David tiba di kediaman. Bergegas ia menghampiri Ethan yang berada di dalam kamar. Ethan segera bangkit ketika melihat kehadiran David. Raut wajah penuh harap jika ia akan mendapatkan kabar baik dari asistennya itu."Apa yang kau temukan?" Ethan bertanya dengan paras kecemasan yang terlihat jelas di wajah pria itu. "Tuan, Nyonya Evelyn pergi ke rumah Ibunya. Kemungkinan Tuan kecil Raizel bersama Nyonya Evelyn. Jadi aku tidak mengikutinya lagi." Lapor David. Ethan terdiam, ada rasa ingin menjemput wanitanya. Tapi, bukankah itu terlalu egois jika Ethan selalu menekan Evelyn? Mungkin saja, saat ini Evelyn sedang ingin menenangkan dirinya di kampung. karena Ethan tahu, saat ini Evelyn tentu memiliki emosi yang buruk karena masalah dirinya dan Alice tadi siang."Kau boleh keluar, David. Untuk sementara waktu, biarkan Evelyn bersama Ibunya." Mendengar perintah tuannya, David segera melangkah menuju ke arah pintu kamar. Saat David menarik handle pintu kamar, dirinya berpapasan dengan Rosali
"Tuan, Nyonya Evelyn dan tuan kecil Raizel diculik!" Ethan yang sedang merebahkan tubuhnya memikirkan keadaan Evelyn dan Anaknya pun terlonjak dari tidur saat mendengar David melaporkan hal tersebut. "Apa? Siapa yang berani?" tanya Ethan dengan sorot matanya yang tajam menatap David. "Laporan, dari keluarga Kendrick, Tuan! Maaf, aku kembali memantau keadaan rumah Nyonya Diana. Di sana, ada mobil Nyonya Evelyn tapi keadaan rumah Nyonya Diana begitu gelap. Dan aku menyelidikinya. Ternyata, Nyonya Evelyn dibawa pergi oleh anak buah Kendrick!" lapor David. Kedua rahang Ethan mengeras. Pantas, dari tadi ia gelisah. Sejak tadi, Ethan mencari sebab mengapa ada gunda di dalam dirinya. Padahal Evelyn hanya berkunjung ke rumah Ibunya. Nyatanya, keluarga Kendrick mencari masalah setelah Ethan menjatuhkan saham keluarga itu. "Siapkan mobil. Dan hubungi petugas kepolisian!"Ethan menyibak selimut yang menutupi tubuhnya. Dengan paksa, Ethan menarik jarum infus yang tertancap di pergelangan tan
"Nenek, kenapa dari tadi kita tidak keluàr dari kamar? Apakah kita sedang dikurung?"Raizel bertanya polos saat ia dan Diana kini berada di dalam kamar. Diana yang berbaring di sisi Raizel pun memeluk tubuh cucunya itu. "Rai, kamu lapar?" Tanya Diana sambil mengelus rambut Raizel lembut.Raizel menggelengkan kepalanya menanggapi ucapan Diana. Saat siang tadi di Sekolah, seorang pria menjemput Anak itu. Raizel pikir, itu adalah Anak buah ayahnya. Karena Anak itu tahu, jika anak buah ayahnya sangat banyak. Raizel lalu dibawa ke kediaman Kendrick dan bertemu dengan Diana sang Nenek. Sedangkan Diana, diancam oleh Belinda. Jika Diana tidak ikut dengannya, Belinda akan menyiksa Evelyn. Saat tiba di kediaman Kendrick, ternyata, dirinya tidak menemukan Evelyn. "Rai, ayo, kita tidur. Biar besok, kita punya tenaga." Diana berkilah kepada Cucunya. Memaksa Raizel tidur agar Raizel tidak merasa lapar. Sebab, sedari siang mereka terkurung di dalam kamar ini tanpa seorang pun yang datang membawa
"Maksud anda? Membuang banyak uang demi aku?" Evelyn terus mencoba menghindari Sandro yang berjalan mendekatinya. Evelyn, tidak pernah melihat atau mendengar tuan muda yang bernama Sandro yang kini berjalan mendekatinya. Pria ini siapa dan berasal dari keluarga mana.Langkah Sandro semakin mendekat. Wajahnya penuh hasrat liar saat netra pria itu menatap Evelyn yang terlihat ketakutan. "Dari wajahmu, sepertinya kita harus saling berkenalan sebelum kita memulai sesuatu yang menyenangkan," desis Sandro. Evelyn menggeleng. Tiba-tiba saja, tubuh Evelyn terasa panas dengan deru nafasnya memburu kian hebat. "Tu… tuan, aku sudah menikah dan mempunyai satu anak. Aku menemuimu untuk mengatakan, aku tidak pantas menjadi teman lawan mainmu di atas ranjang bersamamu," ucap Evelyn dengan suara yang terdengar berat.Suara tersebut, membuat Sandro semakin ingin menikmati tubuh wanita yang sudah membuat dirinya penasaran saat pesta ulang tahun Bibi Evelyn yang diadakan di sebuah hotel. Sikap Evel
