"Oh… Enaknya! Tubuhku terasa segar!" Evelyn tengah membasahi kepala—tubuhnya di bawah rintik shower dengan ditemani oleh alunan musik yang diputar melalui home theater. Setelah membahas masalah minimarket yang yang bangkrut, Evelyn memutuskan untuk menuju ke kamarnya dan mandi. Karena merasa, tubuhnya terasa begitu lepek. "Aaaaa!" Evelyn begitu terkejut hingga menjerit saat dirinya merasakan ada yang merengkuh tubuhnya dari belakang."Ethan, apa yang kau lakukan di sini?" Evelyn panik saat tahu siapa yang memeluknya."Aku memikirkanmu. Membuatku tidak dapat tidur. Saat aku masuk ke kamarmu, aku tidak menemukanmu. Ternyata kau sedang mandi," bisik Ethan saat dagunya menopang pada bahu Evelyn. Evelyn merasa sedikit risih dengan apa yang Ethan lakukan. Entah dia bisa masuk bagaimana? Pintu kamar sudah terkunci. Dan, Evelyn sama sekali tidak mendengar suara langkah kaki saat Ethan memasuki kamar mandi yang hanya menggunakan partisi akrilik. "Ethan, kau bisa menungguku di luar. Aku
"Terima kasih, Mama dan Papa," ucap Raizel dengan penuh rasa syukur. "Rai sangat senang bisa pergi ke sekolah bersama kalian."Evelyn dan Ethan saat ini sedang mengantar Raizel ke sekolah pada pagi yang cerah. Tersenyum lebar, Raizel melangkah dengan semangat, merasa bahagia karena hari ini ia diantar oleh kedua orang tuanya."Penting bagi kami untuk mendampingimu dalam setiap langkahmu, Nak," jawab Evelyn sambil mengelus lembut rambut Raizel. "Kami selalu ingin melihatmu tumbuh dan berkembang dengan baik." sambung Evelyn."Ya, Rai. Kami selalu mendukungmu dalam segala hal," tambah Ethan dengan senyuman hangat. "Jangan lupa belajar dengan tekun dan jadilah anak yang baik di sekolah. Awas, jangan nakal dan jangan berkelahi.""Baik, Papa!" jawab Raizel.Bersama-sama, mereka berjalan menuju gerbang sekolah dengan penuh semangat dan harapan untuk hari yang menyenangkan. Sesampainya di gerbang sekolah, Ethan dan Evelyn menghentikan langkah mereka. Raizel memutar tubuhnya. "Mama, Papa, Rai
Alice yang mendapatkan kabar tentang Evelyn yang diangkat menjadi Direktur. Dengan emosi yang tinggi, Alice dengan geram membanting gelas yang ia genggam."Bisa-bisanya wanita bau sapi itu menjadi Direktur? Apa Ethan sudah gila?" Elsa yang duduk di berhadapan dengan Alice menyunggingkan senyumannya saat ia telah berhasil membuat Alice murka. "Nyonya Alice, anda cantik, seksi, berpendidikan tapi sungguh disayangkan jika semua diambil oleh wanita pemerah sapi!" Elsa menyindir. Elsa berlaku demikian agar Alice segera mengambil tindakan. Dia, ingin melihat perseteruan antara keponakan angkatnya dengan wanita angkuh di hadapannya ini. Alice yang merasa tersindir, berdiri dari duduknya. "Plak!" dengan geram, Alice menampar pipi Elsa. "Kau membandingkan aku dengan siapa Elsa? Sadar dengan statusmu. Dasar penjilat!" Alice memekik dengan amarah. Elsa tersenyum sinis saat mendapatkan tamparan itu. Ia melirik tajam ke arah Alice yang masih berdiri di hadapannya. "Jika kau mampu bersaing deng
