“Iya, Tuan. Aku mencari informasi, jika Nyonya, Bertengkar dik kafetaria dengan Rissa. Rissa menumpahkan makanan di atas kepala Nyonya. Dan nyonya sedang membersihkan dirinya, Tuan.”Mendengar laporan Bella, kepala Ethan hampir meledak. Kenapa Dua makhluk itu selalu ada masalah? Raizel dengan anehnya menelpon dan Evelyn harus mendapatkan gunjingan dari kalangan perusahaan. “kau, temui Rissa. Katakan padanya, besok, dia menghadapku! Segera, aku yang akan menemui Evelyn.”Tanpa menunggu jawaban Sekertaris Evelyn, Ethan melangkah dengan langkah tegap menuju ke ruangan Evelyn. Bella menatap punggung Ethan dengan tanda tanya di dalam otaknya.“Sepertinya, Nyonya Evelyn mempunyai tempat di hati, tuan. Kedepannya, aku harus lebih hati-hati memperlakukan Nyonya Evelyn.” gumam Bella.Ethan segera masuk dalam ruangan Mantan Istrinya itu. Dengan gegas, Ethan menuju ke pintu kamar mandi, “brak!” Ethan menendang pintu kamar mandi di hadapannya hingga terbuka.“AAAA!” Evelyn menjerit sambil berusah
“Hmm… Apa Rai tahu apa arti itu menikah?” Evelyn yang mendengar permintaan Raizel pun terkejut. “Menikah” bukan sekedar mengucapkan janji suci. Hal tersebut sudah Evelyn alami saat Ethan dengan mudahnya melempari kertas perceraian kepada dirinya. Dihina secara brutal dan diusir layaknya seekor binatang saat hujan sedang mendera ketika dirinya terusir, berjuang sendirian melawan perundungan dari pandangan orang lain yang mengatakan, jika Raizel adalah anak hasl berzinah. “Mama, Rai menanyakan kepada teman-teman Rai. Kata teman Rai, orang tua menghadirkan mereka karena sebelumnya ayah dan ibu mereka harus menikah. Apakah Mama dan Papa harus menikah dulu? Dan memberikanku seorang adik yang lucu?” ungkap Raizel dengan keinginan yang besar. Ethan terdiam mendengar permintaan penerusnya itu. Berpikir bagaimana jika Evelyn menolaknya? Sedangkan surat perceraian yang telah Ethan kirim ke kediaman Gloria pun belum mendapatkan balasan dan kepastian. Seandainya, Ethan menemui Alberto dan me
"Evelyn, berhenti!" Ethan mencoba mengejar Evelyn yang berlari kencang menuruni anak tangga. Dengan perasaan emosi, Ethan mempercepat laju di kakinya saat melihat mantan Istrinya itu hendak masuk ke dalam kamarnya."BAM!"Suara bantingan daun pintu terdengar begitu nyaring saat Evelyn menutup pintu kamar. Ethan menggoyang-goyangkan gagang pintu itu dengan perasaan amarah yang sudah tidak tertahankan."Evelyn, buka! Ayo, kita bicara!" pinta Ethan di depan pintu kamar Evelyn. Evelyn yang berada di dalam kamar segera berlari ke arah tempat tidur, menjatuhkan tubuhnya yang tertelungkup di atas ranjang disertai tangisan yang pecah. Dia, mengambil bantal dan menutup kepalanya. Agar teriakan Ethan tidak terdengar olehnya. "Ethan, aku bukanlah seorang budak atau pelacur. Jika tidak ada kejelasan diantara kita, ku mohon, lepaskan aku dari belenggumu. Jangan mempermainkanku seperti yang sudah-sudah!" Evelyn menjerit bersama tangisnya di bawah bantal. Sedangkan di depan pintu kamar Evelyn, E
