Ethan tercengang saat telapak tangan yang besar itu mengenai rahang Evelyn. Ia terpaku, tanganya masih di udara tampak gemetar saat melihat Evelyn langsung terduduk di atas lantai—kepala tertunduk, dan sebagain rambut terurai bebas menutupi wajah wanita yang Ethan tampar.Evelyn meringis pelan. Saking pelannya, suara itu tidak terdengar saat dirinya mencoba melindungi Alice dari tamparan yang akan Ethan berikan. Entah apa yang Evelyn pikirkan, saat itu, hanya ada naluri spontan ingin menghadang tangan mantan suaminya itu."Hahaha, mampus! Kau ingin menjadi jagoan dan mengambil simpati Suamiku? Rasakan! Bagaimana, Sakit?" Alice mengejek. Raut wajahnya terlihat begitu puas ketika melihat Evelyn terkena gamparan sampai tubuhnya oleng Ethan yang syok dengan apa yang terjadi, menjadi tersadar saat mendengar ocehan Istrinya, Alice. "Kau benar-benar wanita yang paling tidak bisa diajak dengan cara yang lembut, Alice." Suara Ethan terdengar menekan.Ethan dengan kuat mencengkram lengan bagian
"Bedebah! Keluarkan aku dari sini, hei! Kalian berani sekali mengurungku di sini!"Alice menjerit. Dengan kuatnya, ia menggedor pintu kamar dimana ia dikurung. Begitu murka dirinya saat diperlakukan seperti seorang rendahan dengan statusnya yang kini menjadi sebagai Nyonya Zoldyck. "Aaarrrgg!" Alice frustasi. Dengan langkah gusar, ia berjalan menuju ke arah ranjang dan menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang itu."Evelyn, kamu memang wanita tidak punya urat malu. Bisa-bisanya kau datang kepada pria yang sudah berstatus Suami orang. Apakah wanita kamu begitu rendah?" Gumam Alice mencibir. Alice memandang langit-langit kamar itu dengan tatapan tanpa nalar. Pikirannya sibuk mencari cara agar Ethan tidak berpaling darinya. Sudah sekian lama Alice selalu mencoba mengembalikan kehangatan pria yang ia cintai. Namun, dirinya selalu gagal setelah perceraian itu terjadi.Saat pikirannya berkelana, kedua sudut bibir merah itu terangkat lalu terbentuk seringai. "Untuk apa aku harus mengeluarkan oto
"Tidak ada yang aku bicarakan. Tadi, aku dan Raizel hanya membicarakan mengenai Festival kembang api. Bukan mengenai dirimu." Evelyn begitu panik saat melihat Ethan berjalan ke arah. Entah sejak kapan Ethan masuk ke dalam ruangan ini. Perasaan, Evelyn tidak mendengar suara derit pintu dibuka. "Aku percaya," jawab Ethan dengan wajah datar. Ethan mengalihkan pandangannya ke arah Raizel. "Kau sudah bisa pulang. Dan mulai saat ini, yang mengasuh mu adalah Ibumu sendiri dan ingat, jika diluar, jangan sekali-kali memanggil pengasuhmu Mama—""Aku Ibunya, dan kau menganggapku hanya seorang pengasuh?" Evelyn memotong ucapan Ethan dengan cepat. Ethan dengan wajah datarnya mengalihkan pandangannya ke arah Evelyn. "Jika kau tidak ingin menjadi pengasuh, apakah kau ingin menjadi seorang Nyonya?"Evelyn kebingungan menerima pertanyaan Ethan. Benar, dirinya tidak mempunyai status apa-apa di keluarga Zoldyck lantas apa yang aku keluhkan? Jika aku kembali ke Desa, apa yang harus aku kerjakan? Seme
"Apa yang ingin anda bicarakan denganku, Nyonya Rosalie?" Sedikit memberikan senyuman untuk menyambut wanita tua itu. Ternyata Rosalie yang menghadang tubuh Evelyn membuat Evelyn terkejut dengan kehadiran wanita itu. Karena sudah sangat lama, Evelyn tidak bertemu dengan wanita tua tersebut. "Ikut denganku!" Rosalie memutar tubuhnya—melangkah. Evelyn dengan rasa penasaran apa yang ingin dibicarakan oleh Rosalie pun mengekori wanita tua yang kini memimpin jalan."Duduklah!" Rosalie mempersilahkan Evelyn duduk saat mereka sudah tiba di sebuah ruangan. Ruangan itu terlihat seperti ruang diskusi untuk keluarga. Evelyn pun duduk berhadapan dengan wanita sepuh tersebut. "Aku tidak ingin basa basi lagi, 100 juta! segeralah pergi dari sini dan biarkan Raizel dengan kami. Kau bisa menggunakan uang ini untuk keperluanmu." Rosalie memberikan sebuah cek kepada Evelyn yang ia letakkan di atas meja.Evelyn mengulum senyum pahit melihat cek yang masih tergeletak di atas meja tanpa Evelyn sentuh.
