Mengandung konten 21++______________"Apalagi yang Mama katakan?" Ethan nampak penasaran mengenai apa saja yang Evelyn katakan kepada Raizel selama 6 Tahun terakhir. Sepertinya, Evelyn sangat membenci dirinya. Sampai-sampai, perkataan Evelyn kepada Raizel adalah sebuah kutukan."Hm… kata Mama, wajah Papa mirip kardus. Dan kaki—tangan Papa, mirip ranting pohon," jawab Raizel polos. "Uhuk—" Ethan terbatuk dengan air liurnya sendiri. Saat dirinya Membayangkan wajahnya seperti kardus dengan kombinasi ranting pohon, membuat Ethan menggelengkan kepalanya kasar. "Grrr…!" Ethan merinding. Setelahnya, ia menatap Raizel. "Apa ada lagi yang dikatakan oleh Mama?" tanya Ethan. "Hanya itu, Papa. Yang lainnya, Mama hanya mengatakan, banyak belajar dan menjadi Anak yang baik. Biar seperti Papa yang hebat!" Seru Raizel penuh semangat. Seulas senyum terukir di bibir Ethan. Nyatanya, tidak semua yang dijabarkan oleh Evelyn adalah hal yang buruk. Hal itu membuat Ethan semakin bangga dengan mantan I
Mengandung konten dewasa 21++ (bisa di skip)—-----------Setelah Rully mengantar Delisa ke rumah gadis itu dengan paksa, kini Rully duduk di meja bar sambil meneguk tequila sekedar menghilangkan rasa sakit hatinya kepada Evelyn. Harus berapa lama lagi Rully menghapus wanita itu dalam pikirannya. "Paman, bagaimana kalau kita duduk di pojokkan?" Rully tersentak mendengar suara yang tidak asing. Mata Rully liar menyorot keadaan bar tersebut. Hingga netranya tertuju ke arah gadis yang mengenakan dres cream merangkul seorang pria yang jauh lebih tua dari usia gadis tersebut. "Delisa…," panggil Rully pelan. Delisa, gadis itu melewati tubuh Rully begitu saja. Seakan, Delisa tidak mengenal siapa Rully. "Kau terlihat sangat cantik, Delisa," ucap Pria tua itu kepada Delisa. "Terima kasih, Paman. Nanti, setelah di sini, kita ke hotel mana, Paman?" tanya Delisa manja. Seperti tersengat listrik, perasaan Rully begitu perih saat melihat Delisa seperti itu. Ternyata, Delisa memang bukan gadis
Setelah melakukan aktivitas panas di kamar mandi, kini Evelyn masih tetap terjaga saat malam kian larut. Evelyn mencoba untuk tetap fokus namun tidak bisa. Sedangkan Ethan yang sudah sangat lelah, akhirnya tertidur dengan pulas dengan deru nafas yang terdengar teratur di samping tubuh Evelyn."Ethan, apakah kau sudah tidur? Dari tadi kita hanya berdiam diri, " Evelyn mencoba membuka pembicaraan.Namun tidak ada jawaban dari pria yang sedang terlentang di sampingnya itu. Evelyn pun menoleh ke arah samping, "Sudah tidur, ya?" gumam pelan Evelyn.Evelyn menatap lekat wajah pria yang sedang terlelap itu dengan kagum. Selama 6 tahun berlalu, wajah yang Evelyn tatap mampu membuatnya jatuh cinta. Dia pria yang selama ini tidak pernah bersikap hangat. Namun di saat ini, Pria yang dulunya beku tiba-tiba mencair karena adanya Raizel.'Seandainya aku tahu dari awal, kehangatanmu hadir karena Anak, aku akan tetap bertahan dan tidak ingin menandatangani surat perceraian yang kau berikan, Ethan,' Ev