"Kau pikir, kau bisa keluar dari sini? Jangan bermimpi sesuatu yang tidak dapat kamu lakukan, Evelyn. Kau, akan tetap di sini dan menjadi budakku!" Evelyn melihat wajah pria itu dengan tubuh gemetaran. Wajah pria dihadapnya dipenuhi oleh darah dan satu tangannya menggenggam pistol, tatapan pria itu seperti seekor elang yang sedang menargetkan buruannya."Aku tidak akan mau menikah dengan pria sepertimu! Aku pikir, kamu adalah pria yang hanya dingin. Tapi… tapi, kau memang seorang monster, Ethan! Lepaskan aku dari sini!" "Hahaha… melepaskanmu? Lebih baik, kau mati. Biarkan aku membunuhmu dengan cara yang indah, Evelyn." Pupil mata Evelyn membola saat Ethan mengangkat pistolnya lalu diarahkan kepada Evelyn. Evelyn yang melihat nyawanya terancam, segera berlari dengan perasaan takut yang telah menyelimuti dirinya saat berlari, Kakinya gemetar begitu hebat. "Aaaaa…. Ethan, lepas! Kau benar-benar gila. Kau tidak waras!" Evelyn menjerit saat Ethan mencengkram rambut Evelyn dari belakang
"Kau akan ke perusahaan, Evelyn?" Ethan mencoba menyusul Evelyn saat dirinya tengah sarapan dan melihat Evelyn melengos begitu saja dengan wajah wanita itu tanpa Ekspresi. Dengan map di dalam dekapan, Evelyn pun menjawab, "ya…!" Dia segera menuju pintu keluar. Dari semalam, Evelyn mendiamkan pria kasar itu. Membuat Ethan semakin menggila ketika Evelyn yang ceria kini berubah dingin. 'Bagaimana konsepnya terbalik? Harusnya aku yang dingin. Kenapa harus wanita itu?' Ethan membatin kesal. Ethan berlari menyusul Evelyn saat Evelyn hendak menaiki mobil yang sudah ada supir di dalam mobil tersebut."Biar pergi bersamaku." Ethan menahan handle pintu mobil. Hening, tidak ada jawaban yang keluar dari mulut Evelyn. Dengan hati-hati, Ethan yang merasa cukup bersalah pun menuntut tangan Evelyn. Membawa tangan itu ke mobilnya. Sesampainya di samping mobil, Ethan membuka pintu mobil tersebut kepada Evelyn. Evelyn menaiki mobil dengan wajah yang masih tetap sama dingin walau mentari pagi begit
"Siang!" Seru para anggota yang hadir dalam meeting. Evelyn, menatap satu per satu wajah orang-orang yang berada di meja panjang itu dengan tatapan penuh penekanan. "Aku tidak ingin membuang waktuku. Mungkin dari kalian sudah mengetahui siapa aku. Ya, aku wanita yang berasal dari sebuah perkampungan yang bekerja sebagai pemerah sapi," ucap Evelyn. Hening, tidak ada yang mencela ucapan Evelyn saat mendengar suara wanita itu terdengar begitu menekan. "Dengar, aku wanita yang begitu teliti dalam melihat situasi. Aku tidak peduli dengan pandangan kalian terhadapku seperti apa. Jadi, sebagai atasan kalian, aku tentu harus tegas dalam mendisiplinkan bawahanku! Ku harap, tidak ada yang bermain-main dalam melakukan pekerjaan," ucap Evelyn. Ruangan itu menjadi lebih tegang dari sebelumnya. Awalnya mereka mengira jika Evelyn adalah wanita yang culun dan tentu memiliki tampang Idiot. Namun dugaan mereka salah. Evelyn terlihat lebih mirip seperti Setan betina yang memiliki aura ketegasan. E
Ethan kini duduk di kursi yang dingin, mata tajamnya menatap pria yang terikat di hadapannya. Pria di hadapan Ethan adalah Anak buah Antonio. Antonio, adalah pria yang pernah berhubungan dengan Alice. Dia adalah kunci di pengadilan nanti. Sudah sangat lama Ethan mencari keberadaan pria tersebut. Namun pria ini bukan sembarang pria."Katakan padaku, dimana Antonio?" tanya Ethan dengan suara rendah namun tegas.Pria itu menatapnya dengan mata yang penuh ketakutan. "Aku tidak bisa memberitahumu. Mereka akan membunuhku jika aku melakukannya."Ethan tersenyum sinis. "Oh, jangan khawatir. Jika kamu tidak memberitahuku, aku akan memastikan mereka tidak akan pernah menemukanmu."Pria itu tergagap-gagap, mencoba menemukan kata-kata yang tepat. "Antonio sudah pergi! Dia adalah bagian dari organisasi Underground Black Scorpion. Antonio hanya ingin menghancurkan hidupmu, Ethan. Dia ingin melihatmu hancur!"Ethan merenung sejenak, memikirkan langkah selanjutnya. "Hancur? Alasannya? berikan semua
