jika ia akan melarikan diri.***Sampai di kantor polisi dan agama ia langsung memasuki sebuah ruangan di sana sudah ada petugas kepolisian."Saya itu tidak bersalah ini hanya kesalahpahaman saja bisa tidak kalian terus dikit sopan," ungkap Anggun."Jika Anda ingin diperlakukan dengan baik maka kooperatif."Anggun benar-benar merasa kesal."Aku ini artis terkenal, awas aja kalian, ya, aku bisa membuat para netizen menyerang kalian kadang tidak memperlakukanku dengan baik," ungkap Anggun dengan sombongnya."Kami hanya melakukan tugas
Alva berulang kali menatap pantulan dirinya yang ada di cermin, dirinya benar-benar merasa sangat gugup walaupun ia menghadapi orang penting di perusahaan, tetapi tidak pernah merasa segrogi ini. Berulang kali menarik nafas dan membuang nafas, tetapi tidak membuat dirinya merasa tenang juga dirinya benar-benar sangat grogi."Ayo, Alva pasti kamu bisa." Lelaki itu berusaha untuk menyemangati dirinya sendiri, ia tidak ingin salah saat akad dan dirinya juga tidak ingin terlihat begitu gugup berulang kali menepuk-nepuk wajahnya dan berulang kali juga ia ingin bolak-balik ke kamar mandi karena rasa groginya itu.Jonathan yang sudah tiba di kediaman pak Hardian pun langsung saja melangkah menuju Alva. Lelaki itu tersenyum melihat iparnya yang seperti sangat grogi."Aku juga pernah berada di posisimu sekarang, tentu saja rasanya sangat grogi bukan dan sangat tegang?" tanya Jonathan.Pertanyaan Jonathan memang sangat tepat. Lelaki itu langsung saja menepuk bahu dari Alva. Dirinya Berlian dan
"Sah.""Alhamdulillah.""Alhamdulilah."Suara bersyukur orang-orang terdengar saat akad nikah itu sudah sah. Kini Alva sudah menjadi suaminya Cantika dan mereka pun resmi menjadi pasangan yang sah. Cantika mencium punggung tangan Alva, dengan canggung Alva menyodorkan tangannya.Tuan Rafa merasa haru melihat putrinya kini berdampingan dengan orang baik. Ia teringat semalam Cantika datang ke kamarnya dan berbicara sesuatu hal yang membuat dirinya tak percaya."Ada hal yang akan aku bicarakan sama Papa." Cantika datang memastikan tante dan sepupunya itu sudah tidur.Tuan Alva heran mengapa anaknya malam-malam datang ke kamarnya. "Aku akan mengakui sesuatu hal pada Papa sebelum aku menikah besok. Sejujurnya Alva bukanlah ayah anak yang aku kandung kemarin." Sontak wajah Tuan Rafa memerah, ia tak menyangka jika putrinya akan bicara hal yang tak ia sangka. Bagaimana bisa pikirnya. "Jangan bercanda. Besok pernikahan kamu.""Aku tidak bercanda Pa, Alva memang bukan ayah dari bayi yang aku
Acara pernikahan Alva dan juga Cantika sangatlah meriah bahkan rekan kerja dari pak Hardian pun turut hadir di tempat itu karena undangan dari pak Hardian dan juga Alva. Semua orang yang datang ke pesta pernikahan itu sangat memuji dekorasi karena terlihat begitu mewah memang setimpal dengan kekayaan yang dimiliki oleh pak Hardian tersebut.Cantika tidak menyangka jika pernikahan yang dirinya bayangkan akan biasa-biasa saja ternyata begitu meriah. Akhirnya tanpa repot-repot harus menjelaskan kepada Vera dan juga tante Reni mereka berdua terdiam dengan sendirinya mungkin mereka malu dengan Alva sekarang karena ternyata anak orang kaya dan memiliki beberapa cabang restoran bukan seorang pelayan yang seperti apa sering mereka sebutkan itu."Ayo kita foto bersama," ungkap Jonathan. Lelaki itu menyimpan fotografer untuk memotong mereka berempat lalu ditambah lagi dengan Cinta.Jonathan terus-terusan meledek Alva yang memang sejak tadi terlihat begitu tegang lalu sekarang baru bisa tersenyum