Prang! Semua orang yang berada di meja makan itu pun terkejut. Raizel begitu ketakutan saat melihat Ethan melayangkan piring yang masih berisi makanan itu arah Alice. "Aww… Ethan, kau memang gila!" Pekik Alice meringis.Alice segera membersihkan wajah—baju menggunakan serbet. Wajah wanita itu terlihat begitu kesal saat Ethan melemparinya dengan piring."Sudah ku katakan, jika aku sedang makan, jangan ada yang berisik!" bentak Ethan. Rosalie, memberikan wajah geram ke arah Ethan. "Hanya karena wanita itu, dihina kau semarah ini dan melempari Istrimu sendiri dengan piring? Dimana otakmu?" Evelyn segera berdiri dari kursi. Seharusnya dia sadar diri. Kehadirannya di meja makan, hanya akan merusak suasana harmonis keluarga ini."Maafkan aku, karena sudah merusak momen makan malam kalian." Evelyn membungkuk lalu melangkah.Raizel, segera menggenggam tangan Evelyn saat melewati kursi yang ia duduki. Evelyn, menghentikan langkah kakinya. "Mama, aku ingin makan kentang bakar buatan Mama. I
"Hei, jangan menangis. Semua akan baik-baik saja. Mereka sudah pergi." Rully mencoba menenangkan Delisa yang kini sedang menangis disertai tubuh bergetar di dalam pelukan Rully. Saat Rully telah berhasil mengalahkan dan menyuruh para berandalan itu pergi. "Aku takut mereka kembali. Mereka adalah gengster wilayah ini. Tentu, mereka tidak akan melepaskanmu begitu saja," ucap Delisa dengan sesegukan. Rully mengusap punggung wanita itu. Sepertinya, gadis ini memang hanya anak remaja yang sedang mencari jati dirinya. Karena melihat Delisa begitu ketakutan saat bertemu dengan para berandalan-berandalan tersebut."Sudah malam, aku tidak dapat menemukan orang yang berjualan balon jika kamu terus-terusan menangis," ucap Rully lembut. Delisa yang merasa dirinya dianggap seperti Anak kecil pun segera mendorong tubuh Rully. Wajahnya menekuk manja. "Ih… apaan, sih! Aku benar-benar ketakutan," jawabnya dengan mata yang masih berpelangi saat mata Gadis itu tertimpa cahaya lampu jalan. Rully te
"Hmm… Rai, nanti Mama jelasin, ya. Sekarang, Rai tidur. Karena besok Rai akan sekolah," desak Evelyn ingin mengalihkan pertanyaan Buah Hatinya itu.Raizel kekeh, wajahnya penuh penekanan meminta penjelasan dari Ibu—Ayah. Raizel kecil masih belum mengerti apa itu kata "perceraian" sebab, Raizel sering melihat Teman-temannya sering bersama orang tua mereka. Mereka Saling berpelukan dan saling memberi ciuman kasih sayang satu sama lain. Lantas mengapa orang tuanya berbeda? "Mama, Rai tidak akan tidur jika Mama dan Papa tidak menemani Rai. Pokoknya, Rai akan ngambek." celetuknya dengan wajah masam. Ethan beberapa kali membuang nafas frustasi. Memikirkan dirinya satu ranjang dengan Raizel dan Evelyn, membuat otaknya sudah tidak mampu berpikir. Saat ini, Ethan berharap jika Evelyn mampu membujuk Raizel agar tidak tidur bersama. "Ethan," Ethan terkesiap saat Evelyn memanggilnya. Wajah merah dan canggung itu masih tampak terlihat jelas di paras pria berwajah western tersebut. "Hmm… Raizel