"Raizel, sini!" Raizel yang baru pulang sekolah, kelimpungan mencari asal dari mana asal suara yang memanggil namanya. "Tuan kecil, Paman di sini!" David datang menghampiri Raizel. "Oh… Paman, maaf! Paman seperti benda yang tak kasat, makanya, Rai tidak melihat kehadiran Paman!" seru Raizel. "Hantu, dong?""Ya… seperti itulah kira-kira, Paman!"David terkekeh mendengar celoteh Raizel. Dia menggandeng tangan mungil Raizel menuju ke arah mobil. Setelah menaiki mobil, David segera memasang sabuk pengaman pada tubuh Raizel. "Paman…," panggil Raizel. David yang akan menginjak pedal gas itu pun menjawab, "iya, Tuan kecil, ada apa?" "Hmm… kira-kira, Mama dan Papa akan berpisah lagi atau tidak, Paman?" Beberapa detik David terdiam sepertinya, Tuan Kecil itu mempunyai ketakutan tersendiri dengan kedua orangtuanya. Namun David juga bingung harus menjawab bagaimana. "Paman tidak tahu, Tuan kecil," ucap David. "Kenapa Paman tidak tahu? Padahal, Pamankan orang dewasa. Seharusnya, Paman me
“Iya, Tuan. Aku mencari informasi, jika Nyonya, Bertengkar dik kafetaria dengan Rissa. Rissa menumpahkan makanan di atas kepala Nyonya. Dan nyonya sedang membersihkan dirinya, Tuan.”Mendengar laporan Bella, kepala Ethan hampir meledak. Kenapa Dua makhluk itu selalu ada masalah? Raizel dengan anehnya menelpon dan Evelyn harus mendapatkan gunjingan dari kalangan perusahaan. “kau, temui Rissa. Katakan padanya, besok, dia menghadapku! Segera, aku yang akan menemui Evelyn.”Tanpa menunggu jawaban Sekertaris Evelyn, Ethan melangkah dengan langkah tegap menuju ke ruangan Evelyn. Bella menatap punggung Ethan dengan tanda tanya di dalam otaknya.“Sepertinya, Nyonya Evelyn mempunyai tempat di hati, tuan. Kedepannya, aku harus lebih hati-hati memperlakukan Nyonya Evelyn.” gumam Bella.Ethan segera masuk dalam ruangan Mantan Istrinya itu. Dengan gegas, Ethan menuju ke pintu kamar mandi, “brak!” Ethan menendang pintu kamar mandi di hadapannya hingga terbuka.“AAAA!” Evelyn menjerit sambil berusah
“Hmm… Apa Rai tahu apa arti itu menikah?” Evelyn yang mendengar permintaan Raizel pun terkejut. “Menikah” bukan sekedar mengucapkan janji suci. Hal tersebut sudah Evelyn alami saat Ethan dengan mudahnya melempari kertas perceraian kepada dirinya. Dihina secara brutal dan diusir layaknya seekor binatang saat hujan sedang mendera ketika dirinya terusir, berjuang sendirian melawan perundungan dari pandangan orang lain yang mengatakan, jika Raizel adalah anak hasl berzinah. “Mama, Rai menanyakan kepada teman-teman Rai. Kata teman Rai, orang tua menghadirkan mereka karena sebelumnya ayah dan ibu mereka harus menikah. Apakah Mama dan Papa harus menikah dulu? Dan memberikanku seorang adik yang lucu?” ungkap Raizel dengan keinginan yang besar. Ethan terdiam mendengar permintaan penerusnya itu. Berpikir bagaimana jika Evelyn menolaknya? Sedangkan surat perceraian yang telah Ethan kirim ke kediaman Gloria pun belum mendapatkan balasan dan kepastian. Seandainya, Ethan menemui Alberto dan me
"Evelyn, berhenti!" Ethan mencoba mengejar Evelyn yang berlari kencang menuruni anak tangga. Dengan perasaan emosi, Ethan mempercepat laju di kakinya saat melihat mantan Istrinya itu hendak masuk ke dalam kamarnya."BAM!"Suara bantingan daun pintu terdengar begitu nyaring saat Evelyn menutup pintu kamar. Ethan menggoyang-goyangkan gagang pintu itu dengan perasaan amarah yang sudah tidak tertahankan."Evelyn, buka! Ayo, kita bicara!" pinta Ethan di depan pintu kamar Evelyn. Evelyn yang berada di dalam kamar segera berlari ke arah tempat tidur, menjatuhkan tubuhnya yang tertelungkup di atas ranjang disertai tangisan yang pecah. Dia, mengambil bantal dan menutup kepalanya. Agar teriakan Ethan tidak terdengar olehnya. "Ethan, aku bukanlah seorang budak atau pelacur. Jika tidak ada kejelasan diantara kita, ku mohon, lepaskan aku dari belenggumu. Jangan mempermainkanku seperti yang sudah-sudah!" Evelyn menjerit bersama tangisnya di bawah bantal. Sedangkan di depan pintu kamar Evelyn, E