Empat bulan kemudian Arnold terbangun dengan kepala begitu pening. Ia mencoba membuka mata, tapi masih begitu sulit. Pria dengan tubuh kekar itu terkesiap saat melihat siapa wanita di sampingnya. Gegas ia bangkit dan menuju kamar mandi, tapi langkahnya terhenti dengan suara parau wanita di sampingnya."Apa kau tak mau bermain lagi seperti semalam?" Arnold membalikkan badan, lalu mengingat kejadian malam. Tapi, ia tak bisa mengingat apa pun selain dirinya yang tiba-tiba merasa pusing setelah banyak minum."Shit! Ini semua adalah kesalahan!" Arnold pun masuk kamar mandi, betapa terguncangnya dia saat tahu telah berkhianat pada Rara. Bagaimana bisa ia sampai tak sadarkan diri dan berada di hotel bersama dengan Rania, rekan bisnis yang baru saja ia kenal beberapa bulan. Arnold cukup lama di dalam kamar mandi, dari luar Rania mencoba kembali menggodanya. Tapi, Arnold tak peduli. Ia gegas memakai baju lengkap dan langsung ke luar kamar mandi."Ar, jangan munafik. Kamu sangat menikmati
Aku sudah bilang untuk kamu bedrest. Kamu sih enggak nurut apa kata suami."Jonathan mengomel saat pulang dan menemukan sang istri yang sedang di infus. “Jo, aku hanya mual-mual. Bukannya aku pendarahan atau flek.” Berlian mencoba untuk membela dirinya. “Sama saja.”Jonathan tak mau ada sesuatu dengan sang istri. Mereka sudah pindah ke rumah sendiri, Nenek Lastri pun ikut untuk mengawasi Berlian dan Cinta. Nenek Lastri juga sudah mengatakan untuk tidak bekerja lagi karena rentan dengan kehamilan keduanya. Namun, Berlian belum mau vakum karena ia masih ingin bekerja. Hari ini Berlian mengalami muntah-muntah hebat dan lemas. Bahkan masuk air putih saja dia muntah. Akhirnya Jonathan mengirim dokter pribadi ke rumah untuk memeriksa sang istri. “Lemas bisa dari magh, jangan pedas, asam dan yang berhubungan sama yang santan." Dokter menjelaskan pada Jonathan. Jonathan mengantar Dokter untuk pulang, ia berterima kasih karena sudah mau datang. Dokter Nilam pun mengatakan jika sudah kewaji
Berlian terdiam saat ibunya mengatakan untuk dirinya beristirahat lebih banyak di rumah. Sebab kehamilannya kali ini sangat rentan, buktinya Berlian kini sudah hampir tiga kali di infus di rumah dengan keluhan yang sama. Jonathan menunggu jawaban Berlian, sama halnya dengan sang ibu yang sejak tadi memang sudah ingin bicara hal itu. Demi kesehatan dan keselamatan bayi yang sedang dikandungnya, Bu Shafira langsung bicara saja pada Berlian."Aku bosan di rumah nanti, bagaimana pun biarkan saja aku bekerja. Aku janji enggak banyak gerak." "Walau berjanji seperti itu, tetap saja kamu pasti memegang banyak kerjaan. Mana bisa diam saja atau tidur." Jonathan menambahinya. Berlian masam, sebelumnya memang sang suami sudah bilang dan melarangnya datang ke restoran. Akan tetapi, tidak tahu mengapa malah sang ibu pun ikutan melarangnya. Bukan melarang, tapi Jonathan lebih ke rasa ketakutan jika istrinya terlalu lelah dalam bekerja. Ia hanya ingin ibu dan anaknya sehat sampai persalinan nanti
Rasanya Jonathan ikut merasakan apa yang di rasakan sang kakak. Sebuah ketakutan yang menghampiri Arnold adalah ketika sang istri tahu dan semua akan kacau. Hal yang akan dia lakukan Pertama kali adalah membungkam mulut wanita itu. "Kalian pernah bertemu tidak setelah dulu berpisah?" "Aku dan Rania?" tanya Arnold."Iya, kau dan dia."Seingat Arnold sama sekali tak pernah bertemu dengan Rania lagi kecuali awal kerja sama mereka yang tak ia ketahui jika perusahaan yang akan menjadi partner bisnis mereka.Arnold masih sangat kacau, sampai pada akhirnya ia terduduk lemas"Aku enggak tahu bagaimana nasib pernikahan kami. Aku yakin Rara pasti marah dan tak mau memaafkan aku.""Kita cari solusi yang terbaik."Kali ini terbalik, Jonathan berada di garda depan melindungi sang kakak yang sedang terkena masalah. Jonathan meminta untuk Arnold kembali ke rumah dan bersama Rara. Arnold pun setuju, ia gegas pulang ke rumah menemui sang istri. Sementara, Jonathan menemani Berlian kembali di kamarn