Mengandung konten dewasa 21++ (bisa di skip)—-----------Setelah Rully mengantar Delisa ke rumah gadis itu dengan paksa, kini Rully duduk di meja bar sambil meneguk tequila sekedar menghilangkan rasa sakit hatinya kepada Evelyn. Harus berapa lama lagi Rully menghapus wanita itu dalam pikirannya. "Paman, bagaimana kalau kita duduk di pojokkan?" Rully tersentak mendengar suara yang tidak asing. Mata Rully liar menyorot keadaan bar tersebut. Hingga netranya tertuju ke arah gadis yang mengenakan dres cream merangkul seorang pria yang jauh lebih tua dari usia gadis tersebut. "Delisa…," panggil Rully pelan. Delisa, gadis itu melewati tubuh Rully begitu saja. Seakan, Delisa tidak mengenal siapa Rully. "Kau terlihat sangat cantik, Delisa," ucap Pria tua itu kepada Delisa. "Terima kasih, Paman. Nanti, setelah di sini, kita ke hotel mana, Paman?" tanya Delisa manja. Seperti tersengat listrik, perasaan Rully begitu perih saat melihat Delisa seperti itu. Ternyata, Delisa memang bukan gadis
Setelah melakukan aktivitas panas di kamar mandi, kini Evelyn masih tetap terjaga saat malam kian larut. Evelyn mencoba untuk tetap fokus namun tidak bisa. Sedangkan Ethan yang sudah sangat lelah, akhirnya tertidur dengan pulas dengan deru nafas yang terdengar teratur di samping tubuh Evelyn."Ethan, apakah kau sudah tidur? Dari tadi kita hanya berdiam diri, " Evelyn mencoba membuka pembicaraan.Namun tidak ada jawaban dari pria yang sedang terlentang di sampingnya itu. Evelyn pun menoleh ke arah samping, "Sudah tidur, ya?" gumam pelan Evelyn.Evelyn menatap lekat wajah pria yang sedang terlelap itu dengan kagum. Selama 6 tahun berlalu, wajah yang Evelyn tatap mampu membuatnya jatuh cinta. Dia pria yang selama ini tidak pernah bersikap hangat. Namun di saat ini, Pria yang dulunya beku tiba-tiba mencair karena adanya Raizel.'Seandainya aku tahu dari awal, kehangatanmu hadir karena Anak, aku akan tetap bertahan dan tidak ingin menandatangani surat perceraian yang kau berikan, Ethan,' Ev
"Apa! Morning kiss? Apa aku harus melakukannya?" Pipi Evelyn bersemu merah. Dirinya merasa ini adalah awal yang baik untuk hubungannya dengan Ethan. Berharap di kemudian hari tidak ada lagi yang penghalang pada hubungan mereka. "Mulai detik ini, untuk setiap pagi. Kau harus memberikanku morning kiss," tutur Ethan.Evelyn dengan ragu-ragu, memberi kecupan di pipi Ethan dengan wajah yang sudah terlihat memerah. Ethan dengan cepat meraih pinggul Evelyn hingga tubuh mereka berdua menyatu. "Aku bukan memintanya di pipi. Aku sudah menunjuk bibirku. Apa kau bodoh, Evelyn?" Ucap Ethan saat wajahnya dan Evelyn seperti tidak ada sekat. "Mm… maaf, aku pikir—"Ethan mengecup lembut bibir Evelyn dengan sekilas lalu mengusap pipi Evelyn. "Nanti malam kita akan makan di luar," ucap Ethan sambil melepaskan pelukannya dari tubuh Evelyn.Evelyn tak bergeming, seperti di hipnotis dengan senyum yang terukir, rasa bahagia sungguh bahagia ketika Evelyn memiliki keluarga seperti ini."Evelyn, Hei… kau
"Jauhkan tanganmu dari wajahku! Kau pikir aku sudi disentuh oleh dirimu, Alice!" Ethan memekik kesal saat Alice meraih dagunya. Tidak heran jika Alice dapat masuk di dalam ruang Direktur. Sebab, semua orang tentu tahu jika Alice merupakan Nyonya Zoldyck, Istri dari Ethan Zoldyck."Tidak ingin disentuh? Ethan, aku masih ingat bagaimana kau menggoyangkan pinggulmu di atas tubuhku. Dan kau begitu lincah. Aku, ingin mengulang kembali masa-masa itu." Alice, melepaskan blazer yang ia kenakan. Hingga tinggal lapisan tanktop yang kini menempel pres pada tubuh sintal miliknya.Ethan berjalan memutari meja, menghampiri Alice yang ingin menggodanya. Sebelum wanita itu melepaskan semuanya pakaiannya, dan membuat Ethan hilang kendali, Ethan harus segera menendang wanita itu lebih dulu dari ruangannya. "Keluar! Jangan mengungkit sesuatu yang sudah tidak pernah aku lakukan!" Ethan menarik kasar tangan Alice—memaksa wanita itu agar keluar dari ruangannya. Alih-alih ketakutan, Alice memanfaatkan k