"Cukup, Nenek! Aku muak dengan tingkah kalian yang selalu menyudutkan Evelyn. Dia di sini hanya pengasuh untuk menemani dan mengurus Raizel," Ethan menahan tongkat Neneknya yang hendak memukul Evelyn. kini Wajah Ethan begitu emosi saat melihat Rosalie. Alice dengan cepat menundukkan kepalanya. Sedangkan Evelyn, memeluk tubuh Raizel yang terduduk di atas lantai dengan rasa takut jika wanita tua itu berhasil menyakiti Raziel."Ethan, kau benar-benar sudah terpengaruh dengan wanita ini. Lihat, sejak kau bertemu dengan wanita rendahan ini, kau sampai berani membentak Nenek-mu sendiri!" Rosalie memekik geram. Ethan membuang nafas panjang. Entah kapan kedamaian akan hadir di dalam hidupnya. Neneknya sendiri menginginkan seorang cicit untuk dijadikan sebagai penerus. Sedangkan, cicitnya membutuhkan Evelyn yang notabenenya sebagai Ibu. Lantas kenapa harus ada ketimpangan mengenai kasta. Seharus, mereka cukup berlapang dada jika Evelyn mau tinggal di kediaman Zoldyck untuk mengasuh Raziel."
Beberapa minggu kemudian, keluarga ini mulai mempersiapkan perayaan ulang tahun Raizel yang ke-7 di panti asuhan yang sebelumnya dijanjikan oleh Evelyn. Tak ingin mengecewakan Raizel, Evelyn dan Ethan, Rosalie, Diana serta Kakek James saling bahu-membahu menyiapkan berbagai perlengkapan dan makanan untuk pesta tersebut."Sayang, apa kamu yakin makanan ini cukup untuk semua anak-anak di panti asuhan?" tanya Evelyn khawatir pada suaminya.Ethan tersenyum, meyakinkan istrinya. "Tenang saja, sayang. Aku sudah berbicara dengan pengelola panti asuhan, mereka menyediakan makanan tambahan jika dibutuhkan. Jadi, semua anak pasti akan kenyang."Di hari H, keluarga ini tiba di panti asuhan dengan membawa berbagai perlengkapan pesta dan makanan. Mereka disambut hangat oleh pengelola panti asuhan dan anak-anak yang tinggal di sana."Selamat datang, Tuan Ethan, Nyonya Evelyn, dan keluarga!" sambut salah satu pengelola. "Terima kasih banyak atas kebaikan hati kalian merayakan ulang tahun Raizel bers
Kehamilan Evelyn menjadi berita yang membawa berkah bagi keluarga ini. Raizel begitu bahagia ketika mengetahui akan memiliki adik. Diana dan Rosalie pun tak dapat menyembunyikan kebahagiaan mereka dengan hadirnya calon anggota keluarga baru."Seharusnya kita merayakannya!" seru Rosalie ketika semua anggota keluarga berkumpul di ruang tamu."Aku setuju!" sahut Diana, "Terlalu lama kita tidak merayakan sesuatu yang istimewa. Mari kita mengadakan pesta kecil untuk merayakan kebahagiaan ini."Semua anggota keluarga pun bersemangat untuk mempersiapkan pesta tersebut. Mereka semua bekerja sama, menghias rumah dengan balon berwarna-warni dan bunga-bunga indah. Diana dan Rosalie mengatur menu makanan untuk pesta tersebut, sementara Evelyn dan Ethan mengundang beberapa sahabat dekat mereka untuk merayakan momen bahagia ini bersama-sama."Huek!" disaat pesta sedang berlangsung, Ethan mengalami mual yang hebat. Evelyn yang melihat hal itu pun segera meletakkan makanannya dan mengusap punggung s
"Bulannya, indah, ya," ucap Evelyn saat dia dan Ethan kini duduk di atas balkon sambil menatap langit malam. "Iya, seperti kamu. Yang selalu bersinar dalam kegelapan hidup seseorang," sahut Ethan yang saat ini dirinya sedang memeluk tubuh Evelyn dengan erat dari belakang sambil memandang langit yang sama. Sudah satu bulan berlalu saat mereka melakukan perjalanan bulan madu. Dan saat ini, kebahagiaan yang mereka rasakan semakin tajam. Mereka saling melengkapi, bagaikan potongan-potongan puzzle