"Apa! Morning kiss? Apa aku harus melakukannya?" Pipi Evelyn bersemu merah. Dirinya merasa ini adalah awal yang baik untuk hubungannya dengan Ethan. Berharap di kemudian hari tidak ada lagi yang penghalang pada hubungan mereka. "Mulai detik ini, untuk setiap pagi. Kau harus memberikanku morning kiss," tutur Ethan.Evelyn dengan ragu-ragu, memberi kecupan di pipi Ethan dengan wajah yang sudah terlihat memerah. Ethan dengan cepat meraih pinggul Evelyn hingga tubuh mereka berdua menyatu. "Aku bukan memintanya di pipi. Aku sudah menunjuk bibirku. Apa kau bodoh, Evelyn?" Ucap Ethan saat wajahnya dan Evelyn seperti tidak ada sekat. "Mm… maaf, aku pikir—"Ethan mengecup lembut bibir Evelyn dengan sekilas lalu mengusap pipi Evelyn. "Nanti malam kita akan makan di luar," ucap Ethan sambil melepaskan pelukannya dari tubuh Evelyn.Evelyn tak bergeming, seperti di hipnotis dengan senyum yang terukir, rasa bahagia sungguh bahagia ketika Evelyn memiliki keluarga seperti ini."Evelyn, Hei… kau
"Jauhkan tanganmu dari wajahku! Kau pikir aku sudi disentuh oleh dirimu, Alice!" Ethan memekik kesal saat Alice meraih dagunya. Tidak heran jika Alice dapat masuk di dalam ruang Direktur. Sebab, semua orang tentu tahu jika Alice merupakan Nyonya Zoldyck, Istri dari Ethan Zoldyck."Tidak ingin disentuh? Ethan, aku masih ingat bagaimana kau menggoyangkan pinggulmu di atas tubuhku. Dan kau begitu lincah. Aku, ingin mengulang kembali masa-masa itu." Alice, melepaskan blazer yang ia kenakan. Hingga tinggal lapisan tanktop yang kini menempel pres pada tubuh sintal miliknya.Ethan berjalan memutari meja, menghampiri Alice yang ingin menggodanya. Sebelum wanita itu melepaskan semuanya pakaiannya, dan membuat Ethan hilang kendali, Ethan harus segera menendang wanita itu lebih dulu dari ruangannya. "Keluar! Jangan mengungkit sesuatu yang sudah tidak pernah aku lakukan!" Ethan menarik kasar tangan Alice—memaksa wanita itu agar keluar dari ruangannya. Alih-alih ketakutan, Alice memanfaatkan k
"Sabar, Sayang, sebentar lagi, kita akan bersenang-senang. Akan aku pastikan, aku akan memuaskanmu."Kini Alice dan Ethan sudah berada di dalam mobil. Tubuh Ethan yang begitu lemas tak berdaya, membuat dirinya tidak dapat melakukan apa-apa selain mencoba menekan gejolak liar di dalam dirinya. 'Keparat, Obat ini begitu kuat. Alice, Berani kau menyentuhku, akan ku potong tanganmu setelahnya,' umpat Ethan dalam hati."Sayang, kenapa wajahmu begitu tidak suka melihatku? Aku ini Istrimu," ucap Alice yang menyandarkan tubuhnya di bahu Ethan seraya satu tangannya meraba-raba dada Ethan saat kancing-kancing kemeja itu telah terlepas.'Ini bukan suara Evelyn, mengapa ada tangan yang meraba-raba dadaku?' Ethan membantin. Ia mencoba membuka matanya yang terasa begitu berat.Pelan-pelan, kesadaran Ethan mulai menghilang tapi, kulitnya masih peka dengan sentuhan yang diberikan oleh Alice di dadanya. "Menyingkirlah, keparat! Ah… aaahh… Jangan coba-coba kau menyentuhku!" pekik Ethan mencoba mendoro
"Berhentilah menangis, kau kuat Evelyn, kau bukan wanita yang lemah!" Evelyn menyakinkan dirinya, mencoba mensugestikan dirinya agar tidak sepantasnya ia menangis hanya karena Ethan. Bukankah, Alice adalah Istri dari pria itu. Lantas, mengapa dirinya sesakit ini. Evelyn memacu mobilnya menuju ke sekolah Raizel serta merta membawa rasa yang terkoyak di dalam dada. Mungkin, kata "Ikhlas" yang pernah tersirat adalah ungkapan paling bullshit yang pernah Evelyn katakan. Nyatanya, bongkahan daging di dalam dada seperti ditusuk dengan ribuan jarum saat menyaksikan Alice dan Ethan tengah bercumbu."Hahahaha… Evelyn, kau begitu lucu, ya, sadarlah, kau itu siapa? Dan berasal dari mana? Buang jauh-jauh asumsimu, jika kau berpikir Ethan akan berubah. Dia hanya pria Arogan yang tidak akan tersentuh hatinya," Evelyn meracau, kini matanya sembab akibat terlalu banyak menangisi pria yang tidak pernah memberikan cintanya kepada Evelyn. Hingga, mobil yang dikendarai oleh Evelyn pun tiba di depan seko