"Kau pikir, kau bisa keluar dari sini? Jangan bermimpi sesuatu yang tidak dapat kamu lakukan, Evelyn. Kau, akan tetap di sini dan menjadi budakku!" Evelyn melihat wajah pria itu dengan tubuh gemetaran. Wajah pria dihadapnya dipenuhi oleh darah dan satu tangannya menggenggam pistol, tatapan pria itu seperti seekor elang yang sedang menargetkan buruannya."Aku tidak akan mau menikah dengan pria sepertimu! Aku pikir, kamu adalah pria yang hanya dingin. Tapi… tapi, kau memang seorang monster, Ethan! Lepaskan aku dari sini!" "Hahaha… melepaskanmu? Lebih baik, kau mati. Biarkan aku membunuhmu dengan cara yang indah, Evelyn." Pupil mata Evelyn membola saat Ethan mengangkat pistolnya lalu diarahkan kepada Evelyn. Evelyn yang melihat nyawanya terancam, segera berlari dengan perasaan takut yang telah menyelimuti dirinya saat berlari, Kakinya gemetar begitu hebat. "Aaaaa…. Ethan, lepas! Kau benar-benar gila. Kau tidak waras!" Evelyn menjerit saat Ethan mencengkram rambut Evelyn dari belakang
Beberapa minggu kemudian, keluarga ini mulai mempersiapkan perayaan ulang tahun Raizel yang ke-7 di panti asuhan yang sebelumnya dijanjikan oleh Evelyn. Tak ingin mengecewakan Raizel, Evelyn dan Ethan, Rosalie, Diana serta Kakek James saling bahu-membahu menyiapkan berbagai perlengkapan dan makanan untuk pesta tersebut."Sayang, apa kamu yakin makanan ini cukup untuk semua anak-anak di panti asuhan?" tanya Evelyn khawatir pada suaminya.Ethan tersenyum, meyakinkan istrinya. "Tenang saja, sayang. Aku sudah berbicara dengan pengelola panti asuhan, mereka menyediakan makanan tambahan jika dibutuhkan. Jadi, semua anak pasti akan kenyang."Di hari H, keluarga ini tiba di panti asuhan dengan membawa berbagai perlengkapan pesta dan makanan. Mereka disambut hangat oleh pengelola panti asuhan dan anak-anak yang tinggal di sana."Selamat datang, Tuan Ethan, Nyonya Evelyn, dan keluarga!" sambut salah satu pengelola. "Terima kasih banyak atas kebaikan hati kalian merayakan ulang tahun Raizel bers
Kehamilan Evelyn menjadi berita yang membawa berkah bagi keluarga ini. Raizel begitu bahagia ketika mengetahui akan memiliki adik. Diana dan Rosalie pun tak dapat menyembunyikan kebahagiaan mereka dengan hadirnya calon anggota keluarga baru."Seharusnya kita merayakannya!" seru Rosalie ketika semua anggota keluarga berkumpul di ruang tamu."Aku setuju!" sahut Diana, "Terlalu lama kita tidak merayakan sesuatu yang istimewa. Mari kita mengadakan pesta kecil untuk merayakan kebahagiaan ini."Semua anggota keluarga pun bersemangat untuk mempersiapkan pesta tersebut. Mereka semua bekerja sama, menghias rumah dengan balon berwarna-warni dan bunga-bunga indah. Diana dan Rosalie mengatur menu makanan untuk pesta tersebut, sementara Evelyn dan Ethan mengundang beberapa sahabat dekat mereka untuk merayakan momen bahagia ini bersama-sama."Huek!" disaat pesta sedang berlangsung, Ethan mengalami mual yang hebat. Evelyn yang melihat hal itu pun segera meletakkan makanannya dan mengusap punggung s