yang sempurna."Evelyn, masih ingat masa-masa sulit yang kau hadapi?" tanya Ethan sambil tersenyum."Tentu saja, aku masih ingat bagaimana kamu menceraikanku. Aku menangis di tengah jalan saat hujan lebat. Dan, kau tidak tahu betapa sulitnya saat aku mengetahui jika aku hamil. Merangkak dan tertatih," jawab Evelyn dengan nada yang sedih. Ethan kemudian melepaskan pelukannya, berdiri tepat di depan Evelyn. "Maaf karena sikapku dulu pada separah itu. Tapi, ada sesuatu yang ingin kutanyakan," uca
"Yey! Mama sama Papa pulang, pasti Rai dibawakan oleh-oleh Adik!" seru Rai sore ini, dia tampak bersemangat. Diana datang membawakan segelas coklat panas dan beberapa cemilan ke arah gazebo di taman depan. Sambil memperhatikan Raizel bermain-main ditemani oleh Manda. "Sayang! Ayo, sini, Nenek bawakan coklat panas!" Diana berteriak. Anak itu segera menoleh, dia pun menjawab, "ya ... Nek!" Raizel berlari dengan senyum yang merekah menuju ke arah Diana, di belakangnya disusul oleh Manda. "Nenek, sebentar lagi, Mama sama Papa akan pulang, kan?" tanya bocah itu antusia. Melihat keringat dari dahi cucunya itu menumpuk, Diana segera menggosoknya dengan telapak tamgan sambil menjawab, "iya, memangnya, Rai menunggu apa?" tanya Diana. "Kata Tuan kecil, dia sedang menunggu kedatangan tuan muda dan nyonya muda. Karena akan membawa Adik!" Manda mencoba menimpali. Diana terkekeh. Bisa-bisanya Raizel berpikir kalau buat adik sama seperti kita membuat adonan kue yang langsung jadi. "Rai Sayang
Ethan melepaskan kimononya, dengan tubuh polos itu, dia melangkah ke arah pemandian air panas yang terlihat mengepul, dia segera merendamkan tubuhnya. Dan perasaan nyaman pun mengalir di tubuhnya saat air panas tersebut mengenai permukaan kulitnya. "Oh … nyaman sekali." Ethan bergumam sambil memejamkan matanya, meresapi setiap sentuhan hangat dari air.Evelyn, dengan malu-malu melangkah ke arah pemandian air panas itu dengan kimono yang masih menempel di tubuhnya.Evelyn pun melucuti kimono yang dia. Dan tubuh polos itu pun terlihat bercahaya tertimpa sinar rembulan. Evelyn pun berkata, "Ethan, aku sudah siap." Ethan yang mendengar suara Evelyn pun membuka matanya. dia dapat melihat Istrinya itu berdiri di sisi kolam pemandian Air panas dengan penuh tatap keanggunan.Ethan tersenyum lalu berkata, "Evelyn, jangan sungkan-sungkan. Kolam air panas ini akan merilekskan otot-otot kita yang tegang setelah berkelana seharian, ayo! Kemari." ajak Ethan.Evelyn tersenyum tipis, kemudian melan
Kyoto-Jepang;"Whoa, Sayang, lihat! Ini begitu cantik!" seru Evelyn sambil berlari dengan kimono di bawah pohon sakura yang sedang mekar. Ethan dan Evelyn memilih Jepang untuk bulan madu mereka. Karena Evelyn suka dengan keindahan bunga sakura. Apalagi waktu senja dari klenteng puncak Kyoto menatap ke arah gunung Fuji. Itu sebuah pemandangan yang sangat menakjubkan. "Hati-hati, nanti kau tersandung, Evelyn!" Seru Ethan. Ethan memperhatikan tingkah Evelyn itu dengan riang. Perasaannya begitu bahagia saat melihat istrinya itu begitu bersemangat. Ethan segera menyusul Evelyn. Saat berjalan beriringan, Ethan menggenggam tangan Evelyn dan berjalan di bawah pohon-pohon sakura. "Setelah ini, kita mau kemana?' tanya Ethan sambil melangkah. Evelyn merenung beberapa detik. Dia memikirkan sesuatu. "Aku ingin pergi ke kuil, Kinkaku-ji, Kiyomizu-dera, dan Fushimi Inari-taisha!" seru Evelyn dengan semangat. Ethan mengusap kepala Evelyn. "Kamu maruk sekali, ya, Sayang! Masa mau dikunjungi semu