David tiba di kediaman. Bergegas ia menghampiri Ethan yang berada di dalam kamar. Ethan segera bangkit ketika melihat kehadiran David. Raut wajah penuh harap jika ia akan mendapatkan kabar baik dari asistennya itu."Apa yang kau temukan?" Ethan bertanya dengan paras kecemasan yang terlihat jelas di wajah pria itu. "Tuan, Nyonya Evelyn pergi ke rumah Ibunya. Kemungkinan Tuan kecil Raizel bersama Nyonya Evelyn. Jadi aku tidak mengikutinya lagi." Lapor David. Ethan terdiam, ada rasa ingin menjemput wanitanya. Tapi, bukankah itu terlalu egois jika Ethan selalu menekan Evelyn? Mungkin saja, saat ini Evelyn sedang ingin menenangkan dirinya di kampung. karena Ethan tahu, saat ini Evelyn tentu memiliki emosi yang buruk karena masalah dirinya dan Alice tadi siang."Kau boleh keluar, David. Untuk sementara waktu, biarkan Evelyn bersama Ibunya." Mendengar perintah tuannya, David segera melangkah menuju ke arah pintu kamar. Saat David menarik handle pintu kamar, dirinya berpapasan dengan Rosali
Beberapa minggu kemudian, keluarga ini mulai mempersiapkan perayaan ulang tahun Raizel yang ke-7 di panti asuhan yang sebelumnya dijanjikan oleh Evelyn. Tak ingin mengecewakan Raizel, Evelyn dan Ethan, Rosalie, Diana serta Kakek James saling bahu-membahu menyiapkan berbagai perlengkapan dan makanan untuk pesta tersebut."Sayang, apa kamu yakin makanan ini cukup untuk semua anak-anak di panti asuhan?" tanya Evelyn khawatir pada suaminya.Ethan tersenyum, meyakinkan istrinya. "Tenang saja, sayang. Aku sudah berbicara dengan pengelola panti asuhan, mereka menyediakan makanan tambahan jika dibutuhkan. Jadi, semua anak pasti akan kenyang."Di hari H, keluarga ini tiba di panti asuhan dengan membawa berbagai perlengkapan pesta dan makanan. Mereka disambut hangat oleh pengelola panti asuhan dan anak-anak yang tinggal di sana."Selamat datang, Tuan Ethan, Nyonya Evelyn, dan keluarga!" sambut salah satu pengelola. "Terima kasih banyak atas kebaikan hati kalian merayakan ulang tahun Raizel bers
Kehamilan Evelyn menjadi berita yang membawa berkah bagi keluarga ini. Raizel begitu bahagia ketika mengetahui akan memiliki adik. Diana dan Rosalie pun tak dapat menyembunyikan kebahagiaan mereka dengan hadirnya calon anggota keluarga baru."Seharusnya kita merayakannya!" seru Rosalie ketika semua anggota keluarga berkumpul di ruang tamu."Aku setuju!" sahut Diana, "Terlalu lama kita tidak merayakan sesuatu yang istimewa. Mari kita mengadakan pesta kecil untuk merayakan kebahagiaan ini."Semua anggota keluarga pun bersemangat untuk mempersiapkan pesta tersebut. Mereka semua bekerja sama, menghias rumah dengan balon berwarna-warni dan bunga-bunga indah. Diana dan Rosalie mengatur menu makanan untuk pesta tersebut, sementara Evelyn dan Ethan mengundang beberapa sahabat dekat mereka untuk merayakan momen bahagia ini bersama-sama."Huek!" disaat pesta sedang berlangsung, Ethan mengalami mual yang hebat. Evelyn yang melihat hal itu pun segera meletakkan makanannya dan mengusap punggung s