"Bulannya, indah, ya," ucap Evelyn saat dia dan Ethan kini duduk di atas balkon sambil menatap langit malam. "Iya, seperti kamu. Yang selalu bersinar dalam kegelapan hidup seseorang," sahut Ethan yang saat ini dirinya sedang memeluk tubuh Evelyn dengan erat dari belakang sambil memandang langit yang sama. Sudah satu bulan berlalu saat mereka melakukan perjalanan bulan madu. Dan saat ini, kebahagiaan yang mereka rasakan semakin tajam. Mereka saling melengkapi, bagaikan potongan-potongan puzzle yang sempurna."Evelyn, masih ingat masa-masa sulit yang kau hadapi?" tanya Ethan sambil tersenyum."Tentu saja, aku masih ingat bagaimana kamu menceraikanku. Aku menangis di tengah jalan saat hujan lebat. Dan, kau tidak tahu betapa sulitnya saat aku mengetahui jika aku hamil. Merangkak dan tertatih," jawab Evelyn dengan nada yang sedih. Ethan kemudian melepaskan pelukannya, berdiri tepat di depan Evelyn. "Maaf karena sikapku dulu pada separah itu. Tapi, ada sesuatu yang ingin kutanyakan," uca
"Yey! Mama sama Papa pulang, pasti Rai dibawakan oleh-oleh Adik!" seru Rai sore ini, dia tampak bersemangat. Diana datang membawakan segelas coklat panas dan beberapa cemilan ke arah gazebo di taman depan. Sambil memperhatikan Raizel bermain-main ditemani oleh Manda. "Sayang! Ayo, sini, Nenek bawakan coklat panas!" Diana berteriak. Anak itu segera menoleh, dia pun menjawab, "ya ... Nek!" Raizel berlari dengan senyum yang merekah menuju ke arah Diana, di belakangnya disusul oleh Manda. "Nenek, sebentar lagi, Mama sama Papa akan pulang, kan?" tanya bocah itu antusia. Melihat keringat dari dahi cucunya itu menumpuk, Diana segera menggosoknya dengan telapak tamgan sambil menjawab, "iya, memangnya, Rai menunggu apa?" tanya Diana. "Kata Tuan kecil, dia sedang menunggu kedatangan tuan muda dan nyonya muda. Karena akan membawa Adik!" Manda mencoba menimpali. Diana terkekeh. Bisa-bisanya Raizel berpikir kalau buat adik sama seperti kita membuat adonan kue yang langsung jadi. "Rai Sayang
Ethan melepaskan kimononya, dengan tubuh polos itu, dia melangkah ke arah pemandian air panas yang terlihat mengepul, dia segera merendamkan tubuhnya. Dan perasaan nyaman pun mengalir di tubuhnya saat air panas tersebut mengenai permukaan kulitnya. "Oh … nyaman sekali." Ethan bergumam sambil memejamkan matanya, meresapi setiap sentuhan hangat dari air.Evelyn, dengan malu-malu melangkah ke arah pemandian air panas itu dengan kimono yang masih menempel di tubuhnya.Evelyn pun melucuti kimono yang dia. Dan tubuh polos itu pun terlihat bercahaya tertimpa sinar rembulan. Evelyn pun berkata, "Ethan, aku sudah siap." Ethan yang mendengar suara Evelyn pun membuka matanya. dia dapat melihat Istrinya itu berdiri di sisi kolam pemandian Air panas dengan penuh tatap keanggunan.Ethan tersenyum lalu berkata, "Evelyn, jangan sungkan-sungkan. Kolam air panas ini akan merilekskan otot-otot kita yang tegang setelah berkelana seharian, ayo! Kemari." ajak Ethan.Evelyn tersenyum tipis, kemudian melan
Kyoto-Jepang;"Whoa, Sayang, lihat! Ini begitu cantik!" seru Evelyn sambil berlari dengan kimono di bawah pohon sakura yang sedang mekar. Ethan dan Evelyn memilih Jepang untuk bulan madu mereka. Karena Evelyn suka dengan keindahan bunga sakura. Apalagi waktu senja dari klenteng puncak Kyoto menatap ke arah gunung Fuji. Itu sebuah pemandangan yang sangat menakjubkan. "Hati-hati, nanti kau tersandung, Evelyn!" Seru Ethan. Ethan memperhatikan tingkah Evelyn itu dengan riang. Perasaannya begitu bahagia saat melihat istrinya itu begitu bersemangat. Ethan segera menyusul Evelyn. Saat berjalan beriringan, Ethan menggenggam tangan Evelyn dan berjalan di bawah pohon-pohon sakura. "Setelah ini, kita mau kemana?' tanya Ethan sambil melangkah. Evelyn merenung beberapa detik. Dia memikirkan sesuatu. "Aku ingin pergi ke kuil, Kinkaku-ji, Kiyomizu-dera, dan Fushimi Inari-taisha!" seru Evelyn dengan semangat. Ethan mengusap kepala Evelyn. "Kamu maruk sekali, ya, Sayang! Masa mau dikunjungi semu