"Ya, Sayang, itu adalah Mama kamu. Mama yang menjadi malaikat untukmu. Malaikat yang nyata yang merawatmu disaat Papa tidak berada di sisimu," ungkap Ethan peru haru. Ethan menahan tangis harunya. Saat melihat Evelyn begitu anggun. Lorong waktu kenangan dimana dia menghina Evelyn dan mengusir Evelyn layaknya seorang anjing jalanan membuat penyesalan kini merajai. Dia tidak tahu, sekuat apa Evelyn didera kesedihan saat dia mengusir Evelyn. 'Kau wanita hebat, kau layak untuk mendapatkan semuanya, Evelyn. Kali ini, aku tidak akan pernah menyia-nyiakan wanita sepertimu. Aku akan menebus semua kesalahanku di masa lalu dan membuka masa depan yang indah bersama dirimu dan Anak kita.' Batin Ethan. Sementara di tempat Evelyn, James menyambut putrinya itu dengan wajah sendu. Mengingat bagaimana dirinya memperlakukan anak angkatnya itu. Akan tetapi, Evelyn mampu berdiri tegak layaknya batu karang yang terus terhantam ombak. "Apakah kau sudah siap?" tanya James sebelum menuntut putrinya itu k
Seperti bunga yang mekar di kebun yang subur, Evelyn memancarkan keindahan yang menakjubkan dengan gaun pengantin mewahnya. Saat memandang wajahnya di cermin, ia takjub akan kecantikannya yang mempesona. Namun, di balik kilau cahaya itu, gelombang gugup bercampur dengan degupan jantung yang memekakkan telinga. Ya, ini adalah hari di mana dua jiwa akan bersatu dalam ikatan pernikahan: Evelyn dan Ethan. Asisten Evelyn yang setia, Manda, bertepuk tangan menahan kagum, sementara Diana, menahan tangis bahagia yang menggenang di dalam hatinya.Evelyn menghela nafas, dia memutar tubuhnya dan menatap ke arah Diana. "Bu, rasanya seperti ribuan kupu-kupu berseliweran di perutku, benar-benar gugup! Bagaimana kalau aku tersandung saat berjalan nanti?" ungkap Evelyn. Diana menyeka air mata, sambil tersenyum. "Evelyn, sayangku, kupu-kupu itu adalah rasa cintamu yang menjelma menjadi kegembiraan. Aku tahu kamu adalah wanita yang kuat dan semua akan berjalan dengan lancar. Percayalah, saat kamu me
"Wow, Rully! Danau ini sangat indah! Aku tidak pernah melihat pemandangan seperti ini sebelumnya!"Senja mulai menjelang di Danau Aloeran, dan langit kini tampak berubah menjadi merah jingga yang damai. Rully dan Amelia kini berdiri menatap ke arah danau yang keindahannya tersembunyi oleh rimbunnya pepohonan dan belukar. Saat mereka tiba, mereka disambut oleh angin serta gemericik air dan burung-burung berkicau bersahut-sahutan, menciptakan suasana yang begitu sempurna.Rully tersenyum dan berkata, "Amelia, ini yang ingin aku tunjukan padamu. Danau ini benar-benar tersembunyi, sangat jarang orang yang tahu tempat ini. Ini adalah tempat dimana aku menghilangkan stres dan mengagumi keindahan Sang Pencipta."Amelia menoleh, menatap pria yang berdiri di sampingnya dengan pandangan lurus ke depan. "Apakah kau sering membawa Evelyn kemari?" tanya Amelia, di hatinya terbesit sedikit rasa cemburu. Rully tersenyum kemudian menundukkan kepalanya. Mengingat betapa indah kenangan dirinya bersama