"Bella! Apa yang terjadi?" Evelyn diserang kepanikan yang luar biasa, saat melihat sekretarisnya itu kini, sudah terbaring tak sadarkan diri bersama dengan beberapa petugas keamanan yang berjaga di depan pintu ruangan Evelyn. Evelyn menatap Alice yang berjalan di samping tubuhnya. "Apa yang kau lakukan kepada mereka?" Evelyn menyentak. Dengan memainkan kukunya acuh, Alice menjawab, "untuk apa kau memikirkan orang lain? Pikirkan dulu dirimu yang sebentar lagi akan ku lempar ke jurang!" "Heh, siapa yang ingin kau lempar, Alice?" Ethan dan Hubert berjalan dengan tegap bersama pihak petugas kepolisian yang mendampingi mereka. Alice yang menyadari kehadiran Ethan, segera berlari dan memeluk tubuh pria yang begitu dia rindukan. "Hubby, akhirnya! Kau datang bersama Polisi. Aku sungguh merindukanmu!" seru manja Alice. Evelyn tersenyum sinis melihat pemandangan itu. Pemandangan delapan tahun lalu. Benar-benar menyayat hati Evelyn. Ethan mendorong tubuh Alice. "Menjauhlah! Jangan lancan
Beberapa minggu kemudian, keluarga ini mulai mempersiapkan perayaan ulang tahun Raizel yang ke-7 di panti asuhan yang sebelumnya dijanjikan oleh Evelyn. Tak ingin mengecewakan Raizel, Evelyn dan Ethan, Rosalie, Diana serta Kakek James saling bahu-membahu menyiapkan berbagai perlengkapan dan makanan untuk pesta tersebut."Sayang, apa kamu yakin makanan ini cukup untuk semua anak-anak di panti asuhan?" tanya Evelyn khawatir pada suaminya.Ethan tersenyum, meyakinkan istrinya. "Tenang saja, sayang. Aku sudah berbicara dengan pengelola panti asuhan, mereka menyediakan makanan tambahan jika dibutuhkan. Jadi, semua anak pasti akan kenyang."Di hari H, keluarga ini tiba di panti asuhan dengan membawa berbagai perlengkapan pesta dan makanan. Mereka disambut hangat oleh pengelola panti asuhan dan anak-anak yang tinggal di sana."Selamat datang, Tuan Ethan, Nyonya Evelyn, dan keluarga!" sambut salah satu pengelola. "Terima kasih banyak atas kebaikan hati kalian merayakan ulang tahun Raizel bers
Kehamilan Evelyn menjadi berita yang membawa berkah bagi keluarga ini. Raizel begitu bahagia ketika mengetahui akan memiliki adik. Diana dan Rosalie pun tak dapat menyembunyikan kebahagiaan mereka dengan hadirnya calon anggota keluarga baru."Seharusnya kita merayakannya!" seru Rosalie ketika semua anggota keluarga berkumpul di ruang tamu."Aku setuju!" sahut Diana, "Terlalu lama kita tidak merayakan sesuatu yang istimewa. Mari kita mengadakan pesta kecil untuk merayakan kebahagiaan ini."Semua anggota keluarga pun bersemangat untuk mempersiapkan pesta tersebut. Mereka semua bekerja sama, menghias rumah dengan balon berwarna-warni dan bunga-bunga indah. Diana dan Rosalie mengatur menu makanan untuk pesta tersebut, sementara Evelyn dan Ethan mengundang beberapa sahabat dekat mereka untuk merayakan momen bahagia ini bersama-sama."Huek!" disaat pesta sedang berlangsung, Ethan mengalami mual yang hebat. Evelyn yang melihat hal itu pun segera meletakkan makanannya dan mengusap punggung s