"Ya, Sayang, itu adalah Mama kamu. Mama yang menjadi malaikat untukmu. Malaikat yang nyata yang merawatmu disaat Papa tidak berada di sisimu," ungkap Ethan peru haru. Ethan menahan tangis harunya. Saat melihat Evelyn begitu anggun. Lorong waktu kenangan dimana dia menghina Evelyn dan mengusir Evelyn layaknya seorang anjing jalanan membuat penyesalan kini merajai. Dia tidak tahu, sekuat apa Evelyn didera kesedihan saat dia mengusir Evelyn. 'Kau wanita hebat, kau layak untuk mendapatkan semuanya, Evelyn. Kali ini, aku tidak akan pernah menyia-nyiakan wanita sepertimu. Aku akan menebus semua kesalahanku di masa lalu dan membuka masa depan yang indah bersama dirimu dan Anak kita.' Batin Ethan. Sementara di tempat Evelyn, James menyambut putrinya itu dengan wajah sendu. Mengingat bagaimana dirinya memperlakukan anak angkatnya itu. Akan tetapi, Evelyn mampu berdiri tegak layaknya batu karang yang terus terhantam ombak. "Apakah kau sudah siap?" tanya James sebelum menuntut putrinya itu k
Seperti bunga yang mekar di kebun yang subur, Evelyn memancarkan keindahan yang menakjubkan dengan gaun pengantin mewahnya. Saat memandang wajahnya di cermin, ia takjub akan kecantikannya yang mempesona. Namun, di balik kilau cahaya itu, gelombang gugup bercampur dengan degupan jantung yang memekakkan telinga. Ya, ini adalah hari di mana dua jiwa akan bersatu dalam ikatan pernikahan: Evelyn dan Ethan. Asisten Evelyn yang setia, Manda, bertepuk tangan menahan kagum, sementara Diana, menahan tangis bahagia yang menggenang di dalam hatinya.Evelyn menghela nafas, dia memutar tubuhnya dan menatap ke arah Diana. "Bu, rasanya seperti ribuan kupu-kupu berseliweran di perutku, benar-benar gugup! Bagaimana kalau aku tersandung saat berjalan nanti?" ungkap Evelyn. Diana menyeka air mata, sambil tersenyum. "Evelyn, sayangku, kupu-kupu itu adalah rasa cintamu yang menjelma menjadi kegembiraan. Aku tahu kamu adalah wanita yang kuat dan semua akan berjalan dengan lancar. Percayalah, saat kamu me
"Wow, Rully! Danau ini sangat indah! Aku tidak pernah melihat pemandangan seperti ini sebelumnya!"Senja mulai menjelang di Danau Aloeran, dan langit kini tampak berubah menjadi merah jingga yang damai. Rully dan Amelia kini berdiri menatap ke arah danau yang keindahannya tersembunyi oleh rimbunnya pepohonan dan belukar. Saat mereka tiba, mereka disambut oleh angin serta gemericik air dan burung-burung berkicau bersahut-sahutan, menciptakan suasana yang begitu sempurna.Rully tersenyum dan berkata, "Amelia, ini yang ingin aku tunjukan padamu. Danau ini benar-benar tersembunyi, sangat jarang orang yang tahu tempat ini. Ini adalah tempat dimana aku menghilangkan stres dan mengagumi keindahan Sang Pencipta."Amelia menoleh, menatap pria yang berdiri di sampingnya dengan pandangan lurus ke depan. "Apakah kau sering membawa Evelyn kemari?" tanya Amelia, di hatinya terbesit sedikit rasa cemburu. Rully tersenyum kemudian menundukkan kepalanya. Mengingat betapa indah kenangan dirinya bersama