***
"Tuh 'kan!!!" Aura mendekat, ia menjatuhkan diri di atas kasur. Tatapan tajam, ia tujukan kepada kedua sahabatnya itu--Senja dan Langit.
"Langit, lepasin." Senja terus memberontak, namun sepasang tangan Langit masih menggegamnya kuat.
"Lepasin, Senja ...." Aura ikut menarik-narik tangan Langit, dengan dirinya yang setengah tersadar. Setelah, terbangun dari tidurnya.
Aura mengambil bantal, dan memukulkannya pada Langit. Mereka bertiga tertawa bersama, sementara Senja ikut memukul Langit dengan bantal yang lain. Di atas tempat tidur, sebuah kegaduhan terjadi antara Senja, Langit serta Aura.
"Senja!"
Suara di ambang pintu, membuat canda-tawa itu terhenti. Ketiga menatap sengit seseorang yang datang, dengan kemeja rapih. Senja beranjak, dan menghampiri laki-laki itu.
"Devan, kenapa ke sini?" tanya Senja bingung.
"Ikut gue," ajak Devan mera
***"Mah, kenapa Mamah ngomong kaya tadi?" tanya Devan membuat langkah Anggun terhenti, dan berbalik."Ngomong apa, Devan?""Kenapa, Mamah mau membantalkan perjodohannya?!""Karena Mamah kesel sama Senja dan ibunya itu, mereka sudah dikasih jantung minta yang lain." Anggun melipat tangannya, sambil memutar bola mata malas."Maksud, Mamah?" tanya Devan bingung."Devan, ibunya Senja baru saja dipecat dari pekerjaannya. Dan, Mamah kamu sudah mempekerjakan dia di perusahaannya itu," sambar Nirwan dari belakang.Ketika mereka tiba di rumah, perdebatan sewaktu di rumah Senja. Dilanjutkan kembali, akan tetapi kali ini hanya dengan keluarga intim saja."Kenapa Devan nggak tahu masalah ini?""Karena kamu lagi suruh Senja buat pulang ke rumahnya.""Terus, kalo ibunya Senja bekerja di perusahaan Mamah. Apa hubunganny
***Pagi itu, Senja sudah bersiap diri untuk berangkat sekolah. Bahkan, tampak Langit dan Aura yang sejak tadi berada di meja makan, bersama dengan Senja dan Mawar."Masakan, Ibu memang the best.""Iya, ini enak banget."Berbagai pujian terlontar, pada saat makanan itu masuk ke dalam perut. Setelah menghabiskan makanan itu, Langit dan Aura bergegas keluar rumah. Sedangkan, Senja masih berada di meja makan, untuk membantu membersihkan piring sebelum pergi ke sekolah."Bu, udah dapat pekerjaan?" tanya Senja pelan."Kenapa memangnya, Sayang?" Mawar balik bertanya pada Senja."Ibu, udah masak sebanyak ini, dan suruh Langit sama Aura buat sarapan sama kita di sini.""Alhamdulillah, Ibu udah dapat pekerjaan." Senja terbelalak, ia tersenyum lebar saat mendengarnya."Alhamdulillah, kapan Ibu mulai bekerja?""Sekar
***"Langit, Aura mau ke kelas.""Masih jam istirahat, Ra. Aku mau ke perpustakaan aja, mau pinjam komik," balas Langit di kantin."Yaudah, Aura ke kelas dulu, ya." Aura berlalu pergi, begitu juga dengan Langit yang ikut pergi dari kantin. Setelah, keduanya menghabiskan gorengan yang berada di warung mbak Wati."Hai, Langit," sapa Neysa menghadang langkah Langit."Hai, Sa." Langit tersenyum tipis karena kedatangannya itu."Mau ke mana?""Perpustakaan." Langit menjawab pertanyaan Neysa, dengan satu kata saja."Aku ikut, ya. Kebetulan, aku mau lihat perpustakaan di sekolah ini." Langit menaikkan satu alisnya. "Perpustakaan itu buat orang yang mau baca buku, bukan buat dilihat doang," ujar Langit cuek, lantas meninggalkan Neysa di sana.Neysa menatap sengit Langit yang melewatinya begitu saja. "Dih, songong banget jadi cowok,
*** "Gue ajak Senja ke sini, karena gue mau meyakinkan dia buat bertunangan setelah lulus SMA. Dan, gue nggak tahu kalo Nabil ada di sini juga." "Terus, kalo kamu nggak tahu Nabil ada di sini. Kenapa kamu pergi, Devan?! Apa kamu sengaja, meninggalkan Senja sendirian biar Nabil bisa bawa Senja pergi?" "Nggak, Ra. Tadi gue pergi, itu karena gue mau beli cokelat kacang buat Senja. Dia minta cokelat kacang, jadi gue pergi ke supermarket." Aura menangkap dua bungkus cokelat kacang di genggaman Devan. "Gue nggak mau buang waktu, gue