"Bulannya, indah, ya," ucap Evelyn saat dia dan Ethan kini duduk di atas balkon sambil menatap langit malam. "Iya, seperti kamu. Yang selalu bersinar dalam kegelapan hidup seseorang," sahut Ethan yang saat ini dirinya sedang memeluk tubuh Evelyn dengan erat dari belakang sambil memandang langit yang sama. Sudah satu bulan berlalu saat mereka melakukan perjalanan bulan madu. Dan saat ini, kebahagiaan yang mereka rasakan semakin tajam. Mereka saling melengkapi, bagaikan potongan-potongan puzzle yang sempurna."Evelyn, masih ingat masa-masa sulit yang kau hadapi?" tanya Ethan sambil tersenyum."Tentu saja, aku masih ingat bagaimana kamu menceraikanku. Aku menangis di tengah jalan saat hujan lebat. Dan, kau tidak tahu betapa sulitnya saat aku mengetahui jika aku hamil. Merangkak dan tertatih," jawab Evelyn dengan nada yang sedih. Ethan kemudian melepaskan pelukannya, berdiri tepat di depan Evelyn. "Maaf karena sikapku dulu pada separah itu. Tapi, ada sesuatu yang ingin kutanyakan," uca
"Yey! Mama sama Papa pulang, pasti Rai dibawakan oleh-oleh Adik!" seru Rai sore ini, dia tampak bersemangat. Diana datang membawakan segelas coklat panas dan beberapa cemilan ke arah gazebo di taman depan. Sambil memperhatikan Raizel bermain-main ditemani oleh Manda. "Sayang! Ayo, sini, Nenek bawakan coklat panas!" Diana berteriak. Anak itu segera menoleh, dia pun menjawab, "ya ... Nek!" Raizel berlari dengan senyum yang merekah menuju ke arah Diana, di belakangnya disusul oleh Manda. "Nenek, sebentar lagi, Mama sama Papa akan pulang, kan?" tanya bocah itu antusia. Melihat keringat dari dahi cucunya itu menumpuk, Diana segera menggosoknya dengan telapak tamgan sambil menjawab, "iya, memangnya, Rai menunggu apa?" tanya Diana. "Kata Tuan kecil, dia sedang menunggu kedatangan tuan muda dan nyonya muda. Karena akan membawa Adik!" Manda mencoba menimpali. Diana terkekeh. Bisa-bisanya Raizel berpikir kalau buat adik sama seperti kita membuat adonan kue yang langsung jadi. "Rai Sayang
Ethan melepaskan kimononya, dengan tubuh polos itu, dia melangkah ke arah pemandian air panas yang terlihat mengepul, dia segera merendamkan tubuhnya. Dan perasaan nyaman pun mengalir di tubuhnya saat air panas tersebut mengenai permukaan kulitnya. "Oh … nyaman sekali." Ethan bergumam sambil memejamkan matanya, meresapi setiap sentuhan hangat dari air.Evelyn, dengan malu-malu melangkah ke arah pemandian air panas itu dengan kimono yang masih menempel di tubuhnya.Evelyn pun melucuti kimono yang dia. Dan tubuh polos itu pun terlihat bercahaya tertimpa sinar rembulan. Evelyn pun berkata, "Ethan, aku sudah siap." Ethan yang mendengar suara Evelyn pun membuka matanya. dia dapat melihat Istrinya itu berdiri di sisi kolam pemandian Air panas dengan penuh tatap keanggunan.Ethan tersenyum lalu berkata, "Evelyn, jangan sungkan-sungkan. Kolam air panas ini akan merilekskan otot-otot kita yang tegang setelah berkelana seharian, ayo! Kemari." ajak Ethan.Evelyn tersenyum tipis, kemudian melan
Kyoto-Jepang;"Whoa, Sayang, lihat! Ini begitu cantik!" seru Evelyn sambil berlari dengan kimono di bawah pohon sakura yang sedang mekar. Ethan dan Evelyn memilih Jepang untuk bulan madu mereka. Karena Evelyn suka dengan keindahan bunga sakura. Apalagi waktu senja dari klenteng puncak Kyoto menatap ke arah gunung Fuji. Itu sebuah pemandangan yang sangat menakjubkan. "Hati-hati, nanti kau tersandung, Evelyn!" Seru Ethan. Ethan memperhatikan tingkah Evelyn itu dengan riang. Perasaannya begitu bahagia saat melihat istrinya itu begitu bersemangat. Ethan segera menyusul Evelyn. Saat berjalan beriringan, Ethan menggenggam tangan Evelyn dan berjalan di bawah pohon-pohon sakura. "Setelah ini, kita mau kemana?' tanya Ethan sambil melangkah. Evelyn merenung beberapa detik. Dia memikirkan sesuatu. "Aku ingin pergi ke kuil, Kinkaku-ji, Kiyomizu-dera, dan Fushimi Inari-taisha!" seru Evelyn dengan semangat. Ethan mengusap kepala Evelyn. "Kamu maruk sekali, ya, Sayang! Masa mau dikunjungi semu