"Bulannya, indah, ya," ucap Evelyn saat dia dan Ethan kini duduk di atas balkon sambil menatap langit malam. "Iya, seperti kamu. Yang selalu bersinar dalam kegelapan hidup seseorang," sahut Ethan yang saat ini dirinya sedang memeluk tubuh Evelyn dengan erat dari belakang sambil memandang langit yang sama. Sudah satu bulan berlalu saat mereka melakukan perjalanan bulan madu. Dan saat ini, kebahagiaan yang mereka rasakan semakin tajam. Mereka saling melengkapi, bagaikan potongan-potongan puzzle yang sempurna."Evelyn, masih ingat masa-masa sulit yang kau hadapi?" tanya Ethan sambil tersenyum."Tentu saja, aku masih ingat bagaimana kamu menceraikanku. Aku menangis di tengah jalan saat hujan lebat. Dan, kau tidak tahu betapa sulitnya saat aku mengetahui jika aku hamil. Merangkak dan tertatih," jawab Evelyn dengan nada yang sedih. Ethan kemudian melepaskan pelukannya, berdiri tepat di depan Evelyn. "Maaf karena sikapku dulu pada separah itu. Tapi, ada sesuatu yang ingin kutanyakan," uca
"Yey! Mama sama Papa pulang, pasti Rai dibawakan oleh-oleh Adik!" seru Rai sore ini, dia tampak bersemangat. Diana datang membawakan segelas coklat panas dan beberapa cemilan ke arah gazebo di taman depan. Sambil memperhatikan Raizel bermain-main ditemani oleh Manda. "Sayang! Ayo, sini, Nenek bawakan coklat panas!" Diana berteriak. Anak itu segera menoleh, dia pun menjawab, "ya ... Nek!" Raizel berlari dengan senyum yang merekah menuju ke arah Diana, di belakangnya disusul oleh Manda. "Nenek, sebentar lagi, Mama sama Papa akan pulang, kan?" tanya bocah itu antusia. Melihat keringat dari dahi cucunya itu menumpuk, Diana segera menggosoknya dengan telapak tamgan sambil menjawab, "iya, memangnya, Rai menunggu apa?" tanya Diana. "Kata Tuan kecil, dia sedang menunggu kedatangan tuan muda dan nyonya muda. Karena akan membawa Adik!" Manda mencoba menimpali. Diana terkekeh. Bisa-bisanya Raizel berpikir kalau buat adik sama seperti kita membuat adonan kue yang langsung jadi. "Rai Sayang
Ethan melepaskan kimononya, dengan tubuh polos itu, dia melangkah ke arah pemandian air panas yang terlihat mengepul, dia segera merendamkan tubuhnya. Dan perasaan nyaman pun mengalir di tubuhnya saat air panas tersebut mengenai permukaan kulitnya. "Oh … nyaman sekali." Ethan bergumam sambil memejamkan matanya, meresapi setiap sentuhan hangat dari air.Evelyn, dengan malu-malu melangkah ke arah pemandian air panas itu dengan kimono yang masih menempel di tubuhnya.Evelyn pun melucuti kimono yang dia. Dan tubuh polos itu pun terlihat bercahaya tertimpa sinar rembulan. Evelyn pun berkata, "Ethan, aku sudah siap." Ethan yang mendengar suara Evelyn pun membuka matanya. dia dapat melihat Istrinya itu berdiri di sisi kolam pemandian Air panas dengan penuh tatap keanggunan.Ethan tersenyum lalu berkata, "Evelyn, jangan sungkan-sungkan. Kolam air panas ini akan merilekskan otot-otot kita yang tegang setelah berkelana seharian, ayo! Kemari." ajak Ethan.Evelyn tersenyum tipis, kemudian melan
Kyoto-Jepang;"Whoa, Sayang, lihat! Ini begitu cantik!" seru Evelyn sambil berlari dengan kimono di bawah pohon sakura yang sedang mekar. Ethan dan Evelyn memilih Jepang untuk bulan madu mereka. Karena Evelyn suka dengan keindahan bunga sakura. Apalagi waktu senja dari klenteng puncak Kyoto menatap ke arah gunung Fuji. Itu sebuah pemandangan yang sangat menakjubkan. "Hati-hati, nanti kau tersandung, Evelyn!" Seru Ethan. Ethan memperhatikan tingkah Evelyn itu dengan riang. Perasaannya begitu bahagia saat melihat istrinya itu begitu bersemangat. Ethan segera menyusul Evelyn. Saat berjalan beriringan, Ethan menggenggam tangan Evelyn dan berjalan di bawah pohon-pohon sakura. "Setelah ini, kita mau kemana?' tanya Ethan sambil melangkah. Evelyn merenung beberapa detik. Dia memikirkan sesuatu. "Aku ingin pergi ke kuil, Kinkaku-ji, Kiyomizu-dera, dan Fushimi Inari-taisha!" seru Evelyn dengan semangat. Ethan mengusap kepala Evelyn. "Kamu maruk sekali, ya, Sayang! Masa mau dikunjungi semu