"Sabar, Sayang, sebentar lagi, kita akan bersenang-senang. Akan aku pastikan, aku akan memuaskanmu."Kini Alice dan Ethan sudah berada di dalam mobil. Tubuh Ethan yang begitu lemas tak berdaya, membuat dirinya tidak dapat melakukan apa-apa selain mencoba menekan gejolak liar di dalam dirinya. 'Keparat, Obat ini begitu kuat. Alice, Berani kau menyentuhku, akan ku potong tanganmu setelahnya,' umpat Ethan dalam hati."Sayang, kenapa wajahmu begitu tidak suka melihatku? Aku ini Istrimu," ucap Alice yang menyandarkan tubuhnya di bahu Ethan seraya satu tangannya meraba-raba dada Ethan saat kancing-kancing kemeja itu telah terlepas.'Ini bukan suara Evelyn, mengapa ada tangan yang meraba-raba dadaku?' Ethan membantin. Ia mencoba membuka matanya yang terasa begitu berat.Pelan-pelan, kesadaran Ethan mulai menghilang tapi, kulitnya masih peka dengan sentuhan yang diberikan oleh Alice di dadanya. "Menyingkirlah, keparat! Ah… aaahh… Jangan coba-coba kau menyentuhku!" pekik Ethan mencoba mendoro
"Berhentilah menangis, kau kuat Evelyn, kau bukan wanita yang lemah!" Evelyn menyakinkan dirinya, mencoba mensugestikan dirinya agar tidak sepantasnya ia menangis hanya karena Ethan. Bukankah, Alice adalah Istri dari pria itu. Lantas, mengapa dirinya sesakit ini. Evelyn memacu mobilnya menuju ke sekolah Raizel serta merta membawa rasa yang terkoyak di dalam dada. Mungkin, kata "Ikhlas" yang pernah tersirat adalah ungkapan paling bullshit yang pernah Evelyn katakan. Nyatanya, bongkahan daging di dalam dada seperti ditusuk dengan ribuan jarum saat menyaksikan Alice dan Ethan tengah bercumbu."Hahahaha… Evelyn, kau begitu lucu, ya, sadarlah, kau itu siapa? Dan berasal dari mana? Buang jauh-jauh asumsimu, jika kau berpikir Ethan akan berubah. Dia hanya pria Arogan yang tidak akan tersentuh hatinya," Evelyn meracau, kini matanya sembab akibat terlalu banyak menangisi pria yang tidak pernah memberikan cintanya kepada Evelyn. Hingga, mobil yang dikendarai oleh Evelyn pun tiba di depan seko
David tiba di kediaman. Bergegas ia menghampiri Ethan yang berada di dalam kamar. Ethan segera bangkit ketika melihat kehadiran David. Raut wajah penuh harap jika ia akan mendapatkan kabar baik dari asistennya itu."Apa yang kau temukan?" Ethan bertanya dengan paras kecemasan yang terlihat jelas di wajah pria itu. "Tuan, Nyonya Evelyn pergi ke rumah Ibunya. Kemungkinan Tuan kecil Raizel bersama Nyonya Evelyn. Jadi aku tidak mengikutinya lagi." Lapor David. Ethan terdiam, ada rasa ingin menjemput wanitanya. Tapi, bukankah itu terlalu egois jika Ethan selalu menekan Evelyn? Mungkin saja, saat ini Evelyn sedang ingin menenangkan dirinya di kampung. karena Ethan tahu, saat ini Evelyn tentu memiliki emosi yang buruk karena masalah dirinya dan Alice tadi siang."Kau boleh keluar, David. Untuk sementara waktu, biarkan Evelyn bersama Ibunya." Mendengar perintah tuannya, David segera melangkah menuju ke arah pintu kamar. Saat David menarik handle pintu kamar, dirinya berpapasan dengan Rosali
"Tuan, Nyonya Evelyn dan tuan kecil Raizel diculik!" Ethan yang sedang merebahkan tubuhnya memikirkan keadaan Evelyn dan Anaknya pun terlonjak dari tidur saat mendengar David melaporkan hal tersebut. "Apa? Siapa yang berani?" tanya Ethan dengan sorot matanya yang tajam menatap David. "Laporan, dari keluarga Kendrick, Tuan! Maaf, aku kembali memantau keadaan rumah Nyonya Diana. Di sana, ada mobil Nyonya Evelyn tapi keadaan rumah Nyonya Diana begitu gelap. Dan aku menyelidikinya. Ternyata, Nyonya Evelyn dibawa pergi oleh anak buah Kendrick!" lapor David. Kedua rahang Ethan mengeras. Pantas, dari tadi ia gelisah. Sejak tadi, Ethan mencari sebab mengapa ada gunda di dalam dirinya. Padahal Evelyn hanya berkunjung ke rumah Ibunya. Nyatanya, keluarga Kendrick mencari masalah setelah Ethan menjatuhkan saham keluarga itu. "Siapkan mobil. Dan hubungi petugas kepolisian!"Ethan menyibak selimut yang menutupi tubuhnya. Dengan paksa, Ethan menarik jarum infus yang tertancap di pergelangan tan