"Ya, Sayang, itu adalah Mama kamu. Mama yang menjadi malaikat untukmu. Malaikat yang nyata yang merawatmu disaat Papa tidak berada di sisimu," ungkap Ethan peru haru. Ethan menahan tangis harunya. Saat melihat Evelyn begitu anggun. Lorong waktu kenangan dimana dia menghina Evelyn dan mengusir Evelyn layaknya seorang anjing jalanan membuat penyesalan kini merajai. Dia tidak tahu, sekuat apa Evelyn didera kesedihan saat dia mengusir Evelyn. 'Kau wanita hebat, kau layak untuk mendapatkan semuanya, Evelyn. Kali ini, aku tidak akan pernah menyia-nyiakan wanita sepertimu. Aku akan menebus semua kesalahanku di masa lalu dan membuka masa depan yang indah bersama dirimu dan Anak kita.' Batin Ethan. Sementara di tempat Evelyn, James menyambut putrinya itu dengan wajah sendu. Mengingat bagaimana dirinya memperlakukan anak angkatnya itu. Akan tetapi, Evelyn mampu berdiri tegak layaknya batu karang yang terus terhantam ombak. "Apakah kau sudah siap?" tanya James sebelum menuntut putrinya itu k
Seperti bunga yang mekar di kebun yang subur, Evelyn memancarkan keindahan yang menakjubkan dengan gaun pengantin mewahnya. Saat memandang wajahnya di cermin, ia takjub akan kecantikannya yang mempesona. Namun, di balik kilau cahaya itu, gelombang gugup bercampur dengan degupan jantung yang memekakkan telinga. Ya, ini adalah hari di mana dua jiwa akan bersatu dalam ikatan pernikahan: Evelyn dan Ethan. Asisten Evelyn yang setia, Manda, bertepuk tangan menahan kagum, sementara Diana, menahan tangis bahagia yang menggenang di dalam hatinya.Evelyn menghela nafas, dia memutar tubuhnya dan menatap ke arah Diana. "Bu, rasanya seperti ribuan kupu-kupu berseliweran di perutku, benar-benar gugup! Bagaimana kalau aku tersandung saat berjalan nanti?" ungkap Evelyn. Diana menyeka air mata, sambil tersenyum. "Evelyn, sayangku, kupu-kupu itu adalah rasa cintamu yang menjelma menjadi kegembiraan. Aku tahu kamu adalah wanita yang kuat dan semua akan berjalan dengan lancar. Percayalah, saat kamu me
"Wow, Rully! Danau ini sangat indah! Aku tidak pernah melihat pemandangan seperti ini sebelumnya!"Senja mulai menjelang di Danau Aloeran, dan langit kini tampak berubah menjadi merah jingga yang damai. Rully dan Amelia kini berdiri menatap ke arah danau yang keindahannya tersembunyi oleh rimbunnya pepohonan dan belukar. Saat mereka tiba, mereka disambut oleh angin serta gemericik air dan burung-burung berkicau bersahut-sahutan, menciptakan suasana yang begitu sempurna.Rully tersenyum dan berkata, "Amelia, ini yang ingin aku tunjukan padamu. Danau ini benar-benar tersembunyi, sangat jarang orang yang tahu tempat ini. Ini adalah tempat dimana aku menghilangkan stres dan mengagumi keindahan Sang Pencipta."Amelia menoleh, menatap pria yang berdiri di sampingnya dengan pandangan lurus ke depan. "Apakah kau sering membawa Evelyn kemari?" tanya Amelia, di hatinya terbesit sedikit rasa cemburu. Rully tersenyum kemudian menundukkan kepalanya. Mengingat betapa indah kenangan dirinya bersama