harus cari Senja." Devan memberikan cokelat kacang itu, kepada Aura. "Kenapa di kasih ke Aura?" tanyanya, sambil menerima cokelat kacang pemberian dari Devan. "Gue harus kasih ke siapa lagi? Karena Senja nggak ada, dan gue juga mau cari dia." "Devan, nggak usah repot-repot cari Senja. Karena udah ada L
***"Dasar cowok brengsek!!" Langit tidak tinggal diam melihatnya, ia menarik tubuh Nabil dari belakang. Lalu, memberikan beberapa pukulan di wajahnya.Senja langsung membuka kedua matanya, aksi perkelahian kembali terjadi. Langit memukul Nabil tanpa adanya jeda, hingga Nabil lemah dan tidak berdaya di rerumputan. Senja pun menarik tangan Langit, supaya segera menjauh dari Nabil."Langit, udah.""Ja, tadi dia mau cium kamu!""Dia itu cowok brengsek, aku nggak akan biarkan dia menodai kesucian kamu." Langit melanjutkan perkataannya, dengan amarah yang sudah semakin menjadi-jadi."Langit! Sebaiknya, kamu bantu Devan. Dia secepatnya harus dibawa ke rumah sakit," ujar Aura membuat Langit mengalihkan pandangannya."Ra, kamu lebih mementingkan kondisi Devan, daripada Senja? Dia hampir aja ternodai sama cowok brengsek ini.""Iya, Aura tahu. Tapi
***Langit terdiam, ia mengubah posisi tangannya. Kedua pipi Senja, di tangkup oleh jari-jari panjang milik Langit. Lantas, Senja kembali bersuara dengan nada pelan, supaya Devan yang berada di dalam ruangan rawat inap itu tidak mendengarnya."Senja, sayang sama Langit lebih dari seorang sahabat. Bagaimana sama Langit? Selama bertahun-tahun, Langit punya perasaan yang sama seperti Senja, atau nggak?"Pertanyaan itu bagai peluru, yang dihunuskan langsung pada jantung Langit. Bahkan, saat ini kedua bola mata Langit sudah memanas, akibat pertanyaan yang Senja lontarkan padanya. Langit semakin terdiam, ia membasahi bibir bawahnya. Ternyata, Senja juga punya perasaan yang sama seperti aku. Tapi, aku nggak bisa mengatakan bahwa aku juga sayang sama dia, lebih dari seorang sahabat, batin Langit.Senja menampik kedua tangan Langit, yang terus mengusap pipinya lembut. Justru, Senja meraih kedua tangan Lang
***"Gue udah punya perasaan apa-apa lagi ke lo, Sa. Sekarang, gue cuman cinta sama Senja.""Tapi, Van. Nggak mungkin lo melupakan gue secepat itu, sorry ... kalo dulu memang gue belum jatuh cinta sama lo, tapi sekarang gue benar-benar mencintai lo.""Neysa." Suara kecil itu, telah memutus pandangan antara Neysa dan Devan, bahkan kedua tangan Neysa yang tadinya menggenggam tangan Devan, langsung terlepas begitu saja."Senja, sejak kapan lo ada di sini?" tanya Devan terkejut melihat kedatangan Senja."Neysa, sebenarnya kita bisa mencintai Devan sama-sama. Seperti Senja dan Aura, yang sama-sama mencintai Devan. Walaupun, Senja yang akan mendapatkan Devan."Senja mendekati Neysa, dan meletakkan sebuah gitar kayu di atas ranjang Devan. "Tapi, itu nggak mungkin Senja," bantah Devan."Mungkin, kalo kita bisa belajar mencintai seseorang dengan hati yang ikhlas. B
***"Jadi guys!! Ada murid baru di kelas sebelas IPA 1 yang akan menikah dengan teman kelasnya sendiri. Waw! Kira-kira kalian semua penasaran nggak? Siapa cewek yang beruntung, untuk dinikahi sama murid baru itu.""Siapa? Kasih tahu dong." Suara sorakan dari berbagai pertanyaan pun menggema, di area kantin. Sehingga, Senja yang tengah menikmati semangkuk bakso bersama Devan, akhirnya terhenti untuk mendengarkan perkataan dari seorang perempuan, yang masih berdiri di atas meja kantin."Devan Mahendra Aditama, murid pindahan yang tiba-tiba mau menikah sama siswi cupu, polos tapi berbakat di pelajaran sains. Siapa lagi kalo bukan, Alzera Senja Maharani. Salah satu siswi yang selalu merasa pintar, dan terus memenangkan perlombaan di berbagai macam olimpiade.""Wah? Nggak mungkin, masa cewek cupu bisa mendapatkan hatinya seorang Devan. Yang jelas dia murid terfavorit di sekolahan ini, karena dia ganteng, keren,