Berlian menemui Jonathan, ia tersenyum walau hatinya sedang tidak baik-baik saja. Pertemuan tak sengaja dengan pak Ferdinand membuat moodnya pagi hancur. Entahlah biasanya juga saat mendatangi kantor dirinya tidak pernah berpapasan dengan calon mertuanya itu, tetapi pagi ini entah kesialan apa yang menimpanya sampai ia bisa bertemu dengan lelaki itu.Jika dapat mengundur waktu, ia memilih untuk datang lebih awal ataupun datang lebih siang lagi agar mereka tidak bertemu. Terkadang pertemuannya dengan pak Ferdinand membuat ia selalu berpikir yang tidak tidak tentang kelanjutan hubungannya dengan Jonathan.Menurut Pak Hardian yang selalu meyakinkannya jika suatu saat nanti pasti pak Ferdinand akan mau menerima dirinya dan juga Cinta."Sedang sibuk?" tanya Berlian.Jonathan langsung menoleh, ia tersenyum lalu menggeleng. Tadi wanita itu sudah mengabarinya apabila dirinya akan datang. Sesibuk apapun dirinya jika itu menyangkut berlian ataupun cinta maka ia akan mengutamakan dua orang wani
Alva kesal karena dirinya terus diejek oleh Jonathan. Namun, dirinya juga jauh lebih kesal kepada Berlian yang sudah membocorkan aibnya kepada calon iparnya itu."Tak perlu malu, kau hebat bisa mendapatkan daun muda," ujar Jonathan.Alva berpikir hebat dari mananya, bahkan dirinya hampir mati di tangan sang ayah."Ini bekas amarah pak Hardian ya?" tanya Jonathan.Jonathan pun dengan sengaja menyentuh lebam-lebam yang berada di wajah Alva, dengan sedikit menekannya membuat lelaki itu meringis lalu menepis tangan Jonathan dengan kesal.Kini Alva bukan kesal lagi karena sikap Jonathan kepada berlian, tetapi ternyata Jonathan memiliki sisi yang sangat usil bahkan lelaki itu sangat senang menggoda orang lain sampai membuatnya marah seperti yang ini tengah Jonathan lakukan kepadanya."Jo!" Alva kesal sudah tahu lebam di wajahnya cukup banyak dan tentulah pasti sangat sakit, tetapi mengapa Jonathan justru sengaja menekan-nekannya."Kau dan Berlian itu sama saja ternyata, senang melihat aku m
"Hati-hati," ujar Berlian.Malam ini dirinya sangat bahagia, Jonathan memperlakukannya bak seorang ratu. Bukan hanya makan malam biasa, tetapi malam ini Jonathan telah mempersiapkan semuanya dengan special hanya untuk dirinya.Tempat yang indah, serta diiringi musik yang romantis dan perkataan Jonathan juga sangat manis. Wanita lain pun pasti akan sangat bahagia jika diperlakukan seperti itu oleh orang yang dirinya cintai.Sebelum pulang pun mereka sempat jalan-jalan sebentar menikmati indahnya malam, Jonathan pun mengungkapkan rasa cintanya kepada Berlian. Lelaki itu juga meminta maaf karena dulu tidak ada di sisi dirinya saat mengandung dan melahirkan sang putri. Jonathan juga mengatakan jika dirinya akan berusaha selalu membuat Berlian bahagia.Sepulang dari makan malam, Berlian terus tersenyum. Memikirkan apa yang baru saja terjadi."Lian kenapa?" tanya Nenek Lastri.Nenek Lastri begitu terheran-heran melihat cucunya yang tersenyum-senyum sendiri. Terlihat raut kebahagiaan di waja
"Astaga, kenapa Papa enggak cerita sama Mama. Aduh, pastinya mereka bertanya kenapa tidak jadi mengenalkan Alva dengan putri teman Papa." Bu Shafira tidak menyangka akan ide dari suaminya. Pak Hardian meneguk obatnya, lalu duduk dengan memegangi keningnya. Apa yang akan di katakannya, hal itu yang berputar di kepala pria dengan rambut sedikit memutih. "Mereka malah akan bertanya kenapa Alva malah sudah di nikahkan. Mereka akan bilang aku PHP," ucap Pak Hardian. "Apa tuh PHP?" Dengan polosnya Bu Sahfira bertanya. "Mama enggak tahu artinya?" "Iya, enggak." "Pemberi harapan palsu mama." Bu Shafira tertawa mendengar sang suami mengatakan hal itu. Sementara, Pak Hardian masih kebingungan mencari alasan. Semua berawal dari keinginannya membuat Alva melupakan Berlian. Diam-diam dia mencarikan wanita yang akan di kenalkan dengan Alva. Kebetulan ada rekan bisnisnya yang memilki gadis cantik tidak jauh dari Alva usianya. Melihat fotonya, Pak Hardian langsung klik dan mengatakan akan me