"Berhenti! Apa kalian ini bodoh, hah? Siapa yang kalian serang?" James melangkah maju dan berteriak kepada anak buahnya. James berusaha mencegah anak buahnya untuk melakukan serangan kepada Ethan. James tahu bahwa tindakan yang impulsif dan sembrono seperti ini bisa berakibat buruk bagi mereka semua dan tentu bagi perusahaan Kendrick. Dengan cepat, James melangkah maju ke arah Ethan."Tuan Ethan, mengapa kamu membuat kekacauan di kediamanku?" tanya James setelah anak buahnya menghentikan serangan yang mereka lakukan.Ethan memutar kepalanya ke arah James, "bugh!" tanpa peringatan, Ethan melayangkan tendangan ke dada pria itu dengan paras yang begitu murka. Tubuh James tersungkur di atas lantai sambil James memegangi dadanya yang sakit. Ethan berjalan ke arah James lalu menginjak dada pria itu. Belinda yang melihat kejadian dan betapa kejamnya Ethan, hanya berdiri dengan ketakutan. "Katakan, dimana Evelyn dan Diana?" Ethan menekan kuat pijakan di dada James sambil menodongkan pistol
"Semoga aku masih sempat!" Ethan turun dari mobilnya dan berlari dengan penuh kecemasan ke arah Resepsionis saat ia tiba di hotel. Petugas hotel yang sudah mendapatkan perintah, segera memberikan nomor kamar dimana Evelyn berada."Bajingan keparat siapa yang berani menyentuh Evelyn?" Gumam Ethan dengan Emosi.Selang beberapa menit Ethan melangkah, Ethan tiba di depan pintu. Di depan pintu, Ethan dapat mendengar suara rintihan samar-samar seorang wanita. Ethan, mengepalkan kedua tangannya disertai rahang yang sudah mengeras.BRAK!"Ethan menendang pintu di hadapannya dengan Kuat. Sandro yang sedang melakukan aksinya pun terkejut ketika mendengar dobrakan pintu yang terdengar begitu sangat keras.Sandro dengan cepat menoleh ke arah pintu. Sandro dapat melihat sosok lelaki dengan dada yang terlihat naik-turun karena emosi. Karena cahaya yang minim nan remang, Sandro tidak dapat melihat wajah Ethan."Kamu siapa? Berani sekali kamu mengacaukan kesenanganku!" Tanya Sandro sambil beranjak
"Ethan, aku kehilang tasku. Bisakah kau menemukan tasku yang hilang itu? Entah tasku itu terselip atau…—""Tas jelek seperti itu masih kau pikirkan? Pikirkan dan lihatlah lebam dan tubuhmu," potong Ethan dengan cepat. Evelyn menekuk wajahnya. Di dalam tas itu, ada foto kedua orang tua kandungnya. Tentu itu sangat berharga. Bukan seberapa bagus tas tersebut."Aku mempunyai foto penting di dalam tas itu—" Tiba-tiba, ponsel Ethan berdering. Ethan dengan cepat meraih ponsel tersebut lalu menggeser tombol hijau dengan cepat. Untuk Kesekian kalinya, ucapan Evelyn harus terpotong. [Halo tuan, para bawahan Sandro sudah dikirim ke kantor polisi. Sedangkan Sandro berhasil dibawa kabur. Untuk Tuan James dan Nyonya Belinda juga sudah diamankan.] Lapor bawahan Ethan dari arah sambungan telepon.[Bagaimana dengan Elsa?] tanya Ethan.[Nyonya Elsa, belum diketahui keberadaanya. Sedangkan Nyonya Diana sudah kami bawa ke kediaman Tuan.][Kerja yang bagus. Tolong pantau dan cari keberadaan Elsa. Untu
[Apakah kau yakin membawa belinda dan James ke ruang rahasia, Ethan?] tanya Hubert.[Kau masih bertanya? Manusia-manusia itu sudah menyakiti Evelyn. Laksanakan atau akan aku putuskan kerjasama di antara kita!]Hubert mendengus kesal. Selalu saja pria diseberang telepon itu berlaku semena-mena. Dia mengatakan, jika orang lain kejam dan tidak punya hati. Lantas pria ini, jelmaan siapa?[Baik. Aku akan mengutus orang untuk membawa dua orang itu—]Tut! Tut! Tut!Hubert tersentak saat Ethan memutuskan panggilan teleponnya secara sepihak. [Hei Ethan, aku belum selesai bicara. Dasar si bedebah ini!] gerutu Hubert.Hubert meletakkan handphonenya di atas meja. Seketika senyumnya mengambang di bibir pria berparas blasteran itu. Para bawahan yang berdiri di depan Hubert melihat senyum aneh tuan mereka pun menyeritkan alis mereka.“Hahahahaha!” Para bawahan sontak terbelalak. Tidak ada hujan dan badai, mengapa Hubert tertawa begitu kencang. Hubert menyandarkan punggungnya di sandaran kursi kerja