"Ya, Sayang, itu adalah Mama kamu. Mama yang menjadi malaikat untukmu. Malaikat yang nyata yang merawatmu disaat Papa tidak berada di sisimu," ungkap Ethan peru haru. Ethan menahan tangis harunya. Saat melihat Evelyn begitu anggun. Lorong waktu kenangan dimana dia menghina Evelyn dan mengusir Evelyn layaknya seorang anjing jalanan membuat penyesalan kini merajai. Dia tidak tahu, sekuat apa Evelyn didera kesedihan saat dia mengusir Evelyn. 'Kau wanita hebat, kau layak untuk mendapatkan semuanya, Evelyn. Kali ini, aku tidak akan pernah menyia-nyiakan wanita sepertimu. Aku akan menebus semua kesalahanku di masa lalu dan membuka masa depan yang indah bersama dirimu dan Anak kita.' Batin Ethan. Sementara di tempat Evelyn, James menyambut putrinya itu dengan wajah sendu. Mengingat bagaimana dirinya memperlakukan anak angkatnya itu. Akan tetapi, Evelyn mampu berdiri tegak layaknya batu karang yang terus terhantam ombak. "Apakah kau sudah siap?" tanya James sebelum menuntut putrinya itu k
Seperti bunga yang mekar di kebun yang subur, Evelyn memancarkan keindahan yang menakjubkan dengan gaun pengantin mewahnya. Saat memandang wajahnya di cermin, ia takjub akan kecantikannya yang mempesona. Namun, di balik kilau cahaya itu, gelombang gugup bercampur dengan degupan jantung yang memekakkan telinga. Ya, ini adalah hari di mana dua jiwa akan bersatu dalam ikatan pernikahan: Evelyn dan Ethan. Asisten Evelyn yang setia, Manda, bertepuk tangan menahan kagum, sementara Diana, menahan tangis bahagia yang menggenang di dalam hatinya.Evelyn menghela nafas, dia memutar tubuhnya dan menatap ke arah Diana. "Bu, rasanya seperti ribuan kupu-kupu berseliweran di perutku, benar-benar gugup! Bagaimana kalau aku tersandung saat berjalan nanti?" ungkap Evelyn. Diana menyeka air mata, sambil tersenyum. "Evelyn, sayangku, kupu-kupu itu adalah rasa cintamu yang menjelma menjadi kegembiraan. Aku tahu kamu adalah wanita yang kuat dan semua akan berjalan dengan lancar. Percayalah, saat kamu me
"Wow, Rully! Danau ini sangat indah! Aku tidak pernah melihat pemandangan seperti ini sebelumnya!"Senja mulai menjelang di Danau Aloeran, dan langit kini tampak berubah menjadi merah jingga yang damai. Rully dan Amelia kini berdiri menatap ke arah danau yang keindahannya tersembunyi oleh rimbunnya pepohonan dan belukar. Saat mereka tiba, mereka disambut oleh angin serta gemericik air dan burung-burung berkicau bersahut-sahutan, menciptakan suasana yang begitu sempurna.Rully tersenyum dan berkata, "Amelia, ini yang ingin aku tunjukan padamu. Danau ini benar-benar tersembunyi, sangat jarang orang yang tahu tempat ini. Ini adalah tempat dimana aku menghilangkan stres dan mengagumi keindahan Sang Pencipta."Amelia menoleh, menatap pria yang berdiri di sampingnya dengan pandangan lurus ke depan. "Apakah kau sering membawa Evelyn kemari?" tanya Amelia, di hatinya terbesit sedikit rasa cemburu. Rully tersenyum kemudian menundukkan kepalanya. Mengingat betapa indah kenangan dirinya bersama