Setalah makan pagi, Berlian berangkat bersama dengan sang ibu. Di mobil mereka membahas tentang Alva. Lian merasa kasihan pada Pak Hardian yang sudah mulai menua dan melihatnya lemas seperti itu sangat tak tega."Papa sakit karena memikirkan tentang Alva?" tanya Berlian."Iya, Lian."Berlian ikut perihatin dengan masalah keluarga ibunya. Apalagi tentang Alva, ia tak menyangka bisa membuat papa sambungnya sakit. "Mama tak mau Papa kamu seperti itu kepikiran. Nanti Mama antar kamu, tapi mama mau ke restoran Alva ya. enggak masalah kan?" tanya sang ibu. "Tidak, Ma. Santai saja." Bu Shafira berniat menyelesaikan semua masalah sang anak. Agar mereka kembali bicara dan menjadi ayah dan anak yang kompak. Bu Shafira mengusap wajah kasar. "Ada apa Ma?" "Mama pusing, tiba-tiba punya cucu baru ," ujarnya. Berlian tersenyum, tidak ada salahnya memiliki cucu baru. Hanya saja semuanya serba dadakan pikir Berlian. "Kaya tahu bulat ya, Ma. Dadakan." Lagi, Berlian membuat sang ibu terkekeh mend
Pak Ferdinand tidak bisa berkonsentrasi dalam pekerjaan. Ia teringat ucapan Jonathan untuk berdamai dengan Berlian. Mana mungkin pikir pria itu. Dia tak mungkin menjilat ludahnya sendiri.Apa yang dikatakan oleh putra keduanya itu benar, jika Jonathan dan Berlian menikah otomatis kerjasama antara dirinya dan pak Hardian akan semakin erat. Apalagi perusahaan Pak Hardian sudah berkontribusi besar untuk perusahaannya. Pak Hardian juga bukan orang sembarangan dalam dunia bisnis, lelaki itu sudah dikenal oleh banyak orang dan dicap sebagai pebisnis yang cerdas karena sudah memiliki beberapa saham besar di perusahaan-perusahaan ternama. Antara perusahaannya dan juga perusahaan pak Hardian berada pada titik yang seimbang, jika keduanya menjadi besar seharusnya perusahaan mereka akan menjadi sangat besar diantara yang lain menjadi raksasa perusahaan dunia.Namun, mana mungkin dia bersikap baik dengan Berlian sedangkan dulu ia berusaha memisahkan keduanya. Gengsinya masih tinggi untuk mengakui
Jonathan kembali melihat ponselnya dirinya mengernyitkan dahi. Sudah lama tidak mendapatkan pesan dari orang tersebut dan sekarang tiba-tiba memintanya untuk menjemput."Siapa?" tanya Arnold.Jonathan tidak menanggapi pertanyaan dari sang kakak ia masih sibuk dengan lamunannya sambil menatap ke arah ponsel.Arnold kesal karena adiknya tidak menjawab pertanyaannya dan sibuk dengan lamunannya, ia penasaran siapakah yang mengirimkan pesan tersebut sampai membuat Jonathan terpaku seperti itu. Dirinya sangat yakin jika pesan itu bukan dari berlian karena jika dari wanita yang adiknya cinta itu wajahnya akan berseri-seri dan saat ini wajah Jonathan terlihat begitu bingung sambil memegang ke arah ponsel. Lalu dirinya kembali bertanya tentang pesan dari siapa hingga membuat Jonathan bengong seperti itu. Jonathan menoleh, dia tersentak dari lamunannya lalu dirinya menatap sang kakak yang tengah menuntut suatu jawaban dirinya yakin jika dirinya pasti sudah beberapa kali ditanya dan tidak men
"Berlian, Ibu mau berbicara dengan Alva dulu, ya," ujar Bu Shafira.Berlian mengangguk, dirinya melihat Alva mengikuti langkah sang ibu menuju ruangannya.Pantas saja Alva mau kembali, karena tadi tiba-tiba pak Hardian memilih untuk pergi refreshing katanya ingin menyegarkan pikiran.Berlian memilih untuk duduk, ia memejamkan matanya. Tak mau menaruh rasa curiga kepada Jonathan, tetapi rasa tak enak di hatinya masih ada."Mungkin benar apa yang ibu katakan aku terlalu setress akan hal ini," ungkap Berlian.Ia berusaha untuk menghibur dirinya sendiri. Mungkin hatinya terlalu cemas mengenai Jonathan apa ini benar suatu firasat? Berlian segera mengambil air putih berharap setelah meminumnya ia dapat tenang."Ah, mengapa aku jadi berpikir yang tidak-tidak seperti ini," ungkap Berlian.Alva duduk di sofa yang di sebelahnya berada bu Shafira. Ia tahu jika ibunya juga masih marah kepadanya, tetapi ibu sambungnya itu tidak mendiamkannya dan tidak menghiraukannya seperti sang ayah. Dirinya jug